Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH OTITIS MEDIA AKUT

(OMA)

DI SUSUN OLEH :

CINDY DWI SASTIKA


KERTY WINDY WULANDARI
LIA VERANICA
MARIA FRANSISKA
MUHAMMARUDIN
NURVAIZAH
TANIA SEPTIANI
YANTI OKTAVINA

STIKes MITRA BUNDA PERSADA BATAM


PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Askep yang berjudul “Makalah Tiroid Dan Anti Tiroid
Sistem Endokrin”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Perkuliahan

2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materil maupun spiritual.

3. Teman-teman kelas Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners yang selalu
memberikan kritik dasarannya.

4. Semua pihak yng tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Batam, 11 febuari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Pengertian.....................................................................................................3
B. Intervensi......................................................................................................3
C. Pembahasan..................................................................................................4

BAB III PENUTUP..................................................................................................6

A. Kesimpulan...................................................................................................6

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare
beberapa faktor penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari
kejadian otitis mediayang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius
terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri (Streptococcus peumoniae,
Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus
hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan
OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 2006). Menurut Teele (2009) dalam
Commisso et al. (2011), 33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA
pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu
episode OMA (Bluestone, 2006). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab
22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5
tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertiga kunjungan ke dokter
didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up
penyakit otitis media tersebut (Teele et al., 2011). Menurut Casselbrant (2009) dalam Titisari
(2005), menunjukkan bahwa 19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu
episode OMA dalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami
paling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di Amerika Serikat, insidens
OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun, diikuti dengan anak-anak pada usia 5
tahun.(Smeltzer, 2009).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi fisiologi telinga ?


2. Apakah definisi otitis media akut ?

3
3. Apa sajakah etiologi otitis media akut?
4. Bagaimanakah patofisiologi otitis media akut ?
5. Bagaimana stadium otitis media akut ?
6. Bagaimana tanda gejala klien dengan otitis media akut ?
7. Bagaimana terapi otitis media akut ?
8. Apa sajakah komplikasi otitis media akut ?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik otitis media akut ?
10. Bagaimana pencegahan otitis media akut ?
11. Bagaimana Hasil Penelitian Otitis media
12. Bagaimana konsep legal etis otitis media akut ?
13. Apa saja masalah keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan otitis media akut?

C. Tujuan

a. Tujuan umum
Untuk mempelajari otitis media akut dan asuhan keperawatan otitis media akut
b. Tujuan khusus
1. Untuk mempelajari anatomi fisiologi telinga
2. Untuk mempelajari definisi otitis media akut
3. Untuk mempelajari Apa sajakah etiologi otitis media akut
4. Untuk mempelajari patofisiologi otitis media akut
5. Untuk mempelajari stadium otitis media akut
6. Untuk mempelajari tanda gejala klien dengan otitis media akut
7. Untuk mempelajari terapi otitis media akut
8. Untuk mempelajari komplikasi otitis media akut
9. Untuk mempelajari pemeriksaan diagnostik otitis media akut
10. Untuk mempelajari pencegahan otitis media akut
11. Untuk mempelajari Hasil Penelitian Otitis media
12. Untuk mempelajari konsep legal etis otitis media akut
13. Untuk mempelajari Asuhan keperawatan otitis media akut

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.
Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya
saluran (Mansjoer, 2001, 76).
Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal), saluran
telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah (Rahajoe, 2012).
Klasifikasi otitis media: (Efiaty, 2007)
1. Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan tubuh terganggu
2. Otitis media sub akut
3. Otitis media kronik terjadi infeksi dengan peforasi membrane timpani dan secret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut menjadi otitis
media kronik apabila proses infeksi lebih dari dua bulan.

B. Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri
atau virus yang menyebabkan peradangan di mukosa, gangguan drainase telinga tengah
dan menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke telinga tengah
melalui tuba eustachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah. Kuman penyebab
utama otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti streptococcus hemolitikus,
stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus. Selain itu kadang ditemukan juga
hemofilus influens sering ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun,
Escherichia colli, streptokokus anhemmolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas
aurugenos (Efiaty, 2007).

