Referat Luka Tembak
Referat Luka Tembak
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan dari negara lain seperti Inggris dan Wales pada tahun 2001 angka
kejadian luka tembak adalah 0,4/100 ribu (bunuh diri 65%, homicide 7%,
kecelakan 28%), dan angka kejadian di Kanada pada tahun 2002 adalah 2,6 per
100.000 (bunuh diri 80%, homicide 15%, kecelakaan 5%).
Untuk menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka
tembak, yang mana luka tembak masuk dan mana luka tembak keluar, jenis
senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban
1
sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian.
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu
kerja berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan
keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani kegawatdaruratan bagian luka
tembak maupun para ahli patologi dan forensik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan ewat senjata api atau persentuhan peluru
dengan tubuh. Yang termasuk dalam luka tembak adalah luka tembak masuk
maupun luka tembak keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru
memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar,
anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka tembak ditandai
dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar.
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh.
Semakin besar energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat
terjadi. Energi akan meningkat seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya.
Secara umum, peluru berukuran besar yang ditembakkan dari senapaan
menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru berukuran kecil
yang ditembakkan dari pistol.
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi
melalui larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api:
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berikut
adalah jenis-jenis senjata api:
a. Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek
Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar
(revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi
siap untuk di tembakkan. Revolver terdapat dua jenis, single action dan double
3
action. Pada tipe single action pelatuk harus dikokang setiap kali akan menembak.
Sedangkan pada double action revolver penekanan picu secara berulang untuk
langsung memutar silinder, mensejajarkan laras dan tempat peluru, mengokang
dan selanjutnya melepaskan pelatuk untuk menembak.
Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam
sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam
ruang ledaknya.
4
Gambar 1. Senjata api laras pendek
2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi dua yaitu:
Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur
ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru
tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang
besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang
(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol)
SKS-45
5
Chinese AKS-47 semi-automatic rifle
Gambar 2. Senjata api laras panjang
6
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.
7
mungkin konsetntrik atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke dalam kulit, ia akan
menyebabkan abrasi tepikonsentrik, karena ia masuk perpendikuler kulit. Ketika
ujung peluru memfenetrasi kulit pada suatu sudut, ia akan menyebabkan garis tepi
abrasi yang eksentrik. Daerah marginabrasi eksentrik yang tebal mengindikasikan
sudut peluru yang lebih dangkal saat ia peluru menembus kulit.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin
dikarenakan oleh kecepatan dan energi kinetic yang tinggi amunisi yang
ditembakkan. Stellate-shaped exit wounds, sering ditemukan dan mungkin
menyerupai luka tembak masuk kontak.
Walaupun luka tembak keluar dari senjata bisa lebih besar dan mungkin
menyebabkan banyak kerusakan dibandingkan luka tembak keluar dari senjata
genggam. Dengan memperkirakan tepi luka, ada atau tidak adanya tepi abrasi bisa
dikonfirmasi.
Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung
arah atau jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus
arah dan jalur peluru tersebut. Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis
peluru yang disalurkan ke tubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada
kasus proyektil velositas medium dan tinggi,disipasi energi dipengaruhi oleh Drag
(‘hambatan’), Profile (‘profil’) dan Cavitation(‘kavitasi’).
Drag – Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk tahanan
angin, hambatan oleh jaringan, dll.
Profile – Titik tumbuk peluru merupakan profil dari peluru tersebut.
Semakin besar ukuran titik tumbuk semakin besar energi yang disalurkan.
Cavitation – Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru.
Merupakan lubang di jaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis peluru.
Lubang ini lebih besar daripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka yang
dihasilkan lebih besar dari diameter peluru tersebut. Kadang kala, karenaenergi
kinetis peluru sedemikian besar, peluru dapat menembus jaringan di sebaliknya.
Oleh karena itu selalu kaji adanya lubang keluar peluru (‘exit wound’).
Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar
telah ditentukan,langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah
8
tembakan adalah jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak
masuk menuju luka tembak keluar.
Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu menggambarkan
arah tembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis standar saat ia
ditembak. Tubuh korban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi tubuhnya
dengan bagian palmar ke depan. Sebagai contoh luka tembak yang menembus
dada kiri dan keluar pada punggung kanan bawah, arah tembakan digambarkan
dari depan ke belakang, kiri ke kanan dan dan ke bawah. Biasanya ahli forensik
hanya bisa membuat opini dimana posisi tubuh korban bisa atau tidak konsisten
dengan arah tembakan, dan hanya bisa disesuaikan dengan saksi mata.
Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami
disipasi, jaringan otak secara alamiah akan tertekan secara berat (ingat kepala
adalah ruang tertutup yang dibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat).Bila
peluru mengenai wajah maka jalan napas akan rusak atau hancur tergantung pada
velositas peluru.
Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli
membentuk massa berongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak
tahan terhadap kavitasi sebagaimana paru. Namun lapisan terluar yang meliputi
pembuluh pulmoner, aorta dan jantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic.
Jaringan ini mungkin mampu menutupi luka akibat luka tembus velositas
rendah,namun tidak mampu mengatasi kavitasi akibat luka tembus velositas
medium dan tinggi.
Bila terjadi cedera di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu
curigai kemungkinan adanya cedera abdominal juga.
Abdomen
9
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami cedera.
Ruang abdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi
cairan, udara, jaring padat dan jaringan tulang. Jaringan yang berisi udara dan
cairan lebih tahan terhadap kavitasi daripada jaringan padat.
Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf.
Luka tembak sering menyebabkan tulang pecah dan pecahan ini dapat
mengakibatkan luka sekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau
proyektil yang merusak jaringan lain disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar
akan rusak sehingga fungsi sensorik, motorik dan bahkan aliran sirkulasi akan
terhambat atau bahkan hancur.
2.4 Proses Terjadinya Tembakan
10
peluru berubah setelah membentur tulang. Selain itu kadang-kadang
jumlah luka tembak banyak sehingga sulit menentukan luka tembak
masuk dan luka tembak keluar dari anak peluru yang sama. Dalam
keadaan demikian maka perkiraan arah tembakan dapat didasarkan
pada posisi lubang luka terhadap cincin lecet.
Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaan sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.
Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara
kasar dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-
produk dari ledakan mesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar
perhitungan secara kasar. Namun harus diingat bahwa banyak senapan
modern sekarang ini yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat
menimbulkan luka tembak keluar meskipun ditembakkan dari jarak
yang sangat jauh.
Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari
berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian
dapat dibuat klasifikasinya.
11
Gambar 4. Gambaran luka tembak
12
kontak langsung dengan kulit diatas permukaan tulang, seperti padan tulang
tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan
menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar
peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas
tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit disekitar luka tembak masuk
menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian
tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampak seperti
bintang.
Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi :
1. Luka tembak tempel (contact wounds)
- Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”,
sedangkan yang tidak erat disebut “soft contact”.
- Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang
sama lebarnya pada setiap bagian.
- Jaringan subkutan 5-7,5 cm di sekitar luka tembak masuk
mengalami laserasi.
- Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah
cokelat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini
disebut jejas laras.
- Rambut dan kulit sekitar luka dapat hangus terbakar.
- Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
- Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
- Bentuk luka tembak temple sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada dibawahnya, dengan demikian dapat
dibedakan :
a. Luka tembak tempel di daerah dahi
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis
c. Luka tembak tempel di daerah perut
- Luka tembak temple di daerah dahi mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bintang
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah pelipis mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bendar
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah perut mempunyai ciri :
13
a. Luka berbentuk bundar
b. Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras
2. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
- Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban
masih dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat)
atau jangkauan jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat).
- Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya
peluru, dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelin
tato) dan atau jelaga (kelim jelaga).
- Ukuran luka lebih kecil dibanding peluru.
- Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau
hangus terbakar.
- Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antar moncong senjata
dengan korban sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata
genggam.
- Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm)
- Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata
dengan korban sekitar 15 cm.
14
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai perbedaan pokok
dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak keluar,
dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lainnya juga tertentu tidak ditemukan.
Disekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat
keluar tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar
pada dinding.
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat terjadi
deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah
keluar dari luka tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap
tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru. Adapun
faktor-faktor yang menybabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk adalah:
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh
dan membentur tulang
Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to
end), keadaan ini disebut “tumbling”
Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan , disebut “yawning”
Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.
Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar
luka tembak keluarnya.
Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi pada luka
tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat keluar
meninggalkan tubuh, bentuk luka tembak keluar tidak khas dan sering tidak beraturan. Pada
beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini disebabkan:
Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuang peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung
dengan ukuran peluru dan velocity
Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang
berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembakkeluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk
15
Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak keluar
sebagian (parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut hampir
habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan
demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada
celah tersebut. Jumlah luka tembak keluar bisa lebih banyak dari pada luka tembak masuk, hal ini
dimungjkinkan karena:
1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar
pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
3. Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem
bullet injury”) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalu
tempat yang berbeda.
Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang
tipis seperti scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang mengenai
lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan
sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan
rektum.
Gambar 5. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah kanan
16
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
tengah tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
Depan ke belakang (belakang ke depan)
Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
Perdarahan
Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
5. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
17
6. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
7. Penyembuhan fragmen luka tembak
8. Pengambilan jaringan untuk menguji residu.
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan
jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim
lecet.
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 sentimeter.
Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 sentimeter,
dan seterusnya.
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut:
“Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak
jauh“, ini mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian
terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu
maksimal 15 sentimeter.
Menurut Hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera,
foresight) akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut
masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar
luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh
jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih
18
dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin
kontusionya konsentris dan bundar.
2.8 Perbedaan Antara Luka Tembak Masuk Dengan Luka Tembak Keluar
2.9.Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu:
trauma mekanis dan termis.
19
1. Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal
dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-
sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari
butir-butir mesiu.
10. Pada luka tembak jarak dekat butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
kulit.
20
Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan
yang dapat dijumpai. Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu
dalam saluran luka dan dalam perubahan epitel.
Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan
mengandung lebih banyak butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka
tembak dimana moncong sejata tidak menempel pada kulit.
a. Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peliru masih ada
didalam tubuh
21
X-ray juga berguna pada kasus dimana selubung peluru dan inti terpisah
pada saat memasuki tubuh, inti bisa saja keluar namun selubungnya terperangkap
didalam. Pada otopsi jika tidak disadari maka pemeriksa akan menarik kesimpulan
yang salah bahwa seluruh peluru telah keluar. Ataupun sebaliknya dimana
selubung keluar namun inti terperangkap. Kesalahan-kesalahan tersebut dapan
dihindari dengan x-ray yang akan menunjukan apakah terjadi pemisahan inti dan
selubung.
Ini karena pembesaran dari gambaran peluru yang tergantung dari jarak
dengan sinar X-ray. Peluru yang dekat dengan sinar terlihat lebih besar dan batas
terlihat kabur daripada gambaran yang lebih dekat ke film. Namun estimasi
kaliber bisa didapatkan. X-ray sebaiknya diambil pada saat jenazah masih
berpakaian agar dapat mendeteksi peluru yang keluar dari tubuh dan tetinggal di
pakaian.
CT-scan adalah alat yang lebih akurat untuk mengevaluasi letak peluru dan
pecahan – pecahan tulang. Dapat diketahui sejauh mana peluru menemus organ
atau jaringan. Pada luka tembak kepala, dapat dilihat apa terjadi perdarahan otak,
fraktur tulang vertebrae dan lain – lain.
22
- Tes paraffin merupakan tes yang tak spesifik, sebab hanya dapat
mendeteksi adanya nitrate dan nitrite saja. Sehingga tes ini juga dapat
memberikan hasil positif jik tangan tercemar tembakau, kacang-kacangan,
pupuk atau obat-obatan.
- Tes Harrison dan Gilroy, menggunakan kassa yang telah dibasahi dengan
asam klorida. Bedanya dengan tes paraffin adalah bahwa tes yang terakhir
ini untuk mendeteksi adanya unsur logam, merkuri, antimony, barium, atau
timah hitam. Tentu harus diperhitugkan apakah pekerjaannya berkaitan
dengan logam-logam tersebut.
- Tes berikutnya adalah metode Neutron Activation Analysis (NAA), tes ini
lebih sensitif sebab masih dapat mendeteksi antimony, barium, dan copper
walaupun tangan yang digunakan untuk menembak sudah dibersihkan.
Dan tes lain yang juga sensitif adalah tes yang menggunakan metode
Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) atau Flameless Atomic
Absorbtion Spectroscopy (FAAS).
23
BAB III
KESIMPULAN
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan
luka masuk kecil dan dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini
biasanya juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan
disekitarnya.
Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan
tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat berasal dari gas co2 atau pembakaran mesiu.
24
Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan
mikroskopik. Pada gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk
bintang maupun oval, dipinggir luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun
kelim jelaga. Sedangkan pada gambaran mikroskopik dapat dilihat perubahan
progresif epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula kemungkinan
didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray
lebih sering dilakukan mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.
DAFTAR PUSTAKA
2. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot
wounds of entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379–388
5. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.
Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81
25
8. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,
Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
(http://id.scribd.com/doc/69391916/Terjemahan-Di-Maio-Forensik)
9. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Cetakan V. Semarang:Badan Penerbit Universitas
Diponegoro:93-106
10. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist
bombings: acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004
Feb; 43(2): 263-73[Medline] (http://id.scribd.com/doc/71559341/LUKA-
TEMBAK)
26