PENDAHULUAN
1
Susu kambing merupakan susu yang dihasilkan oleh kambing betina. Susu
kambing memiliki protein terbaik setelah telur dan hampir setara dengan ASI (Air
Susu Ibu). Susu merupakan salah satu bahan makanan yang mudah dicerna dan
bernilai gizi tinggi dan sangat dibutuhkan oleh manusia dari berbagai umur. Susu
juga mempunyai sifat yang mudah rusak sehingga sangat cepat mengalami
perubahan rasa, bau, dan warna. Dalam keadaan normal, susu hanya bertahan
maksimal 2 jam setelah pemerahan tanpa mengalami kerusakan maupun
penurunan kualitas.
Susu kambing memiliki kandungan laktosa yang jauh lebih rendah daripada
susu sapi sehingga tidak menyebabkan lactose intolerance (Ribeiro and Ribeiro,
2010). Ditinjau dari komposisi kimia susu, proteinnya mencapai 3,25%. Protein
susu terbagi menjadi dua kelompok yaitu kasein yang merupakan protein utama
susu, jumlahnya mencapai 80% dari total protein, sisanya berupa protein whey.
Kasein yang dikandung susu sapi adalah 55% α-kasein, 30% β-kasein dan 15% ᶄ-
kasein (Malaka, 2010).
Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu. Laktosa
tergolong dalam disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa tidak
semanis gula tebu dan mempunyai daya larut hanya sekitar 20% pada suhu kamar.
Salah satu produk olahan susu yang banyak digemari masyarakat adalah keju
(Susilorini, 2006). Keju merupakan bahan makanan tinggi protein dan penting
bagi kesehatan. Selama ini sebagian masyarakat masih menganggap keju sebagai
jenis makanan yang mewah dan mahal. Masyarakat yang belum mengerti cara
pembuatan keju sehingga menimbulkan kesan bahwa membuat keju sangat sulit
(Murti, 2004).
Tahap pembuatan keju melibatkan dua fase yang saling berhubungan,
pertama pembentukan komposisi dan pH, kedua membangun karakteristik fisik
dan citarasa (Marth dan Steele 2001). Proses pembentukan keju akan terbentuk
dua golongan protein yaitu protein menggumpal yang disebut curd yang akan
menjadi keju melalui proses pembuatan selanjutnya dan protein terlarut yang
disebut whey. Curd adalah gumpalan yang terbentuk oleh aktivitas koagulan yaitu
campuran enzim yang mempunyai aktivitas proteolitik sedangkan whey
2
merupakan protein yang tidak mengalami presipitasi karena asam dan merupakan
20% dari total kandungan protein (Murti 2004).
Produksi keju menggunakan asam untuk mempercepat proses pembentukan
curd karena dengan penambahan asam, pH susu langsung turun dari 6,7 menjadi
5,4 tanpa harus menunggu pertumbuhan bakteri starter untuk membentuk asam.
Pemberian beberapa jenis pengasam yang berbeda akan mempengaruhi hasil,
kekerasan, daya potong, dan elastisitas yang berbeda pada keju. Beberapa faktor
utama yang mempengaruhi kualitas keju yaitu jenis pengasam, konsentrasi
pengasam dan kondisi susu (Purwadi, 2006).
Keju selain diproduksi dari susu sapi, juga dapat diproduksi dari susu
kambing. Produk yang dihasilkan memiliki aroma yang khas. Secara umum, keju
digumpalkan menggunakan asam cuka. Penggunaan asam organik seperti
belimbing wuluh dan jeruk nipis juga mampu menggumpalkan susu menjadi keju.
Asam dari buah memiliki aroma yang khas sehingga keju yang dihasilkan akan
menjadi unik. Penelitian mengenai penggunaan asam organik dan susu kambing
perlu dilakukan untuk mengetahui karateristik fisik dan kimia keju yang
dihasilkan.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pemberian asam buah terhadap kualitas fisikokimia keju
susu kambing Nubian.
2. Mengetahui pengaruh pemberian asam yang berbeda terhadap uji hedonik keju
susu kambing Nubian.
3
1.4 Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan, pengetahuan untuk peneliti maupun pembaca dalam
bidang pangan.
2. Menambah diversifikasi produk olahan susu menjadi keju menggunakan asam
dari buah.
3. Meningkatkan nilai tambah (added value) keju dengan asam buah
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
curd dan pemisahan serum susu. Kandungan utama dari keju adalah protein susu
(kasein) dan lemak. Pada umumnya keju dibuat dari susu sapi, tetapi dapat juga
dibuat dari jenis susu lainnya. Keju memiliki jenis yang banyak, salah satunya
adalah keju lunak tanpa pemeraman seperti keju cottage (Malaka, 2010).
Mayoritas keju dibuat dari susu dengan perlakuan panas atau susu pasteurisasi
baik penuh, rendah lemak, maupun tanpa lemak dan non-pasteurisasi susu
(Sulistyorini, 2010). Pasteurisasi merupakan suatu cara untuk menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cepat tanpa mempengaruhi rasa makanan dan
minuman (Pararaja, 2008).
Keju merupakan produk olahan susu dengan gizi tinggi. Masa simpan keju
bervariasi dari 4-5 hari hingga 5-10 tahun tergantung pada jenisnya. Keju berasal
dari dadih yang diberi garam dan diperas membentuk padatan yang sebelumnya
susu telah dipisahkan dari gumpalan susu (curd) dan cairan dari gumpalan susu
(whey). Dengan adanya gumpalan susu dan disaring dengan menggunakan kain
saring, maka cairan terbentuklah keju merupakan kaya akan protein, lemak,
kalsium, dan fosfor untuk pertumbuhan tulang dan gigi serta baik untuk
pembentukan sel darah merah dan haemoglobin (Astawan, 2004).
Berdasarkan teksturnya, keju dibedakan menjadi keju keras dan keju lunak.
Keju keras dibedakan menjadi keju sangat keras (misalnya Swiss cheese) dan keju
setengah keras (misalnya Roquefort cheese dan Brick cheese). Keju lunak
dibedakan menjadi tiga, meliputi keju yang mengalami proses pemeraman oleh
bakteri yaitu Limburger cheese, pemeraman oleh kapang yaitu Camembert cheese
dan yang tidak mengalami pemeraman yaitu Cottage cheese (Eckles et al, 1980).
Asam sitrat (citric acid) dan asam asetat telah banyak digunakan dalam
pembuatan makanan karena berfungsi sebagai pengawet serta memberi rasa asam.
Menurut Purwadi (2006), pemberian beberapa jenis pengasam yang berbeda akan
mempengaruhi hasil rendemen, kekerasan, daya potong, dan elastisitas yang
berbeda pada keju. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi kualitas keju yaitu
jenis pengasam, konsentrasi pengasam dan kondisi susu. Berdasarkan hal-hal
tersebut, diperlukan penelitian untuk mengungkap lebih lanjut penggunaan teknik
pengasaman langsung dengan berbagai pengasam serta perbedaan kondisi susu
6
terhadap kualitas hasil/rendemen, keasaman, kadar air dan ketegaran (firmness)
keju yang dihasilkan.
7
pematangan. Beberapa jenis keju, bakteri dapat mengeluarkan gelembung
udara sehingga dihasilkan keju yang berlubang-lubang.
Kualitas keju yang dihasilkan dalam industri keju dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah jumlah sel somatis, hal ini dikarenakan jumlah sel somatis
dalam susu hewan berkorelasi dengan tingkat kesehatan hewan. Faktor penyebab
lainya jumlah total mikro organisme di dalam susu, karena adanya beberapa
mikroorganisme (Lactobacillus spp, Lactococcus spp, Streptococcus spp) yang
menguntungkan dan ditambahkan ke dalam keju, sementara yang lain dapat
menyebabkan penyakit pada manusia (misalnya Listeria Sp, Salmonella spp, Brucella
Sp) atau masalah dalam pematangan produk susu (misalnya Enterobacteriaceae,
Coliform, bakteri psikotrof, Clostridium spp). Selain itu, faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas keju adalah bahan baku keju (susu), rennet, proses
pengolahan dan proses penyimpanan (Bencini 2001).
8
dan keras. Sedang permukaaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya
majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi
beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm, sedangkan
tulang daunnya menyirip dengan tangkai bersayap hijau dan lebar 5-25 mm.
Tanaman jeruk nipis pada umur 2 ½ tahun sudah mulai berubah. Buahnya
berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm berwarna (kulit
luar) haijau atau kekuning-kuningan. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar
tunggang, buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk
umumnya menyukai tempa-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari
langsung (Elon dan polancos, 2015). Gambar jeruk nipis dapat dilihat pada
gambar 2.1
9
penghambatan metabolisme oleh molekul asam yang terkondisosiasi (Barbut,
2002).
Jeruk nipis diduga dapat digunakan sebagai bahan pengasam dalam
pembuatan keju, karena menurut Cakrawala IPTEK (2002) buah tersebut
mengandung beberapa jenis asam organik diantaranya asam sitrat dan asam
askorbat. Hasil penelitian Falade et al. (2003) menunjukkan bahwa jeruk nipis
mengandung asam askorbat 29,4 1,4 mg/100g, asam sitrat 4.124 78 mg/100g dan
total asam organik 4.187 35,1 mg/100g. Buah tersebut selain mempunyai citarasa
asam yang dominan, juga mempunyai citarasa khas jeruk nipis sehingga bila
digunakan dalam pembuatan keju, diharapkan keju yang dihasilkan juga memiliki
citarasa khas jeruk nipis tersebut.
10
Genus: Averrhoa
Species: Averrhoa bilimbi
11
berpengaruh terhadap karakteristik fisikokimia keju Mozzarella yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap karakteristik fisikokimia keju
Mozzarella yang dihasilkan serta dan mendapatkan konsentrasi ektrak belimbing
wuluh yang tepat untuk menghasilkan keju Mozzarella dengan karakteristik
terbaik.
Kandungan kimia belimbing wuluh yang dilakukan Faradisa (2008)
menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa
oksalat, minyak atsiri, Fenol, Flavonoid dan Pektin. Batang belimbing wuluh
mengandung Saponin, Tanin, Glukosida, Kalsium Oksalat, Sulfur, Asam Format,
Peroksida, sedangkan Daunnya mengandung Tanin, Sulfur, Saponin,Flavonoid,
Asam Format, Peroksida, Kalsium Oksalat, Kalium Sitrat.
Senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan misalkan flavonoid, tanin, dan
saponin berdasarkan beberapa hasil penelitian mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri, di dalam daun belimbing wuluh mengandung
senyawa metabolit sekunder yaitu 12 flavonoid dan tanin sehingga senyawa aktif
tersebut dapat digunakan sebagai antibakteri (Savitri. N. P,2014).
12
2. I Wayan Pengaruh Bahwa nilai rata- Penambahan ekstrak
R.W, Ni Penambahan Ekstrak rata variabel yang blimbing wuluh pada
W.W, dan Belimbing Wuluh diamati dengan keju mozzarella pada
Prayekti. H. (Averrhoa bilimbi L.) perlakuan kualitas fikokimia
2016 Terhadap penambahan yaitu pada
Karakteristik ekstrak belimbing penambahan 7,0%
Fisikokimia Keju wuluh yang
Mozzarella tertinggi terdapat
pada penambahan
ekstrak belimbing
wuluh sebanyak
9,0%
3. Aprilita Pembuatan Keju Terdapat perbedaan kombinasi starter
Cresi Peram ( Ripened yang 50% Rhizopus oryzae
Widyaningr Cheese ) signifikan antara dan 50% Rhizopus
um. 2009 Menggunakan keju komersil oligosporus
Starter Kombinasi dengan keju menghasilkan kadar
Rhizopus Oryzae perlakuan protein, kadar lemak,
Dan Rhizopus kombinasi starter dan kadar kalsium
Oligosporus Rhizopus oryzae tertinggi yaitu kadar
dan Rhizopus protein 31,54%,
oligosporus dalam kadar lemak 50,45%,
pembuatan keju
peram (ripened
cheese)
terhadap kadar air,
kadar lemak , dan
kadar protein
4. Rio andika. Pengaruh Pengaruh sari keju dipengaruhi oleh
2017 Penambahan Sari belimbing wuluh jumlah pemberian
Belimbing Wuluh berpengaruh nyata sari belimbing wuluh,
(Averrhoa Bilimbi) terhadap nilai total dimana semakin
Terhadap Nilai Total titratable acidity, banyak jumlah
Titratable Acidity, kadar air, protein pengasam maka
Kadar Air, Protein dan nilai semakin tinggi nilai
Dan Nilai organoleptik. keasaman keju tapi
Organoleptik Keju Penambahan sari pada saat pemberian
Mozzarella belimbing wuluh jumlah sari
8% adalah nilai belimbing 16%
terbaik dengan total keasaman menurun
titratable acidity karena terlalu
2,55%, kadar air tingginya jumlah
30,97%, protein asam, sehingga
23,41% jumlah curd yang
terkoagulasi menjadi
sangat sedikit dan
sangat lentur,
13
2.3 Kerangka Pemikiran
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
15
Keterangan:
A1 = Rennet + cuka 4%
A2 = Rennet + blimbing wuluh 4%
A3 = Rennet + jeruk nipis 4%
K = Kelompok (1,2,3)
Keterangan:
Yij = Hasil pengamatan parameter yang mendapat perlakuan ke-i dan j
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh jenis asam ke-i
βj = Pengaruh konsentrasi garam ke-j
(αβ)ij = korelasi antara jenis asam ke-I dan konsentrasi garam ke-j
εij = Galat percobaan
Data hasil penelitian di analisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA,
atau analysis of variance) dengan tingkat kepercayaan 5% dan 1%. Apabila data
berbeda nyata maka akan diuji lanjut mengunakan DMRT (Duncan multiple
range test). Data di analisis dengan alat bantu software SPSS version 21.
16
3.5.2 Persiapan alat
Peralatan yang akan digunakan untuk analisis disterilkan terlebih dahulu
menggunakan air untuk menjaga kebersihan alat supaya terhindar dari
kontaminasi, sedangkan untuk pembuatan keju susu kambing disterilkan
menggunakan air mendidih. Peralatan yang telah disterilkan disimpan ditempat
yang aman dan bersih untuk menjaga kontaminasi silang.
17
Susu kambing
Didinginkan (30-35°C)
+ 2 % rennet cair
18
tertentu. Pelatihan pada calon penelis dengan menggunakan uji cicip dasar dan uji
segitiga sehingga didapat panelis agak terlatih (semi terlatih) sejumlah 50 orang.
Panelis semi terlatih selanjutnya diberikan sampel yang akan diuji organoleptik
untuk mengetahui mutu dari sampel penelitian ini. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis.
3.6.3 pH
pH meter sebelum digunakan terlebih dahulu distandarisasi menggunakan
buffer universal 7.0. Sampel diambil sebanyak 5 mL kemudian dimasukan ke
dalam beaker glass. pH meter dimasukan ke dalam beaker glass lalu diukur pH
nya. Setelah selesai, pH meter dicuci menggunakan aquades lalu dikeringkan.
19
3.6.4 Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan antara berat awal dan berat akhir
sampel. Semakin tinggi rendemen maka semakin bagus produk yang dihasilkan.
Rendemen curd dihitung dengan rumus:
Rendemen curd (%) = (berat akhir) × 100%
Berat awal
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tabel uji fisikokimia keju peram susu kambing nubian terdapat
perlakuan A1, A2, dan A3 dengan pengujian rendemen, pH whey, dan protein.
Hasil yang di dapat pada kualitas fisikokimia terhadap keju peram pada Perlakuan
A1, A2, dan A3, nilai tertinggi adalah perlakuan A1 pada uji protein dan pH, pada
perlakuan A3 memiliki nilai terendah pada uji protein dan Ph dibandingkan
perlakuan A2, hal ini disebabkan kandungan asam organik jeruk nipis lebih
dibandingkan belimbing wuluh sehingga kandungan memberikan hasil PH yang
rendah dan protein yang rendah dibandingkan belimbing wuluh. Hasil anova
berbeda sangat nyata (P<0,01) pada uji protein dan PH, untuk uji rendemen dan
berat curd berbeda nyata (P<0,05).
Selama proses pemeraman terjadi reaksi biokimia yang sangat komplek.
Proses biokimia selama pemeraman dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
21
kelompok primer yang merupakan metabolisme laktosa, lipolisis, dan proteolisis.
Disamping kelompok primer terdapat kelompok sekunder yang merupakan
kelompok yang sangat penting dalam perkembangan komponen rasa, aroma, dan
yang termasuk dalam metabolisme asam lemak, serta asam amino (Amos, 2007).
