Anda di halaman 1dari 12

BAB I

DEFINISI

 Tindakan invasive adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat


mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh manusia. Tindakan invasive
meliputi pemasanagan infus, NGT, DC, Infus, Trakeostomi, CVP, WSD,
ETT dan tindakan invasive lainnya.
 Plebitis adalah pada daerah lokal tusukan infus ditemukan tanda-tanda
merah, seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai eksudat
purulen atau mengeluarkan cairan bila ditekan.
 Infeksi daerah operasi adalah infeksi yang terjadi luka operasi atau
organ/ruang yang terjadi dalam waktu 30 sampai 90 hari pasca tindakan
operasi
 Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan jenis infeksi yang terjai pada
saluran kemih murni ( uretra dan permukaan kandung kemih ) atau
melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung saluran
kemih ( ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
retroperitonial atau rongga perinefrik). Karena penggunaan kateter urine
>48 jam.
 Hospital Acquired Pneumonia (HAP) adalah infeksi akut pada parenkim
paru setelah pasien dirawat di Rumah Sakit >48 jam tanpa dilakukan
intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksisaluran nafas bawah.
 Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat atau benda bebas dari
mikroba hidup,baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun
apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk
vegetati f(siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora
(dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri
dengan lapisan pelindung yang kuat)
 Alat steril adalah alat-alat yang telah mengalami proses sterilisasi
diantaranya dengan pemanasan, dengan uap air bertekanan dengan
menggunakan autoclave ata
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pasien yang terpasang alat invasive : IV perifer, Central line,


Kateter urine, endotracheal dan ventilator mekanis.

2. Tindakan pencegahan terjadinya infeksi pada saat pemasangan.

3. Observasi selama pemasangan alat.

4. Tindakan setelah terjadi infeksi.


BAB III
TATA LAKSANA

1. Pencegahan Flebitis.
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, insersi, penggantian
alat dan setiap mengganti balutan.
b. Memastikan cairan yang akan digunakan dalam kondisi yang
terjamin kesterilannya dan tidak ada partikel dalamcairan.
c. Melakukan kewaspadaan aseptic yaitu : Cuci tangan /disinfeksi
tangan. Disinfeksi lokasi insersi dengan alkohol 70 % dan
tunggu kering. Tidak memegang kembali area yang sudah
didisinfeksi. menutup area insersi dengan sterile transparant
dressing.
d. Pemasangan kanula pada vena dianjurkan pada ekstremitas atas
dan hindarkan melakukan pencukuran, gunakan clipper sebagai
pengganti razor bila harus mencukur
e. Memantau setiap hari dangan mengganti balutan segera bila
kotor, lembab dengan selalu menerapkan teknik aseptik.
f. Jangan menggunakan anti microbialointments pada area insersi,
disinfeksi dengan alkohol 70 % pada port injeksi sebelum
digunakan dan tutup segera dengan stop cock steril bila tidak
diperlukan.
g. Penggantian IV kateter perifer pada dewasa 48 jam dan anak-
anak maksimal 72 jam.
h. Mengganti set infuse tidak lebih dari 72 jam dan untuk lipid
dalam 24 jam secara aseptik.
i. Kateter sentral tidak dianjurkan penggantian secara rutin.
j. Petugas cukup memakai sarung tangan non steril digunakan
pada pemasangan infuse perifer untuk menghindarkan paparan
darah saat penusukan.
k. Dekontaminasi injection Port menggunakan alkohol 70%
sebelum melakukan injeksi
l. Memantau kateter setiap hari dan segera cabut bila ditemukan
tanda infeksi. (hangat, merah, nyeri, bengkak, pengerasan vena
2. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer

a. Lakukan cuci tangan sebelum melakukan insersi kateter dan selama


melakukan tindakan manipulasi kateter dan balutan.
b. Hindari pemasangan pada vena femoral pada pasien usia tua.
c. Gunakan barrier precaution secara maksimal pada saat insersi : APD
lengkap petugas (Sarung tangan steril, Masker, pelindung wajah, gaun
steril Tutup daerah yang akan dilakukan insersi denganpenutup steril.
d. Lakukan tehnik aseptic saat insersi atau memanipulasi insersi dan balutan.
e. Gunakan chlorhexidin 0,5% untuk desinfesi area yang akan dilakukan
insersi. Bila chlorhexidin tidak dapat digunakan iodhine, iodhopor atau
alcohol 70% bias digunakan sebagai alternative pilihan
f. Gunakan transparant dressing semi permeable untuk menutup tempat
insersi : Gunakan gause steril jika pasien berkeringat dan tempat insersi
masih perdarahan
g. Ganti segera dressing bila basah, kotor ataupun longgar.
h. Desifeksi injection port sebelum melakukan injeksi.
i. Lepas segera set infuse maupun kateter yang tidak digunakan lagi, kurangi
pemasangan konektor.
j. Ganti dressing setiap 5-7 hari atau bila basah, kotoran ataupun linggar.
Bersihkan daerah insersi dengan chlorhexidin 0,5%.
k. Jika dressing menggunakan gauze ganti setiap 2 hari atau sewaktu-waktu
bila basah, kotor ataupun longgar.
l. Observasi lokasi insersi
- Lakukan palpasi pada lokasi pemasangan kateter melalui verban
untuk mengetahui adanya pembengkakan setiap hari.
- Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui
adanya pembengkakan, demam, merah, sakit sebagai tanda adanya
infeksi local atau infeksi bakterimia, jika verban terlalu tebal maka
buka kemudian lakukan dressing care kembali
m. Peralatan set infuse
- Set perlengkapan intra vaskuler mulai dari ujung slang yang masuk ke
container infus s/d IV cath atau diperpendek sebagai “ heparin lock “
- Gunakan tehnik aseptic saat pemasangan dan jika akan melakukan
pemasangan ulang maka semua set IV harus diganti secara
keseluruhan ( tidak lebih dari 48-72 jam).
- IV tubing ,piggi back, stopcock untuk infusion continous harus diganti
< 72 jam kecuali ada indikasi khusus.
- IV set pada infusion intermitten atau jika menggunakan transfusi set
pada pemberian produk darah atau lipid emulsion maka harus diganti
setelah 24 jam pemasangan dari diawalinya infus.
n. Parentral fluid :
- Ganti cairan infuse atau cairan parenteral nutrisi yang tergantung /
diberikan kepasien dalam waktu 24 jam.
- Jika pemberian lipid emulsion diberikan tersendiri hanya dipakai
selama 12 jam. Pemberian lipid based atau liposoma – based therapi
yang tidak tepat dapat merupakan sumber terjadinya bakterimia.
1) Intra venous therapy personil.
Lakukan pelatihan tehnik pemasangan dan perawatan IV catheter
pada personil dan tindakan pemasangan hanya dilakukan oleh
personil yang terlatih.
2) Antimicrobial prophylaksis.
Jangan memberikan antimicroba sebagai prosedur rutin sebelum
pemasangan atau selama pemakaian alat intravaskuler untuk
mencegah kolonisasi kateter atau infeksi bakterimia (bloodstream
infection).

3. Pencegahan ISK Pada Pemasangan Kateter Urine.


a. Memastikan semua peralatan yang akan dipakai dalam kondisi steril dan
sesuai dengan kondisi pasien.
b. Melakukan prosedur cuci tangan atau disinfeksi (alcohol hand rub).
c. Prosedur pemasangan sesuai SOP di keperawatan.
d. Melakukan fiksasi dengan benar untuk menghindarkan mobilisasi /
pergerakan kateter di urethra.
e. Kantong urine harus diletakkan lebih rendah dari kandung kemih pasien,
close system dan jangan tergeletak dilantai.
f. Mengosongkan kantong urine setiap shift dengan menggunakan gelas
penampung yang bersih, jangan digunakan lebih dari satu pasien dan
segera lakukan dekontaminasi.
g. Pengambilan specimen untuk kultur dilakukan bila ada tanda atau gejala
infeksi sistemik (panas,hipotensi).
h. Sampel dilakukan secara aseptik.
i. Bila irigasi diperlukan untuk membersihkan gumpalan darah harus
dilakukan secara aseptik.
j. Penggantian kateter dilakukan berdasarkan indikasi dan diikuti oleh
penggantian kantong urine.
k. Memelihara personal hygiene terutama area periurethral dua kali sehari,
penggunaan antiseptic tidak diperlukan
Pengambilanspesimenuntukkulturdilakukanbilaadatandaataugejalainfeksisistemi
k (panas,hipotensi).

6) Sampeldilakukansecaraaseptik.

7) Bilairigasidiperlukanuntukmembersihkangumpalandarahharusdilakukan
secaraaseptik.

8) Penggantiankateterdilakukanberdasarkanindikasidandiikutiolehpenggan
tiankantong urine.

9) Memelihara personal hygiene terutama area periurethraldua kali sehari,


penggunaanantiseptiktidakdiperlukan.

10) Janganmenutupkateter (klem)


karenadapatmeningkatkanrisikobakteriuriadanmungkinbakteriemia.

11) Bilatandainfeksisistemikditemukan yang


didugakatetersebagaisumberinfeksimakaketikaterapiantibiotikadimulaik
ateterharusdilepas.

12) Untukpengeluaran urine jangkapendek,


gunakankondomkateterdanmenggantisetiap 24 jam
danlakukanperawatan penis (untukpasienlaki-laki).

13) Pemakaian pampers dapatdilakukansebagai alternative padapasien yang


gelisahdantidakkooperatif

4. PencegahanHospital Associated Pneumonia (HAP).

1) CegahKontaminasiSilang :

Cucitangansebelumdansetelah suctioning, menyentuhperalatan


ventilator dankontakdengan secret.
Bersihkan secret subglotissecaraterusmenerus.

Gunakansatusarungtanganuntu
ksatu kali suction. Gunakan air
steriluntukhumidifikasi.

2) Mencegahgasterrefluk :

Posisi semi recumbent 300-


450kecualiadakontraindikasi Oral
feeding lebihdirekomendasikandan
nasal feeding
5
3) PerawatanJalannafas :Lepas ETT sesegeramungkin. Hindari re-
intubasiJikamemungkinkangunakannon invasivepositif pressure ventilation
secarakontinousmelalui face/nose mask sebagaipenggantiintubasi. Suction
biladiperlukan. Gunakancairansteriluntukmembersihkan suction
kateterjikaakandimasukkankembalike ETT. Oral hygiene 3-4 kali sehari.

4) Perawatanperalatan :

Gantisegerasirkuitbilatampakkotor.

Segerabuangkotoran yang terkumpulpada tubing ventilator.

Pengelolaanperalatansesuaidengan protocol desinfeksidansterilisasi.

5) Pemberianobat-obatan
Hindaripenggunaan anti mikroba yang tidakperlu, gunakan anti
mikrobapadapasien yang beresikotinggi
Batasipenggunaan stress ulcer prophylaxis, berikanpadapasien yang
beresikotinggiperdarahanlambung

Gunakan DVT Pprophylaxis


Oral care menggunakandesinfektan (chlorhexidin 0,12%)

BAB IV
DOKUMENTASI
1. Lembar monitoring pasien yang terpasangalat invasive.

2. Laporaninfeksi.

3. Status pasien.
4.

Anda mungkin juga menyukai