Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN SHÔHÎH AL-BUKHĀRÎY

“KITĀBUL ÎMĀN”
Oleh: Han Han Subhana
Mesjid Persatuan Islam Al-Hidayah Sanggar Indah Banjaran

‫ان‬
ِ ‫اإلي َم‬ِ ‫ور‬ ِ ‫اب أ ُ ُم‬ُ َ‫( ب‬Bab Tentang Perkara-perkara Iman)
‫اآلخ ِر‬ ‫ َو َل ِك هَّن ال ِب هر َم َّْن آ َم ََّن ِب ه‬،‫ب‬
ِ ‫اِهَّللِ َواليَ ْو ِم‬ ِ ‫س ال ِب هر أ َ ْن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم قِ َب َل ال َمش ِْر‬
ِ ‫ق َوال َم ْْغ ِر‬ ‫َوقَ ْو ِل ه‬
َ ‫ {لَ ْي‬:‫َّللاِ تَعَالَى‬
َ ‫َسائِ ِل‬
‫يَّن‬ ‫ َوال ه‬،‫َسبِي ِل‬ ‫يَّن َوا ْب ََّن ال ه‬ َ ‫علَى ُحبِ ِه ذَ ِوي القُ ْربَى َواليَت َا َمى َوال َم‬
َ ‫َسا ِِك‬ َ ‫يَّن َوآتَى ال َما َل‬ َ ‫ب َوالنهبِ ِي‬ ِ ‫َوال َمالَئِ َك ِة َوال ِكتَا‬
‫اِء‬ ‫اِء َوال ه‬
ِ ‫َّض هر‬ َ ْ ‫يَّن ِفي ال َبْأ‬
ِ ‫َس‬ ‫ َوال ه‬،‫ون ِب َع ْه ِد ِه ْم ِإذَا عَا َهدُوا‬
َ ‫صا ِب ِر‬ َ ُ‫ َوال ُموف‬،َ‫الزِكَاة‬ ‫ َوآتَى ه‬،َ‫صالَة‬ ‫ َوأَقَا َم ال ه‬،‫ب‬ ِ ‫الرقَا‬ِ ‫َو ِفي‬
}‫ون‬َ ُ‫ص َدقُوا َوأُولَئِكَ ُه ُم ال ُمتهق‬ َ ‫ِيَّن‬َ ‫يَّن البَْأ ْ ِس أُولَئِكَ الهذ‬ َ ‫َو ِح‬
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-
minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. QS. Al-Baqarah: 177

َ ُ‫ {قَ ْد أ َ ْفلَ َح ال ُم ْؤ ِمن‬:‫َوقَ ْو ِل ِه‬


}‫ون‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. QS. Al-Mu’minun: 1
‫ َوال َحيَا ُِء‬،ً‫ش ْعبَة‬ َ ُّ ‫َست‬
ُ ‫ون‬ ِ « ‫َسله َم قَا َل‬
ْ ‫اإلي َما ُن ِب‬
ِ ‫َّض ٌع َو‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ِ ‫ ع ََِّن النه ِبي‬،ُ‫ع ْنه‬ ‫ع ََّْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي ه‬
َ ُ‫َّللا‬
»‫ان‬ِ ‫اإلي َم‬ِ ‫ش ْعبَةٌ ِم ََّن‬ ُ
Dari Abi Hurairah RA, Nabi SAW bersabda," Iman mempunyai lebih dari enam puluh cabang. Adapun
malu adalah salah satu cabang dari iman. "1

 TAKHRIJ HADITS

Hadits diatas diriwayatkan pula oleh Imam Ma’mar bin Rasyid dalam Al-Jami’ juz XI, hlm.
126, Ibnu Abi Syaibah jauz I, hlm. 180, Imam Muslim dalam Shahihnya juz I, hlm. 63, Imam Ibnu
Majah dalam Sunannya, juz I, hlm.139, Imam Abu Daud dalam Sunannnya juz IV, hlm. 219, Imam
At-Tirmidziy dalam Sunnannya juz V, hlm. 10, Ibnu Abi ‘Awanah dalam Mustakhrôjnya juz I, hlm.
102, Ibnu Hiban dalam Shôhihnya juz I, hlm. 384. Hadits diatas Semuanya bersumber dari Abu
Hurairah.

 SYARAH MUFRODAT
.‫ َوعمل باألبدان‬،‫ان‬
ِ ‫َس‬ ِ ‫ َوقَول ِب‬،‫ب‬
َ ‫الل‬ ِ ‫صدِيق ِبا ْلقَ ْل‬ ِْ
ْ َ ‫ ت‬:‫اإلي َما ُن‬
Iman itu adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan
anggota badan.2
‫َس ُع فِي فِ ْع ِل ا ْل َخ ْي ِر‬
ُ ‫ الت ه َو‬:‫ال ِب هر‬
Al-Birr adalah kaya akan ketaatan dalam mengerjakan kebaiknan.3
‫َس ِع‬
ْ ‫الت‬ ِ ‫ع َد ٌد ُم ْب َه ٌم ُم َقيه ٌد ِب َما َب ْي ََّن الث ه َال‬
ِ ‫ث ِإلَى‬ ْ ‫ِب‬
َ ‫ ُه َو‬:‫َّض ٌع‬
Bidh’un adalah bilangan yang mubham (samar) yang terikat antara tiga sampai sembilan.

1
Muhammad Ibnu Ismāīl Abū Ăbdillah Al-Jufî Al-Bukhðrī, Al-Jamî’ Al-Musnad Ash-Shôhīh Al-Mukhtashôr Min Umūri Rosulûllôh
SAW Wa Sunanihi Wa Ayyamihi, Shôhih Al-Bukhôrîy,(Cakan Ke-1; Kairo: Dār Thuqu An-Najah, 1422 H), juz I, hlm.117, No. 9,
pada kitab Al-Iman bab Al-Umuru bi Al-Iman
2
Abū Muhammad Mahmūd bin Ahmad bin Mūsā bin Ahmad bin Husain Al-Ghîtābîy Al-Hanafîy Badruddîn Al-‘Âinîy, ‘Ȗmdah Al-
Qôrîy Syarhu Shôhîh Al-Bukhārîy, (Beirut: Dār Ihyā At-Turôts Al-‘Ârôbîy, t.t.), juz V, hlm. 19
3
‘Alamah AL-Raghib Al-Ashfahaniy, Mu’jam Mufrodât Alfâdh Al-Quran, (Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2008), hal. 34
‫صلَةُ أ َ ِو ا ْل ُج ْز ُِء‬
ْ ‫ ا ْل ُخ‬:ً‫ش ْعبَة‬
ُ
Syu’bah adalah potongan, tapi maksud kata tersebut adalah cabang, bagian, atau perangai.4
‫اض النه ْف ِس ِم َّْن ش َْيِءٍ َوت َ َر َِكهُ َح ْذ ًرا ع ََِّن الله ْو ِم فِ ْي ِه‬
ُ َ‫ ا َ ْل َحيَا ُِء اِ ْن ِقب‬:‫ال َحيَا ُِء‬
“Al-Hayau (malu) adalah menahan diri dari sesuatu dan meninggalkannya karena takut dari celaan
yang ada padanya.5

