Anda di halaman 1dari 18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)
Vivi Dwi Afriliani
21118081/Akt. VIII/2018
Program Profesi SI Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2009).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).

2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

1
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2011), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesit, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2009) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas

2
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya
lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.

3
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif
dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

4. PATOFISIOLOGI
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi
masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang
kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan
menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi
ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan,
kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan
plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh
sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin
pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi
angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik
maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR,
hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah
d. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine
berkurang

4
e. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.
f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur
sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi
menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini
menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan
oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga
mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.

5
5 5. PATHWAYS

(Proverawati, 2010)
6
6
6. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.

7
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang

8
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

10
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-
3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)

11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

12
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
(NANDA) (NOC) (NIC)
1. Ketidakefektifan Pola nafas NOC : NIC :
1. Respiratory status : Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara inspirasi 2. Respiratory status : Airway patency. 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
dan/atau ekspirasi tidak adekuat 3. Vital sign Status atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : ventilasi
- Penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi. 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Penurunan pertukaran udara per menit suara nafas yang bersih, tidak ada alat jalan nafas buatan
- Menggunakan otot pernafasan sianosis dan dyspneu (mampu 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tambahan mengeluarkan sputum, mampu bernafas 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Nasal flaring dengan mudah, tidak ada pursed lips). 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Dyspnea 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten tambahan
- Orthopnea (klien tidak merasa tercekik, irama 7. Berikan bronkodilator bila perlu
- Perubahan penyimpangan dada nafas, frekuensi pernafasan dalam 8. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Nafas pendek rentang normal, tidak ada suara nafas Lembab
- Pernafasan pursed-lip abnormal). 9. Monitor respirasi dan status O2
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat 3. Tanda Tanda vital dalam rentang
lama normal (tekanan darah, nadi, Oxygen Therapy
- Peningkatan diameter anterior-posterior pernafasan). 10. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pernapasan rata-rata/minimal 11. Pertahankan jalan nafas yang paten
Bayi : < 25 atau > 60 12. Monitor aliran oksigen
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 13. Pertahankan posisi pasien
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 14. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

13
Usia > 14 : < 11 atau > 24 Vital sign Monitoring
- Kedalaman pernafasan 15. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Dewasa volume tidalnya 500 ml saat 16. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
istirahat dan setelah aktivitas
Faktor yang berhubungan : 17. Monitor kualitas dari nadi
- Hiperventilasi 19. Monitor adanya18.kecemasan
Monitorpasien
frekuensi
terhadap
dan irama
oksigenasi
pernapasan
- Deformitas tulang 19. Monitor suara paru
- Kelainan bentuk dinding dada 20. Monitor pola pernapasan abnormal
Vital sign Monitoring
- Penurunan energi/kelelahan 20. Monitor TD, nadi,
21. suhu,
Monitor
dan suhu,
RR warna, dan kelembaban kulit
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal 21. Catat adanya fluktuasi
22. Monitor
tekanansianosis
darah perifer
- Obesitas 22. Monitor VS saat23.pasien
Monitor
berbaring,
adanyaduduk,
cushing
atautriad
berdiri
(tekanan nadi
- Posisi tubuh 23. Auskultasi TD padayangkedua lengan
melebar,dan bandingkan
bradikardi, peningkatan
- Kelelahan otot pernafasan 24. Monitor TD, nadi, RR,sistolik)
sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Hipoventilasi sindrom 25. Monitor kualitas dari nadi
- Nyeri 26. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Kecemasan 27. Monitor suara paru
- Disfungsi Neuromuskuler 28. Monitor pola pernapasan abnormal
- Kerusakan persepsi/kognitif 29. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang 30. Monitor sianosis perifer
- Imaturitas Neurologis 31. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
32. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

14
2. Hipotermi NOC : NIC :
1. Thermoregulation Temperature Regulation
Definisi : temperatur suhu dibawah rentang 2. Thermoregulation : neonate 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
normal. 2. Rencanakan monitoring suhu secara
Kriteria Hasil : kontinyu
Batasan karateristik : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Monitor TD, nadi, dan RR
- Penurunan suhu tubuh dibawah rentang 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Monitor warna dan suhu kulit
- normal. 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
- Pucat hipotermi
- Kulit dingin 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Kuku sianosis 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


9. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
10. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

15
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status Nutrition Management
2. Nutritional Status : food and Fluid 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperluan metabolisme tubuh. 3. Nutritional Status : nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
4. Weight control dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : 3. Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah Kriteria Hasil : 4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
ideal 1. Adanya peningkatan berat badan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya intake makanan yang sesuai dengan tujuan 5. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
kurang dari RDA (Recomended Daily 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Allowance) badan 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat 3. Menunjukkan peningkatan fungsi kalori
- Kelemahan otot yang digunakan untuk pengecapan dari menelan
menelan/mengunyah 4. Tidak terjadi penurunan berat badan Nutrition Monitoring
- Luka, inflamasi pada rongga mulut yang berarti 7. BB pasien dalam batas normal
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah 8. Monitor adanya penurunan berat badan
mengunyah makanan 9. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan biasa dilakukan
makanan 10. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi makan
rasa 11. Monitor lingkungan selama makan
- Perasaan ketidakmampuan untuk 12. Monitor kulit kering dan perubahan
mengunyah makanan pigmentasi
- Miskonsepsi 13. Monitor turgor kulit
- Kehilangan BB dengan makanan cukup 14. Monitor mual dan muntah
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen

16
4. Resiko infeksi NOC : NIC :
1. Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan resiko masuknya 2. Knowledge : Infection control 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
organisme patogen 3. Risk control lain
2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Invasif 1. Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk infeksi mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
menghindari paparan patogen 2. Menunjukkan kemampuan untuk berkunjung meninggalkan pasien
- Trauma mencegah timbulnya infeksi 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Kerusakan jaringan dan peningkatan 3. Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan keperawatan
paparan lingkungan 6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Ruptur membran amnion pelindung
- Agen farmasi (imunosupresan) 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Malnutrisi pemasangan alat
- Peningkatan paparan lingkungan 8. Ganti letak IV perifer dan line central dan
patogen dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Imonusupresi 9. Tingktakan intake nutrisi
- Ketidakadekuatan imum buatan 10. Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi terhadap
respon inflamasi) infeksi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer 11. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
(kulit tidak utuh, trauma jaringan, dan lokal
penurunan kerja silia, cairan tubuh 12. Monitor hitung granulosit, WBC
statis, perubahan sekresi pH, perubahan 13. Monitor kerentanan terhadap infeksi
peristaltik). 14. Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Penyakit kronik terhadap kemerahan, panas, drainase

17
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :


YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai