Anda di halaman 1dari 16

Kegiatan Belajar 1

Pembacaan rambu ukur

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1


1) Peserta didik mengetahui cara pembacaan rambu ukur
2) Peserta didik mampu membaca rambu ukur yang meliputi
pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

b. Uraian materi 1
Pada lensa di teropong akan terlihat garis hitam setipis benang.
Biasa dalam istilah survey dinamakan Benang Atas (BA), Benang
Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB)

Gambar 1. Benang pada lensa teropong

Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam


almunium,berukuran; tebal 3 cm – 4 cm, lebar ± 10 cm dan panjang 2 m,
3 m, 4 m, atau 5 m, seperti yang terlihat pada gambar di sebelah kiri.
pada bagian bawah diberi sepatu (alas), agar tidak aus karena sering
dipakai. Rambu ukur dibagi dalam skala, angka-angka menunjukkan
ukuran dalam desimeter. Ukuran desimeter dibagi dalam sentimeter oleh
E dan oleh kedua garis. Rambu ukur memiliki cara penulisan yang
bermacam-macam. Adapun pada gambar 2 di bawah ini merupakan salah
satu contoh rambu ukur. Namun cara pembacaannya pada dasarnya
adalah sama. Rambu ukur merupakan alat bantu ukur untuk
mempermudah membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik
dengan permukaan tanah dan mengukur jarak secara optis. Rambu ukur
biasanya dibaca langsung oleh pembidik. Berdasarkan bentuk hurufnya,
rambu dikelompokkan menjadi dua macam :
 Rambu negatif (-), rambu yang letak angkanya terbalik. Letak huruf
sama hanya hurufnya yang terbalik, angka nolnya tetap di bawah.
Rambu ini dperuntukkan bagi pesawat (alat ukur) yang belum
dilengkapi lensa pembalik
 Rambu positif (+), rambu yang letak angkanya tegak. Letak huruf dan
angka nol tetap berada di bawah. Rambu ini diperuntukkan bagi
pesawat (alat ukur) yang dilengkapi lensa pembalik Pada pembacaan
rambu ukur, setiap satu dibaca 1 cm, setiap satu E dibaca 5 cm.
Cara membaca rambu yaitu meter, desi, senti, mili. Seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Rambu Ukur

Gambar 3. Cara Membaca Rambu Ukur


Dalam perhitungan yang digunakan adalah benang tengah, namun bacaan
benang tengah belum tentu benar sehingga dalam pengukuran harus
diadakan koreksi pembacaan.

Gambar 4. Cara Membaca Rambu Ukur

Rumus untuk mencari koreksi pembacaan rambu adalah :


 BA – BT = BT – BB
 BA + BB = 2 BT
 BA + BB = BT

Dalam pembacaan rambu harus dilakukan koreksi, karena pembacaan


rambu akan berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Bila pembacaan
rambu tidak tepat akan mengakibatkan beda tinggi dan data yang
diperoleh tidak benar. Ada beberapa syarat yang berkaitan dengan rambu
ukur :
 Pembacaan rambu dimulai dari benang atas, benang tengah lalu
benang bawah
 Pembacaan rambu dilakukan pada ketiga benang, tidak boleh benang
tengah saja
 Setiap kali membaca rambu harus dilakukan koreksi terhadap
pembacaannya
 Benang tengah dalam teropong diusahakan berimpit dalam satu garis
dengan garis
 tengah yang ada dalam rambu ukur.
 Kedudukan rambu harus tegak, bisa dibantu dengan unting-unting
atau nivo yang
 diletakkan pada rambu
 Saat pembacaan posisi rambu jangan bergerak-gerak
 Pembacaan rambu dilakukan jika pesawat (alat ukur) sudah siap
dioperasikan dengan tanda gelembung nivo yang berada dalam
pesawat, terletak di tengah - tengah.

c. Rangkuman 1
Untuk pengukuran nilai benang atas, benang tengah dan benang
bawah menggunakan alat penyipat datar digunakan rambu ukur.
Rambu ukur merupakan alat bantu ukur untuk mempermudah
membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah dan mengukur jarak secara optis.

d. Tugas 1
1. Amatilah rambu ukur di laboratorium anda !
2. Gambarkan rambu ukur yang ada di laboratorium anda
3. Berapa pembagian pada tiap – tiap bagian E ?

