Anda di halaman 1dari 15

SPESIALIT DAN TERMINOLOGI

MAKALAH

“DIABETES”

Disusun oleh:

1. Arum Putri Sukmawati AKF17149


2. Bagas Satriyo Wicaksono AKF17150
3. Charimatus Aprilia Hadiningtyas AKF17151
4. Dwi Desy Natalia AKF17158

Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang

Oktober 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya
dengan penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai
dengan berbagai gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan. Apabila tidak dilakukan perawatan dan pengontrolan
pengobatan yang baik pada penderita DM, maka akan menyebabkan berbagai
penyakit menahun seperti serebrovaskular, penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya. Penyebab diabetes dap
at disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang tidak sehat,
danlain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.

World Health Organisation (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan


bahwa terdapat 194 orang atau 51% dari 3,8 milyar penduduk dunia
menderitaDM, yang mana sebagian besar berasal dari usia 20-79 tahun. Yang
mana pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat kembali menjadi
333 jutaorang. Angka kenaikan penderita DM ini dipicu juga karena tidak
adanya pengawasan nutrisi yang baik dan terpenuhi untuk tubuh, pola hidup y
angtidak sehat, dan kurangnya melakukan aktifitas fisik. Selain itu seseorang
telahterindikasi mengidap DM dapat disebabkoleh merokok, dan obesitas.
Untukitu diperlukannya pemahaman mengenai DM pada setiap orang,
agarmemberikan pemahaman lebih mengenai DM.

1.2. Tujuan
1. Mampu memahami penyebab Diabetes Miletus
2. Memahami mekanisme patofisiologi Diabetes Miletus
3. Memahami pengaruh diabetes miletus terhadap sistem yang terdapat di
tubuh
4. Memahami cara pengobtan untuk penderita Diabetes Miletus

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Diabetes Miletus
Pengertian Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Purnamasari, 2009).

Menurut WHO (World Health Organization), diabetes merupakan penyakit


kronis, yang terjadi apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang adekuat,
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
diproduksinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemia,
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) pada tahun 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika
memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada waktu 2 jam selepas
makan (postprandial) >200 mg/dL. Kadar gula darah bervariasi pada setiap
individu setiap hari dimana kandungan gula darah akan meningkat jumlahnya
setelah individu tersebut makan dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam
setelah makan.2 Pada keadaan normal, lebih kurang 50% glukosa dari
makanan yang dimakan akan mengalami metabolisme sempurna menjadi
karbon dioksida (CO2) dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40%
diubah menjadi lemak. Semua proses metabolik terganggu pada penderita
diabetes melitus akibat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa ke dalam sel
menurun dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia

2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Menurut Blac (2009), diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat
derajat klinis berbeda yang terdiri atas tipe 1, tipe 2, gestasional, dan jenis
spesifik lain dari diabetes melitus.
1. Diabetes melitus tipe 1 adalah hasil dari autoimunitas kerusakan sel beta,
yang mengarah kepada defisiensi hormon insulin.
2. Diabetes melitus tipe 2 adalah hasil dari kerusakan pengeluaran insulin
secara pogresif yang disertai dengan resistensi insulin, biasanya berkaitan
dengan obesitas.
3. Diabetes melitus gestasional adalah jenis diabetes melitus yang di
diagnosis selama masa kehamilan.
4. Diabetes melitus jenis lain, mungkin terjadi sebagai hasil dari kerusakan
genetik di fungsi sel beta, penyakit kelenjar pankreas (misalnya sistik
fibrosis), atau penyakit yang diinduksi penggunaan obat-obatan.
Menurut WHO, diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
perawatan dan simtoma.
1. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Mellitus Tipe 1 biasa menyerang anak-
anak. Merupakan diabetes yang terjadi karena berkurangnya insulin dalam
sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta pada pulau langerhans. Hilangnya
sel beta dikarenakan reaksi autoimun yang salah sehingga menghancurkan
sel beta di pankreas. Salah satu gejala DM tipe 1 ini adalah buang air kecil
yang terlalu sering.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 Merupakan tipe diabetes yang bukan karena
berkurangnya rasio insulin dalam darah, melainkan karena kelainan
metabolisme. Terjadi Hiperglisema yaitu bertambahnya atau melebihnya
glukosa darah.
3. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes tipe ini adalah diabetes yang timbul
pada saat kehamilan, yang diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan
reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan ekstra pada kehamilan. Resiko terjadinya anomali kongenital
berkaitan langsung dengan derajat hiperglikemia pada saat diagnosis
ditegakkan. Pada diabetes melitus jenis ini, insulin sulit bekerja karena
beberapa hormon pada ibu hamil memiliki efek metabolik yang
bertoleransi dengan glukosa.

Sedangkan American Diabetes Association (1997) membagi DM dalam


empat klasifikasi dengan dua tipe utama yaitu tipe I dan tipe II.
1. Diabetes tipe I Merupakan tipe diabetes yang terjadi karena kerusakan
sel-sel beta pada pancreas untuk memproduksi insulin. Hal ini disebabkan
reaksi autoimun pada tubuh.
2. Diabetes tipe II Merupakan tipe diabetes dimana jumlah insulin dalam
tubuh memadai namun kurangnya jumlah reseptor insulin di permukaan
sel menyebabkan insulin yang dapat masuk ke dalam sel hanya sedikit
dan proses metabolism karbohidrat terganggu sehingga kadar glukosa dan
insulin tinggi. DM tipe II mempunyai tingkat genetic tinggi, 80-90%
disebabkan keturunan.
3. Diabetes tipe Gestasional Tipe diabetes yang hanya terjadi pada masa
kehamilan. Namun resiko yang ditimbulkan terhadap bayi sangan besar
seperti kelainan bawaan, gangguan pernapasan, bahkan kematian janin.
Toleransi karbohidrat akan kembali normal mulai pada trisemester ketiga.
4. Diabetes tipe spesifik lainnya
a. Defek genetik fungsi sel β yang ditandai dengan mutasi pada:
 Hepatocyte nuclear transcription factor (HNF) 4α.
 Glukokinase
 Hepacytocyte nuclear transcription for 1α.
 Insulin promoter factor
b. Defek genetic pada kerja insulin (misalbya resistensi tipe A).
c. Penyakit pada pankreas eksokrin, diantaranya pancreatitis,
pankreatektomi, neoplasia, fibrosis kistik, hemokromatosis.
d. Endokrinopati, yaitu sindrom Cushing, akromegali, feokromositoma,
hipertiroidisme, glukagonoma.
e. Obat atau bahan kimia : glukortikoid, tiazid, dan lain.
f. Infeksi : rubella kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus, dan
lainnya.
g. Bentuk jarang diabetes imnunologik : sindrom “Stiff Man”, antibody
anti reseptor insulin.
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes : sindrom
Down, sindrom Klinefelter, dan lainnya.

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus


Secara umum, diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Genetika Seseorang yang memiliki penyakit diabetes miletus dapat
menurunkan penyakit tersebut kepada anak-anaknya. Anak penderita
diabetes tipe 2 memiliki peluang menderita DM 2 sebanyak 15%-30%
risiko ketidakmampuan metabolisme karbohidrat secara normal.
2. Obesitas (berat badan ≥ 20% dari berat ideal) Obesitas yang terjadi
pada seseorang dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah sisi
reseptor insulin yang dapat bekerja dalam sel pada otot skeletal dan
jaringan lemak. Dengan terjadinya obesitas maka akan merusak sel
beta dalam memproduksi dan melepaskan insulin, sehingga terjadi
penumpukan gula darah.
3. Usia Semakin bertambah umur seseorang maka prevalensi DM
semakin meninggi. Biasanya DM dialami oleh orang-orang yang telah
berusia 30 tahun, yang mana telah mengalami perubahan fisiologis,
anatomi, dan biokimia. Salah satu yang mengalami perubahan adalah
sel beta penghasil insulin pada pankreas.
4. Hipertensi

A. Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabetes Melitus Tipe 1


Diabetes melitus tipe 1, yang sebelumnya disebut IDDM atau
juvenile-onset diabetes mellitus, dikarakteristikan oleh kerusakan sel beta
pankreas, yang mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes mellitus tipe
1 adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak,
tiga sampai empat kali lebih umum dibandingkan dengan penyakit anak-
anak lainnya seperti sistik fibrosis, artritis rheumatoid anak-anak, dan
leukemia (Black, 2009). Kejadian diabetes mellitus tipe 1 pada pria dan
wanita hampir sama dengan kondisi lebih umum terjadi pada orang
African Americans, Hispanic Americans, Asian Americans, dan Native
Americans.
Diabetes mellitus tipe 1 diwariskan dalam bentuk alel heterozigot.
Kembar identik memiliki risiko 25%-50% mewariskan penyakit ini,
sedangkan saudara kandung berisiko 6% dan keturunan berisiko 5%.
Sebuah gabungan juga terjadi antara diabetes melitus tipe 1 dan Human
Leukocyte Antigens (HLAs).
Faktor lingkungan seperti paparan virus yang mencetuskan proses
autoimunitas yang menghancurkan sel beta. Islet Cell Antibodies (ICAs)
kemudian muncul, memingkat dalam hitungan bulan dan tahun seiring
dengan hancurnya sel-sel beta. Hal ini mempercepat hiperglikemia (kadar
gula darah yang tinggi) yang terjadi ketika 80%-90% massa sel beta telah
dihancurkan.

B. Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabtetes Melitus Tipe 2


Diabetes mellitus tipe 2, yang sebelumnya disebut NIDDM atau
adult-onset diabetes mellitus, adalah gangguan yang melibatkan faktor
genetik dan lingkungan. Diabetes mellitus adalah jenis paling umum dari
diabetes melitus, mempengaruhi 90% dari seluruh orang yang menderita
diabetes melitus. Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosis pada umur
diatas 40 tahun dan lebih umum diantara orang dewasa, orang dewasa
dengan obesitas, dan pada beberapa populasi etnis dan ras (Black, 2009).
Akan tetapi, diagnosis diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak dan remaja
sedang mengalami peningkatan, terutama pada orang African Americans
dan Hispanic/Latino Americans. Rata-rata, orang-orang yang didiagnosis
diabetes melitus tipe 2 telah memiliki diagnosis sekitar 6,5 tahun sebelum
identifikasi klinis dan perawatan.
Prevalensi diabetes melitus tipe 2 sangat mencolok pada orang
Native Americans, Africa Americans, Hispanic Americans, tentunya pada
orang dewasa dan obesitas. Diabetes melitus adalah penyebab utama
kebutaan baru pada orang dewasa yang berumur 20 hingga 74 tahun dan
penyebab utama gagal ginjal kronis, terhitung sekitar 40% dari kasus baru
yang ada (Black, 2009).
Diabetes melitus tipe 2 tidak tergabung dengan tipe jaringan
HLAs, dan sirkulasi ICAs jarang hadir. Keturunan memainkan peran
utama dalam ekspresi diabetes melitus tipe 2. Penyakit ini lebih umum
terjadi pada kembar identik (58%-75%) dibandingkan pada populasi
secara umum.
Obesitas adalah faktor risiko paling utama, dimana 85% orang
dengan diabetes melitus tipe 2 menjadi obesitas (Black, 2009). Hal ini
tidak jelas apakah kepekaan jaringan (hati dan otot) yang lemah kepada
insulin atau sekresi insulin yang lemah yang menjadi kerusakan utama
pada diabetes melitus tipe ini.
Prevalensi penyakit arteri koronaria pada orang-orang dengan
diabetes melitus tipe 2 adalah dua kali dibandingkan pada populasi non
diabetes, sedangkan prevalensi penyakit kardiobaskular dan total
kematian adalah dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pada
orang non diabetes (Black, 2009).

2.4. Fisiologi Diabetes Melitus


2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus
Jenis diabetes miletus yang paling umum dikenal orang adalah diabetes
melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
A. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena berkurang atau rusaknya
sel beta sebagai penghasil insulin pada pankreas yang menyebabkan
produksi insuline menjadi berkurang atau tidak terproduksi lagi. Pada saat
makanan yang masuk ke dalam tubuh, maka makanan tersebut akan
dirubah menjadi glukosa. Glukosa kemudian masuk ke dalam aliran
darah. Selanjutnya pankreas menghasilkan sedikit insulin atau tidak
menghasilkan insulin sama sekali karena kerusakan sel beta pada pulau
langerhans yang terdapat pada pankreas. Insulin yang dihasilkan tersebut
akan masuk ke dalam aliran darah, selanjutnya dikarena jumlah insulin
yang diproduksi dengan glukosa yang masuk ke dalam tubuh terlalu
sedikit maka menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah.

B. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kurangya sensitivitas
terhadap insulin (disebabkan kurangnya jumlah reseptor insulin
dipermukaan sel) yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam
darah. Pada awalnya makan yang masuk ke dalam tubuh akan diubah
menjadi glukosa, kemudian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah.
Selanjutnya pankreas akan menghasilkan insulin, dan insulin tersebut
akan masuk ke dalam pembuluh darah. Namun insulin tersebut
mengalami penurunan sensitivitas, sehingga glukosa menumpuk dalam
darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Terminologi Diabetes Miletus

1. Hiperglikemia (atau sering disebut ‘hiper’) berarti kadar gula darah


tinggi di atas normal.
2. Hipoglikemia (atau serubg disebut ‘hipo’) artinya kadar gula darah
menurun di bawah normal (di bawah 4 mmol/l).
3. IDDM ialah kependekan dari Insulin Dependent Diabetes Mellitus, yang
juga dikenal sebagai diabetes tipe 1.
4. IGT ialah kependekan dari Impaired Glucose Tolerance, yang mengacu
pada kondisi tingginya gula darah dari normal tapi belum cukup tinggi
untuk didiagnosis sebagai diabetes. Mereka yang memiliki IGT berisiko
lebih tinggi mengalami penyakit jantung dan bisa mengidap diabetes
tipe 2.
5. IFG ialah kependekan dari Impaired Fasting Glycaemia, yang merujuk
pada kondisi tingginya gula darah dari normal tapi belum cukup tinggi
untuk didiagnosis sebagai diabetes.
6. MODY ialah kependekan dari Maturity Onset Diabetes of the Young. Ini
merupakan diabetes jenis langka, berkembang sebelum seseorang
berusia 25 tahun, bersifat genetis dalam keluarga dan sering bisa
dikendalikan dengan pengaturan asupan dan kegiatan fisik yang
memadai atau dengan memperbanyak aktivitas fisik dan konsumsi tablet
(baca ‘tablet’).
7. Mikroalbuminaria merupakan kehadiran sejumlah kecil protein dalam
air seni yang menjadi tanda adanya gangguan dalam ginjal.
8. Nefropati ialah komplikasi diabetes akibat kerusakan ginjal.
9. Neuropati ialah kerusakan syaraf yang membawa pesan menuju dan dari
otak dan tulang belakang. Gangguan ini dipicu oleh tingginya kadar gula
darah selama bertahun-tahun. Gejala-gejalanya ialah sensasi tusukan
jarum dan paku atau mati rasa atau sakit di daerah tangan dan kaki.
10. Diabetes tipe Gestasional Tipe diabetes yang hanya terjadi pada masa
kehamilan. Namun resiko yang ditimbulkan terhadap bayi sangan besar
seperti kelainan bawaan, gangguan pernapasan, bahkan kematian janin.
Toleransi karbohidrat akan kembali normal mulai pada trisemester
ketiga.

3.2. Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 1


1. Insulin
Jenis insulin ini dikelompokkan berdasarkan seberapa cepat kerja
insulin dan seberapa lama insulin dapat mempertahankan kadar gula
darah. Berikut adalah beberapa jenis insulin yang harus Anda ketahui:
a. Rapid-acting insulin
Jenis insulin ini bekerja sangat cepat dalam menurunkan
kadar gula darah tubuh. Oleh karena itu, digunakan 15 menit
sebelum makan. Berikut adalah contoh dari rapid-acting insulin:
 Insulin lispro (Humalog), jenis insulin ini hanya membutuhkan
waktu sekitar 15-30 menit untuk mencapai pembuluh darah
Anda dan mampu menurunkan kadar gula darah dalam 30-60
menit. Dapat menjaga gula darah normal selama 3-5 jam.
 Insulin Asprat (Novolog), hanya membutuhkan waktu 10-20
untuk masuk ke pembuluh darah dan dapat menurunkan kadar
gula darah 40-50 menit. Selain itu, jenis insulin ini dapat
mempertahankan kadar gula darah normal selama 3-5 jam.
 Insulin gluisine (Apidra), memerlukan waktu selama 20-30
menit untuk sampai ke pembuluh darah, mampu menurunkan
darah hanya dalam waktu 30-90 menit, dan
mempertahankannya antara 1-2,5 jam.
b. Short-acting insulin
Jenis insulin yang juga dapat menurunkan kadar gula darah
dengan cepat – meski tak secepat rapid-acting. Biasanya, insulin
ini akan diberikan 30-60 menit sebelum makan. Berikut adalah
contohnya:
 Regular (R) atau novolin, yang mampu mencapai pembuluh
darah dalam waktu 30-60 menit, bekerja dengan cepat dengan
menghabiskan waktu 2-5 jam, dan mempertahankan kadar
gula darah hingga 5-8 jam.
c. Long-acting insulin
Jenis insulin ini dapat bekerja selama seharian, oleh karena
itu penggunaan insulin ini lebih banyak digunakan ketika malam
hari dan hanya satu kali saja per hari. Biasanya, insulin long-acting
akan dikombinasikan dengan insulin jenis rapid-acting atau short-
acting. Berikut adalah contohnya:
 Insulin glargine (Lantus, Toujeo), mampu mencapai pembuluh
darah dalam 1-1,5 jam dan mempertahankan kadar gula darah
selama kurang lebih 20 jam.
 Insulin detemir (Levemir), mencapai pembuluh darah sekitar
1-2 jam dan bekerja selama 24 jam.
 Insulin degludec (Tresiba), masuk ke dalam pembuluh darah
dalam waktu 30-90 menit dan bekerja selama 42 jam.

Suntik insulin lebih mudah menggunakan pena Sebenarnya,


ada beberapa cara dalam pemberian suntik insulin, yaitu
menggunakan jarum suntik atau dengan pena khusus. Namun, yang
paling banyak digunakan saat ini adalah pena khusus. Hal ini
disebabkan karena cara penggunaannya yang mudah. Beberapa
manfaat jika Anda menggunakan pena ketika suntik insulin, yaitu:
 Mudah untuk digunakan, sehingga cocok bagi lansia dan
anak-anak.
 Mudah untuk mengatur dosis insulin.
 Gampang dibawa-bawa dan bisa dipakai berulang-ulang.

3.3. Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2


Pada penderita diabetes tipe II dapat melakukan beberapa perawatan diri
sederhana untuk mengurangi akibat buruk dari diabetes diantaranya yaitu:
a. Mengatur pola makan dan diet yang tepat Penderita DM harus mengatur
pola makannya dengan mengurangi asupan karbohidrat, mengurangi
makanan yang mengandung lemak, dan memperbanyak makanan
berserat seperti sayur dan buah.
b. Monitor kadar gula darah secara teratur Penderita diabetes perlu
mengecek kadar gula darahnya secara teratur agar kadar gula darahnya
tetap terkontrol. Pengontrolan gula darah ini dapat dilakukan sendiri
uleh penderita diabetes dengan menggunakan lat pengecek gula darah
yaitu glukotest.
c. Olahraga Penderita diabetes dianjurkan untuk melakukan olahraga
teratur seperti bersepeda, berenang, lari pagi, dan lain-lain. Olahraga ini
dilakukan selama 30-40 menit sebanyak tiga kali seminggu.
d. Menurunkan berat badan khususnya bagi yang mengalami kegemukan
atau obesitas.
e. Berhenti merokok karena dapat meningkatkan resiko kardiovaskular
pada pengidap diabetes.

Obat hipoglikemik oral (OHO) atau biasa dikenal sebagai obat


antidiabetes (OAD) dapat dibedakan berdasarkan cara kerjanya.
Obat medis diabetes melitus diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Berikut adalah penggolongan obat
diabetes melitus yang mempunyai mekanisme kerja ataupun efek samping
yang berbeda.
A. Penggolongan Antidiabetik Oral/Hipoglikemik Oral
1. Biguanida, yang mempunyai mekanisme kerja untuk
menurunkan glukoneogenesis renal dan hepar. Selain itu juga
menstimulasi glikolisis secara baik dengan meningkatkan
pembuangan glukosa secara efektif.
Golongan Biguanid: Termasuk dalam golongan ini adalah
Metformin, Fenformin, Buformin.
2. Thiazolidinedion, yang mampu menurunkan resistensi insulin.
Obat ini bekerja primer dalam meregulasi gen didalam
metabolisme glukosa, lipid serta diferensiasi adiposa.
Golongan Thiazolidindion: Termasuk kedalam golongan ini
adalah Pioglitazone, Rosiglitazone.
3. Inhibitor alpha-glukosdiase, merupakan oloigosakarida dan
diskaradi yang harus dipecahkan untuk diabsorpsi sijejunum dan
doudenum, yang nantinya mampu menurunkan kadar glukosa
didalam darah.
Golongan penghambat alphaglukosidase: Yang termasuk
dalam golongan ini adalah Akarbosa dan Miglitol yang bekerja
dengan cara menghambat alphaglukosidase yang mengubah
di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat
dan menghambat penyerapan karbohidrat
4. Sulfonilurea, bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin di
pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih
dapat berproduksi.
Golongan Sulfonilurea: Termasuk dalam golongan ini
adalah: Klorpropamid, Glikazid, Glibenklamid, Glipizid,
Glikuidon, Glimepirid, Tolazalim dan Tolbutamid.
5. Analog Meglitinid, Bekerja dengan cara mengikat reseptor
sulfonilurea dan menutup ATP-sensitive potassium chanel.
Analog Meglitinid: Yang termasuk dalam golongan ini
adalah Repaglinid.

Penggolongan obat diabetes melitus bertujuan untuk mengetahui


kinerja dari sebuah obat kimia sehingga memudahkan tenaga medis untuk
memberikan jenis obat yang sesuai untuk penderita diabetes. Selain
mengonsumsi obat medis, beberapa orang juga melakukan terapi non
farmakologi untuk diabetes melitus karena ingin sembuh dan kembali
sehat tanda kadar gula tinggi.
Terapi ini menjadi salah satu solusi dalam mengatasi penyakit diabetes.
Terapi dilakukan dengan cara mengonsumsi obat setiap hari secara rutin.
Penderita diabetes yang melakukan terapi farmakologi akan diberikan obat
hipoglikemik oral dan terapi suntik insulin hingga penyakit diabetes benar-
benar tuntas. Biasanya, obat hipoglikemik hanya diberikan pada penderita
diabetes tipe 2.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah di dalam tubuh, Penyakit ini berhubungan erat dengan
keberadaan hormon Insulin yang di produksi oleh kelenjar Pankreas serta
berfungsi mengubah glukosa menjadi glikogen. Terdapat beberapa tipe DM
yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM jenis lain. Penyebab
umum dari DM adalah genetika, usia, obesitas, hipertensi, gaya hidup yang
salah. Dan fakto lingkungan. DM memengaruhi berbagai sistem tubuh yang
meliputi sistem pencernaan, sistem urinaria, sistem imun, sistem integument,
sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, system saraf dan sistem indra
sehingga menimbulkan beberapa gejala kesehatan pada penderitanya.
Sebagai contoh adalah hal yang dirasakan pasien dalam kasus pemicu yaitu
sering buang air kecil, sering haus dan lapar, serta terjadi penurunan berat
badan sebanyak 15 Kg dalam 2 bulan terakhir dan merasa sering kesemutan
pada ekstremitas bawah. Gejala yang umumnya ada pada penderita DM yaitu
hipoglukemia, polyuria, polydipsia,polifagia, rasa lelah dan kelemahan otot ,
penurunan berat badan secara drastis dan beberapa kasus mengalami
gangguan pandangan. Usaha untuk menangani penyakit DM ada bermacam-
macam dan umumnya adalah mengenai pola hidup. Aktivitas yang dapat
mendukung kesehatan penderita DM meliputi perbaikan pola makan,
olahraga, pemberian injeksi Insulin ( DM tipe 1) dan meminum obat oral
untuk diabetes (biasanya DM tipe 2). Dengan begitu diperlukan usaha yang
aktif dari penderita DM untuk memulihkan kesehatannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. & Hawks, Jane Hokanson. (2009). Medical-Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. 8th ed. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier

Anda mungkin juga menyukai