 PENJELASAN HADITS

Pada bab di atas Imam Al-bukhariy menempatkan dua buah ayat sebagai tarjamah (sub
judul) yaitu surat Al-Baqarah ayat 177 dan surat Al-Mu’minun ayat 1 serta menempakan satu hadits
tentang cabang-cabang keimanan. Adapun alasan pengambilan dalil dari ayat di atas, karena ayat
tersebut membatasi pengertian takwa kepada orang-orang yang memenuhi sifat-sifat yang
terkandung dalam ayat. Maksudnya adalah orang-orang yang menjaga dirinya dari kesyirikan dan
perbuatan yang buruk. Apabila mereka melaksanakan semua bentuk prilaku yang disebutkan
dalam ayat, kemudian meninggalkan perbuatan syirik dan dosa, maka mereka adalah orang-orang
yang sempurna imannya.
Korelasi ayat di sini juga sesungguhnya (al-birr) berkumpulnya berkumpulnya bentuk-
bentuk kebaikan dari akidah, akhlak yang mulia, jihad di jalan Allah, telah dinashkan atas orang-
orang yang berkumpul sifat- sifat ini adalah orang yang bertakwa dan orang yang beruntung disisi
Allah. Dan ini juga menunjukkan bahwa iman yang padanya kebahagian dan keberuntungan adalah
berkumpulnya juga pada bagian bagian ini.6
Lebih lanjut Al-Aeniy menegaskan
ِ ْ ‫ذِكر ْاآل َيت َ ْي َِّن الشتمالهما على أ ُ ُمور‬
‫اإلي َمان‬
Penyebutan dua ayat diatas karena cakupannya atas perkara-perkara keimanan
Sedangkan dengan ditempatkannya hadist diatas imam Al-Bukhariy hendak menjelaskan
bahwa yang dimaksud keimananan itu apa yang tercakup dalam ayat diatas, sebagaimana oleh
imam Al-Bukhariy dalam kitab Kholqu Af’alul Ibad,
ِ ‫ «ت ُ ْؤ ِم َُّن ِب‬:‫ان قَا َل‬
ُ ‫اِهَّللِ َو ِم َالئِ َك ِت ِه َو ُِكت ُ ِب ِه َو ُر‬
»‫َس ِل ِه‬ ِ ْ ‫َسْأَلَهُ ع ََِّن‬
ِ ‫اإلي َم‬ َ ‫َسله َم ِل ِج ْب ِري َل ِح‬
َ ‫يَّن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ‫َوقَا َل النه ِب ُّي‬
، »‫ «نَعَ ْم‬:‫ فَ ِإذَا فَعَ ْلتُ ذَ ِلكَ فَْأ َ َنا ُم ْؤ ِم ٌَّن؟ قَا َل‬:‫ قَا َل‬،
Nabi bertanya kepada malaikat Jibril ketika ia bertanya mengenai iman, ia (malaikat) menjawab;
kamu beriman kepada Allah, para malaikatnya, pada kitab-kitabnya, para rosulnya. Rasul berkata
jika akau mengerjakan itu, apakah akau disebut orang yang beriman? Jibril menjawab”Ya’. 7
Dan pada hadits berikut,

ِ ‫س ا ْلبِ هر أ َ ْن ت ُ َولُّوا و ُجو َه ُك ْم قِ َب َل ا ْل َمش ِْر‬


‫ق‬ َ ‫ فَقَ َرأ َ {لَ ْي‬،‫ان‬ ِ ْ ‫َسْأَلَهُ ع ََِّن‬
ِ ‫اإلي َم‬ َ َ‫ َجا َِء َر ُج ٌل إِلَى أَبِي ذَ ٍر ف‬:‫ قَا َل‬،‫َس ِم‬ ِ ‫ع ََِّن ا ْلقَا‬
]177 :‫اِهَّللِ َوا ْليَ ْو ِم ْاآل ِخ ِر} [البقرة‬ ‫ب َولَ ِك هَّن ا ْل ِب هر َم َّْن آ َم ََّن ِب ه‬ِ ‫َوا ْل َم ْْغ ِر‬
Dari Al-Qosim ia berkata; telah datang seoranga laki-laki pada abu Dzar lalu ia bertanya tentang
iman maka Abu Dzar membacakan ayat (QS-Al-Baqarah: 177).8
Untuk itu kita dapat menggabungkan antara makna ayat dan hadits, bahwa semua prilaku
yang diiringi dengan tashdiq (keimanan) termasuk dalam kategori perbuatan yang baik dan iman.

 MUNASABAH (KORELASI)

4
Al-Hāfidh Ahmad bin ‘Âlîy bin Hajjar Al-‘Âsqôlānîy, Fath Al-Bārîy Syarhu Shôhîh Al-Bukhõrîy, (Amman-Jordan: Bait Al-Afkār
Ad-Dauliyyah, t.t.), juz I, hlm. 51-52
5
Asy-Syarîf Alîy Al-Jurjanîy, At-Ta’rifat, tt,( Jeddah: Al-Haromain, 1421H), hal.93
6
Abū Muhammad Mahmūd bin Ahmad bin Mūsā bin Ahmad bin Husain Al-Ghîtābîy Al-Hanafîy Badruddîn Al-‘Âinîy, ‘Ȗmdah Al-
Qôrîy Syarhu Shôhîh Al-Bukhārîy, (Beirut: Dār Ihyā At-Turôts Al-‘Ârôbîy, t.t.), juz I, hlm. 122
7
Muhammad Ibnu Ismāīl Abū Ăbdillah Al-Jufî Al-Bukhðrī, Kholqu ‘Af’alul ‘Ibad, (Riyyadh: Dar Al-Ma’rifah Su’udiyyah, t.t), juz
I, hlm. 56
8
Abū Muhammad Mahmūd bin Ahmad bin Mūsā bin Ahmad bin Husain Al-Ghîtābîy Al-Hanafîy Badruddîn Al-‘Âinîy, ‘Ȗmdah Al-
Qôrîy Syarhu Shôhîh Al-Bukhārîy, (Beirut: Dār Ihyā At-Turôts Al-‘Ârôbîy, t.t.), juz I, hlm. 122
Korelasi antara dau ayat dan satu hadits pada bab ini (Al-Umuru Bil Iman) adalah
sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-‘Aeniy berikut ini

َ ‫س َّمى ْال ِب ِر َك َما ِه‬


‫ي دَا ِخلَةٌ ِفي‬ َ ‫اخلَةٌ ِفي ُم‬
ِ َ‫ق د‬
ِ ‫صدِي‬ْ َّ ‫ام َها ِإلَى الت‬ ِ ‫ض َم‬ ِ ‫ام ُع َبيْنَ ْاْل َي ِة َو ْال َحدِي‬
ِ ‫ث أ َ َّن ْاْل َ ْع َما َل َم َع ا ْن‬ ِ ‫َو ْال َج‬
ِ ‫ص ِل َهذَا ْال َحدِي‬
‫ث‬ َ ‫ق أ ُ ِج‬
ْ َ ‫يب ِبأ َنَّهُ ثَا ِبتٌ ِفي أ‬ ْ َّ ‫ْس فِي ْال َمتْ ِن ِذ ْك ُر الت‬
ِ ‫صدِي‬ َ ‫ان فَإ ِ ْن قِي َل لَي‬ ِ ْ ‫س َّمى‬
ِ ‫اْلي َم‬ َ ‫ُم‬
Penghimpunan antara ayat dan hadits ini bahwa sesungguhnya amal-amal serta
menggabungkannya dengan pembenaran keyakinan adalah masuk dalam katagori Al-Birru
sebagaimana ia juga masuk dalam keimanan, jika dikatakan: jika tidak di sebut dalam redaksinya
penyebutan pembenaran maka wajib ditetapkan pada asal hadits.9

Pengambilan ayat ini sebagai dalil dan korelasinya dengan hadits pada bab ini tampak dari
hadits yang diriwayatkan Abdurrazaq melalui Mujahid, "Sesungguhnya Abu Dzarr bertanya kepada
Nabi SA W tentangiman, maka Rasulullah membaca ayat di atas.

 FAIDAH HADITS

Orang-orang yang mencoba menghitung semua cabang tersebut tidak menemukan suatu
kesepakatan, tetapi yang mendekati kebenaran adalah metode yang dikemukakan oleh Ibnu
Hibban. Namun hal itu tidak menjelaskannya secara rinci, hanya saja saya telah meringkas apa yang
mereka paparkan dan apa yang saya sebutkan, bahwa iman terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu:

1. Perbuatan hati, termasuk keyakinan dan niat. Prilaku hati ini mencakup 24 cabang, yaitu: iman
kepada dzat, sifat, keesaan dan kekekalan Allah, iman kepada malaikat, kitab-kitab, Rasul, qadha
dan qadar, hari Akhir, termasuk juga alam kubur, hari kebangkitan, dikumpulkannya semua orang
di padang mahsyar, hari perhitungan, perhitungan pahala dan dosa, surga dan neraka. Kemudian
kecintaan kepada Allah, kecintaan kepada sesama, kecintan kepada nabi dan keyakinan akan
kebesarannya, shalawat kepada Nabi dan malaksanakan sunnah. Selanjutnya keikhlasan yang
mencakup meninggalkan riba, kemuna-fikan, taubat, rasa takut, harapan, syukur, amanah, sabar,
ridha terhadap qadha, tawakkal, rahmah, kerendahan hati, meninggalkan kesombongan, iri, dengki
dan amarah.
2. Perbuatan lisan yang mencakup tujuh cabang keimanan, yaitu melafalkan tauhid (mengesakan
Allah), membaca Al Qur'an, mempelajari ilmu, mengajarkan ilmu, doa, dzikir dan istighfar (mohon
ampunan) dan menjauhi perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat.
3. Perbuatan jasmani yang mencakup tiga puluh delapan cabang iman, dengan rincian sebagai
berikut:
a). Berkenaan dengan badan, ada lima belas cabang, yaitu: bersuci dan menjahui segala hal yang
najis, menutup aurat, shalat wajib dan sunnah, zakat, membebaskan budak, dermawan (termasuk
memberi makan dan menghormati tamu), puasa wajib dan sunnah, haji dan umrah, thawaf, i’tikaf,
mengupayakan malam qadar (lailatu! qadar), mempertahankan agama seperti hijrah dari daerah
syirik, melaksanakan nadzar dan melaksanakan kafarat.
b). Berkenaan dengan orang lain, ada enam cabang, yaitu iffah (menjaga kesucian diri) dengan
melaksanakan nikah, menunaikan hak anak dan keluarga, berbakti kepada orang tua, mendidik
anak, silaturrahim, taat kepada pemimpin dan beriemah lembut kepada pembantu.
c). Berkenaan dengan kemaslahatan umum, ada tujuh belas cabang, yaitu berlaku adil dalam
memimpin, mengikuti kelompok mayoritas, taat kepada pemimpin, mengadakan ishlah (perbaikan)
seperti memerangi para pembangkang agama, membantu dalam kebaikan seperti amar ma'ruf dan
nahi munkar, melaksanakan hukum Allah, jihad, amanah dalam denda dan hutang serta
melaksanakan kewajiban hidup bertetangga. Kemudian menjaga perangai dan budi pekerti yang

9
Abū Muhammad Mahmūd bin Ahmad bin Mūsā bin Ahmad bin Husain Al-Ghîtābîy Al-Hanafîy Badruddîn Al-‘Âinîy, ‘Ȗmdah Al-
Qôrîy Syarhu Shôhîh Al-Bukhārîy, (Beirut: Dār Ihyā At-Turôts Al-‘Ârôbîy, t.t.), juz I, hlm. 123
baik dalam berinteraksi dengan sesama seperti mengumpulkan harta dijalan yang halal,
menginfakkan sebagian hartanya, menjauhi foya-foya dan menghambur-hamburkan harta,
menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, tidak menyakiti orang lain, serius dan tidak suka
main-main, serta menyingkirkan duri di jalanan. Demikianlah semua cabang keimanan tersebut
yang jumlahnya kurang lebih menjadi enam puluh sembilan cabang. Pembagian ini dapat
dijumlahkan menjadi tujuh puluh sembilan cabang bila sebagian cabang di atas diperincikan
kembali secara mendetail.
Dalam riwayat Muslim ditemukan tambahan kalimat,
ُ‫طة‬
َ ‫َّللاُ َوأ َ ْد َنا َها ِإ َما‬
‫أَع َْال َها َال ِإلَهَ ِإ هال ه‬
(yang tertinggi adalah kalimat laa ilaahailallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan duri dari
jalanan).
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tingkatan antara satu cabang iman dengan cabang
lainnya.10

Al-Hāfidh Ahmad bin ‘Âlîy bin Hajjar Al-‘Âsqôlānîy, Fath Al-Bārîy Syarhu Shôhîh Al-Bukhõrîy, (Amman-Jordan: Bait Al-Afkār
10

Ad-Dauliyyah, t.t.), juz I, hlm. 276

Anda mungkin juga menyukai