e. Tes Formatif 1
1. Sebutkan fungsi dari rambu ukur ?
2. Berapa bacaan benang atas, benang tengah dan benang bawah
dari gambar di bawah ini ?

f. Kunci jawaban formatif 1


1. Rambu ukur merupakan alat bantu ukur untuk mempermudah
membantu mengukur beda antara garis bidik dengan permukaan
tanah dan mengukur jarak secara optis serta digunakan untuk
mengukur benang atas, benang tengah dan benang bawah.
2. BA = 0,40 , BT = 0,26, dan BB = 0,12
Kegiatan Belajar 2
Pengukuran menggunakan pesawat penyipat datar

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 2


1) Peserta didik mengetahui cara pengukuran menggunakan pesawat
penyipat datar
2) Peserta didik mampu mengoperasikan alat penyipat datar

b. Uraian Materi 2
Sebelum menggunakan pesawat penyipat datar, pesawat penyipat
datar harus di setting terlebih dahulu. Cara setting pesawat penyipat
datar adalah sebagai berikut :
a. Tempatkan tripod atau statip di atas titik yang telah ditentukan.
b. Injak sepatu statip agar melesak dalam tanah (jika di atas tanah),
tinggi statip disesuaikan dengan orang yang akan membidik dan
permukaan kepala statip diusahakan relatif datar.
c. Ambil pesawat dan letakkan pada landasan pesawat kemudian
dikunci.
d. Mengatur unting-unting agar posisi sumbu I tepat di atas patok.
e. Mengatur ketiga buah sekrup A, B, C, kira-kira setengah panjang
as.
f. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B (kadudukan
I), kemudian sekrup diputar searah (jika masuk, masuk semua; jika
keluar, keluar semua) sambil dilihat kedudukan gelembung nivo
tabung agar tepat di tengah-tengah skala nivo.
g. Putar teropong searah jarum jam hingga kedudukannya tegak lurus
terhadap dua sekrup A, B (kedudukan II), kemudian putar sekrup C
(tanpa memutar sekrup A, B) masuk atau keluar sambil dilihat
kedudukan gelembung nivo kotak agar tepat di tengah - tengah
skala nivo.

Pengukuran sipat datar dapat dilakukan dengan beberapa cara :


1. alat ditempatkan di atas salah satu titik yang harus diukur, seperti
yang terlihat pada gambar 1 di bawah ini
Gambar 5. Alat ditempatkan di titk yang diukur

Keterangan :
t : Tinggi di atas titik B
bt : Bacaan benang tengah ke rambu di titik A
Δhab : Beda tinggi antara A dan B

Cara pengukuran :
 alat ditempatkan pada titik yang telah diketahui tingginya, lalu tinggi
alat diukur
 rambu diletakkan pada titik yang akan diukur tingginya
 baca benang tengah diafragma alat yang dibidikkan ke rambu
 jika Δhab bernilai positif maka titik yang diukur lebih tinggi dari titik
tempat berdiri alat dan kalau bernilai negatif titik yang diukur lebih
rendah dari titik tempat berdiri alat

Cara ini , seperti yang terlihat pada gambar 1 baik sekali untuk diterapkan
jika harus menentukan tinggi dari banyak titik yang letaknya tersebar
mengelilingi suatu titik atau tempat. Tinggi titik-titik yang diukur dapat
dengan mudah dihitung karena akan selalu sama dengan tinggi garis bidik
dikurangi pembacan pada rambu.

2. alat ditempatkan di luar kedua titik yang diukur, seperti yang terlihat
pada gambar 6 di bawah ini
Gambar 6. Alat ditempatkan di luar titik

Keterangan :
M : Bacaan benang tengah ke rambu di titik B
b : Bacaan benang tengah ke rambu di titik A
Δhab : Beda tinggi antara A dan B

Cara pengukuran :
 rambu ditegakkan di masing-masing titik yang akan diukur
 alat ditempatkan di luar kedua titik
 baca benang tengah diafragma alat, yang dibidikkan ke masing-
masing rambu

3. alat sipat datar diletakkan di antara dua titik yang akan diukur beda
tingginya, seperti yang terlihat pada gambar 6

Cara ini memberikan hasil yang paling teliti karena kesalahan-kesalahan


pada pengukuran yang disebabkan kesalahan-kesalahan pada
instrumennya saling memperkecil.
Gambar 7. Alat ditempatkan di antara dua titik yang diukur

Cara pengukuran :
 rambu ditegakkan di masing-masing titik yang akan diukur
 alat ditempatkan di antara kedua rambu dengan jarak yang kira-kira
sama.