4.1.1 Rendemen
rendemen curd
40.00
35.00
36.02
30.00 31.45
25.00 28.69
20.00
15.00 rendemen curd
10.00
5.00
0.00
cuka belimbing jeruk nipis
wuluh
22
yang dihasilkan akan semakin tinggi. Menurut Joshi (2004) yang menyatakan
bahwa pada koagulasi dengan asam, semakin rendah pH penggumpalan maka
kemampuan curd menahan air semakin besar sehingga semakin besar kadar air
yang dihasilkan.
Pemberian asam awal pada pembuatan keju dapat mempengaruhi kadar
kalsium, protein dan lemak keju Metzger et. al. (2000). Koagulasi pada kondisi
asam yang optimum untuk aktivitas enzim renin mampu menghasilkan curd yang
kompak dan kokoh, sehingga pada saat curd dipotong, tidak banyak lemak dan
kasein hilang bersama whey, lebih banyak lemak yang dapat dipertahankan dalam
curd maka dapat menghasilkan rendemen keju lebih tinggi, dan juga menurut Hal
ini sesuai pendapat Sumarmono dan Suhartati (2012) yang menyatakan bahwa
semakin banyak ekstrak buah yang ditambahkan dapat menyebabkan proteolisis,
hal ini dapat menyebabkan lebih banyak kasein yang larut di dalam whey.
4.1.2 PH whey
pH whey
7
6
5.8
5
4.8 4.7
4
3 Ph whey
2
1
0
cuka belimbing wuluh jeruk nipis
23
yang dilakukan oleh Komar et al (2009) yang menunjukkan bahwa nilai pH keju
mozzarella akan semakin turun apabila disertai dengan peningkatan penambahan
bahan yang bersifat asam (asam sitrat) seperti pada kandungan yang ada pada
perlakuan jeruk nipis yang memiliki tingkat asam yang paling tinggi dalam proses
pembuatannya. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi penambahan
bahan yang bersifat asam maka akan menjadikan keju mozzarella memiliki nilai
pH yang semakin rendah.
Ph whey keju peram semakin rendah, maka curd yang terbentuk akan semakin
lembek dan mudah meleleh sedangkan ph tinggi akan menghasilkan keju segar
yang lebih padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Singh (2003) yang menyebutkan
bahwa ph rendah akan menghasilkan curd dengan tekstur rapuh dan mudah
hancur. Sementara itu, pH tinggi akan menghasilkan tekstur yang lebih padat.
Keasaman yang diakibatkan asam belimbing wuluh dan jeruk nipis dapat
mempengaruhi aktivitas pada proses koagulasi.
Protein memilki sifat yang unik. Kelarutan protein tergantung dari ph
lingkungan (larutan). Ketika ph susu cenderung netral (6 - 7) maka protein larut
sempurna di dalam larutan susu, menurut Buck (2002) pH adalah konsentrasi
hidrogen ion yang bersifat asam dan basa, nilai normal pH yaitu 7 dan jika dibawa
tujuh maka bersifat asam dan diatas tujuh maka bersifat basa. Ketika susu
ditambahkan asam, secara perlahan-lahan ph akan turun. Saat ph larutan
mendekati point iso elektrik / PI (4,0 – 5,0) maka akan terjadi persipitasi / salting
out. Hal ini menyebabkan protein akan menggumpal menjadi curd. Protein yang
menggumpal merupakan jenis protein kasein sedangkan protein non kasein
(laktoalbumin, laktoglobulin, imonoglobulin, serum albumin) akan larut ke dalam
cairan (whey). Fenomena penggumpalan ini sering dimanfaatkan dalam
pengolahan keju dan tahu (Lehninger, 2008).
Beberapa jenis asam yang dapat digunakan dalam pembuatan keju
diantaranya adalah asam sitrat, sulfurat, hidroklorat, laktat, fosforat, dan asetat
serta glukono lakton Hasil penelitian terdahulu tentang kandungan jeruk nipis
menurut Hasil penelitian Falade et., al (2003) menunjukkan bahwa jeruk nipis
mengandung asam askorbat 29,4 1,4 mg/100g, asam sitrat 4.124 78 mg/100g dan
total asam organik 4.187 35,1 mg/100g, dan juga menurut Subhadrabandhu
24
(2001), belimbing wuluh mengandung senyawa kimia asam format sebanyak 0,4-
0,9 meq asam/100 g, asam sitrat sebanyak 92,6-133,8 meq asam/100 g, dan asam
askorbat sebanyak 9 mg/100 g.
Asam laktat merupakan hasil dari metabolisme glukosa yang digunakan
selama pertumbuhan sel dengan jumlah semakin meningkat seiring bertambahnya
waktu. Meningkatnya produksi asam laktat tersebut ditandai dengan menurunnya
pH atau meningkatnya asam akibat timbulnya ion H+ yang terjadi karena
dekomposisi laktosa yang menghasilkan asam-asam yang mudah menguap dan
pecahnya phosphat organik yang terdapat di dalam kasein, sehingga menghasilkan
asam. Asam laktat yang terbentuk berdampak pada koagulasi kasein pembentuk
dadih. Sub misel kasein yang terdiri dari kalsium dan fosfat, ketika terbentuk
asam laktat, kalsium dan fosfat akan berikatan dengan laktat membentuk kalsium
laktat dan fosfat laktat, sehingga gumpalan-gumpalan kasein akan berdiri sendiri
yang nantinya akan membentuk curd (Purwandhani dan Suladra 2003).
