Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN EMOSIONAL

DENGAN TINGKAT STRES PADA REMAJA

Ahsan, Ahofi Khaqul Ilmy


Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran Malang Jawa Timur
Email : ahsanfkub@yahoo.com

Abstract : One of the stress experienced by adolescents is development. Adolescent development


task focused in efforts to leave the attitude and behaviour of the childhood to adulthood.Thus, the task
of adolescent emotional development became one of the sources stressor in adolescents.This study
aims to know the relationship between the fullfilment of emotional development task with levels of
stress in SMA Negeri 1 Sumberpucung’s adolescents.Observational studies using cross-sectional
design conducted to adolescents in SMA 1 Sumberpucung.The sampling technique used is stratified
random sampling with a total of 222 respondents and divided in each class and program. Results
showed the correlation value is -0.519. This study concluded there is a relationship between the
fulfillment of emotional development task with level of stress in SMA Negeri 1 Sumberpucung’s
adolescents by moderate level in correlation and inverse relationship. Based on these results, it is
recommended to use design with a more objective measurement, instrument which is more specific
and objective, and applied to other development phases.

Keywords : emotional development tasks, stress, adolescents.

Abstrak : Stres yang dialami oleh remaja salah satunya adalah perkembangan. Tugas perkembangan
remaja difokuskan upaya meninggalkan sikap dan perilaku masa anak-anak dan menuju masa
dewasa. Sehingga tugas perkembangan emosional remaja menjadi salah satu sumber stresor pada
remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemenuhan tugas perkembangan
emosional dengan tingkat stres pada remaja SMA Negeri 1 Sumberpucung. Studi observasional
menggunakan desain cross-sectional dilakukan pada remaja SMA Negeri 1 Sumberpucung. Teknik
sampling yang digunakan adalah stratified random sampling dengan total sebanyak 222 orang
responden dan dibagi dalam setiap kelas dan program. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi
sebesar -0,519. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pemenuhan tugas
perkembangan emosional dengan tingkat stres pada remaja SMA Negeri 1 Sumberpucung dengan
tingkat korelasi sedang dan hubungan yang terbalik. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar
menggunakan desain dengan pengukuran yang lebih objektif, instrumen yang lebih spesifik dan
objektif, dan diterapkan pada fase perkembangan yang lain.

Kata kunci : tugas perkembangan emosional, stres, remaja.

PENDAHULUAN

Setiap orang mengalami sesuatu yang terhadap semuanya. Ketidak-mampuan untuk


disebut stres sepanjang kehidupannya. Stres mengatasi stres dengan adekuat telah
dapat memberi stimulus terhadap perubahan dimasukkan dalam faktor penting dalam
dan pertumbuhan, dan dalam hal ini, suatu munculnya onset dan perburukan dari banyak
stres adalah positif dan bahkan diperlukan gangguan, dari depresi sampai irritable bowel
(Potter dan Perry, 2005). Stres adalah respon syndrome (IBS) (Lee et al., 2011).
individu terhadap situasi atau peristiwa Remaja adalah periode
(stresor) yang mengancam dan menuntut perkembangan ketika anak mungkin sangat
kemampuan koping individu tersebut rentang terhadap efek negatif dari stres. Data
(Santrock, 2007). Stres tidak semuanya dari National Youth Risk Behavior Survey
merugikan, stres memberikan energi dan menun-jukkan bahwa 8,5% dari remaja telah
menjaga perilaku berorientasi tujuan, mencoba bunuh diri, 29% merasa sedih atau
meskipun stres yang berlebihan dapat putus asa, 45% telah menggunakan alkohol
menyebabkan berbagai masalah kesehatan dalam sebulan, dan 22% telah menggunakan
mental dan fisik (Simuforosa, 2012). ganja. Gejala gangguan jiwa telah dikaitkan
Menurut model biopsikososial yang dengan efek negatif stres. Jika masalah ini
dikemukakan George Engel, menyebutkan tidak ditangani, remaja beresiko terhadap
bahwa manusia sebagai makhluk biologis, kesehatan fisik dan mental yang ber-pengaruh
psikologis dan sosial, sehingga kesulitan pada pada masa remaja (Suldo et al., 2008).
aspek tersebut dapat berdampak negatif Remaja Indonesia dengan jumlahnya yang

152
153 | J.K.Mesencephalon, Vol.3 No.3, April 2018, hlm 152-156

mencapai 42,2 juta (proyeksi tahun 2002) atau Sehingga sampel dalam penelitian ini
sekitar 20% dari populasi mendapat banyak sebanyak 222 responden. Karena populasi
hambatan atau masalah yang biasanya terdiri dari 2 jenjang (kelas X dan XI) dan kelas
muncul dalam bentuk perilaku yang beresiko X terdiri dari 9 kelas (4 kelas IPA dengan total
terhadap kesehatannya. Perilaku beresiko 113 siswa, 4 kelas IPS dengan total 124
yang mempengaruhi masalah kesehatan siswa, dan 1 kelas BHS dengan total 25
remaja meliputi tumbuh kembang (perubahan siswa) serta kelas XI terdiri dari 8 kelas (4
fisik dan psikososial), gizi, penyalahgunaan kelas IPA dengan total 128 siswa, 3 kelas IPS
NAPZA, dan kese-hatan reproduksi termasuk dengan total 96 siswa, dan 1 kelas BHS
Infeksi Menular Seksual (IMS)/ Infeksi Saluran dengan total 14 siswa). Sehingga didapatkan
reproduksi (ISR) dan HIV/AIDS (Depkes RI, sampel pada kelas X – IPA sebanyak 50
2008). Prevalensi gangguan kesehatan jiwa responden, kelas XI – IPA sebanyak 57
pada anak dan remaja cenderung meningkat responden, kelas X – IPS sebanyak 55
sejalan dengan permasalahan kehidupan dan responden, kelas XI – IPS sebanyak 43
kemasyarakatan yang semakin kompleks responden, kelas X – BHS sebanyak 11
(Ambarwati dan Nasution, 2012). responden, dan kelas XI – BHS sebanyak 6
Salah satu sumber stres yang terjadi responden.
adalah perkembangan. fisik maupun mental Instrumen adalah kuesioner
seseorang, misalnya masa remaja, pemenuhan tugas perkembangan emosional
menopause, dan usia lanjut dimana individu yang dikembangkan peneliti dan kuesioner
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan tingkat stres. Kuesioner berisikan dengan 19
perubahan yang terjadi pada fase tersebut item pernyataan dan menggunakan skala likert
(Yosep, 2007). dengan klasifikasi sangat baik, baik, cukup,
Tugas perkembangan masa remaja kurang, sangat kurang.
difokuskan pada upaya meninggalkan sikap Kuesioner skala stres menggunakan
dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha DASS21 yang telah di ubah kedalam Bahasa
untuk mencapai kemampuan bersikap dan Indonesia dengan mengambil 7 item
berperilaku secara dewasa. Tugas pernyataan yang berfokus pada skala stres,
perkembangan masa remaja menurut Hurlock, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat stres
2002 dalam Santrock (2007) adalah berusaha responden. Kuesioner ini menggunakan skala
untuk menerima keadaan fisik, mampu likert mulai dari 0 yang menandakan “Tidak
menerima dan memahami peran seks usia pernah”, 1 yang menandakan “Terkadang”, 2
dewasa, mampu membina hubungan baik yang berarti “Sering”, dan 3 yang berarti
dengan anggota kelompok yang berlainan “Selalu”. Hasil penjumlahan pada masing-
jenis, mencapai kemandirian emosional dan masing kuesioner akan dikalikan 2 dan
ekonomi, mampu mengembangkan konsep dibandingkan dengan rentang keparahan dan
dan keterampilan intelektual yang sangat didapatkan tingkat stres pada remaja pada
diperlukan untuk melakukan peran sebagai tingkat normal, ringan, sedang, berat, dan
anggota masyarakat, memahami nilai orang sangat berat.
dewasa dan orang tua, mengembangkan Analisis menggunakan statistik
perilaku tanggung jawab sosial yang nonparametik yaitu uji Spearman Rank
diperlukan untuk memasuki usia dewasa, dibantu dengan program SPSS 20. Hipotesis
mempersiapkan diri untuk memasuki usia dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
perkawinan dan memahami serta antara pemenuhan tugas perkembangan
mempersiapkan berbagai tanggung jawab emosional dengan tingkat stres pada remaja
kehidupan keluarga (Ali, 2004). SMA Negeri 1 Sumberpucung. H0 ditolak bila
nilai p < α (α=0,05).
METODE PENELITIAN
HASIL
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian observasional analitik dengan Data Umum :
desain cross-sectional untuk mencari Berdasarkan Distribusi Karakteristik
hubungan antara pemenuhan tugas Usia Responden, mayoritas responden
perkembangan emosional dengan tingkat dengan usia 16 tahun berjumlah 118 orang
stres pada remaja sekolah menengah atas, responden (53,2%) dan sebagian kecil
dengan satu kali pengukuran dalam waktu responden dengan usia 18 tahun berjumlah 5
yang bersamaan (Dharma, 2011). orang (2,3%).
Populasi sebagai subjek penelitian ini Berdasarkan Distribusi Karakteristik
adalah siswa SMA Negeri 1 Sumberpucung Jenis Kelamin, sebanyak 72 responden
kelas X dan XI yang berjumlah 500 orang (32,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 150
dengan metode stratified random sampling. responden (67,6%) berjenis kelamin wanita.

 
 
Ahsan, Hubungan Antara Pemenuhan... | 154

Data Khusus :
Tugas Perkembangan Emosional

Tabel 1 Distribusi Tingkat Pemenuhan Tugas Perkembangan Emosional Remaja

Tingkat Pemenuhan Tugas Perkembangan


Jumlah Persentase (%)
Emosional Remaja

Sangat baik 36 16,2


Baik 148 66,7
Cukup 32 14,4
Kurang 6 2,7
Total 222 100

Mayoritas responden menunjukkan tingkat pemenuhan tugas perkembangan emosional baik (66,7%),
tingkat pemenuhan yang kurang (2,7%).

Tingkat Stres
Tabel 2 Distribusi Tingkat Stres Remaja
Tingkat stres remaja Jumlah Persentase (%)
Normal 133 59,9
Stres ringan 36 16,2
Stres sedang 37 16,7
Stres berat 14 6,3
Stres sangat berat 2 0,9

Total 222 100

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa mayoritas memiliki tingkat stres pada rentang normal
dengan jumlah 133 responden (59,9%). Stres sangat berat ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 2
orang responden (0,9%).

Analisis Data perkembangan sangat terlihat perubahannya


pada fase ini. Banyak literatur menyatakan
Uji korelasi Spearman Rank bahwa remaja dianggap sebagai masa “Strom
didapatkan besar signifikansi adalah 0,00 and Stress”. Peneliti beranggapan bahwa hal
(<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat ini dapat terjadi bahwa munculnya tuntutan
hubungan bermakna antara kedua variabel remaja untuk menyesuaikan diri dengan
tersebut. Sedangkan besar nilai korelasi (r) kehidupan masa dewasa akan tetapi secara
adalah 0,519 yang berarti korelasi pemenuhan fisiologi dan psikologi remaja belum sempurna
tugas perkembangan emosional dengan dan masih terus berkembang dari fase
tingkat stres adalah sedang. Nilai korelasi perkembangan anak-anak.
negatif, yang menandakan bahwa kedua Berdasarkan hasil penelitian
variabel memiliki hubungan terbalik. Dengan didapatkan bahwa mayoritas remaja SMA
demikian H0 ditolak. Negeri 1 Sumberpucung memiliki pemenuhan
tugas perkembangan yang baik meskipun
PEMBAHASAN masih ditemukan pemenuhan yang kurang
pada remaja dalam jumlah sedikit, sehingga
Data umum di SMA Negeri 1 remaja SMA Negeri 1 Sumberpucung
Sumberpucung berada pada fase mayoritas memenuhi kompetensi emosional
perkembangan remaja akhir, yaitu pada yang mencukupi sesuai tugas
rentang usia 16-20 tahun. Masa perkembangannya.
perkembangan remaja akhir tersebut, remaja Pemenuhan tugas perkembangan
dihadapkan pada kondisi dimana remaja harus emosional yang baik dapat diartikan juga
mempersiapkan diri memasuki fase dewasa seseorang remaja telah memenuhi
awal (20-40 tahun). Remaja merupakan fase kompetensi emosional pada masanya.
peralihan dari masa anak menuju Sehingga dapat diartikan pemenuhan tugas
dewasa,dimana keseluruhan perubahan perkembangan tidak lepas dari kompetensi
dalam konteks pertumbuhan dan emosional. Kompetensi emosional remaja ini
155 | J.K.Mesencephalon, Vol.3 No.3, April 2018, hlm 152-156

dibutuhkan dan harus dilalui secara hubungan bermakna antara kedua variabel
keseluruhan sebelum menginjak ke fase tersebut. Pada nilai alpha 0,519 menandakan
perkembangan selanjutnya. korelasi pemenuhan tugas perkembangan
Kompetensi emosional meliputi emosional dengan tingkat stres adalah sedang
kesadaran emosi diri sendiri, kemampuan pada rentang interval korelasi 0,40 - 0,599
untuk memahami emosi orang lain, yang merupakan rentang korelasi sedang.
kemampuan untuk menggunakan emosi Nilai korelasi bernilai negatif yang
secara verbal, kemampuan untuk berempati, menandakan bahwa kedua variabel memiliki
kemampuan untuk membedakan, penga- hubungan terbalik. Dapat disimpulkan bahwa
laman emosional internal yang subjektif dari terdapat hubungan berbanding terbalik antara
ekspresi emosi eksternal, kemampuan untuk pemenuhan tugas perkembangan emosional
mengendalikan gangguan emosi, kesadaran dengan tingkat stres pada remaja, dapat
pesan emosional dalam hubungan, dan diartikan semakin tinggi pemenuhan tugas
kapasitas untuk pengelolaan emosional (Law perkembangan emosional remaja, maka
dan Lee, 2011). tingkat stres yang dialami semakin rendah.
Berdasarkan tabel 2, didapatkan Peneliti beranggapan bahwa tugas
bahwa mayoritas remaja SMA Negeri 1 perkembangan emosional sangat mem-
Sumberpucung memiliki tingkat stres yang pengaruhi tingkat stres yang dialami oleh
normal. Dari data tersebut, responden dengan seorang remaja. Kematangan emosi seorang
tingkat stres yang normal tidak dapat diartikan remaja dapat menjadi faktor penting dalam
bahwa responden tersebut tidak mengalami manajemen stres remaja dalam menghadapi
stres sama sekali, akan tetapi tingkat stres sebuah stresor, semakin matang emosional
yang dialami pada tingkat yang normal remaja, remaja akan dapat dengan mudah
sehingga tidak mengganggu kehidupan menyesuaikan dan mengatasi stres tanpa
responden. Stres yang bersifat positif menimbulkan dampak fisik maupun psikologi
dibutuhkan untuk mengembangkan remaja tersebut.
kemampuan dalam menyelesaikan masalah Menurut model koping oleh Lazarus
yang dihadapi dan menyelesaikan tugas atau dan Folkman, setiap orang mengalami
beban selama kehidupannya. Stres dapat berbagai bentuk tekanan dalam berbagai
memberi stimulus terhadap perubahan dan aktivitas. Penilaian stres menyebabkan
pertumbuhan, dan dalam hal ini, suatu stres berbagai strategi koping. Berbagai strategi
adalah positif dan bahkan diperlukan (Potter koping mengacu pada upaya emosional,
dan Perry, 2005). Stres tidak semuanya kognitif, dan perilaku yang memungkinkan
merugikan, stres memberikan energi dan seorang individu untuk menoleransi, melarikan
menjaga perilaku berorientasi tujuan, diri, atau meminimalkan efek dari tekanan
meskipun stres yang berlebihan dapat sehingga keadaan dapat diting-katkan,
menyebabkan berbagai masalah kesehatan diterima, atau dihindari. Oleh karena itu,
mental dan fisik (Simuforosa, 2012). akuisisi dan regulasi emosi sehingga stres
Smith dan Pergola (2006) dalam yang dirasakan dapat ditangani lebih efektif.
Wibawa dan Widiasavitri (2013), menun- Remaja harus bisa mengatur emosinya dan
jukkan bahwa setiap individu semasa didorong secara pikiran dan perilaku.
hidupnya akan mengalami dan mendapatkan Seseorang yang tidak mampu mengatur
stres, ditambahkan lagi stres berlebih akan intensitas dan durasi/ tanggapan emosional
muncul ketika individu sedang mengalami internalnya maka lebih rentan terhadap
kondisi tubuh, mental dan fisik yang lemah. interaksi sosial yang tidak diinginkan dan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurang tahan terhadap peristiwa stres (Chaplin
masyarakat sudah peduli terhadap bahaya dan Aldao, 2013).Kehidupan emosional
stres yang berdampak langsung secara positif remaja ke-mungkinan akan mempengaruhi
terhadap kesehatan individu, sehingga berbagai aspek seperti prestasi sekolah dan
diperlukan dukungan dan perhatian yang lebih motivasi. Koping merupakan upaya mengelola
tidak hanya dari lembaga kesehatan dalam lingkungan dan tuntutan internal yang
menyebarkan informasi, namun masyarakat membebani sumber daya seseorang (Law dan
secara khususnya harus mampu Lee, 2011).Stres dapat mempengaruhi
mengaplikasikan pengelolaan stres melalui dimensi fisik, perkembangan, emosional,
perilaku dan gaya hidup sehat dan penerapan intelektual, sosial, dan spiritual. Sumber
strategi koping stres yang baik dalam adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini
keseharian beraktivitas. sehingga ketika mengkaji adaptasi manusia
Berdasarkan pada hasil uji korelasi terhadap stres, perawat harus
Spearman Rank pada penelitian ini, mempertimbangkan individu secara
didapatkan besar signifikansi adalah 0,000 menyeluruh, terlihat dalam merespon dan
(<0,05) menunjukkan bahwa terdapat mengadaptasi stres. (Potter dan Perry, 2005).

 
 
Ahsan, Hubungan Antara Pemenuhan... | 156

KESIMPULAN siswa sehingga tugas perkembangan


emosional remaja dapat tercapai dengan baik
Terdapat hubungan antara tugas dan tidak menimbulkan keparahan dari tingkat
perkembangan emosional dengan tingkat stres. Penelitian selanjutnya perlu
stres pada remaja SMA Negeri 1 mempertimbangkan pemilihan desain untuk
Sumberpucung dengan hubungan terbalik dan mengukur variabel tugas perkembangan
tingkat korelasinya yang sedang. emosional dan tingkat stres pada fase
perkembangan yang berbeda serta instrumen
SARAN penelitian untuk melihat langsung perubahan
fisiologis dan psikologis responden.
Pihak sekolah untuk mempertimbangkan
metode pendidikan dan konseling bagi seluruh

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja: Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak.
Perkembangan Peserta Didik. Bumi Edisi 7. Jilid 2. Alih Bahasa: Mila
Aksara, Jakarta Rachmawati, Anna Kuswanti. Penerbit
Ambarwati, F.R. dan Nasution, N. 2012. Buku Erlangga, Jakarta.
Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Simurforosa, Magwa. 2013. Stress and
Jiwa. Cakrawala Ilmu, Yogyakarta. Adolescent Development. Vol. 3 (8).
Chaplin, T. M. & Aldao A. 2013. Gender ISSN: 2276-7789. Grenner Journal of
Differences in Emotion Expression in Educational Research.
Childern: A Meta-Analytic Suldo, S.M., Shaunessy, E., dan Hardesty, R.
Review.National Institute of Health. 2008. Relationship Among Stress,
Dharma, Kelana K. 2011. Metodologi Coping, and Mental Health in High-
Penelitian Keperawatan. Trans Info Achieving High School Student.
Media, Jakarta. Psychology in the School. Vol. 45(4).
Law, B. M. F. & Lee, T. Y. 2011. Importance of Willey Periodicals, Inc.
Emotional Competence in Designing an Wibawa, N. A. K. dan Widiasavitri, P. N. 2013.
Antidrug Education Curiculum for Junior Hubungan antara Gaya Hidup Sehat
Secondary School Students in Hong dengan Tingkat Stres Siswa Kelas XII
Kong. Hongkong. The University of SMA Negeri di Denpasar Menjelang
Hong Kong. Ujian Nasional Berdasarkan Strategi
Lee, E. Y., et al. 2011. Percieved Stress and Koping Stres. Vol. 1, No. 1, 138-150.
Gastrointestinal Symptoms in Nursing Jurnal Psikologi Udayana. Denpasar.
Student in Korea: A Cross-sectional Universitas Udayana
Survey.BMC Nursing Yosep. Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT
Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Refika Aditama, Bandung
Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik/ Patricia A. Potter, Anne Griffin
Perry. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk.
Edisi 4. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai