Anda di halaman 1dari 119

2.

2 TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bisa
dimanfaatkan pada saat rentang waktu tertentu, Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang
terkait dengan budaya lokal dan digunakan sebagai salah satu jalur penting untuk mencapai tujuan yang
mendasar, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar masyarakat Indonesia dengan
keanekaragaman ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diposisikan, tidak hanya sebagai pendukung,
tapi juga sebagai pionir perambah jalan menuju terwujudnya masyarakat sejahtera berkeadilan bagi
semua lapisan masyarakat di Indonesia dengan tingkat kemampuan penguasaan teknologi dan ekonomi
yang terbatas. TTG berarti teknologi yang sesuai dengan kondisi budaya dan ekonomi serta
penggunaannya harus ramah lingkungan (Situmorang dan Safn', 2011).

Secara teknis teknologi tepat guna merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju.
Oleh karena itu aspek-aspek soio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang harus
diperhitungkan dalam mengelola teknologi tepat guna… Teknologi tepat guna harus menerapkan
metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif yang minimalis dibandingkan
dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya menimbulkan banyak limbah

dan mencemari lingkungan.

Menurut Oxford English Dictionary, definisi gabungan untuk istilah 'tepat guna' dan 'teknologi' adalah
“penerapan pengatahuan ilmiah untuk tujuan praktis sehingga cocok untuk orang, kondisi, keempatan
atau tempat tertentu”. Definisi ini berimplikasi bahwa “tepat guna” dapat bervariasi dan oleh sebab itu
istilah teknologi tepat guna tidak dapat tepat didefinisikan. Secara umum, istilah teknologi

guna seringkali digunakan dalam konteks teknologi untuk negara ta?“ ”bang.

Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat (““akan sebagai TTG, yaitu: :

( 1) Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumbersumber yang tersedia di suatu
tempat.

(2) Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan social masyarakat setempat.
(3) Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/masalah yang

sebenarnya ada di dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.

(4) Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi memerlukan
pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologiteknologi tersebut tidak perlu dipindahkan ke negara-
negara atau ke daerah lain dengan masalah serupa. Apa yang sesuai di suatu tempat mungkin saja tidak
cocok di tempat lain. Maka dari itu tujuan dari TTG

adalah melihat pemecahan masalah tertentu dan menganjurkan mengapa hal itu sesuai.

1) Sejarah Teknologi Tepat Guna Teknologi Tepat Guna (TTG) awalnya diusulkan oleh Dr. E.F.
Schumancher, seorang ekonom berkebangsaan Inggris dan menjadi inspirasi salah satu bukunya yang
sangat terkenal berjudul Small is Beautiful yang diterbitkan pada tahun 1973. Dr. E.F. Schumacher
diangkat rnenjadi Dewan Penasihat Batubara Inggris (British Coal Board Advisor) dan penasihat
pemerintah untuk Burma (sekarang Myanmar) dan selanjutnya untuk India. Pemikirannya mengenai
konsep teknologi tepat guna juga mempengaruhi pemikiran Perdana Menteri pertama india Jawaharlah
Nehru. Pada tahun 1961 Perdana Menteri Nehru mengundang Dr. E.F. Schumancher pada sebuah komisi
perencanaan pembangunan di India, kemudia Schumancher

mngumlkan “Intermediate Technology” pada komisi tersebut namun tidak ambil bagian pada komisi
tersebut.

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.
Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".
Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi
tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).
2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.


(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).


Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu
pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.
(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.


(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3
Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan
untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada


pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik
singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.
Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)


t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan


FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi
ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna


Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.


(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN


Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan
P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n


2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston

pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d


g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)

D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)

4) Perhitungan Kapasitas Udara


Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina


merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,
1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:
(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik


dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,
Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)


rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston


pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d

g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)


D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)

4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)

r : jari-jal’i batang silinder (m)


d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui

karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan

1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)

L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs

AP
(M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi
tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).
2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.


(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN


Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.


P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting
(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston

pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d


g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)

D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)


4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)

r : jari-jal’i batang silinder (m)

d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui


karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan

1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)

L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs

AP

(M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)
” Alur Kerja Mesin Alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak atik ini adalah:

(1) Siapkan kentang yang akan dipotong (kentang sudah dalam keadaan

bersih dari kulitnya).

?““m

(2) Menyalakan kompresor, dengan begitu udara bisa masuk kedalam silinder pneumatik.

(3) Kentang yang sudah siap dipotong ditempatkan di area blok pemotongan.

(4) Tekan tombol, dengan begitu batang silinder akan mendorong kentang menuju blok pisau.

(5) Hasil potongan kentang akan jatuh pada penampungan keluar.

(6) Batang silinder akan kembali, proses no (3) dan (4) dilanjutkan

terus.

(7) Bila pemotongan kentang selesai maka kompresor dapat dimatikan.

Berikut ini adalah alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik
otomatis penggerak pneumatik.

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.
Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:
(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.