4.1.3 Protein
Protein
26
25.86
25.5
25
Protein
24.5
24.58
24.45
24
23.5
cuka belimbing wuluh jeruk nipis
25
sehingga kandungan protein didalam curd tidak berkurang dan protein tidak
mengalami denaturasi.
Asam yang tinggi dapat mendenaturasi protein susu sehingga protein
terpecah kembali menjadi molekul yang kecil yang mengakibatkan protein larut
dalam whey keju. Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau
modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener molekul protein tanpa
terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu, denaturasi dapat
diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, interaksi hidrofobik, ikatan
garam dan terbukanya lipatan atau wiru molekul protein (Sumardjo, 2008).
Protein mudah mengalami kerusakan oleh asam dengan Ph yang rendah,
penambahan asam buah yang memiliki pH rendah ini akan menyebabkan
rusaknya struktur protein sehingga protein akan cepat terkoagulasi dan kelarutan
protein dalam air meningkat yang menyebabkan penurunan kandungan protein
pada keju peram yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Winarno (1992) bahwa
penambahan asam tinggi akan menyebabkan denaturasi dan rusaknya struktur
protein yang mengakibatkan protein larut dalam whey sehingga lemak akan ikut
mengendap. Perlakuan yang memiliki nilai protein yang rendah disebabkan
karena kelarutan protein dalam air tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat Triyono
(2010) yang melaporkan kelarutan protein dalam air akan meningkat jika diberi
perlakuan asam yang berlebih sehingga kandungan protein pada bahan akan
menurun.
Cita rasa keju dipengaruhi oleh hasil pemecahan protein (hasil proteolisis),
hasil pemecahan lipid, asam laktat, dan garam serta adanya CO2, (Septiana 1994).
Proteolisis merupakan proses yang penting pada pemeraman keju faktor yang
mempengaruhi proteolysis selama pemeraman keju adalah pH, aktivitas air, suhu,
kondisi lingkungan pemeraman, dan perlakuan selama pemeraman keju.
Proteolisis pada proses pengelolahan keju terjadi pada susu segar, selama proses
penggumpalan susu dan selama pemeraman. Selama proses ini keju mengalami
hidrolisis pada bagian protein yang tidak larut dalam air, yang merupakan bagian
besar dari komponen nitrogen sehingga terbentuk komponen sederhana yang larut
dalam air.
26
Selain reaksi proteolisis pada pemeraman keju, lipolisis juga terjadi selama
pemeraman, lipolisis merupakan pemecahan lemak sehingga dibebaskan asam
lemak. Lipolisis ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas enzim lipase. Lipolisis
tampak penting terhadap pembentukkan asam lemak bebas. Pembentukkan asam
lemak bebas penting untuk pembentukkan cita rasa baik pada keju lunak maupun
keju keras (Eskin 1990).
Pada tabel uji hedonik keju peram susu kambing nubian terdapat perlakuan
A1, A2, dan A3 dengan pengujian tekstur, aroma, dan rasa. Hasil yang di dapat
pada hasil uji hedonik terhadap keju peram susu kambing pada variabel tekstur,
aroma, dan rasa perlakuan yang disukai adalah pada perlakuan A2 dan yang
memiliki tingkat kesukaan terendah pada perlakuan A3. Perlakuan A1, A2, dan
A3 memiliki hasil yang sangat nyata (P< 0,01) pada keju susu kambing dengan
berbagai sumber asam organik. Hasil grafik hedonik disajikan pada gambar grafik
4.8
27
uji hedonik
aroma
7
6
5
4
3
2
A1
1
keseluruhan 0 rasa A2
A3
tekstur
28
4.2.2 Aroma keju susu kambing
Uji aroma keju susu kambing memberikan hasil yang sangat nyata (P<0,01),
perlakuan A2 pada uji aroma yang lebih tinggi dengan tingkat yang paling suka
sebanyak 24% dari perlakuan A1, dan A3 yang memiliki tingkat ansumsi suka
sebanyak 30% (A1`) dan 26% (A2), karena pada perlakuan A2 yang mengandung
asam sitrat sehingga aroma susu berkurang hal tersebut karena proses fermentasi
yang membentuk flavor dan aroma yang mudah menguap.
Aroma khas kambing dan langu dapat dihilangkan karena penambahan jeruk
nipis. Menurut Astawan (2008) kandungan asam sitrat dalam jeruk yang tinggi
dimungkinkan dapat menghilangkan aroma tidak sedap pada makanan, dan juga
menurut Aroma sangat dipengaruhi oleh senyawa-senyawa pembentuk aroma
yang dihasilkan laktosa selama fermentasi, seperti diasetil (Afriani dkk, 2011).
Aroma susu yang khas berasal dari asam lemak yang terdapat dalam susu.
Penambahan sari belimbing ini yang mengandung asam sitrat mempengaruhi
perubahan aroma karena terjadinya fermentasi yang membentuk flavor dan aroma
yang mudah menguap. Hal ini didukung oleh Setyawati et al. (2013), adanya
perubahan pada produk olahan susu seperti keju disebabkan karena fermentasi
laktosa, sitrat, dan senyawa organik lainnya menjadi bermacam-macam asam,
ester, alkohol dan senyawa pembentuk flavor dan aroma yang mudah menguap
(Suryani 2013).
29
produk (Martini. 2002). Perubahan pada produk olahan susu seperti keju
disebabkan karena fermentasi laktosa, sitrat, dan senyawa organik lainnya, rasa
gurih diperoleh dari penambahan garam dapur pada masing-masing perlakuan.
Rasa dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain (Setyawati et al. 2013).
4.3 Diskusi
Hasil perlakuan pemberian asam dari sumber yang berbeda terhadap uji
fisikokimia memberikan hasil yang sangat nyata (P<0,01) pada paremeter
pengujian protein dan Ph dan berbeda nyata (P,0,05) pada pengujian rendemen
dan berat curd. Pengujian protein dan Ph pada perlakuan A2 (belimbing wuluh)
memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya, disebabkan
karena pada pada koagulasi kasein terbentuk lebih banyak dibandingkan
perlakuan A1 (cuka), dan A3 (jeruk nipis).
Pengujian uji hedonik mendapatkan hasil yang sangat nyata (P<0,01) pada
parameter pengujian tekstur, aroma, dan rasa. Tingkat kesukaan uji hedonik paling
disukai pada perlakuan A2 (belimbing wuluh) dari segi tekstur, aroma, dan rasa
dibandingkan perlakuan lainnya, karena keju susu kambing pada perlakuan A2
(belimbing wuluh) memiliki tekstur yang padat dan tidak lembek, memiliki aroma
belimbing wuluh sehingga bau perengus susu kambing berkurang, dan memilki
rasa gurih diperoleh dari penambahan garam pada pemeraman keju (Setyawati et
al. 2013).
30
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapatkan dari penelitian yaitu:
1. Pemberian asam yang berbeda terhadap kualitas fisikokimia keju susu
kambing Nubian (Capra aegagrus hircus) dapat mempengaruhi
fisikokimia (protein, rendemen, pH) keju susu kambing Nubian (Capra
aegagrus hircus). Perlakuan jeruk nipis mampu meningkatkan hasil
rendemen dan menurunkan pH, sedangkan perlakuan belimbing wuluh
dapat meningkatkan hasil uji protein.
2. Perlakuan belimbing wuluh pada pembuatan keju peram dapat
meningkatkan tingkat kesukaan (tekstur, aroma, rasa, keseluruhan)
5.2 Saran
Saran pada penelitian ini adalah perlu dilakukan uji lanjut mengenai
kandungan kimia keju (uji kadar air, kadar abu, dan kadar lemak) sehingga
mengetahui hubungan hasil rendemen curd, pH whey, dan protein yang terdapat
pada keju.
31
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo: PT. Tiga
Serangkai.
Amos, L.M. 2007. Enzimes from Yeast Adjuncts In Proteolysis During Cheddar Cheese
Ripening. Dissertatio submitted in fulfillment of the degree. University of the
Free State,Bloemfontein South Africa.
Afriani, Suryono dan Haris Lukman. 2011. Karakteristik Dadih Susu Sapi Hasil
Fermentasi Beberapa Starter BakteriAsamLaktat Yang Diisolasi dari
DadihAsalKabupatenKerinci. Jambi: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Peternakan Vol.01 No.1
Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Hidangan Hewani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Arinda, A. F., J. Sumarmono dan M. Sulistiyowati. 2013. Pengaruh Bahan Pengasam dan
Kondisi Susu Sapi terhadap Hasil/Rendemen, Keasaman, Kadar Air dan
Ketegaran (Firmness) Keju Tipe Mozzarella. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 456-
462.
Anggraini, R.P., A.H.D. Rahardjo, dan S.S. Santosa. 2013. Pengaruh level enzim
bromelin dari nanas masak dalam pembuatan tahu susu terhadap rendemen dan
kekenyalan tahu susu. Jurnal Ilmu Peternakan. 1(2): 507- 513.
Afriani, Suryono dan Haris Lukman. 2011. Karakteristik Dadih Susu Sapi Hasil
Fermentasi Beberapa Starter Bakteri Asam Laktat Yang Diisolasi dari Dadih
Asal Kabupaten Kerinci. Jambi: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas
Peternakan Vol.01 No.1 36-42.
AOAC, 2005. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists.
Benjamin Franklin Station, Washington.
Bencini R. 2001. Factors affecting the quality of ewe's milk. Di dalam: Proceedings of
the 7th Great Lakes Dairy Sheep Symposium. Wisconsin: Eau Claire. hlm 60-92.
Badan Pusat Statistik, 2014. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2014.
https://www.google.com/search.digilib.unila.ac.id. Diakses tanggal 03 April
2016.
Buck, R. P . 2002. Measurement of pH. Definition, Standards, And Procedures (IUPAC
Recommendations 2002). Pure and applied chemistry 74.11: 2169-2200.
Badan Pusat Statistik, 2017. Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Direktorat
Jendral Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Jakarta.
Barbut, Shai. 2002. PoultryProducts Processingan Industry Guide. GRC Press.
Washington, DC.
Buckle. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Purnomo. Universitas Indonesia Press. Jakarta..
Cakrawala IPTEK. 2002. Tanaman obat Indonesia: Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
Swingle). IPTEKnet. http://www.iptek.net.id/ind/cakrao bat /tanamanobat.
php?id=131. 03/05/06.
Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. 2(1) : 139-162.
Devendra, C. 1980. milk production in goat compared to buffalo and cattle in humed
tropics. Journal Dairy Sci . 63 : 1955.
Dewi, M.T., R. Evie, dan. T. Guntur. 2014. Aktivitas antibakteri ekstrak daun majapahit
(Crescentia cujete) terhadap pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum
penyebab penyakit layu. LenteraBio. 3(1) : 51–57
Devendra C. 2012. Dairy Goats in Asia: Multifunctional Relevance and Contribution
toFood and Nutrition Security. Proceedings of the 1st Asia Dairy Goat
Conference. Kuala Lumpur, Malaysia, 9-12 April 2012.
32
Elon, Y., J. polancos. 2015. Manfaat jeruk nipis (citrus aurantifolia) dan olahraga untuk
menurunkan kolesterol total klien dewasa. Jurnal skolastik keperawatan. Vol 1
(2) 148-155.
Eskin, M. N. A. 1990. Biochemistry of Foods. Second Edition. Academic Press, New
York.
Eckles, C. H., W.B. Combs. And H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill
Company. New York.
Falade, O.S., O.R. Sowunmi, A. Oladipo, A. Tubosun and S.R.A. Adewusi. 2003. The
level of organic acids in some Nigerian fruits and their effect on mineral
availability in composite diets. Pakistan Journal of Nutrition, 2(2): 82-88.
Faradisa, M. 2008. Uji Efektifitas Antimikroba Senyawa Saponin Dari BatangTanaman
Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn). Skripsi Jurusan Kimia UIN Malang.
Malang.
Joshi, N., K. Muthukumarappan dan R. I. Dave., 2004.Effect of Calcium on
Mikrostrukture and Meltability of part Skim Mozzarella Cheese.Journal Dairy
Science. 7: 1975-1985
[Kementan RI] Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Kategori pangan susu.
http://pphp.Kementan.go.id/Standar_nasional/SNI_Ternak/KATEGORI_PANGA
N_01_Susu. [10 Oktober 2011].
Komar N., L.C. Hawa, R. Prastiwi. 2009. Karakteristik Termal Produk Keju Mozzarella
(Kajian Konsentrasi Asam Sitrat). Jurnal Teknologi Pertanian. 10: 78 – 87.
Kalab, M. 2004. Cheese: Development of Structure. Food Under the Microscope. Dalam:
Purwadi. 2008. Kualitas Kimia Keju Segar Dengan Bahan Pengasam Jus Jeruk
Nipis, Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 1(1) : 12-17.
Kusumawati, D. Ardhana, M.M dan Radiati, L.E. 1995. Pengaruh penggunaan starter
yakult komersial dan enzim renin Mucormeihei terhadap mutu keju Cottage.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. No. (10): 24-28.
Litbangkes, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi ke1 Jilid 1.Depkes RI.
Jakarta.
A, Lehninger. 2008. Dasar-Dasar Biokimia, terj. Maggy Thenawidjaja. Jakarta: Erlangga.
Legowo, A. M., Kusrahayu dan S, Mulyani. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.
Martini, T. 2002. Kajian Pembuatan Tepung Cake Tape Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz) Instan Dan Penerimaan Konsumen Terhadap Mutu Organoleptik Cake.
Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, hal. 40
Murti, T. W., dan T. Hidayat. 2009. Pengaruh Pemakaian Kultur Tiga Macam Bakteri
Asam Laktat dan Pemeraman Terhadap Komposisi Kimia dan Flavour Keju.
Journal of The Indonesian Tropical Animal Agriculture 34 (1) :10-15.
Metzger, L. E., D. M. Barbano, M. A. Rudan and P. S. Kindstedt. 2000. Effect of Milk
Preacidification on Low Fat Mozzarella Cheese: I. Composition and Yield.
Journal of Dairy Science 83:648-658
Nido, R. 2005. Pengaruh Jenis dan Taraf Pemberian Rennet (Kambing dan Domba)
terhadap Kekerasan dan Persentase Produk Keju Chedar. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Nour, V. I., Trandafir, and Lonica. 2010. HPLC Organic Acid Analysis In Different.
Pararaja. 2008. Karakteristik fisik, kimia dan mikrobiologi dadih susu sapi hasil
kombinasi berbagai starter probiotik Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Prawisuma, Andika. 2007. Profil Asam Lemak Rantai Pendek, Total Bahan Padatan, Dan
Aroma Keju, Susu Kambing Dengan Lama Pemeraman Berbeda. Skripsi. IPB.
Bogor.
33
Purwadi. 2010. Kualitas Fisik Keju Mozzarella dengan Bahan Pengasam Jus Jeruk Nipis.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5:33 - 40.
Purwadi. 2006. Tinjauan Kualitas Fisik Keju Segar dengan Bahan Pengasam Jus Jeruk
Nipis dan Asam sitrat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 1 (1): 18-23.
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik.edisi 2. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Suharyanto. 2009. Pengelolaan Bahan Pangan Hasil Ternak. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
Suryani, D.R. 2013. Profil aroma, aktivitas antioksidan dan intensitas warna susu kerbau
akibat proses glikasi dengan penambahan rare sugar (Dpsikosa, L-psikosa, D-
tagatosa, L-tagatosa). [Skripsi]. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
EGC Emergency Arcan. Jakarta.
Ribeiro, A.C. and S. D. A. Ribeiro. “Specialty Products Made from Goat Milk”. Small
Ruminant Research 89 (Januari 2010): 225- 233.
Razak, Abdul, dkk. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In
Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(1)
Savitri. N. P. 2014. EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELIMBING
WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP BAKTERI MIX SALURAN AKAR
GIGI. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. [Skripsi].
Denpasar.
Setyawati, A., Purwadi, dan I. Thohari. 2013. Kualitas fisik dan organoleptik (Aroma,
Warna) keju olahan dengan penambahan tepung porang (Amorphopallus
onchophillus). Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Singh, T. K., M. Drake and Cadwallader. 2003. Flavor of cheddar cheese, chemical and
sensory perspective.
Septiana, A.T. 1994. Studi Pemeraman keju yang Diinokulasikan Lactobacillus
bulgaris dan Streptococcus thermophilus. Tesis. UGM. Yogyakarta.
Sodiq, A., dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawa. Agro Media Pustaka, Jakarta
Sutama IK. 2004. Tantangan peluang peningkatan produktivitas kambing melalui inovasi
teknologi reproduksi. Setiadi B, Priyanti A, Diwyanto K, Ginting SP, penyunting.
Prosiding Lokakarya Nasional Kambing Potong. Bogor 6 Agustus 2004. Bogor
(Indones): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan hlm.51-60.
Soedjana TD. 2008. Recent development in goat production for meat and milk in
Indonesia. Proceeding Seminar International for Goat Production. FFTC Taiwan.
Setiawati, MA. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L) dengan Konsentrasi dan Lama Perendaman yang Berbeda sebagai
Bahan Pengawet Ikan Nila. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Peguruan Pendidikan
Surakarta; 2014.
Sumarmono, J dan F.M. Suhartati. 2012. Yield dan Komposisi Keju Lunak (Soft Cheese)
dari Susu Sapi yang dibuat Dengan Teknik Direct Acidification menggunakan
Ekstrak Buah Lokal. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Hal. 66-67
Shantosi, A. 2015. Jagoan kambing perah dari afrika. www.agrinak.com. Diakses 2
maret 2018.
Susilorini, Tri Eko. 2006. Aneka Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Triyono, A. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses
Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus radiatus
L.). Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses. Semarang. Hal: 1411 – 4216.
34
Ummah, MK. 2010. Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin pada
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn). [Skripsi]. Malang (Indonesia):
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2010.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Widarta, I. W. R, N. W. Wisaniyasa, dan H. Prayekti. 2016. Pengaruh Penambahan
Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap Karakteristik
Fisikokimia Keju Mozzarella. Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno
1(1):37-45.
Windyastari, C., Wignyanto, W.I. Putri. 2012. Pengembangan Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi) sebagai Manisan Kering dengan Kajian Konsentrasi
Perendaman Air Kapur (Ca(OH)2) dan Lama Waktu Pengeringan. Jurnal
Industri.1:195 – 203.
www.sipendik.com. Kiat Sukses menanam jeruk nipis. Diakses pada 22 maret 2018.
Tanamanmart.com. Bibit belimbing wuluh. Diakses pada 22 maret 2018
35
Lampiran 1. Uji kadar protein
Di tambah 1 g K2SO4,
40 mg HgO, dan 20 ml
H2SO4
Sampel dididihkan sampai larutan
menjadi jernih dan dipindahkan ke
Labu kjeldahl di dalam alat destilasi
cuci dengan air
(1-2ml)
36
Lampiran 2. Uji PH
PH meter distandarisasi
menggunakan buffer universal 7.0
37
Lampiran 3. Uji rendemen
38
Lampiran 4. Tabel quisioner uji hedonik
Nama panelis :
TTD
Umur :
Jenis kelamin :
Instruksi
1. Dihadapan anda di sajikan sampel dengan 3 kode yang berbeda.
2. Amati tekstur dan aroma sampel, kemudian di icipi rasanya.
3. Netralkan lidah anda setiap selesai uji.
4. Berikan penilaian berdasarkan skor nilai yang telah ditentukan.
Parameter
Kode
Tekstur Aroma Rasa
P0
P1
P2
P3
Keterangan:
Sangat suka :7
Suka :6
Agak suka :5
Netral :4
Tidak suka :3
Agak tidak suka :2
Sangat tidak suka :1
Komentar:
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
39
Lampiran 5. Tabel ANOVA uji fisikokimia
Rendemen curd
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2
1.00 3 28.6933
2.00 3 31.4467 31.4467
3.00 3 36.0200
Sig. .249 .089
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 6.254.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
40
Lampiran 6. Tabel ANOVA uji fisikokimia (lanjutan)
pH whey
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2
3.00 3 4.6667
1.00 3 4.7667
2.00 3 5.8000
Sig. .237 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .008.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
41
Lampiran 7. Tabel ANOVA uji fisikokimia (lanjutan)
Protein
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2 3
1.00 6 24.4533
3.00 6 24.5850
2.00 6 25.8567
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .003.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .05.
42
Lampiran 8. Tabel ANOVA uji fisikokimia (lanjutan)
Beratcurd
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2
1.00 3 295.0000
2.00 3 323.3333 323.3333
3.00 3 370.3333
Sig. .248 .089
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 660.444.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
43
Lampiran 9. Tabel ANOVA uji organoleptik
Tekstur
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2
3.00 50 4.76
1.00 50 5.12
2.00 50 6.06
Sig. .084 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.064.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 50.000.
b. Alpha = .05.
44
Lampiran 10. Tabel ANOVA uji organoleptik (lanjutan)
Aroma
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2
3.00 50 4.88
1.00 50 4.92
2.00 50 5.80
Sig. .850 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.105.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 50.000.
b. Alpha = .05.
45
Lampiran 11. Tabel ANOVA uji organoleptik (lanjutan)
Rasa
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2 3
3.00 50 4.80
1.00 50 5.24
2.00 50 5.72
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .968.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 50.000.
b. Alpha = .05.
46
Lampiran 12. Tabel ANOVA uji organoleptik (lanjutan)
Keseluruhan
a,b
Duncan
perlakuan N Subset
1 2
3.00 50 4.8134
1.00 50 5.0940
2.00 50 5.8608
Sig. .074 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .603.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 50.000.
b. Alpha = .05.
47
Lampiran 13. Dokumentasi penelitian
48
Persiapan pembuatan keju Hasil keju susu kambing
49
Penulis bernama lengkap Salim Amir Thalib,
lahir di Banyuwangi tanggal 24 Mei 1996,
merupakan anak pertama dari keempat
bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami
istri, Bapak Amir Salim Thalib dan Ibu Zakiyah
Jahwari. Penulis sekarang bertempat tinggal di
Desa Lateng RT. 02 RW. 02, Kecamatan Lateng,
Kabupaten Banyuwangi.
50