Jika jarak antara dua titik tersebut terlalu jauh, maka pengukuran harus
dibagi menjadi beberapa seksi yang jumlahnya genap. Contohnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Pembagian slag pada sipat datar

Alat ukur diusahakan ditempatkan di tengah-tengah aau jika sulit


diusahakan jumlah jarak ke belakang = jumlah jarak ke muka pada setiap
akhir pengukuran seksi. Karena itu setiap melakukan pengukuran selalu
menghitung db (jarak dari alat kerambu belakang) dan dm (jarak dari alat
ke rambu muka). bacaan dilakukan ke rambu belakang terlebih dahulu
kemudian ke rambu muka.
Urutan pembacaan BT, BB, dan BA. Setiap pengukuran langsung dicek (BB
+ BA) – 2BT ≤ 2 mm. Selisih bacaan antara 2 stand tidak boleh lebih dari
± 2 mm
Δhab mempunyai 3 kemungkinan
 Δhab positif, artinya titik A (muka) lebih tinggi dari titk B (belakang)
 Δhab negatif, artinya titik A (muka) lebih rendah dari titk B (belakang)
 Δhab = 0, artinya kedua titik mempunyai ketinggian yang sama
tiap seksi harus mempunyai jumlah slag yang genap, seperti pada gambar
9.

Gambar 9. Pembagian slag

 pengukuran dilakukan dengan “pengukuran pergi” pada pagi hari


dan “pengukuran pulang” pada sore hari, pengukuran satu seksi
diselesaikan hari itu juga
 tiap satu slag pengukuran dilakukan double stand, yaitu alat
didirikan 2 kali. Pada saat stand ke-2 posisi statip alat harus diubah
dan hanya dibaca benang tengahnya saja.
 Setiap pindah slag pergantian rambu digunakan sistem loncat,
rambu muka menjadi belakang dan rambu belakang menjadi muka.
Seperti yang terlihat pada gambar 10.

Gambar 10. Situasi perpindahan alat dan rambu


Syarat-syarat pengukuran sipat datar
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengukuran sipat datar, antara lain :
a) Sebelum dan sesudah melakukan pengukuran perlu dilakukan
pengecekan garis bidik
b) Menempatkan statip ke tanah harus kuat dan dilakukan dengan baik
dan sekrup ketiga kaki harus cukup kencang
c) Rambu harus diletakkan tegak di atas stratpot atau patok yang diberi
paku, kalau menggunakan stratpot sebaiknya diletakkan di atas tanah
yang keras
d) Usahakan jangan membaca rambu terlalu rendah (≤ 0,5 m)
e) Selama pengukuran alat dipayungi untuk menghindari panas matahari
f) Jarak antara alat dan rambu sebaiknya ±75 m, baik ke rambu
belakang maupun ke rambu muka.

Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran sipat datar


Dalam melakukan pengukuran sipat datar ada beberapa macam
kesalahan yang timbul dan penyebabnya antara lain :
1. Kesalahan pada alat ukur :
a) Sumbu tegak instrumen tidak tegak. Untuk mengantisipasinya buat
sumbu tegak benar-benar vertikal terlebih dahulu sebelum mulai
pengukuran.
b) Garis arah nivo tidak sisiku-siku pada sumbu tegak
c) Garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo. Kesalahan ini dapat
dihilangkan dengan cara melakukan pengecekan kemiringan garis
bidik alat ukur sipat datar
d) Pada pengukuran sipat datar memanjang, kesalahan pengukuran
beda tinggi titik akhir dan awal dihilangkan dengan membuat jumlah
jarak ke belakang sama dengan jarak ke muka (Σdb = Σdm)
e) Kesalahan pada rambu, yaitu kesalahan garis nol yang disebabkan
karena ujung rambu sudah aus dn panjang rambu tidak standar.
Pengaruh kesalahan titik nol rambu dapat dihilangkan dengan
perpindahan sistem loncat dan banyak slag yang genap.