(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,
diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2


]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“
Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston

pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d

g “dara Yang ara. dan


“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)

D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)

4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)


S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)

r : jari-jal’i batang silinder (m)

d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui

karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan
1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)

L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs

AP

(M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)

” Alur Kerja Mesin Alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak atik ini adalah:
(1) Siapkan kentang yang akan dipotong (kentang sudah dalam keadaan

bersih dari kulitnya).

?““m

(2) Menyalakan kompresor, dengan begitu udara bisa masuk kedalam silinder pneumatik.

(3) Kentang yang sudah siap dipotong ditempatkan di area blok pemotongan.

(4) Tekan tombol, dengan begitu batang silinder akan mendorong kentang menuju blok pisau.

(5) Hasil potongan kentang akan jatuh pada penampungan keluar.

(6) Batang silinder akan kembali, proses no (3) dan (4) dilanjutkan

terus.

(7) Bila pemotongan kentang selesai maka kompresor dapat dimatikan.

Berikut ini adalah alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik

otomatis penggerak pneumatik.

“ pERAWATAN MESIN
Perawatan adalah suatu ilmu pengetahuan, seni dan filosofi dalam merencana» membuat proses
produksi atau sebagai unit pelayanan (Sumantri, 1989). Arikunto (1990:287), mengklasifikasikan
perawatan menjadi dua, yaitu perawatan rutin dan perawatan pencegahan. Perawatan rutin (routine
maintenance)

dimaksudkan untuk menciptakan kondisi keija yang aman. Kegiatan ini meliputi:

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi
tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).
2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.


(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.


DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.


P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting
(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston

pneumatik melupakan teori atau pengen…


an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d

g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)

D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)


4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)

r : jari-jal’i batang silinder (m)

d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui


karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan

1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)

L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs

AP

(M ajumdar, 2001)
AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)

” Alur Kerja Mesin Alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak atik ini adalah:

(1) Siapkan kentang yang akan dipotong (kentang sudah dalam keadaan

bersih dari kulitnya).

?““m

(2) Menyalakan kompresor, dengan begitu udara bisa masuk kedalam silinder pneumatik.

(3) Kentang yang sudah siap dipotong ditempatkan di area blok pemotongan.

(4) Tekan tombol, dengan begitu batang silinder akan mendorong kentang menuju blok pisau.

(5) Hasil potongan kentang akan jatuh pada penampungan keluar.

(6) Batang silinder akan kembali, proses no (3) dan (4) dilanjutkan

terus.

(7) Bila pemotongan kentang selesai maka kompresor dapat dimatikan.

Berikut ini adalah alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik
otomatis penggerak pneumatik.

“ pERAWATAN MESIN

Perawatan adalah suatu ilmu pengetahuan, seni dan filosofi dalam merencana» membuat proses
produksi atau sebagai unit pelayanan (Sumantri, 1989). Arikunto (1990:287), mengklasifikasikan
perawatan menjadi dua, yaitu perawatan rutin dan perawatan pencegahan. Perawatan rutin (routine
maintenance)

dimaksudkan untuk menciptakan kondisi keija yang aman. Kegiatan ini meliputi:

bersihin! secara menyeluruh, pengawasan terhadap alat-alat dan menjaga ';ebasihan alat. Program ini
lebih menekankan pemeliharaan kondisi yang ada, “gatal! utama dalam perawatan rutin adalah
memenuhi pengaturan suku cadang 113“ bahan-bahan yang diperlukan. Perawatan pencegahan
(preventivé Nintenance) merupakan kegiatan yang secara teratur dijadwal untuk mengawasi …
mengatur prosedur pelayanan untuk mencegah terj adinya kerusakan. Perawatan mean] dilaksanakan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap fetiap alat yang di gunakan.

Menurut Satunggalno (2001z7) jenis perawatan dibedakan menjadi Paawatan terencana dan tidak
terencana. Perawatan terencana adalah perawatan yang diprogram, diorganisir, dijadwal, dianggarkan
dan dilakukan sesuai dengan mcana serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana ada
dua macam, yaitu perawatan preventif dan korektif. Perawatan preventif adalah Perawatan yang
bersifat mencegah dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai prosedur (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) agar terhindar dari kerusakan. Perawatan korektif
adalah perawatan yang bersifat korektif dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai
dengan prosedur (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) untuk mengembalikan
dalam kondisi standar sehingga dapat bermngsi sebagaimana mestinya. Perawatan tidak terencana
adalah perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan. Perawatan ini
tidak direncana dan tidak dij adwal sehingga dapat disebut dengan perawatan darurat.

Pada perancangan mesin ini terdiri dari beberapa komponen yang perlu dilakukan pemeliharaan, baik
pemeliharaan terencana ataupun tidak terencana. Komponen-komponen yang sangat penting dalam
menunjang proses produksi adalah sistem kelistrikan, kompresor, pipa sambungan angin, piston
pneumatik, bantalan pneumatik, dan pisau pemotong. Berikut ini perawatan yang diperlukan

Dada mesin pemoton g kentang.

1) Perawatan Terencana Perawatan terencana dibagi menjadi 3 yaitu, perawatan harian, bulanan, dan

tahunan Berikut perawatan terencana menurut komponen mesin yang di rawat.

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina


merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,
1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:
(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik


dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,
Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)


rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston


pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d

g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)


D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)

4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)

r : jari-jal’i batang silinder (m)


d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui

karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan

1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)

L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs

AP
(M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)

” Alur Kerja Mesin Alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak atik ini adalah:

(1) Siapkan kentang yang akan dipotong (kentang sudah dalam keadaan

bersih dari kulitnya).

?““m

(2) Menyalakan kompresor, dengan begitu udara bisa masuk kedalam silinder pneumatik.

(3) Kentang yang sudah siap dipotong ditempatkan di area blok pemotongan.

(4) Tekan tombol, dengan begitu batang silinder akan mendorong kentang menuju blok pisau.

(5) Hasil potongan kentang akan jatuh pada penampungan keluar.

(6) Batang silinder akan kembali, proses no (3) dan (4) dilanjutkan

terus.
(7) Bila pemotongan kentang selesai maka kompresor dapat dimatikan.

Berikut ini adalah alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik

otomatis penggerak pneumatik.

“ pERAWATAN MESIN

Perawatan adalah suatu ilmu pengetahuan, seni dan filosofi dalam merencana» membuat proses
produksi atau sebagai unit pelayanan (Sumantri, 1989). Arikunto (1990:287), mengklasifikasikan
perawatan menjadi dua, yaitu perawatan rutin dan perawatan pencegahan. Perawatan rutin (routine
maintenance)

dimaksudkan untuk menciptakan kondisi keija yang aman. Kegiatan ini meliputi:

bersihin! secara menyeluruh, pengawasan terhadap alat-alat dan menjaga ';ebasihan alat. Program ini
lebih menekankan pemeliharaan kondisi yang ada, “gatal! utama dalam perawatan rutin adalah
memenuhi pengaturan suku cadang 113“ bahan-bahan yang diperlukan. Perawatan pencegahan
(preventivé Nintenance) merupakan kegiatan yang secara teratur dijadwal untuk mengawasi …
mengatur prosedur pelayanan untuk mencegah terj adinya kerusakan. Perawatan mean] dilaksanakan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap fetiap alat yang di gunakan.

Menurut Satunggalno (2001z7) jenis perawatan dibedakan menjadi Paawatan terencana dan tidak
terencana. Perawatan terencana adalah perawatan yang diprogram, diorganisir, dijadwal, dianggarkan
dan dilakukan sesuai dengan mcana serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana ada
dua macam, yaitu perawatan preventif dan korektif. Perawatan preventif adalah Perawatan yang
bersifat mencegah dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai prosedur (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) agar terhindar dari kerusakan. Perawatan korektif
adalah perawatan yang bersifat korektif dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai
dengan prosedur (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) untuk mengembalikan
dalam kondisi standar sehingga dapat bermngsi sebagaimana mestinya. Perawatan tidak terencana
adalah perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan. Perawatan ini
tidak direncana dan tidak dij adwal sehingga dapat disebut dengan perawatan darurat.
Pada perancangan mesin ini terdiri dari beberapa komponen yang perlu dilakukan pemeliharaan, baik
pemeliharaan terencana ataupun tidak terencana. Komponen-komponen yang sangat penting dalam
menunjang proses produksi adalah sistem kelistrikan, kompresor, pipa sambungan angin, piston
pneumatik, bantalan pneumatik, dan pisau pemotong. Berikut ini perawatan yang diperlukan

Dada mesin pemoton g kentang.

1) Perawatan Terencana Perawatan terencana dibagi menjadi 3 yaitu, perawatan harian, bulanan, dan

tahunan Berikut perawatan terencana menurut komponen mesin yang di rawat.

ikut ini perawatan terencana menurut Woznak (https://www.e-pneumatic.com .g/pneumatic-system-


evetyday-maintenancel).

(1) Perawatan Pisau Perawatan pisau meliputi memeriksa kondisi ketajaman pisau, sambungan antar
pisau dan ada tidak nya gesekan berlebihan ketika pemotongan dilakukan.

(2) Perawatan Bantalan Pisau Perawatan bantalan pisau meliputi memeriksa ketepatan sumbu bantalan
dengan pisau dan menempelnya bantalan dengan ujung piston pneumatik.

(3) Perawatan Pneumatik Perawatan pneumatik meliputi memeriksa sirkuit sambungan pneumatik,
pembersihan terhadap debu dan air, pengecekan kelayakan bantalan pneumatik, pengecekan
sambungan ke selang udara.

(4) Perawatan Solenoid Valve Perawatan Solenoid Valve meliputi pembersihan debu dan udara kotor,
pelumasan, dan pengecekan sambungan.
(5) Perawatan Selang Udara dan Konektor Perawatan selang udara dan konektor meliputi memastikan
bersih dari debu dan air, pengecekan ada tidaknya kebocoran.

(6) Perawatan Regulator F ilter Lubricator Perawatan regulator filter lubricator meliputi pengecekan
jarum regulator, pembersihanfilter, dan pengisian lubricator.

(7) Perawatan Kompresor Perawatan kompresor meliputi pemeriksaan pressure gauge tekanan udara,
pastikan pressure switch bekerja dengan normal, safety valve dapat ditarik dengan mudah, periksa
ketersediaan oil level. Pastikan setelah menggunakan untuk membuka drain cock vaclve untuk
membuang air yang masuk dalam kompresor, periksa kendur dan kencangnya v-belt, dan pastikan tidak
ada suara yang asing sebelum

penggunaan.

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).

Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.

(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).


Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.

3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu
pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum

boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &
I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan

tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp
… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau

-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)


perhitungan Diameter Silinder Piston

pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d

g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod

Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)


F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)

D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)

4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)

perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)
r : jari-jal’i batang silinder (m)

d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui

karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan

1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)

L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs


AP

(M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)

” Alur Kerja Mesin Alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak atik ini adalah:

(1) Siapkan kentang yang akan dipotong (kentang sudah dalam keadaan

bersih dari kulitnya).

?““m

(2) Menyalakan kompresor, dengan begitu udara bisa masuk kedalam silinder pneumatik.

(3) Kentang yang sudah siap dipotong ditempatkan di area blok pemotongan.

(4) Tekan tombol, dengan begitu batang silinder akan mendorong kentang menuju blok pisau.

(5) Hasil potongan kentang akan jatuh pada penampungan keluar.

(6) Batang silinder akan kembali, proses no (3) dan (4) dilanjutkan
terus.

(7) Bila pemotongan kentang selesai maka kompresor dapat dimatikan.

Berikut ini adalah alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik

otomatis penggerak pneumatik.

“ pERAWATAN MESIN

Perawatan adalah suatu ilmu pengetahuan, seni dan filosofi dalam merencana» membuat proses
produksi atau sebagai unit pelayanan (Sumantri, 1989). Arikunto (1990:287), mengklasifikasikan
perawatan menjadi dua, yaitu perawatan rutin dan perawatan pencegahan. Perawatan rutin (routine
maintenance)

dimaksudkan untuk menciptakan kondisi keija yang aman. Kegiatan ini meliputi:

bersihin! secara menyeluruh, pengawasan terhadap alat-alat dan menjaga ';ebasihan alat. Program ini
lebih menekankan pemeliharaan kondisi yang ada, “gatal! utama dalam perawatan rutin adalah
memenuhi pengaturan suku cadang 113“ bahan-bahan yang diperlukan. Perawatan pencegahan
(preventivé Nintenance) merupakan kegiatan yang secara teratur dijadwal untuk mengawasi …
mengatur prosedur pelayanan untuk mencegah terj adinya kerusakan. Perawatan mean] dilaksanakan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap fetiap alat yang di gunakan.

Menurut Satunggalno (2001z7) jenis perawatan dibedakan menjadi Paawatan terencana dan tidak
terencana. Perawatan terencana adalah perawatan yang diprogram, diorganisir, dijadwal, dianggarkan
dan dilakukan sesuai dengan mcana serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana ada
dua macam, yaitu perawatan preventif dan korektif. Perawatan preventif adalah Perawatan yang
bersifat mencegah dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai prosedur (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) agar terhindar dari kerusakan. Perawatan korektif
adalah perawatan yang bersifat korektif dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai
dengan prosedur (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) untuk mengembalikan
dalam kondisi standar sehingga dapat bermngsi sebagaimana mestinya. Perawatan tidak terencana
adalah perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan. Perawatan ini
tidak direncana dan tidak dij adwal sehingga dapat disebut dengan perawatan darurat.

Pada perancangan mesin ini terdiri dari beberapa komponen yang perlu dilakukan pemeliharaan, baik
pemeliharaan terencana ataupun tidak terencana. Komponen-komponen yang sangat penting dalam
menunjang proses produksi adalah sistem kelistrikan, kompresor, pipa sambungan angin, piston
pneumatik, bantalan pneumatik, dan pisau pemotong. Berikut ini perawatan yang diperlukan

Dada mesin pemoton g kentang.

1) Perawatan Terencana Perawatan terencana dibagi menjadi 3 yaitu, perawatan harian, bulanan, dan

tahunan Berikut perawatan terencana menurut komponen mesin yang di rawat.

ikut ini perawatan terencana menurut Woznak (https://www.e-pneumatic.com .g/pneumatic-system-


evetyday-maintenancel).

(1) Perawatan Pisau Perawatan pisau meliputi memeriksa kondisi ketajaman pisau, sambungan antar
pisau dan ada tidak nya gesekan berlebihan ketika pemotongan dilakukan.

(2) Perawatan Bantalan Pisau Perawatan bantalan pisau meliputi memeriksa ketepatan sumbu bantalan
dengan pisau dan menempelnya bantalan dengan ujung piston pneumatik.

(3) Perawatan Pneumatik Perawatan pneumatik meliputi memeriksa sirkuit sambungan pneumatik,
pembersihan terhadap debu dan air, pengecekan kelayakan bantalan pneumatik, pengecekan
sambungan ke selang udara.
(4) Perawatan Solenoid Valve Perawatan Solenoid Valve meliputi pembersihan debu dan udara kotor,
pelumasan, dan pengecekan sambungan.

(5) Perawatan Selang Udara dan Konektor Perawatan selang udara dan konektor meliputi memastikan
bersih dari debu dan air, pengecekan ada tidaknya kebocoran.

(6) Perawatan Regulator F ilter Lubricator Perawatan regulator filter lubricator meliputi pengecekan
jarum regulator, pembersihanfilter, dan pengisian lubricator.

(7) Perawatan Kompresor Perawatan kompresor meliputi pemeriksaan pressure gauge tekanan udara,
pastikan pressure switch bekerja dengan normal, safety valve dapat ditarik dengan mudah, periksa
ketersediaan oil level. Pastikan setelah menggunakan untuk membuka drain cock vaclve untuk
membuang air yang masuk dalam kompresor, periksa kendur dan kencangnya v-belt, dan pastikan tidak
ada suara yang asing sebelum

penggunaan.

2) Perawatan Tidak Terencana Perawatan tidak terencana dilakukan agar mesin tidak menimbulkan

kerusakan yang lebih parah lagi. Berikut perawatan tidak terencana yang dapat ' tejadi pada main
pemotong kentang. Menurut Diego (http://sibatax.blogspot. co.id/ZOI l/l O/mendiagnosa-kerusakan-
pada-sistem.html).

(1) Sistem Berhenti a) Udara kempa habis. Memeriksa udara kempa, jika udara kempa

habis maka kemungkinan kompresor mati atau tidak bekerja, maka

komprasor perlu diperbaiki. b) Selang atau konektor lepas. Memeriksa bagian yang lepas dan
mengganti dengan yang baru.

0) Adanya komponen yang tidak berfungsi. Memeriksa komponen yang tersumbat atau rusak dengan
cara mendeteksi aliran udara kempa sambil melepas tiap sambungan untuk diperiksa apakah aliran
sampai pada komponen tersebut, jika sudah berhenti berarti di bagian itulah yang terganggu.

d) Pemasangan komponen yang tidak komponen yang memposisikan kurang sempurna, bisa kendor,

miring, terlalu jauh atau terlalu dekat. Melacak komponen dan

sempurna. Memeriksa

memperbaiki pemasangan komponen tersebut. e) Kasalahan desain. Bila kesalahan terdapat


kemungkinan sirkuit dapat bekerja tetapi tidak sesuai dengan tujuan

yang dikehendaki, maka perlu diulang kembali.

pada desain,

(2) Getaran yang Berlebihan a) Pemasangan komponen kurang kuat.

b) Tekanan udara kempa terlalu tinggi. c) Salah pa'akitan komponen. (3) Terdengar Suara Asing a)
Pemasangan komponen kurang kuat. 5) Adanya komponen yang bocor. 9) Periksa solenoid valve.

Pada tahun 1966, Dr. E.F. Schumacher mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Intermediate T
echnology Development Group (ITDG). pendekatannya mengenai pengembangan teknologi mendapat
perhatian yang cukup luas pada tahun 1960-an dan dikenal sebagai gerakan sosial selama krisis energi
dunia pada tahun 1970-an berfokus utama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus
dikenal sebagai gerakan lingkungan. Konsep teknologi yang ditawarkan Dr. Schumacher yang dulunya
dinamakan “intermediate technology” kemudian dikenal saat ini dikenal sebagai teknologi tepat guna.
Meskipun masih banyak perdebatan mengenai konsep teknologi tepat guna, saat ini diakui bahwa
secara umum teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang diimplementasikan pada skala kecil,
desentrasisai, padar karya, ramah lingkungan, dan memperhatikan kean'fan lokal.

Saat ini ITDG (Intermediate T echnology Development Group) masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi pembangunan
berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara
berkembang".

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet teknologi, yang
berani teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang dan teknologi maju padat
modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang
umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Delinisi terakhir tentang
teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang
rendah per pekerja, hemat energi ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Gerakan teknologi tepat guna juga dilirik oleh pemerintah Indonesia khususnya dihubungkan dengan
percepatan pembangunan. Melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) gaung
teknologi tepat guna di Indonesia mulai digalakkan di Indonesia. Walaupun gaung teknologi

tepat guna sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 80-an, namun secara resmi

ngrum yang terkait tcknnlugl tepat guna baru masuk melalu1 Kepmendagri 130/2003 dengan melalui
program Pun111mu1 Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi ”lepat ()una
('1 'I (1) yang bernaung di Ditjen PMD Kcmendagri.

Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Indonesia dirasakan sangat penting, sehingga perlu adanya
suatu lembaga litbang yang menangani masalah ini. Sebagai sebuah unit kecil di Puslitbang Fisika
Terapan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 1986 didirikanlah Balai Besar
Pengembangan teknologi Tepat Guna B2PTTG berkedudukan di Subang, Jawa Barat. Keberadaan Balai
ini merupakan bentuk kepedulian LIPI terhadap kebutuhan masyarakat akan teknologi tepat guna,
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Subang dan United Nations Development Program (UNPD).
Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegitan LIPI semakin meluas sehingga mencakup pengembangan
usaha kecil menengah, disamping fokus utama pada pengembangan masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, perubahan organisasi diperlukan agar LIPI dapat bergerak lebih leluasa. Pada
akhirnya, sejak tahun 1998 BPTTG berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPTTG yang
bertanggung jawab langsung pada Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.

Secara resmi program yang terkait teknologi tepat guna baru masuk melalui Kepmendagri 130/2003
melalui program Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna (TTG) yang bernaung di Ditjen PMD Kemendagri. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa(sebe1umnya bernama Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) adalah unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Bina

merintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal (httpz/lwwwbinapemdes,


1w,…mdagri.go.id/profil/sekilas-ditjen-binapemdes).

2) Ciri-ciri dan Syarat Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria teknologi tepat guna, dapat dikemukakan ciri-ciri yang
cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

(1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri,
pengubah energi, transportasi, kesehatan, dan kesej ahteraan masyarakat di suatu tempat.

(2) Biaya investasi cukup rendah/relatif murah.


(3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.

(4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

(5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih
baik dan optimal.

(6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangai ketergantungan kepada

pihak luar (self-realiance motivated).

Syarat teknologi bisa dikatakan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna jika:

(1) Biaya murah.

(2) Mudah dibangun.

(3) Mudah dirawat.

(4) Berdaya guna.

(5) Berhasil guna.

(6) Aman digunakan siapapun.

(7) Ramah lingkungan.


3) Teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil Jenis-jenis teknologi tepat guna ada berbagai macam, salah
satunya TTG pada industri kecil. Pada bidang ini bisa dibilang perkembangan

teknologinya sangat pesat. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah Payah, kini sudah ada mesin
pengupas dan pengiris bawang. pengirisian lebih pepat dan lebih banyak. Terdapat pengiris untuk
keripik buah, terdapat mesin lmtuk pembuatan keripik, dimana hasilnya akan dimaksimalkan dengan
mesin peniiris minyak. Apapun jenis gorengan akan semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.
Padahal dahulu untuk meniriskan minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yang belakangan
diketahui berbahaya karena tinta pada koran bisa menempel pada makanan tersebut. Dewasa ini,
terdapat teknologi tepat guna untuk pembuatan keripik

singkong, keripik ubi, keripik kentang dan stik kentang atau kentang goreng. Dalam perancangan
konstruksi mesin ini akan direncanakan salah satu

pengembangan teknologi tepat guna untuk pembuatan kentang berbentuk stik

dengan penggerak pneumatik.

DASAR PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

Dalam perancangan mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak pneumatik ini akan
direncanakan perhitungan pisau, gaya pemotongan,

diameter silinder, diameter batang silinder, kerugian tekanan, dan kapasitas udara.

2.3

Dasar dari perhitungan perancangan mesin ini yaitu hukum pascal dan hukum
boyle. F1 _ F2 A1 A2

(:1 : gaya di A1 D2 : gaya dl A2 41 : luas Penampang A1

42 : luas Penalnpang A2

[.:.

Ai &

I,,

Gambar 2.6 Hukum Pascal

Sumber! hnp://pusat-sekolah.blogspot.co.id/2014/11/ 'lasau. hukum-pascalhtml pan” 5811:34emang.

P1 . V1 = P2 . V; = konstan

P1 = tekanan udara ! P2 = tekanan udara 2 V1 = volume gas l V; = volume gas 2

]) Perhitungan Pisau Pisau adalah logam yang mempunyau sudut ketajaman yang digunakan

untuk memotong atau merajang suatu benda. Pisau biasanya terbuat dari lempengan baja atau stanless
steel dengan ketebalan dan sudut kemiringan
tertentu. Pisau yang akan direncanakan dalam perancangan mesin ini berbentuk

tipis dan berpola balok simetris. ( 1) Volume Pisau

%=p.l.t

% = volume pisau (mm3) P = panjang pisau (mm) I = lebar pisau (mm)

t = tinggi pisau (mm)

mzp.Vp

… : massa pisau (kg) p :: berat jenis bahan pisau (kg/m3)

rhitungan Gaya Pemotongan Pada perancangan mes?“ ini faktor yang Paling Penting adalah basil
pemotongan kentang. Karena 1tu gaYa yang tetjadi antara kentang dan Pim saat terjadi pemotong
sangatlah penting

(1) Bidang Geser Pisau AP = pp . l . n

2) "“

Ap : bidang geser pisau (mmz) pp = panjang pisau yang kontak langsung dengan kentang (mm) n =
jumlah pisau

(3) Tegangan Geser Pisau


-F-W H d' 2016'62 t-A-A ( a l. . ) 1 : tegangan geser pisau (N)