5
C. Anatomi dan Fisiologi
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor
karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di
udara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian
menghantarkan informasi pendengaran kesusunan saraf pusat.Telinga dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. (Rendra, 2012)

Bagian-bagian telinga
Telinga terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
1. Telinga bagian luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga.Telinga luar terdiri dari daun
telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar.Telinga luar meliputi daun telinga
atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau
membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang
begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian
terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan
yang dilapisi kulit tipis.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga).Telinga terletak pada kedua sisi

6
kepala kurang lebih setinggi mata.Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus
telinga.Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan
meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup
mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus
berakhir pada membrana timpani.Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen.Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen
ke bagian luar tetinga.Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang
menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga.Hanya
bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut.Pada ujung
saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.Peradangan
pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena
kebiasaan mengorek telinga &akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus
(DM/sakit gula).
Aurikula berfungsi mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa lempeng
tulang rawan yang elastis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik
serta di persarapi oleh nervus fasialis.Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan
lapisan subkutis pada permukaan anterolateral, serta di temukan rambut kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.
Meatus akustikus eksternal merupakan tabung berkelok – kelok yang terbentang
antara aurikula dan membrane tempani, berfungsi menghantarkan gelombang suara
dari aurikula ke membrane tempani.

7
2. Telinga tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes.Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara.Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.Bagian dataran
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin.anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya
sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring.Normalnya, tuba eustachii
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase
untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan
atmosfer.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi.Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan
lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ

8
yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sempurna
mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan
perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak
melalui aquaduktus koklearis.

D. Patofisiologi
OMA sering diawali dengan infeksi saluran nafas, seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri
melalui saluran eustachius, bekteri bias menyebabkan, infeksi saluran tersebut,
sehingga terjadilah pembengkakan disekitar saluran, tersumbatnya saluran dan
datangnya sel-sel daah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan
sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel, jika lendir dan
nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu, karena gendang telinga dan
tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek
gendang telinga karena tekanan nya.

E. Manifestasi klinis
1. Otitis Media Akut.
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, OMA dapat dibagi atas 5 stadium:
a. Stadium radang tuba eustachii (salpingitis)
Stadium ini ditandai dengan adanya gambaran retraksi membrane timpani akibat
terjadinya tekanan negative didalam telinga tengah, karena adanya absorbs udara.
b. Stadium hiperemis (presupurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane
timpani atau seluruh membrane timpani.
c. Stadium supurasi

9
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengan dan hancurnya sel epitel
superfisiasi serta terbentuknya eksudat yang purulent di cavum timpani,
menyebabkan membrane timpani menjadi menonjol (bulging) kea rah telinga
luar.
d. Stadium perforasi
Stadium ini terjadi apabila rupture pada membrane timpani yang bulging pada
saat stadium supurasi.
e. Stadium resolusi
Membrane timpani yang utuh bila terjadi kesembuhan maka keadaan membrane
timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Sedangkan pada membrane timpani
yahg utuh tapi tidak terjadi kesembuhan, maka akan berlanjut menjadi Glue Ear.

F. Pemeriksaan penunjang.
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
2. Timpanogram untuk mengukut kesesuaian dan kekakuan membrane timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosensitesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya memberikan terapi medikamentosa. Pemberian
terapi medikamentosa ini tergantung pada stadium penyakitnya.
1. Stadium oklusi
Pada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang.
2. Stadium presupurasi
Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu diberikan. Bila
membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
3. Stadium supurasi/perforasi
Disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat
hilang dan rupture dapat dihindari.

10
4. Stadium resolusi
5. Jika terjadi resolusi maka membrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak
ada lagi perforasi membrane timpani menutup. Tetapi bila tidak terjadi resolusi akan
tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membrane timpani.

H. Komplikasi
1. Sukar menyembuh
2. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
3. Ketulian sementara atau menetap
4. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut,
kelumpuhan saraf facialis, komplikasi intracranial(meningitis, abses otak),
thrombosis sinus lateralis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Asuhan Keperawatan Pada Ny. K Dengan Otitis Media Akut


KASUS :
Pasien bernama Ny.K berusia 45 tahun datang ke ruang IGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
telinga kanan, keluar cairan putih dari telinga kanan. Pasien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak, nyeri dirasakan seperti diremas-remas, nyeri telinga secara terus menerus, skala nyeri
5. Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti setiap
hari, ketika sakit pasien hanya memberikan tetes telinga
pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah. TTV : 120/80mmHg, N:
110x/menit, P: 20x/menit, S: 38ºC. Keluarga pasien mengatakan harus bebicara dengan nada
tinggi pada klien, karena klien kadang tidak nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang
rendah. Pasien juga mengatakan cemas apabila harus melakukan operasi. Pasien tampak bingung
dan gelisah.
A. Biodata Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

11
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 17 maret 2018
TanggalPengkajian : 18 maret 2018
Diagnosa Medis : Otitis Media Akut

B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri telinga.

C. Riwayat kesehatan sekarang :


pasien mengatakan nyeri pada telinga, nyeri di rasakan saat bergerak, nyeri dirasakan
seperti diremas-remas,nyeri telinga dirasakan terus-menerus, skala nyeri 5, dan pasien
mengatakan tidak dapat mendengar suara dengan frekuensi rendah
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan
dua hari terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi
kenyal dan tidak bau.
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti saya
sekarang.
D. Pengkajian Pola Pemenuhan Dasar :
a) Pola Oksigenasi
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
Selama sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
b) Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/ hari.
Saat sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/hari.
c) Pola Eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan BAK 3x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.
Selama sakit pasin mengatakan BAK 4x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.

12
d) Pola Aktivitas
Sebelum sakit pasien mengatakan aktivitasnya dilakukan sendiri.
Selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga (seperti: seka,
dibantu jalan ke KM untuk BAK, BAB).
e) Pola Istirahat
Sebelum sakit pasien mengatakan pola istirahatnya teratur (sekitar jam 21.00 sudah
tidur), dan tidurnya nyenyak jika di rumah (lamanya tidur 7-8 jam).Selama sakit
pasien mengatakan sulit tidur (lamanya tidur sekitar 5-6 jam) karena telinganya
nyeri.
f) Pola berpakaian
Sebelum sakit pasien mengatakan pakaiannya tertutup berjilbab.
Selama sakit pasien mengatakan pakaiannya tertutup berjilbab.
g) Menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit pasien mengatakan jika kedinginan menggunakan jaket dan selimut.
Saat cuaca panas, pasien menggunakan kaos.
Selama sakit pasien mengatakan jika kedinginan menggunakan jaket dan selimut.
Saat cuaca panas, pasien menggunakan kaos.
h) Pola personal hygiene
Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan gosok gigi, mandi sebanyak 2x sehari
secara mandiri.
Selama sakit pasien mengatakan untuk seka dibantu oleh keluarga

E. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis
c) TD : 120/80mmHg
d) N : 110x/menit
e) RR : 20x/menit
f) S : 39ºC
g) BB : 52 kg
h) TB : 150 cm

13
i) Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : tidak ada benjolan
b. Muka : simetris
c. Mata : konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil mengecil saat ada
cahaya dan melebar saat tidak ada cahaya
d. Hidung : bersih tidak ada kotoran
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi
f. Telinga : ada cairan berwarna putih kental, ada nyeri tekan, bentuk
simetris, terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan, tes
rinne (-), tes weber: lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak
dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan.
h. Abdomen : I( simetris), A(bising usus 12x/menit), Pa(tidak ada nyeri
tekan), Pe: timpani.
i. Ekstermitas : tidak ada kelemahan di ekstermitas
j. Kulit : tampak sawo matang
k. Genetalia : tidak terpasang kateter