2. keadaan alam
a) karena melengkungnya permukaan bumi. Pengaruh ini dapat
dihilangkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah antara dua
titik yang diukur
b) karena refraksi atau melengkungnya sinar cahaya
c) karena temperatur, mengakibatkan pemuaian pada bagian alat
sipat datar sehingga dapat mengakibatkan perubahan terhadap
hasil pengaturan alat. Untuk menghilangkan pengaruh temperatur,
setiap kali melakukan pengukuran alat harus dipayungi
d) kondisi tanah yang lembek, menyebabkan rambu ukur danstatip
melesak masuk ke dalam tanah sehingga hasil pembacaan selalu
terlalu besar angkanya. Untuk menghilangkan pengaruh ini,rambu
ukur ditempatkan pada landasan yang stabil dan pengukuran
dilakukan dengan cara dua kali berdiri alat (double stand)
e) karena bergetarnya udara. Kesalahan ini tidak dapat dihilangkan
dan untuk menghindarinya jangan melakukan pengukuran waktu
terik panas matahari.

3. kesalahan yang disebabkan pengukur


a) karena kelelahan mata. Mengukur sebaiknya tidak dengan satu mata
karena mata akan cepat lelah sehingga menyebabkan kesalahan
dalam pembacaan rambu
b) posisi rambu tidak tegak waktu dilakukan pembacaan sehingga
angka yang terbaca lebih besar. Oleh karena itu pada waktu
mengukur posisi tegaknya rambu dikontrol oleh juru ukur
c) kesalahan mencatat. Setiap melakukan pencatatan angka yang akan
dicatat sebaiknya disebut ulang dn diperiksa kembali.

 Pengecekan garisk bidik


Pelaksanaan pengukuran untuk mengecek garis bidik
 Tentukan dua titik di lapangan denan jarak tertentu pada daerah
yang relatif datar dan tandai dengan paku seng atau patok,
kemudian beri tanda A dan B
 Rambu ukur ditegakkan pada kedua titik tersebut
 Tentukan arah pengukuran dari A (belakang) ke B (muka)
 Pengecekan garis bidik dapat dilakukan dengan 3 posisi kedudukan
alat.

Posisi pertama :
Pertama kali alat diletakkan dekat dengan rambu A lalu bidik rambu di titik
A kemudian dipindahkan dekat denga rambu B dan membidik rambu di
titik A dan B seperti yang terlihat pada gambar 11 di bawah ini.
Gambar 11. pengecekan garis bidik posisi pertama

Posisi kedua :
Pertama kali berdiri alat diletakkan di antara rambu A dan rambu B lalu
membidik rambu di titik A dan B. kemudian dipindahkan ke muka rambu B
dan membidik rambu di titik A dan B seperti yang terlihat pada gambar 12
di bawah ini

Gambar 12. Pengecekan garis bidik posisi kedua

Posisi ketiga :
Pertama kali berdiri alat diletakkan di belakang rambu A lalu membidik
rambu di titik A dan B, kemudian diletakkan di muka rambu B dan
membidik rambu di titik A dan B seperti
yang terlihat pada gambar 9 di bawah ini.
Gambar 9. Pengecekan garis bidik posisi ketiga
Kesalahan garis bidik ( C ) dapat dihitung menggunakan rumus :

Bila C = 1 mm/m berarti setiap jarak alat ke rambu 1 m, kesalahan yang


terjadi sebesar 1 mm.

c. Rangkuman 2
Pengukuran pesawat penyipat datar harus melalui beberapa tahapan
yaitu setting pesawat penyipat datar, penetapan metode pengukuran, dan
pembacaan rambu. Setting alat meliputi centering optis di atas statip
dengan indikator menggunakan gelembung nivo. Metode pengukuran bisa
menggunakan metode sipat datar memanjang atau keliling.

d. Tugas 2
1. Bagaimana cara setting pesawat penyipat datar ?
2. Sebutkan syarat – syarat pengukuran sipat datar ?

e. Tes Formatif 2
1. Gambarkan posisi penempatan rambu ukur dan pesawat penyipat datar
pada pengukuran sipat datar ?
2. Tuliskan rumus untuk mengetahui kesalahan garis bidik ?