W = berat benda (g) F : gaya pemotongan (N/mz)

A = luas pisau (m2)

(2) Gaya Pemotongan

FTotal : T ~Ap

FTotal = gaya pemotongan (N/mz)

perhitungan Diameter Silinder Piston

pneumatik melupakan teori atau pengen…

an tentan keadaan-keadaan keseimbangan u d

g “dara Yang ara. dan

“rake, menggunakan rumus gaya pengembang piston (Parr, 2003)

' iston

Piston Rod
Supply l Supply 2

Gambar 2.7 Silinder Kerja Ganda Sumber: http://abi-blog.com/silinder-pneumatik-pneumatic-cylinder/

p = n, R2 .P = P (Parr, 2003: 124)

F = gaya pemotongan (langkah maju) (N) R = jari-jari silinder (m)

D = diameter silinder (m)

P : tekanan kerja (N/mz)

4) Perhitungan Kapasitas Udara

Q = A .v (Wirawan dan Pramono, 2010: 493)

S Q=A.t

Q : kaPasitas kompresor/debit udara (m3/S) A : luas Penampang yang dilewati udara (m2) 1: : kecepatan
piston (m/s) = Panjang stroke (m) t : Waktu (S)
perhitungan Diameter Batang Silinder n…… Batang silinder piston digunakan untuk meng der terhubung
dengan silinder piston,

11“ A*”. 7‘2) = (Dz'dz)zp

gerakkan beban, Batan

511

F s P( (Parr,2003:1zs)

r : jari-jal’i batang silinder (m)

d : diameter batang silinder (m)

Dalam perancangan mesin ini, diameter batang silinder belum diketahui

karena itu perhitungan diamter silinder menggunakan rumus penurunan

tekanan

1,6x103 . Q1335 . L

AP _ d5 -Pabs (M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/s)
L : panjang batang piston (m)

d = diameter batang piston (m)

P… = tekanan absolut (Pa)

6) Perhitungan Kerugian Tekanan

_ 1.6x103. 01,85. L d5 .Pabs

AP

(M ajumdar, 2001)

AP = kerugian tekanan max diijinkan (0,05 bar/ 5000 pascal) Q = debit aliran udara (m3/S) d = pflnjang
batang piston (m) = dlameter batang piston (m) abs = tekanan absolut (Pa)

” Alur Kerja Mesin Alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik otomatis penggerak atik ini adalah:

(1) Siapkan kentang yang akan dipotong (kentang sudah dalam keadaan

bersih dari kulitnya).

?““m
(2) Menyalakan kompresor, dengan begitu udara bisa masuk kedalam silinder pneumatik.

(3) Kentang yang sudah siap dipotong ditempatkan di area blok pemotongan.

(4) Tekan tombol, dengan begitu batang silinder akan mendorong kentang menuju blok pisau.

(5) Hasil potongan kentang akan jatuh pada penampungan keluar.

(6) Batang silinder akan kembali, proses no (3) dan (4) dilanjutkan

terus.

(7) Bila pemotongan kentang selesai maka kompresor dapat dimatikan.

Berikut ini adalah alur kerja mesin pemotong kentang berbentuk stik

otomatis penggerak pneumatik.

“ pERAWATAN MESIN

Perawatan adalah suatu ilmu pengetahuan, seni dan filosofi dalam merencana» membuat proses
produksi atau sebagai unit pelayanan (Sumantri, 1989). Arikunto (1990:287), mengklasifikasikan
perawatan menjadi dua, yaitu perawatan rutin dan perawatan pencegahan. Perawatan rutin (routine
maintenance)

dimaksudkan untuk menciptakan kondisi keija yang aman. Kegiatan ini meliputi:
bersihin! secara menyeluruh, pengawasan terhadap alat-alat dan menjaga ';ebasihan alat. Program ini
lebih menekankan pemeliharaan kondisi yang ada, “gatal! utama dalam perawatan rutin adalah
memenuhi pengaturan suku cadang 113“ bahan-bahan yang diperlukan. Perawatan pencegahan
(preventivé Nintenance) merupakan kegiatan yang secara teratur dijadwal untuk mengawasi …
mengatur prosedur pelayanan untuk mencegah terj adinya kerusakan. Perawatan mean] dilaksanakan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap fetiap alat yang di gunakan.

Menurut Satunggalno (2001z7) jenis perawatan dibedakan menjadi Paawatan terencana dan tidak
terencana. Perawatan terencana adalah perawatan yang diprogram, diorganisir, dijadwal, dianggarkan
dan dilakukan sesuai dengan mcana serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana ada
dua macam, yaitu perawatan preventif dan korektif. Perawatan preventif adalah Perawatan yang
bersifat mencegah dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai prosedur (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) agar terhindar dari kerusakan. Perawatan korektif
adalah perawatan yang bersifat korektif dengan sistem perawatan yang dilakukan secara sadar sesuai
dengan prosedur (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring) untuk mengembalikan
dalam kondisi standar sehingga dapat bermngsi sebagaimana mestinya. Perawatan tidak terencana
adalah perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan. Perawatan ini
tidak direncana dan tidak dij adwal sehingga dapat disebut dengan perawatan darurat.

Pada perancangan mesin ini terdiri dari beberapa komponen yang perlu dilakukan pemeliharaan, baik
pemeliharaan terencana ataupun tidak terencana. Komponen-komponen yang sangat penting dalam
menunjang proses produksi adalah sistem kelistrikan, kompresor, pipa sambungan angin, piston
pneumatik, bantalan pneumatik, dan pisau pemotong. Berikut ini perawatan yang diperlukan

Dada mesin pemoton g kentang.

1) Perawatan Terencana Perawatan terencana dibagi menjadi 3 yaitu, perawatan harian, bulanan, dan

tahunan Berikut perawatan terencana menurut komponen mesin yang di rawat.

ikut ini perawatan terencana menurut Woznak (https://www.e-pneumatic.com .g/pneumatic-system-


evetyday-maintenancel).
(1) Perawatan Pisau Perawatan pisau meliputi memeriksa kondisi ketajaman pisau, sambungan antar
pisau dan ada tidak nya gesekan berlebihan ketika pemotongan dilakukan.

(2) Perawatan Bantalan Pisau Perawatan bantalan pisau meliputi memeriksa ketepatan sumbu bantalan
dengan pisau dan menempelnya bantalan dengan ujung piston pneumatik.

(3) Perawatan Pneumatik Perawatan pneumatik meliputi memeriksa sirkuit sambungan pneumatik,
pembersihan terhadap debu dan air, pengecekan kelayakan bantalan pneumatik, pengecekan
sambungan ke selang udara.

(4) Perawatan Solenoid Valve Perawatan Solenoid Valve meliputi pembersihan debu dan udara kotor,
pelumasan, dan pengecekan sambungan.

(5) Perawatan Selang Udara dan Konektor Perawatan selang udara dan konektor meliputi memastikan
bersih dari debu dan air, pengecekan ada tidaknya kebocoran.

(6) Perawatan Regulator F ilter Lubricator Perawatan regulator filter lubricator meliputi pengecekan
jarum regulator, pembersihanfilter, dan pengisian lubricator.

(7) Perawatan Kompresor Perawatan kompresor meliputi pemeriksaan pressure gauge tekanan udara,
pastikan pressure switch bekerja dengan normal, safety valve dapat ditarik dengan mudah, periksa
ketersediaan oil level. Pastikan setelah menggunakan untuk membuka drain cock vaclve untuk
membuang air yang masuk dalam kompresor, periksa kendur dan kencangnya v-belt, dan pastikan tidak
ada suara yang asing sebelum

penggunaan.

2) Perawatan Tidak Terencana Perawatan tidak terencana dilakukan agar mesin tidak menimbulkan
kerusakan yang lebih parah lagi. Berikut perawatan tidak terencana yang dapat ' tejadi pada main
pemotong kentang. Menurut Diego (http://sibatax.blogspot. co.id/ZOI l/l O/mendiagnosa-kerusakan-
pada-sistem.html).

(1) Sistem Berhenti a) Udara kempa habis. Memeriksa udara kempa, jika udara kempa

habis maka kemungkinan kompresor mati atau tidak bekerja, maka

komprasor perlu diperbaiki. b) Selang atau konektor lepas. Memeriksa bagian yang lepas dan

mengganti dengan yang baru.

0) Adanya komponen yang tidak berfungsi. Memeriksa komponen yang tersumbat atau rusak dengan
cara mendeteksi aliran udara kempa sambil melepas tiap sambungan untuk diperiksa apakah aliran
sampai pada komponen tersebut, jika sudah berhenti berarti di bagian itulah yang terganggu.

d) Pemasangan komponen yang tidak komponen yang memposisikan kurang sempurna, bisa kendor,

miring, terlalu jauh atau terlalu dekat. Melacak komponen dan

sempurna. Memeriksa

memperbaiki pemasangan komponen tersebut. e) Kasalahan desain. Bila kesalahan terdapat


kemungkinan sirkuit dapat bekerja tetapi tidak sesuai dengan tujuan

yang dikehendaki, maka perlu diulang kembali.


pada desain,

(2) Getaran yang Berlebihan a) Pemasangan komponen kurang kuat.

b) Tekanan udara kempa terlalu tinggi. c) Salah pa'akitan komponen. (3) Terdengar Suara Asing a)
Pemasangan komponen kurang kuat. 5) Adanya komponen yang bocor. 9) Periksa solenoid valve.

(4) Mengingkatnya Suhu

a) Pelumasan tidak terlaksana dengan baik. b) Texjadinya gesekan pada komponen yang bergerak. c)
Pendingin udara kempa tidak bekerja.

d) PengOperasian mesin terlalu lama.

6) Terjadi beban lebih.

(5) T ercium Bau K ebakaran a) Hubungan singkat arus listrik pada sistem elektronik pneumatik.

b) Kebakaran plastik (komponen mesin banyak yang terbuat dari plastik).

Anda mungkin juga menyukai