F. Pemeriksaan laboratorium
Tes Rine : - (negative)
Tes Weber : lateralisasi ke kanan
Spesimen cairan : berwarna putih kental

G. Terapi
Amoxswa5cicillin (antibiotik)
Asam mefenamat (analgetik)
Methylprednisolon (antiradang)

H. WOC

14
Perubahan tekanan Gangguan tube eustachius
udara tiba-tiba (alergi,
infeksi sumbatan)
Pencegahan invasi kuman Kuman masuk ketelinga tengah
terganggu

Peradangan

Meningkatkan produksi cairan Pengobatan tidak


Tindakan mastoidektomi serosa tuntas/episode berulang

Nyeri akut ansietas resiko Akumulasi cairan mukosa serosa


Resiko infeksi
infeksi

Ruptur membrane timpani karena


desakan

Secret keluar dan berbau tidak enak

Gangguan citra tubuh

15
I. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Pasien mengatakan Perubahan tekanan udara Nyeri akut b.d proses
nyeri telinga tiba-tiba (alergi, infeksi, peradangan ditandai
P : nyeri bertambah saat sumbatan) dengan edema
bergerak
Q : nyeri dirasakan Gangguan tube
seperti di remas-remas eustachus
R : nyeri pada telinga
kanan Pencegahan invasi
S:5 kuman terganggu
DO : serumen kental,
terdapat prforasi Peradangan
membrane timpani
telinga kanan, dan pasien Tindakan
mastoikdektomi
tidak dapat mendengar
suara frekuensi rendah
Nyeri akut ansietas
Ttv : 120/80 mmhg
resiko infeksi
Nadi : 110x/menit
Rr : 20x/menit
S : 38 c

2. DS : Perubahan tekanan udara Resiko infeksi b.d


- Klien mengeluh tiba-tiba (alergi, infeksi, respon inflamasi
ketajaman sumbatan)
pendengaran pada
telinga kanan Gangguan tube
menurun disertai eustachus
dengan keluarnya
kotoran telinga Pencegahan invasi
yang berbau. kuman terganggu

16
- Klien
mengatakan,
sering mengorek- Kuman masuk ketelinga
ngorek kuping tengah
dengan ujung
peniti sampai Pengobatan tidak
berdarah. tuntas/episode berulang
DO :
- Hasil
Resiko infeksi
pemeriksaan
otoskopis
diperoleh
membrane
timpani tampak
merah, sering
menggelembung
dan tampak
perforasi
- Klien diberikan
terapi antibiotic
spectrum luas,
dan obat tetes
telinga.

3. DS : Perubahan tekanan udara Gangguan citra tubuh


- Klien mengatakan tiba-tiba (alergi, infeksi, b.d perubahan pada
aktifitas nya sumbatan) penampilan tubuh
terbatas karena (secret berbau)
penyakit yang Gangguan tube
dialami eustachus
- Klien mengatakan

17
merasa malu Pencegahan invasi
dengan kuman terganggu
kondisinya
- Klien mengatakan Peradangan
keluarnya
serumen yang Meningkatkan produksi
berbau. cairan serosa
DO :
- Klien tampak Akumulasi cairan
kurang percaya mukosa serosa
diri
- Klien tampak Rupture membrane
malu ketika timpani karena desakan
didekati oleh
perawat Secret keluar dan berbau
tidak enak

Gangguan citra tubuh

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Nyeri akut b.d proses peradangan ditandai dengan edema (pembengkakan)
2. Resiko infeksi b.d respon inflamasi
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh (secret berbau)

K. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
Nyeri akut NOC: NIC:
- Pain level Pain management:
- Pain control - Lakukan pengkajian nyeri

18
- Comfort level secara komprehensif
Kriteria Hasil termasuk lokasi,
- Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi kualitas dan
nyeri, mampu factor presipitasi
menggunakan teknik - Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi non farmakologi
untuk mengurangi - Monitor penerimaan
nyeri, mencari pasien tentang manajemen
bantuan) nyeri
- Melaporkan bahwa Analgesic administration:
nyeri berkurang - Kolaborasi dengan dokter
dengan manajemen dalam pemberian
nyeri analgesic
- Mampu mengenali - Cek riwayat alergi
nyeri (skala nyeri, - Tentukan pilihan
frekuensi dan tanda analgesic tergantung tipe
nyeri) dan beratnya nyeri
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Resiko Infeksi NOC: NIC:
- Immune status Infection control
- Infection control - Monitor tanda dan gejala
- Risk control infeksi sistemik dan local
Kriteria Hasil - Pertahankan teknik
- Klien bebas dari asepsis pada pasien yang
tanda dan gejala beresiko
infeksi - Intruksikan pasien untuk
- Mendeskripsikan minum antibiotic sesuai
proses penularan resep

19
penyakit, factor yang - Ajarkan pasien dan
mempengaruhi keluarga tanda dan gejala
penularan serta infeksi
penatalaksanaan nya
- Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
- Menunjukkan
prilaku hidup sehat
Gangguan citra tubuh NOC: NIC:
- Body image Body image enhancement:
- Self esteem - Kaji secara verbal dan
Kriteria hasil nonverbal respon klien
- Body image positif terhadap tubuhnya
- Mampu - Jelaskan tentang
mengidentifikasi pengobatan, perawatan,
kekuatan personal kemajuan dan prognosis
- Mendeskripsikan penyakit
secara factual - Dorong klien
perubahan fungsi mengungkapkan perasaan
tubuh nya
- Mempertahankan - Identifikasi arti
interaksi sosial pengurangan melalui
pemakaian alat bantu

20
L. CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Nyeri akut b.d proses - Mengkaji tanda dan S:
peradangan ditandai gejalanya nyeri - Klien mengatakan
edema (pembengkakan) - Ajarkan pada keluarga teinga kanan nya
dan pasien teknik masih nyeri
relaksasi untuk O:
mengurangi nyeri - Klien terlihat
- Kolaborasi dengan tampak menahan
dokter dalam nyeri
pemberian obat - Wajah klien tampak
analgesik pucat
- Klien terlihat lemas
- S: 38c. TTV:
120/80mmHg, N:
110x/menit, P:
20x/menit
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Lnjutkan intervensi
Resiko infeksi b.d respon - Menginstruksikan S:
inflamasi klien untuk - Klien mengatakan
menggunakan teknik- pendengaran pada
teknik yang aman telinga sebelah
dalam perawatan kanan masih belum
telinga (saat terdengar jelas
membersihkan telinga - Klien mengatakan
dapat menggunakan secret yang keluar
cutton bud secara hati- sudah sedikit dan

21
hati) mulai tidak berbau
- Mengajarkan klien O:
untuk menggunakan - Klien terlihat
dan merawat alat tampak
pendengaran secara membersihkan
tepat telinga
- Menginstruksikan menggunakan
klien untuk cutton bud
menghabiskan seluruh - Klien terlihat dapat
dosis dan antibiotic berespon terhadap
yang di resepkan oleh rangsangan
dokter A:
- Kolaborasi dengan - Masalah belum
dokter dalam teratasi
pemberian antibiotic P:
- Inetervensi
dilanjutkan
Gangguan citra tubuh b.d - Memotivasi pasien S:
kurangnya infromasi untuk - Klien mengatakan
tentang pengobatan dan mengekspresikan malu ketika secret
tindak lanjut terapi perasaan nya yang dikeluarkan
khususnya pikiran, berbau
perasaan dan - Klien mengatakan
pandangan dirinya minder dan malu
- Mencatat perilaku dengan orang sekitar
menarik diri. O:
Peningkatan - Klien tampak belum
ketergantungan, percaya diri
manipulasi atau tidak - Klien tampak malu
terlibat pada ketika didekati oleh
perawatan perawat

22
- Mempertahankan A:
pendekatan positif - Masalah belum
selama aktivitas teratasi
perawatan P:
- Intervensi
dilanjutkan

23
PELAYANAN KESEHATAN
BPJS adalah program pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan, jaminan social
dan ekonomi untuk segenap warga negara indonesia dari sabang sampai merauke sesuai dengan
amanah undang-undang, ada 2 kategori bpjs saat ini, yaitu bpjs kesehatan (BPJSK) dan BPJS
ketenagakerjaan (BPJTK), bpjs yang khusus memberikan jaminan kesehatan adalah bpjs
kesehatan.
Sesuai dengan Undang-undang BPJS pasal 14, Setiap warga negara indonesia dan warga
negara asing yang sudah tinggal di idnonesia minimal selama 6 bulan harus mendaftar menjadi
peserta BPJS, sehingga mereka akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang biayanya akan
ditanggung sepenuhnya oleh bpjs kesehatan, berapapun biayanya bpjs akan bisa menjamin
seluruh biayanya tanpa batas atau plafond.

Ada 3 kategori yang berkaitan dengan kesehatan yang biayanya dapat ditanggung oleh bpjs
yaitu:
• Pelayanan kesehatan
• Obat-Obatan
• Biaya operasi dan
• Penanganan terhadap jenis penyakit

1. Pelayanan Kesehatan
Berikut adalah pelayanan kesehatan yang dapat dijamin oleh BPJS .
a. Pelayanan kesehatan non spesialistik (tingkat dasar atau tingkat 1)
Pemeriksaan dan konsultasi medis
tindakan medis non spesialistik yang non operatif maupun yang operatif
Pelayanan alat habis pakai (AHP)
Transfusi darah sesuai dengan indikasi medis
Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama,
Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis
Pelayanan promotif dan preventif.
b. Pelayanan kesehatan lanjutan spesialistik (tingkat2)
Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis :

24
Rehabilitasi medis,Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis, Pelayanan
kedokteran forensic,Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan, Pemeriksaan,
Pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub-spesialis,
Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis, Pelayanan obat dan
bahan medis habis pakai, Pelayanan alat kesehatan implant
c. Rawat Inap
Untuk rawat inap, baik rawat inap di ruang intensif dan rawat inap non intensif
dapat ditanggung oleh BPJS.

2. Obat-obatan
• Obat yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan / KIS tahun 2014 diatur
dalam formularium nasional berdasarkan Keputusan Menkes RI No
159/Menkes/SK/V/2014.
• Lantas Apa itu Obat Fornas?
Obat fornas adalah obat yang dapat ditanggung oleh bpjs yang disusun
berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh komite nasional penyusun fornas,
obat jenis ini biasanya dipilih yang memiliki harga paling terjangkau
namun berhasiat dan aman. fornas juga digunakan oleh para dokter
sebagai acuan penulisan resep.
Untuk pasien bpjs obat fornas adalah prioritas utama, jadi pasien akan
mendapatkan resep fornas sebelum menggunakan obat lainnya yang tidak
ditanggung bpjs, selama ada fornas maka obat itu yang digunakan untuk
pasien bpjs.

3. Penanganan terhadap jenis Penyakit


Yang berikutnya yang dapat ditanggung oleh bpjs adalah penanganan terhadap
jenis penyakit, ini sesuai dengan pedoman pelaksanaan yaitu permenkes nomor 28
tahun 2014.
• Alergi makanan
• Anemia defisiensi besi
• Demam dengue

25
• Demam tifoid
• Demensia
• Otitis media akut
• Dsb

26
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan
karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah
tersumbatnyasaluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibatinfeksi
bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yangberulang pada anak
juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA padaanak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: StadiumHiperemi,
Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasidari OMA juga
tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dari OMA juga berdasar pada
stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakit OMA, dapat muncul beberapa masalah
keperawatan yang dialami oleh klien,antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan
sensori persepsipendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.

27
DAFTAR PUSTAKA.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

28

Anda mungkin juga menyukai