g. Kunci jawaban formatif 2


1. Gambar posisi pesawat penyipat datar dan rambu dalam
pengukuran penyipat datar adalah sebagai berikut :

2. Rumus untuk mengetahui kesalahan garis bidik adalah sebagai


berikut :

h. Lembar Kerja 2
i. Alat dan Bahan :
a. Alat Ukur Waterpass Sokkia Level B20/B21
b. Rambu Ukur
c. Statip
d. Payung
e. Patok
f. Clipboard
g. Alat Tulis
h. Lembar Kegiatan
i. Kalkulator

j. Keselamatan Kerja
a. Tancapkan statip ke tanah dengan kuat dan dilakukan
dengan baik serta sekrup ketiga
kaki harus cukup kencang
b. Selama pengukuran alat dipayungi untuk menghindari panas
matahari

k. Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memasang patok pada titik yang telah ditentukan
c. Memasang statip pada titik yang telah ditentukan
d. Setting Waterpas Sokkia Level B20/B21 di atas statip
e. Memasang rambu ukur pada patok
f. Membidik rambu ukur menggunakan Waterpas Sokkia Level
B20/B21
g. Mencatat pengukuran pada lembar kegiatan
h. Melepas Alat Ukur Waterpas dan statip
i. Memindahkan pesawat Waterpas dan statip ke kitik
berikutnya dan ulangi langkah 4 hingga 7
LEMBAR KEGIATAN HASIL PRAKTIKUM
PENGUKURAN MENYIPAT DATAR MEMANJANG
Benang Atas (BA)
No. Benang Tengah (BT) Benang Bawah (BB)
Titi (Meter) BT = BA + BB/2
k (Meter)

Belakang Muka Belakang Muka

Anda mungkin juga menyukai

  • Kristal
    Kristal
    Dokumen27 halaman
    Kristal
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • BROSUR
    BROSUR
    Dokumen2 halaman
    BROSUR
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Hand Ou1
    Hand Ou1
    Dokumen2 halaman
    Hand Ou1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Contoh Soal
    Contoh Soal
    Dokumen3 halaman
    Contoh Soal
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Sekunder1
    Genesa Endapan Sekunder1
    Dokumen7 halaman
    Genesa Endapan Sekunder1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Primer1
    Genesa Endapan Primer1
    Dokumen30 halaman
    Genesa Endapan Primer1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Dokumen16 halaman
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen14 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen14 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Sekunder
    Genesa Endapan Sekunder
    Dokumen8 halaman
    Genesa Endapan Sekunder
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Tambang Terbuka
    Tambang Terbuka
    Dokumen34 halaman
    Tambang Terbuka
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Dokumen16 halaman
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Primer
    Genesa Endapan Primer
    Dokumen29 halaman
    Genesa Endapan Primer
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen21 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Waktu Geologi
    Waktu Geologi
    Dokumen6 halaman
    Waktu Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Jenis - Jenis Peta
    Jenis - Jenis Peta
    Dokumen18 halaman
    Jenis - Jenis Peta
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • WAKTU GEOLOGI Absolut
    WAKTU GEOLOGI Absolut
    Dokumen19 halaman
    WAKTU GEOLOGI Absolut
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi, Pembentukan Bumi Dan Geosfera
    Geologi, Pembentukan Bumi Dan Geosfera
    Dokumen9 halaman
    Geologi, Pembentukan Bumi Dan Geosfera
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Tambang Terbuka
    Tambang Terbuka
    Dokumen34 halaman
    Tambang Terbuka
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen14 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Waktu Geologi Absolut
    Waktu Geologi Absolut
    Dokumen19 halaman
    Waktu Geologi Absolut
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Jenis - Jenis Peta
    Jenis - Jenis Peta
    Dokumen16 halaman
    Jenis - Jenis Peta
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Waktu Geologi Absolut
    Waktu Geologi Absolut
    Dokumen19 halaman
    Waktu Geologi Absolut
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Pemetaan Topografi
    Pemetaan Topografi
    Dokumen15 halaman
    Pemetaan Topografi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Labsheet 1
    Labsheet 1
    Dokumen5 halaman
    Labsheet 1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Pengembangan Tes Psikomotor
    Pengembangan Tes Psikomotor
    Dokumen4 halaman
    Pengembangan Tes Psikomotor
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • KISI Psikomotor
    KISI Psikomotor
    Dokumen6 halaman
    KISI Psikomotor
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Metode Eksploras Langsung
    Metode Eksploras Langsung
    Dokumen13 halaman
    Metode Eksploras Langsung
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Membaca Rambu Ukur
    Membaca Rambu Ukur
    Dokumen2 halaman
    Membaca Rambu Ukur
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Job Sheet
    Job Sheet
    Dokumen3 halaman
    Job Sheet
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat