Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Periode emas pertumbuhan bayi (Golden period) merupakan suatu

proses dimana pertumbuhan pada masa bayi dan balita bervariasi sesuai

dengan bertambahnya usia. Secara umum pertumbuhan fisik dimulai

dariarah kepala ke kaki, kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala

berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh

tubuh bagian bawah. Seperti halnya ketika anak dalam kandungan, hal

tersebut juga diperlukan ketika anak kali menghirup udara di dunia.

Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan

memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal sebagai “ ASI

eksklusif ”. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan

lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali

makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi

terbaiknya melalui ASI.(Khasanah, 2010).

Menurut Global Strategy on Infantand Young Child Feeding pemberian

makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang optimal adalah

menyusui bayi segera setelah lahir, memberikan asi eksklusif yaitu hanya

ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan,

memberikan makanan pendampig ASI (MP-ASI) yang tepat dan adekuat

sejak usia 6 bulan dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia anak
2

24 bulan. ASI saja untuk bayi usia 0-6 bulan (ASI eksklusif, bukan saja

investasi terbaik, namun juga penyelamat masa depan bangsa

(Selasi,2009).Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik

bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu

tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan

setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda

kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan merupakan

kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu makanan yang

sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang

dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

(Roesli, 2012)

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi pada awal usia

kehidupannya, oleh karena itu pemerintah indonesia telah menetapkan target

sekurangnya 80% ibu menyusui bayinya secara eksklusif (Permenkes,2010).

Namun, Berdasarkan data yang di peroleh dari profil kesehatan

kabupaten/kota provinsi jawa tengah tahun 2015presentase pemberian asi

eksklusif masih cukup rendah yaitu sebesar 61,06 %. Di kabupaten

pemalang juga pembeerian asi eksklusif juga hanya mencapai 57,91%

(profil kesehatan provinsi jawa tengah), dan di kecamatan comal (salah satu

wilayah di pemalang) jauh dari kata maksimal, karena di kecamatan tersebut

hanya mencapai 19,07% (puskesmas purwoharjo,2016).

Bayi yang tidak mendapat asi eksklusif selama 6 bulan lebih dapat

mengembangkan berbagai penyakit menular, termasuk infeksi telinga,diare,


3

penyakit pernafasan dan memiliki riwayat sering sakit. Bayi yang tidak di

beri asi juga memiliki 21% lebih tingkat kematian. Studi di American

academy of Pediatricks menunjukkan bahwa bayi yang tidak di beri asi

mamiliki tingkat kenmatian yang tinggi, dan timgkat lebih tinggi terkena

leukimia, kelebihan berat badan dan obesitas, tingkat kolesrtol serta asma.

Salah satu wilayah di kabupaten pemalang yaitu kecamatan comal

yang terletak di desa sidorejo dari 79 bayi usia 0-6 bulan, tidak ada satupun

bayi di wilayah tersebut yang mendapatkan asi eksklusif (puskesmas

purwoharjo,2016).Dari studi pendahuluan yang di lakukan, dari 20 ibu di

desa sidorejo hanya 4 ibu yang memberikan asi eksklusif kepada anaknya.

Target pemerintah sepertinya belum dapat tercapai, karena masih banyak

keluarga yang tidak begitu menganggap penting tentang manfaat pemberian

asi eksklusif kepada anaknya. Pada kenyataannya, Asi Ekslusif ini

merupakan salah satu indikator keluarga sehat yang paling mudah, praktis,

higenis dan tidak memerlukan biaya. Seharusnya dengan keadaan seperti ini

masyarakat dapat memahami bahwa praktik Asi Eksklusif tidaklah sulit

bahkan asi eksklusif dapat di kategorikan 1 dari 12 indikator keluarga sehat

yang paling ringan.

Kendalaterbesar dalam praktik pemberian asi eksklusif biasanya karena

status pekerjaan ibu, namun walaupun mayoritas ibu di desa sidorejo ini

berprofesi sebagai ibu rumah tangga, mereka cenderung enggan

memberikan asi eksklusif kepada bayinya hanya karena malas menyusui.

Hal tersebut yang biasanya dijadikan alasan oleh ibu kenapa meraka tidak
4

memberikan Asi Eksklusif kepada anak meraka, dan solusi yang mereka

ambil untuk mengganti asi ekslusif adalah dengan susu formula.

Hasil sttudi pendahuluan yang dilakukan di desa Sidorejo, mayoritas

ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga. karena status pendidikan mereka

kebanyakan hanya sampai pada pendidikan SMP, sehingga sulit untuk

mencari dan mendapat pekerjaan. Walaupun sebagian besar ibu berprofesi

sebagai ibu rumah tangga,namun cakupan bayi yang mendapat asi eksklusif

di desa Sidorejo masih sangat minim dan hampir tidak ada, dengankeadaan

tersebut seharusnya pemberian asi ekslusif dapat di berikan secara maksimal

karena waktu senggang yang di miliki oleh ibu rumah tannga jauh lebih

banyak dari pada ibu yang bekarja. Menurut penelitian Juliastuti (2011),

pemberian ASI secara eksklusif akan semakin tinggi jika ibu tidak bekerja.

Hal tersebut karena ibu yang tidak bekerja hanya menjalankan fungsinya

sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan waktunya dirumah

tanpa terikat pekerjaan diluar rumah sehingga dapat memberikan ASI secara

optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Sama halnya dengan

penelitian Evareny, et al (2010) yang menyatakan bahwa risiko untuk tidak

memberikan ASI eksklusif pada ibu yang kembali bekerja adalah 14 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dan penelitian

Setegn (2012) yang menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja lima kali

lebih mungkin memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang

bekerja. Seharusnyadengankeadaan tersebut dapat dimanfaatkan dengan


5

baik oleh para ibu di desa sidorejo, namun sebagian besar para ibu tidak

mengetahui arti penting asi eksklusif itu sendiri.

Dari segi pengetahuan, masih banyak ibu yang beranggapan bahawa asi

ekslusif hanya diberikan saja pada anaknya walaupun dengan diberi

makanan tambahan yang seharusnya belum meraka berikan kepada si bayi.

Mereka menganggap bahwa hal itu disebut dengan asi eksklusif sedangkan

arti dari asi eksklusif itu sendiri adalah asi yang diberikan oleh ibu kepada

anaknya selama 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan. Sikap dan perilaku

ibu yang cenderung malas menyusui juga menjadi salah satu faktor yang

menghambat pemberian asi eksklusif kepada bayi. Sebagian ibu rumah

tangga yang kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi menganggap bahwa susu

formula lebih praktis dan tidak merepotkan saat bepergian.

Mitos yang masih di percaya juga menjadi salah satu penghambat

pemberian asi eksklusif di desa sidorejo, bisa dilihat dari banyak mitos yang

masih berkembangdan masih mereka jalankan.Anggapan yang mereka

pecaya seperti “ bayi lahir itu untuk makan”, “bayi di beri asi saja tidak akan

kenyang, karena mereka butuh makanan” , “jika bibir si bayi diberi madu,

maka setelah dia besar, bibir dan senyumnya akan manis” dan anngapan-

anggapan yang lainnya masih mereka percaya,hal ini yang membuat

banyak para ibu di desa sidorejo yang tidak memberikan asi eksklusif pada

anaknya.
6

Dukungan keluarga juga memberi peran penting terhadap praktik

pemberian asi eksklusif, namun dari masing-masing keluarga memiliki

anggapan dan presepsi sendiri. Terkadang larangan dari suami atau orang

tua maupun mertua menjadi penghambat pemberian asi eksklusif kepada

bayinya. Di desa sidorejo, ibu cenderung menurut apa yang di sampaikan

oleh mertua atau orangtuanya sehingga mereka menurut saja, padahal

pemahaman orangtua dan mertuanya mengenai pentingnya asi eksklusif

masih sangat kurang.

Di desa Sidorejo peran petugas kesehatan pada praktik asi eksklusif ini

masih dapat dikatakan belum efektif, terbukti dari studi pendahuluan yang

di lakukan, masih banyak ibu di desa sidorejo yang belum begitu mengerti

makna dari asi eksklusif itu sendiri, dan belum banyaknya ibu yang

memberikan asi secara eksklusifkepada bayinya. Masih kurangnya

sosialisasi membuat para ibu hanya memberikan asinya saja tanpa tau apa

manfaat dan arti penting asi eksklusif itu sendiri. Peran bidan juga

cenderung membuat para ibu tidak memberikan asi eksklusif pada bayinya,

karena para bidan menggunakan susu formula sebagai fasilitas kesehatan

yang disediakan di klinik bersalinnya.

1.2.Identifikasi Masalah

1. Bayi yang tidak di beri asi juga memiliki 21% lebih tingkat kematian,

Studi di American academy of Pediatricks menunjukkan bahwa bayi yang

tidak di beri asi mamiliki tingkat kenmatian yang tinggi, dan timgkat lebih
7

tinggi terkena leukimia, kelebihan berat badan dan obesitas, tingkat

kolesrtol serta asma.

2. Pemerintah indonesia menetapkan target sekurangnya 80% ibu menyusui

bayinya secara eksklusif.

3. Cakupan asi eksklusif di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 61,06%, di

Pemalang sebesar 57,91% dan di desa Sidorejo (salah satu wilayah di

Pemalang) hanya mencapai 19,07%.

4. Dari hasil studi pendahuluan mayoritas ibu di desa Sidorejo dukuh

kendalduwur berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Kesadaran sikap,

perilaku dan pengetahuan untuk pemberian asi eksklusaif kepada anaknya

masih rendah. Mitos di linkungan dan peran petugas kesehatan juga

dukungan keluarga menjadi penghambat pemberian asi eksklusif.

1.3.Peruumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian “determinan apa sajakah yang berhubungan dengan pemberian asi

eksklusif ?”

1.4.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui Determinan pemberian ASI eksklusif di Desa Sidorejo

dukuh Kendalduwur.
8

2. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui karakteristik responden.

2. Untuk mendeskripsikangambaranpengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, advise petugas kesehatan dan budaya di lingkungan terhadap

pemberian ASI eksklusif.

3. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif.

4. Untuk menganalisis hubungan sikap ibu dengan praktik pemberian

ASI eksklusif.

5. Untuk menganalisis hubungan peran petugas kesehatan dengan

pemberian ASI Eksklusif.

6. Untuk menganalisis hubungan mitos dengan pemberian ASI Eksklusif.

7. Untuk menganalisis hubungan peran petugas kesehatan dengan

pemberian ASI Eksklusif.

1.5.Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat :

1. Manfaat praktis :

1. Bagi masyarakat desa Sidorejo

Memberikan pemahaman kepada masyrakat tentang pentingnya

pemberiaan ASI Eksklusif sebagai modal dasar bagi kelangsungan


9

hidup terhadap pencegahan penyakit dan tumbuh kembang seorang

anak.

2. Bagi pendidikan

Sebagai tambahan kepustakaan dan referensi dalam pegembangan ilmu

kesehatan masyarakat khususnya di bidang promosi kesehatan tentang

pentingnya ASI Eksklusif bagi masyarakat.

3. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan dapat

menerapkan pemgetahuan yang telah diperoleh.

2. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini di harapkan dapat menanmbah wawasan bahwa

pengetahuan, sikap, pelayanan kesehatan, budaya dan lingkungan juga

dukungan keluarga sangat diperlukan untuk mencapai pemberian ASI yang

optimal.
10

1.6.Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul penelitian Tahun Desain penelitian Variabel


1 Hubungan pengetahuan sikap 2010 Analitik dengan Pengetahuan, sikap,
dan karakteristik ibu dengan pendekatan cross dukungan keluarga,
pola pemberian asi di wilayah sectional pendidikan, status pekerjaan,
kerja puskesmas krapyak kidul pendapatan
kecamatan pekalongan utara
kota pekalongan

2 Faktor yang berperan dalam 2007 Deskriptif kualitatif Motivasi pemberian asi,
kegagalan praktik pemberian pengetahuan, pelayannan
asi eksklusif (studi kualitatif) tempat persalinan, peranan
di kecamatan tembalang kota petugas kesehatan, peranan
semarang dukun bayi peranan keluarga
(Diana Nur afifah) keyakinan yang keliru,
promosi susu formula,
masalah kesehatan ibu dan
bayi
Adapun perbedaan penelitian ini dengan peelitian sebelumnya

yang sudah pernah di lakukan terletak pada variabel yang di gunakan yaitu

pengetahuan, sikap, advise petugas kesehatan, kebudayaan di lingkungan

dan dukungan keluarga.Lokasipenelitian di lakukan di desa Sidorejo

Kecamatan Comal dan jenis penelitian serta analisis yang digunakan yaitu

kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jawaban

mendalam.
11

1.7. Ruang lingkup penelitian

Mengingat keterbatasan waktu, sarana, dan tenagaserta untuk mengnindari


perbedaan pemahaman maka perlu pembatasan yang meliputi ruang lingkup
materi keilmuan lingkup masalah, sasaran, tempat dan waktu.

1.7.1. Lingkup Keilmuan

Dapat di sebagai bahan informasi untuk penelitian, pengembangan dan


pengabdian masyarakat di bidang ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.7.2. Lingkup Masalah

Penelitian di batasi pada permasalahan determinan pemberian ASI


eksklusif .

1.7.3. Lingkup sasaran

Sasaran pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang mempunyai bayi
di atas 6 bulan smpai 23 bulan.

1.7.4. Lingkup Lokasi

Lokasi di wilayah desa Sidorejo dukuh Kendalduwur Kecamatan comal.

1.7.5. Lingkup Waktu

Penelitian ini di lakukan pada bulan Desember


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama enam bulan

tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur

susu, biskuit, bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah

bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai

usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

Menurut Hayati (2009) ASI eksklusif pemberian ASI secara penuh

selama 6 bulan pertama tanpa pemberian makanan atau minuman lainnya

kepada bayi. ASI adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua

zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam anorganik yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu, dan

bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012).

Pemberian ASI eksklusif selam 6 bulan, artinya hanya memberikan

ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman yang

lain. Pemberian cairan dan makanan dapat menjadikan sarana masuknya

bakteri patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab

diare, terutama di lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Di

beberapa Negara kurang berkembang, 2 di antara 5 orang tidak memiliki


13

sarana air bersih. ASI menjamin bayi dapat memperoleh suplai air bersih

yang siap tersedia setiap saat(Yuliarti, 2010).

2. Manfaat ASI eksklusif

Manfaat ASI bagi bayi dan ibu antara lain (Maryunani, 2012) :

a) Manfaat ASI bagi bayi

Kandungan antibodi yang terdapat di dalam ASI mengakibatkan bayi

akan menjadi lebih sehat dan kuat dan menghindari bayi dari

malnutrisi. Didalam manfaatnya untuk kecerdasan, laktosa yang

terkandung dalam ASI berfungsi untuk proses pematangan otak secara

optimal. Pembentukan Emotional Intelligence (EI) akan dirangsang

ketika bayi disusui dan berada dalam dekapan ibunya. Kandungan di

dalam ASI juga dapat meningkatkan sistem imun yang menyebabkan

bayi lebih kebal terhadap berbagai jenis penyakit (Quigley et al,

2011).

Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber

gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan

disesuaikan dengan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang

paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan tata laksana

menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6

bulan.Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan

padat, tetapi ASI dapatditeruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.

Negara-negara barat banyak melakukanpenelitian khusus guna


14

memantau pertumbuhan bayi penerima ASI eklslusif danterbukti bayi

penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai dengan

rekomendasipertumbuhan standar WHO-NCHS (Danuatmaja, 2003).

Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Dengandiberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan

immunoglobulin (zat kekebalan ataudaya tahan tubuh ) dari ibunya

melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun

segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi

sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4

bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun

yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah

suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi.

Selain itu, ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi lebih cepat.

Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu

kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan mobiditas (angka

terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Budiasih,

2008).

Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi.

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan

pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan

otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak,

terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan pertumbuhan atau


15

growt spourt sangat penting karena pada inilah pertumbuhan otak

sangat pesat.

Air susu ibu selain merupakan gizi ideal, dengan komposisi tepat, dan

sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien

khusus yang sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi.

Nutrient-nutrient khusus tersebut adalah taurin, laktosa, asam lemak

ikatan panjang (Danuatmaja, 2003). Mengingat hal-hal tersebut, dapat

dimengerti kiranya bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI

secara eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang

optimal pula. Hasil penelitian terhadap 1.000 bayi prematur

membuktikan bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ

lebih tinggi 8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva menunjukan bayi ASI

eksklusif pada usia 9 tahun mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi

dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi asi eksklusif (Roesli,

2000).

b) Manfaat Memberikan ASI bagi Ibu

1. Pemberian ASI merupakan diet alami bagi ibu karena pada saat

menyusui akan terjadi proses pembakaran kalori yang membantu

penurunan berat badan lebih cepat, mengurang resiko anemia yang

diakibatkan oleh perdarahan setelah melahirkan, menurunkan

kadar estrogensehingga mencegah terjadinya kanker payudara,

serta pemberian ASI juga akan memberikan manfaat ekonomis


16

bagi ibu karena ibu tidak perlu megeluarkan dana untuk membeli

susu atau suplemen untuk bayi.

2. ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam

dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang

ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan terlindung.

Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar

perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk

kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri (Ramaiah,

2006). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar

oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh

darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.

Selain itu juga, dengan menyusui dapat menjarangkan kehamilan

pada ibu karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman,

murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif

98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan

96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan (Glasier,

2005).

3. Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya

kanker. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada

umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai

bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker


17

payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa

penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu

dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini

menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu

yang menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian

ASI juga lebih praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan

memberi kepuasan pada ibu (Maulana, 2007).

3. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu

bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air

walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai

dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental

dibandingkan ASI. Haltersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare

pada bayi yang mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat,

protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).

Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat

utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak.

Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding

laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam

kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama

laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati

masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).
18

Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein

ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat

dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari

protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari

protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu

formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna

oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%,

dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang

tinggi (80%)(Badriul, 2008). Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam

amino yang lengkap yaitu taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran

pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah

cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang.

Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi

secara otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada

dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak

kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai

jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA

(Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen

penting untuk meilinasi bayi (Hubertin, 2004). Selain Karbohidrat, lemak,

protein, ASI juga mengandung mineral, vitamin K, vitamin A, vitamin D,

vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air. Hampir semua vitamin larut

dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.

Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini


19

dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar

vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi

kurang (Badriul, 2008).

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

a) Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan

pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik

dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu

ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela ddan penuh rasa

percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan

memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap

positif terhadap masalah menyusui (Erlina, 2008).

Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu

formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan

ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau

terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak

memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah

bersalin (Prasetyono, 2005).

Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan keluarganya

perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan


20

pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat

gabung,caramenyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika

terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.

b) Sikap

1) Pengertian

Sikap adalah sekumpulan tanggapan, reaksi dan jawaban yang tetap

terhadap objek sosial (Campbel dalam Wawan & Dewi, 2010). Menurut

Notoatmodjo (2014) sikap merupakan pendapat atau penilaian seseorang

terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan. Berdasarkan intensitasnya,

tingkatan sikap terdiri dari :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subyek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (obyek). Misalnya sikap seorang ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif, dapat diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan

penyuluhan tentang ASI eksklusif di lingkungannya.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi. Seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ASI eksklusif tersebut

diminta untuk menanggapi oleh penyuluh, kemudian ibu menanggapinya.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu objek,

dan menganjurkan orang lain merespons. Contohnya: ibu mendiskusikan


21

ASI eksklusif dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangga untuk

mendengarkan penyuluhan ASI eksklusif.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Berani mengambil resiko terhadap segala sesuatu yang dipilih berdasarkan

keyakinannya.

5. Perilaku

Perilaku yaitu tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu tindakan yang

dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik

disadari maupun tidak disadari (Wawan & Dewi, 2010).

c. Peran Petugas Kesehatan

Masalah yang muncul dalam pemberian ASI tidak terlepas dari petugas

yang membantu bayi dan ibunya dalam masa perawatan. Petugas

kesehatan hendaknya selalu memberikan nasihat tentang pemberian

pemberian ASI yang pertama kali keluar walaupun sedikit (Proverawati,

2010).

Dari hasil penelitian Rahmawati (2010), didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

eksklusif. Petugas kesehatan merupakan komponen utama yang turut

berperan dan akanmemberikan kontribusi yang sangat penting terhadap

berhasilnya upaya promosi dan penggalakan pemberian ASI, petugas

kesehatan tersebut mempunyai andil yang besar dalam upaya-upaya

peningkatan penggunaan ASI selain Faktor yang ada dalam masyarakat itu

sendiri
22

Program laktasi merupakansuatu program multidepartemental yang

melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang

komprehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI

secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan

pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas

dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan

tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui.

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal

perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh

kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam

menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas

kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal

menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia

0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan

kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada

masyarakat yang luas (Erlina, 2008).

Selain itu, pelayanan kesehatan sekarang juga cenderung memberikan susu

formula sebagai fasilitas. Ini yang yang akhirnya juga menjadi salah satu

faktor penghambat pemberian asi eksklusif.Meskipun mendapat predikat

The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu dari sedikit

bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau,

tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah).


23

Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang selalu

mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula

yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).

d.) Mitos

Menurut Ahisma Putra (2009), mitos adalah cerita yang “aneh” dan

seringakali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya karena

kisah didalamnya “tidak masuk akal”. Mitos di kalangan masyarakat

sering di kaitkan dengan budaya yang masih di lakukan. Budaya adalah

bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta rasa dan karsa.

Menurut Soemarjan dan Soemardi dalam Setiadi, dkk (2008) kebudayaan

adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi

sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan

perhiasan.

Menurut EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk(2010) Kebudayaan adalah

kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum dan adat istiadat. Dengan demikian kebudayaan atau budaya

menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun

non material. Kebudayaan sebagai konsep dasar menjelaskan kaitannya

dengan gejala- gejala sosial, seperti proses interaksi sosial dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai pranata kesehatan

maupun non kesehatan tetapi terkait.Diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan budi dan akal manusia. Manusia pada dasarnya adalah

makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya. Manusia sebagai


24

makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan dan

nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat ilmu

pengetahuan yang dimilikinya. Budaya dan mitos saling berhubungan erat

dengan keyakinan atau kepercayaan yg masih di pegang teguh oleh

masyarakat tertentu.

Menurut Potter & Perry (dalam Ludin, 2009) Keyakinan dan

praktek spiritual individu dihubungkan dengan semua aspek kehidupan

individu termasuk kesehatan dan penyakit. Ketika tubuh sakit dan emosi

berada diluar kontrol, spritualitas, dan keyakinan seseorang mungkin

menjadi satu-satunya dukungan yang tersedia.Dalam praktik pemberian asi

eksklusif, keyakinan / kepercayaan kebiasaan seperti memberi air putih

dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam

bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai

saat bayi berusia sebulan.

e) Dukungan Keluarga

Dukungan dari orang lain atau orang terdekat sangat berperan di dalam

sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan

untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk

dapat bertahan untuk terus menyusui. Dalam hal ini dukungan keluarga

sangat besar pengaruhnya, jika seorang ibu kurang mendapat dukungan

dari keluarga akan lebih mudah dipengaruhi untuk beralih ke susu formula

(Budiasih, 2008).
25

Hasil penelitian Trisnawati (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif

di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan Semarang, prosentase ibu yang

memberikan ASI eksklusif dengan dukungan keluarga yang baik yaitu

(81,4%). Hal ini dikarenakan semakin tinggi memberikan dukungan maka

ibu akan lebih termotivasi, semangat dan yakin selama menyusui.

Dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan ibu menyusui menjadi

penentu keberhasilan asi ekslusif. Pemerintah menyerukan agar dukungan

kepada ibu menyusui di berikan oleh berbagai pihak diantaranya :

1. Suami

Individu yang selalu mendapat dukungan, akan berorientasi

secara positif terhadap masalah yang sedang didahapinya. Orientasi

yang positif akan menjadikan individu memiliki optimisme, karena

dukungan menjadikan individu mampu berbagi masalah yang sedang

dihadapi, serta akan memiliki kesehatan yang jauh lebih baik daripada

individu yang tidak menerima dukungan sosial (Seligman, 2008).

Dukungan orang terdekat khusunya suami sangat dibutuhkan

dalam mendukung ibu selama memberikan ASI-nya sehingga

memunculkan istilah breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ibu

merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan maka akan muncul

emosipositif yang akan meningkatkan produksi hormon oksitosin

sehingga
26

produksi ASI pun lancar (Prasetyono, 2012).Peran suami pada program

ASI eksklusif dapat menyebabkan kondisi psikis ibu menjadi sehat

karena terciptanya suasana yang nyaman. Para istri membutuhkan

perhatian dari suami dalam suatu proses produksi ASI yaitu reflex

oxytocin, karena pikiran ibu yang positif dapat merangsang kontraksi

otot disekeliling kelenjar susu sehingga mengalirkan ASI ke sinus

lactiferous dan kemudian dihisap oleh bayi (Roesli, 2000).

Hasil penelitian Septria (2013) menyatakan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara dukungan suami dengan optimisme pemberian

ASI eksklusif. Semakin tinggi dukungan suami akan semakin tinggi

optimisme pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Maharaj (2013)

menyatakan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari suami, mampu

memberikan ASI secara eksklusif walaupun menghadapi kesulitan

disaat menyusui seperti merasakan sakit dan nyeri pada puting susun

Menyusui adalah kegiatan 3 pihak yaitu ibu, bapak dan anak.

Keberhasilan ibu menyusui adalah juga keberhasilan ayah,begitu pula

sebaliknyabentuk dukungan yang dapat di berikan antara lain

menemani istri ketika sedang menyusui,ikut merawat bayi, memberikan

kata-kata pujian dan semngat kepada istri sehingga istri merasa percaya

diri untuk memberikan asi kepada buah hati.

2. Orang tua (keluarga)

Orang tua juga merupakan pihak yang berperan penting untuk

keberhasilan asi ekslusif, ini dapat dilakukan dengan melengkapi


27

pengetahuan seputar pemberian asi dan kegiatan menyusui, memberikan

pujian semngat dan juga dorongan untuk tetep memberikan asi ekslusif,

dan juga membentu dalam perawatan bayi.Menurut Roesli (2000)

mengemukakan suami dan keluarga berperan dalam mendorong ibu untuk

memberikan ASI kepada bayinya. Dukungan tersebut dapat memperlancar

refleks pengeluaran ASI karena ibu mendapat dukungan secara psikologis

dan emosi (Pertiwi, 2012).

2.3. Kerangka Teori

Faktor predisposing (pencetus)

Pengetahuan

Sikap

Konsep pemahaman manfaat ASI

Faktor Enabling (pemungkin) :


Determinan pemberian
Peran petugas kesehatan
Asi Eksklusif
Informasi dari pelayanan kesehatan

Dukungan keluarga

Reinforsing faktor(penguat) :

Mitos

Sosial ekonomi

Kendala dan hambatan

Gambar 1.2 : Diadobsi dari modifikasi“Health promotion planningan


Education environment Approach”L. Green.
28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Pengetahuan tentang ASI


eksklusif

Sikap Terhadap praktik


Pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif
Peran petugas kesehatan

Mitos

Dukungan Keluarga

Gambar 1.3 : kerangka konsep penelitian

3.2. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan ibudenganpemberian ASI Eksklusif

2. Ada hubungan sikap dan perilaku ibu dengan pemberian ASI eksklusif

3. Ada hubungan mitosdenganpemberian Asi eksklusif

4. Ada hubungan dukungan keluaraga dengan pemberian ASI eksklusif

5. Ada hubungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.


29

3.3. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dimiliki

ibutentang ASI, sikap ibu terhadap praktik pemberian ASI, yankes dan

petugas kesehatan, budaya / lingkungan dan dukungan keluarga.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemberian asi eksklusif .


30

3.4. Definisi Operasional


3.5. Skala
No Variabel Definisi Operasional Dimensi Cara ukur Alat ukur Kategori
data
pengetahuan pengetahuan ibu tentang
ibu tentang asi eksklusif adalah
ASI merupakan salah satu
1 Pengertian wawancara kuesioner Kurang baik
eksklusif faktor yang penting dalam
apabila dengan
kesuksesan proses
nilai < 60% Oridi
menyusui
Baik apabila nal
manfaat
wawancara kuesioner dengan nilai >
ASI
60%
arti
penting wawancara kuesioner
ASI
sikap ibu sikap ibu terhadap
terhadap pemberian asi eksklusif reaksi wawancara 1.Kurang baik
2 pemberian adalah reaksi atau respon dan kuesioner apabila dengan
Oridi
ASI dari ibu terhadap praktik respon nilai < 60%
nal
Eksklusif pemberian ASI eksklusif 2.Baik apabila
dengan nilai >
Tindakan wawancara Kuesioner 60%

petugas Yaitu mengukur sejauh 1.Kurang baik


kesehatan mana peran petugas Tindakan apabila dengan
kesehatan memberikan yankes / nilai < 60% Oridi
3 Wawancara Kuesioner
pelayanan dan informasi petuugas 2.Baik apabila nal
mengenai prak tik ASI kesehatan dengan nilai >
Eksklusif. 60%
Mitos budaya lingkungan hal 1.Baik apabila
yang berkaitan dengan tidak
tingkah laku (norma, menjalankan
kepercayaan, adat istiadat Kepercay mitos Oridi
4 wawancara Kuesioner
dll) ibu terhadap praktik aan 2.Kurang baik nal
pemberian asi eksklusif apabila
menjalankan
mitos
Dukungan dukungan keluarga /
keluarga motivasi adalah dorongan motivasi 1.Baik jika
dan proses yang keluarga keluarga
menjelaskan intensitas, terhadap mendukung Oridi
5 wawancara Kuesioner
arah dan katekunan praktik 2.Kurang baik nal
keluarga suami d untuk ASI apabila tidak
mendukung pencapaian Ekslusif mendukung
program asi eksklusif.
Asi eksklusif Pemberian asi tanpa Baik jika
makann tambahan selama memberikan ASI
6 bulan Eksklusif
Pemberian 2.kurang baik
Nomi
6 wawancara Kuesioner
asieksklusif apabila tidak nal
memberi asi
eksklusif
31

3.5. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik yaitu penelitian yang di lakukan

untuk mengetahui hubungan tentang sesuatu secara objektif dan mengetahui

3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik yaitu penelitian yang di

lakukan untuk mengetahui hubungan tentang sesuatu secara objektif dan

mengetahui hubungan antara variabel (Notoatmojo,2002). Metode pendekatan

waktu yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional yaitu suatu

metode pengambilan data yang di lakukan pada waktu yang bersamaan dengan

subyek yang berbeda dan dengan pendalaman jawaban pada informan yang tidak

mempraktikkan ASI Eksklusif.

3.6.Populasi Dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi berumur 6-

23 bulan berjumlah 200 orangyang tinggal di wilayah desa sidorejo dukuh

kendalduwur kecamatan comal.

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari seluruh ibu-ibu yang

memiliki balita yang berusia 6-23 bulan di desa Sidorejo dukuh kendalduwur

kecamatan comal. Pengambilan sampel berdasarkan kriteria :

a. Kriteria Inklusi

1) Respoden yang memiliki bayi usia 6-23 bulan


32

2) Keluarga respoden bayi usia 6-23 bulan

3) Respoden bersedia menjadi responden

4) Respoden warga desa Sidorejo dukuh kendalduwur

b. Kriteria eksklusi

1) Respoden yang tidak memiliki bayi usia 6-23 bulan

2) Keluarga respoden yang tidak mempunyaibayi usia 6-23 bulan

3) Respoden tidak Bersedia menjadi responden

4) Respoden warga desa Sidorejo dukuh kendalduwur

5) Teknik sampling

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probabiliti sampling, dimana

populasi memiliki kesempatan yang sama atau berpeluang sama menjadi sampel.

Besar sampel dalam penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus dari

Sukidjo Notoatmodjo(2005.p.92) N
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )

n = Jumlah sampel

N = Total populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang di inginkan(10 %) = 0.1

200
𝑛=
1 + 200 (0.12 )
200
𝑛=
1 + 200(0.01)
33

200
𝑛=
3

n = 66,667 di bulatkan menjadi 67 sampel

Dari rumus di atas dengan jumlah populasi 200 ibu yang mempunyai bayi berusia

6-23 bulan di desa Sidorejo kecamatan comal maka di dapatkan sampel 67 orang

ibuyang berada di desa Sidorejo.

3.7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang di kumpulkan adalah :

a. Data Primer

Data primer berupa data responden mengenai pemberian asi eksklusif di

posyandu desa sidorejo dukuh kendalduwur kecamatan comal.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh dari puskesmas

2. Cara pengumpulan data

a. Wawancara

peneliti melakukan pengumpulan data dengan membagi kuesioner pada

ibu yang mempunyai bayi usia 6-23 bulan, pengisian kuesoiner di tulis

langsung oleh responden. Apabila ada ada pertanyaan yang tidak di

mengerti oleh responden maka peneliti menjelaskan kembali maksud dari

prtanyaan tersebut.
34

b. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap responden

yang tidak melakukan program ASI Eksklusif untuk memperkuat dan

mengetahui lebih jauh alasan responden tidak melakukan program ASI

Eksklusif.

3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh perlu diolah terlebih dahulu. Pengolahan data

dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Tahap ini merupakan kegiatan pengecekan danperbaikan isian

kuesioner, yaitu:

a. Memeriksa kelengkapan data, yaitu melakukan pemeriksaan

kelengkapan kuesioner, apakah semua pertanyaan telah terjawab.

b. Memeriksa apakah jawaban sesuai dengan pertanyaan dan

jawaban.

2. Coding

Koding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap

jawaban yang diberikan pada lembar jawab yang tersedia dengan

tujuan untuk memudahkan dalam proses entry data.

a. Pemberian kode pada karakteristik responden menurut umur :


35

1 = “18-25”

2 = “26-35”

3 = “36-45”

b. Pemberian kode pada karakteristik responden menurut jenis

kelamin :

1 = “laki-laki”

2 = “perempuan”

c. Pemberian kode pada karakteristik responden menurut

pendidikan:

1= “SD”

2 = “SMP”

3 = “SMA”

4 = “Perguruan tinggi”

d. Pemberian kode pada item pertanyaan untuk skala guttman :

0 = Tidak 0 = Tidak setuju 0 = Salah

1 = Ya 1 = Setuju 1 = Benar

3. Tabulating

Pada tahap ini data ditabulasikan dan diolah dengan SPSS, kemudian

disajikan dalam bentuk table. Dengan langkah-langkah pengolahan

sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

 Klik “analyze”, kemudian pilih “descriptive statistics”

pilih “Frequencies”.
36

b. Analisis Bivariat

 Klik “analyze”, kemudian pilih “descriptive statistics”

lalu pilih “Crosstab”

 Dari menu Crosstab, ada dua kotak yang harus diisi :

 kotak Row(s) diisi variabel independen (variabel bebas)

 kotak colum(s) diisi variabel dependen (variabel terikat)

 Klik option “Statistic” lalu “Chi Square” dan pilih “Risk”

 Klik continue

 Klik option “Cells” lalu pilih “expected” dan

“percentages” pilih “row”

 Klik continue

 Klik “ok”

4. Entry

Data-data yang telah diberi skor dan di coding dimasukan ke dalam

master table, sehingga memudahkan dalam menghitung atau

menganalisis data sesuai dengan kategori yang ditentukan.

2. Analisis data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang hanya melibatkan satu variable

.Hasil analisis univariat berupa distribusi dan presentase tiap

variable.Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahu frakuensi dan

persentase pada variable umur, pendidikan.


37

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariate yaitu analisis yang melibatkan dua

variable.Data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan program

spss dengan uji Chi Square. Hasil dari analisis ini adalah penilaiaan

antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi harapan selisih

antara ke dua frskuensi inilah yang menjadikan analisis. Perbedaan

antara kedua ini menjadi dasar dugaan hubungan frekuensi relatif yang

ada pada masing-masing kategori, karena juka berbeda frekuensi secara

signifikan, maka diduga ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. (Aris Santjaka, 2011).

Dalam persamaan hubungan ini, variabel dependennya

adalah pemberian ASI Eksklusif dan variabel independennya adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yang

meliputi: pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, sikap ibu terhadap

pemberian ASI Eksklusif, peran petugas kesehatan, mitos dan

dukungan keluarga.

Dengan rumus :

Σ(𝑂 − 𝐸)²
𝑋² =
𝐸

Keterangan :

X² : nilai Chi-square

O : nilai yang diobservasi

E : nilai yang diharapkan


38

Interpretasi :

a. Apabila value < 0,05 maka hubungan kedua variabel

signifikan (H0 ditolak dan Ha diterima)

b. Apabila value >0,05 maka hubungan kedua variabel tidak

signifikan (H0 diterima dan Ha ditolak)

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dan

terikat dengan membandingkan tabel :

Tabel 3.2
Kekuatan Hubungan
No. Interval Nilai Tingkat Hubungan

1. CC = 0,00 Tidak Ada

2. 0,00 < CC ≤ 0,20 Sangat Rendah

3. 0,20 < CC ≤ 0,40 Rendah

4. 0,40 < CC ≤ 0,70 Cukup / Sedang

5. 0,70 < CC ≤ 0,90 Tinggi

6. 0,90 < CC ≤ 1,00 Sangat Tinggi

7. CC = 1,00 Sempurna
39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis

Desa Sidorejo Kecamatan Comal secara astronomi terletak antara

1090 32” 32” Bujur Timur dan 60 53” 41”Lintang Selatan. Adapun secara

geografis wilayah Desa Sidorejo memiliki batas-batas sebelah Utara

berbatasan dengan Desa Gedeg dan Desa Lowa Kecamatan Comal,

sebelah Timur berbatasan dengan Desa Botekan Kecamatan Ulujami,

sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sikayu Kecamatan Comal, dan

sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purwoharjo dan Desa Kauman

Kecamatan Comal. Sedangkan luas wilayah Desa Sidorejo adalah

2.030,75 Km2 atau 203,075 Ha terdiri dari tanah sawah seluas 87,701Ha

dan tanah kering seluas 115,374 Ha. Adapun secara administratif Desa

Sidorejo terbagi dalam 2 (dua) dukuh 6 (enam) dusun dan secara

kelembagaan terbagi dalam 6 (enam) RW ( Rukun Warga) dan 30 (tiga

puluh) RT (Rukun Tetangga).

2. Gambaran Umum Demografis

Jumlah penduduk Desa Sidorejo pada akhir Tahun 2016 sejumlah

7.596 jiwa terdiri dari 3.924 jiwa laki-laki dan 3.672 jiwa perempuan,
40

Jumlah kepala keluarga 2.169 KK dan jumlah anggota keluarga 5.427

jiwa. Dengan luas wilayah 203,075 Ha, maka kepadatannya mencapai

3.741 jiwa/km2, sedang laju pertumbuhannya sebesar 0,18 %.

Penduduk Desa Sidorejo dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok

usia yaitu:

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

No Kelompok Usia Jumlah Jiwa

1. 0-5 tahun 499


2. 6-20 tahun 1370
3. 21-60tahun 5119
4. ˃ 60 tahun 608
Jumlah 7596
Sumber : Data Potensi Desa Sidorejo Tahun 2016

a. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan.

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1. Tidak / Belum Sekolah 590


2. Tidak Tamat SD 1160
3. Tamat SD / Sederajat 3092
4. Tamat SLTP / Sederajat 903
5. Tamat SLTA / Sederajat 1456
6. Tamat Akademi / Sederajat 260
7. Tamat PT / Sederajat 107
8. Buta Huruf 5
Jumlah 7582
Sumber : Data Potensi Desa Sidorejo Tahun 2016
41

Di desa sidorejo terdapat 6 posyandu dan 1 bidan desa yang


terletak di dukuh kendalduwur. Desa sidorejo adalah desa dengan
cakupan ASI eksklusif terendah kedua setelah desa Lowa.

4.2. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis deskriptif yang dilakukan dengan

tujuan menggambarkan variabel yang diteliti dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase tiap variabel. Adapun analisis univariat dalam penelitian

ini adalah menganalisis secara deskriptif Karakteristik responden serta variabel

pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif,

sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif , peran petugas kesehatan terhadap

pemberian ASI Eksklusif, dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI

Eksklusif.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No. Karakteristik Kategori Jumlah


N %
1. Umur 18-25 th 20 29,4%
26-35 th 40 58,8 %
36-45 th 8 11,8 %

2. Pendidikan SD 19 27,9%
SMP 29 42,6 %
SMA 17 25,0%
Perguruan Tinggi 3 4,4 %

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui karakteristik proporsi usia

responden yang diteliti rata-rata usia 26-35 tahun (58,8%) usia


42

termuda 18 tahun dan usia tertua 43 tahun dengan rerata pendidikan

responden pendidikan dasar yaitu SD dan SMP (70,5 %).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Jumlah
No. Variabel Kategori
N %
1. Pemberian Asi Tidak memberikan 52 77,6
Eksklusif Memberikan 15 22,4
2. Pengetahuan ibu Kurang 26 38,2
terhadap pemberian Baik 42 61,8
asi eksklusif
3. Sikap ibu terhadap Baik 43 63,2
pemberian asi Kurang 24 35,3
eksklusif
4. Peran petugas Kurang 47 69,1
kesehatan Baik 21 31,9
5. Mitos Menjalankan 36 52,9
Tidak menjalankan 30 42,1
6. Dukungan keluarga Mendukung 34 50,0
Tidak mendukung 34 40,0
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui responden penelitian yang

tidak memberikan ASI eksklusif 52 responden (77,6%) dan yang

memberikan ASI Eksklusif sebesar 15 responden (22,4 %). Pengetahuan

ibu sebagian besar pada kategori baik sebesar 42 orang atau 61,8 %.

Responden yang memiliki sikap baik sebanyak 43 orang (63,2%) dan

kurang sebanyak 24 orang (35,3%). Responden yang mengatakanperan

petugas kesehatan yang kurang baik sebesar 69,1% sisanya yang

mengatakan peran petugas kesehatan baik sebesar 31,9 %. Responden


43

yang masih menjalankan mitos sebesar 52,9% sedangkan yang tidak

menjalankan sebesar 42,1%. Responden yang mendapat dukungan dari

keluarga sebesar 50,0% dan responden yang tidak mendapat dukungan

sebanyak 40,0%.

4.3. Hasil Rekapitulasi Jawaban Responden

Tabel 4.3

Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Ibu Terhadap


Pemberian ASI Eksklusif

Jawaban
N
Pertanyaan Salah Benar Total
o.
(N) % (N) %
1. Asi eksklusif adalah pemberian asi 13 19,1 55 80,9 100%
saja dari 0-6 bulan
2. bayi yang mendapatkan asi eksklusif 10 14,7 58 85,3 100%
akan cukup gizi, tidak mudah terkena
penyakit, lebih cerdas
3. keunggulan bayi yang di beri asi 11 16,2 57 83,8 100%
eksklusif yaitu antibodi yang lebih
baik dibandingkan pada bayi yang
tidak di beri asi eksklusif
4. Susu formula pengganti asi yang 1623,5 52 76,5 100%
kandungan zat dan gizinya sama
dengan ASI
5. Pada asi terdapat kandungan 34 50,0 34 50,0 100%
kolostrum, antibodi, protein susu,
karbohidrat dan lemak
6. asi dapat diganti dengan susu 17 25,0 51 75,0 100%
formula, madu, air putih hangat
7. ada perbedaan daya tahan tubuh di 22 32,4 46 67,6 100%
antara bayi tang di beri ASI eksklusif
dan tidak
8. Susu formula adalah makanan yang 37 54,4 31 45,6 100%
baik untuk anak berusia 0-6 bulan
Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa responden yang banyak

menjawab benar pada pertanyaan “bayi yang mendapatkan asi eksklusif


44

akan cukup gizi, tidak mudah terkena penyakit, lebih cerdas” sebesar 85,3

%. Sedangkan banyak juga responden yang menjawab salah sebesar

54,4 % pada pertanyaan “Susu formula adalah makanan yang baik untuk

anak berusia 0-6 bulan”.

Tabel 4.4
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Sikap Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif
Jawaban
N
Pertanyaan Tidak Ya Total
o.
(N) % (N) %
1. Ibu dapat menyusui bayi setiap saat 30 44,1 38 55,9 100 %
2. Ibu dapat memberikan ASI di luar 11 16,2 57 83.8 100 %
rumah
3. Bila bayi menangis, ibu akan 15 22,1 53 72,9 100 %
memberikan asi
4. Ibu akan memberi asi setiap 2 jam 15 22,1 53 72,9 100 %
sekali
5. Ibu akan memberikan susu formula 39 57,4 29 42,6 100 %
saat bayi menangis
6. Ibu merasa lebih mudah memberikan 39 57,4 29 42,6 100 %
susu formula dibandingkan
memberikan ASI
7. Dengan memberikan ASI, ibu dapat 19 27,9 49 72,1 100 %
menghemat biaya pengeluaran
keluarga
8. Susu formula lebih praktis untuk bayi 45 66,2 23 33,8 100 %
9. Ibu akan memberikan pisang / bubur 33 48,5 34 50,0 100 %
saat bayi lapar
Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa sebanyak 83,8 %

responden menjawab ya pada pertanyaan “Memberikan asi dapat di

lakukan di luar rumah”. Sedangkan banyak juga responden yang

menjawab tidak sebesar 66,2 % pada pertanyaan “Susu formula lebih

praktis untuk bayi”.


45

Tabel 4.5
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan
Jawaban
No. Pertanyaan Tidak Ya Total
(N) % (N) %
1. Ibu mendapat informasi tentang asi 40 58,8 20 41,2 100 %
eksklusif dari petugas kesehatan
(bidan,penyuluh kesehatan)
2. Terdapat progam penyuluhan 37 54,4 31 45,6 100 %
kesehatan yang di adakan di desa
3. Petugas kesehatan sering memberi 40 62,5 22 35,5 100 %
pendidikan kesehtan mengenai
pentingnya asi eksklusif
4. bidan menyediakan susu formula 49 72,1 19 27,9 100 %
sebagai fasilitas yankes
5. Ibu melakukan dan mempraktikkan 32 47,1 36 52,9 100 %
apa yang di sampaikan oelh
petugas kesehatan
6. Kegiatan posyandu di desa tidak 34 50,0 34 50,0 100 %
mementingkan program asi
eksklusif
7. Kader kesehatan tidak aktif pada 17 25,0 51 75,0 100 %
penyampaian program asi
eksklusif
8. Ibu memberikan susu formula 17 25,0 51 75,0 100 %
kepada anak berdasarkan anjuran
dari bidan / petugas kesehatan
Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa sebanyak 75,0 %

responden menjawab ya untuk pertanyaan “Kader kesehatan tidak aktif

pada penyampaian program asi eksklusif”, serta “Ibu memberikan susu

formula kepada anak berdasarkan anjuran dari bidan / petugas kesehatan”.


46

Namun banyak responden yang menjawab tidak sebesar 72,1 % pada

pertanyaan “bidan menyediakan susu formula sebagai fasilitas yankes”.

Disamping itu persentase jumlah jawaban seimbang ada pada

pertanyaan “Kegiatan posyandu di desa tidak terlalu mementingkan program

asi eksklusif”

Tabel 4.6
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Mitos
Jawaban
No. Pertanyaan Tidak Ya Total
(N) % (N) %
1. Bayi yang menangis karena lapar di 42 61,8 26 36,8 100 %
beri pisang agar kenyang
2. Bibir bayi di beri madu agar setelah 23 33,8 45 66,2 100 %
dewasa memiliki bibir yang indah
3. mutih(konsumsi nasi putih, tahu putih, 25 36,8 43 63,2 100 %
dll)
4. anak lahir itu untuk makan 25 36,8 43 63,2 100 %
5. Asi tidak cukup untuk memenuhi 32 47,1 36 52,9 100 %
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
6. Nasi pisang lumat dapat di berikan 16 30,6 35 51,5 100 %
kepada bayi untuk memenuhi gizinya
7. ASI saja tidak membuat kenyang 33 48,5 34 50,0 100 %
8. ASI layaknya mimuman dan bayi 37 54,4 31 45,6
memerlukan makanan
Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa sebagian

responden menjawab ya sebesar 62,2% pada pertanyaan “Bibir bayi

di beri madu agar setelah dewasa memiliki bibir yang indah”,

sedangkan sebagian besar menjawab tidak sebesar 61,8% pada

pertanyaan “Bayi yang menangis karena lapar di beri pisang agar

kenyang”.
47

Tabel 4.7
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Dukungan Keluarga
Jawaban
No. Pertanyaan Tidak Ya Total
(N) % (N) %
1. suami mendukung program asi 16 23,5 52 76,5 100 %
eksklusif
2. orangtua / mertua menghambat 32 47,1 36 52,9 100 %
program ASI eksklusif
3. Suami mendukung penuh pemberian 20 29,4 48 70,6 100 %
asi eksklusif kepada anaknya
4. Orang tua mendukung penuh 34 50,0 34 50,0 100 %
pemberian asi eksklusif pada bayi
5. Semua anggota keluarga mendukung 38 55,9 30 44,1 100 %
penuh program asi eksklusif
Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa sebagian besar

jawaban responden yang menjawab ya sebesar 76,5 % pada

pertanyaan “suami mendukung program asi eksklusif”, sedangkan

pada pertanyaan “Semua anggota keluarga mendukung penuh program

asi eksklusif” sebesar 55,9 % responden menjawab tidak.

4.4. Hasil Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas

dengan variabel terikat. Korelasi yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan

bantuan SPSS 16. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan terhadap

variabel pengetahuan ibu terhadap pemberian asi eksklusif, sikap ibu terhadap
48

pemberian asi eksklusif, peran petugas kesehatan, mitos dan dukungan keluarga

dengan pemberian ASI Eksklusif.

1. Hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif

Proporsi pengetahuan responden terhadap MP-ASI dini dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8

Hubungan pengetahuan pengetahuan ibu terhadap pemberian

ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif


Pengetahuan TOTAL
No. Tidak Ya Sig. CC
tentang ASI
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
1 Baik 31 73,8 11 26,2 42 100
0,231 0,126
2 Kurang baik 22 84,6 4 15,4 26 100

Dari tabel 4. Diatas dapat diketahui bahwa responden yang tidak

memberikan ASI Eksklusif dengan pengetahuan baik sebanyak 31 (73,8%)

lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI

Eksklusif dengan pengetahuan kurang sebesar 22 (84,6%). Sedangkan

responden yang memberikan ASI Eksklusif dengan pengetahuan baik

sebanyak 4 (15,4%) lebih kecil di bandingkan dengan responden yang

tidak memberikan ASI Eksklusif dengan pengetahuan kurang sebesar 11

(26,2 %).
49

Berdasarkan uji chi square antara variabel pengetahuan ibu dengan

praktik pemberian ASI eksklusif diperoleh p value = 0,231, sehingga H0

diterima. Dalam hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif

dengan pemberian ASI Eksklusif.

2. Hubungan sikap ibu dengan terhadap pembarian ASI Eksklusif

Tabel 4.9
Hubungan sikap ibu dengan terhadap pembarian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif


TOTAL
No. Sikap ibu Tidak Ya Sig. CC
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
1 Kurang 37 86,0 6 14,0 43 100
0,030 0,261
2 Baik 15 62,5 9 37,5 24 100

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwaresponden yang tidak

memberikan ASI Eksklusif dengan sikap kurang sebanyak 37

(86,0%), lebih besar dibandingkan dengan yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 6 (14,0%) responden. Sedangkan responden yang

memberikan ASI Eksklusif dengan sikap baik sebanyak 15 (65,5 %)

responden, lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memberi ASI

Eksklusif sebanyak 9 (37,5 %) responden.

Berdasarkan uji chi square antara variabel sikap ibu dengan

praktik pemberian ASI Eksklusif p-value = 0,030, sehingga Ho

ditolak. dalam hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Nilai


50

koefisien kontingensi (CC) sebesar 0,261 menunjukan tingkat

hubungan rendah karena terletak antara 0,200 – 0,399.

3. Hubungan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI

Eksklusif

Tabel 4.10
Hubungan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI
Eksklusif

Peran Pemberian ASI Eksklusif


No. petugas Tidak Ya TOTAL Sig. CC
kesehatan (N) (%) (N) (%) (N) (%)
1 Kurang 45 95,7 2 4,3 47 100
0,0001 0,540
2 Baik 8 38,1 13 62,9 21 100

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwaresponden yang

tidak memberikan ASI Eksklusif dengan peran petugas kesehatan

kurang sebanyak 45 (95,7%) lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memberikan ASI Eksklusifi dengan peran petugas

kesehatan kurang sebanyak 2 (4,3%). Sedangkan responden yang

memberikan ASI Eksklusif dengan peran petugas kesehatan baik

sebanyak 13 (62,9%) lebih besar dibandingkan dengan responden

yang tidak memberikan ASI Eksklusif dengan peran petugas

kesehatan baik sebanyak 8 (38,1%).


51

Berdasarkan uji chi square antara variabel peran petugas

kesehatan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif diperoleh p value

= 0,0001, sehingga H0 ditolak. Dalam hal ini menunjukan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan

praktik pemberian ASI Eksklusif. Nilai koefisien kontingensi (CC)

sebesar 0,540 menunjukan tingkat hubungan sedang karena terletak

antara 0,400 – 0,599.

4. Hubungan mitos dengan pemberian ASI Ekskusif

Tabel 4.10
Hubungan mitosdengan pemberian ASI Ekskusif

Pemberian ASI Eksklusif


No. Mitos Tidak Ya TOTAL Sig. CC
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
1 Melakukan 33 91,7 3 8,3 47 100
0,0003 0,352
2 Tidak melakukan 18 60,0 12 40,0 21 100

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwaresponden yang

tidak memberikan ASI Eksklusif dengan yang menjalankan mitos

sebanyak 33 (91,7%) lebih besar dibandingkan dengan responden

yang memberikan ASI Eksklusifi sebanyak 3 (8,3%). Sedangkan

responden yang memberikan ASI Eksklusif dengan tidak menjalankan

mitos meningkat menjadi 12 (40,0%) lebih kecil dibandingkan

dengan responden yang memberikan ASI Eksklusif dengan yang

menjalankan mitos sebanyak 18 (60,0%).


52

Berdasarkan uji chi square antara variabel mitos dengan praktik

pemberian ASI Eksklusif diperoleh p value = 0,0003, sehingga H0

ditolak. Dalam hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara mitos dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. Nilai

koefisien kontingensi (CC) sebesar 0,352 menunjukan tingkat

hubungan rendah karena terletak antara 0,200 – 0,399.

5. Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.11
Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Ekklusif


Dukungan TOTAL
No. Tidak Ya Sig. CC
keluarga
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
1 Tidak 34 100.0 0 0 34 100
mendukung
0,0001 0,470

2 Mendukung 1955,1 1544,9 34 100

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwaresponden yang

tidak memberikan ASI Eksklusif dengan dukungan keluarga yang

tidak mendukung sebanyak 34 (100,0%) jauh lebih besar

dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI Eksklusif

yaitu 0 (0,00%). Sedangkan responden yang memberikan ASI

Eksklusif dengan keluarga yang mendukung meningkat sebesar 15

(44,9%) lebih kecil dibandingkan dengan responden yang

memberikan ASI Eksklusif dengan keluarga yang mendukung sebesar

19 (55,1%).
53

Berdasarkan uji chi square antara variabel dukungan keluarga

dengan praktik pemberian ASI Eksklusif diperoleh p value = 0,0001,

sehingga H0 ditolak. Dalam hal ini menunjukan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan praktik pemberian

ASI Eksklusif. Nilai koefisien kontingensi (CC) sebesar 0,470

menunjukan tingkat hubungan sedang karena terletak antara 0,400 –

0,699.

4.5. Hasil Rekapitulasi Uji Chi Square

Tabel 4.12
Rekapitulasi Uji Chi Square

No. Variabel Variabel P value CC Kesimpulan


independen Dependen
1. Pengetahuan Ibu Pemberian 0,231 - Tidak ada
ASI Eksklusif hubungan
2. Sikap Ibu Pemberian 0,030 0,261 Ada hubungan
ASI Eksklusif (rendah/lemah)
3. Peran Petugas Pemberian 0,0001 0,540 Ada hubungan
Kesehatan ASI Eksklusif (Sedang)
4. Mitos Pemberian 0,003 0,352 Ada hubungan
ASI Eksklusif (rendah/lemah)
5. Dukungan keluarga Pemberian 0,0001 0,470 Ada hubungan
ASI Eksklusif (Sedang)

Analisis hubungan antara variabel independen (bebas) dengan

variabel dependen (terikat) terdapat beberapa variabel independen yang

berhubungan yaituSikap Ibu,Peran Petugas Kesehatan,Mitos, Dukungan

keluarga sedangkan variabel independen yang tidak berhubungan yaitu

variabel pengetahuan.

4.6.Hasil Pendalaman Jawaban


54

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara mendalam

(indepth interview) oleh peneliti pada responden yang tidak melakukan

ASI Eksklusif tentang alasandan hambatan mengapa tidak mempraktikkan

pemberian ASI eksklusif karena sebagian dari responden menganggap

bahwa ASI Eksklusif adalah asi yg di berikan kepada bayi meskipun tetap

di beri makanan tambahan. Responden cenderung lebih tertarik pada susu

formula, alasannya karena jika keluar rumah atau ada acara apapun tidak

harus mencari tempat untuk menyusui.Selain itu banyak responden yang

masih menjalankan mitos yang masih di percaya, anggapan bahwa di beri

asi saja bayi tidak akan kenyang dan bayi butuh makanan menjadi alasan

utama responden. Hambatan tidak di lakukannya ASI eksklusif mayoritas

responden menjawab karena orang tua dan mertua tidak setuju dengan

program ASI Eksklusif.

Selain itu peneliti melakukan wawancara mendalam kepada responden

tentang program dan peran petugas kesehatan yang ada di desa, hasil dari

wawancara ini mayoritas responden menjawab jika tidak ada program

penyuluhan kesehatan sehingga responden kurang mendapat informasi

mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Kegiatan posyandu juga

hanya menimbang bayi yang di lakukan oleh kader kesehatan dan

imunisasi saja tanpa diberi penyuluhan tentang informasi kesehatan ibu

dan bayi, informasi tersebut hanya di berikan saat kelas hamil. Hal

tersebut yang membuat banyak dari responden yang kurang minat

terhadap kegiatan posyandu.


55

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sidorejo dukuh Kendalduwur Kecamatan

Comal

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi pemberian ASI

Eksklusif di Desa Sidorejo dukuh Kendalduwurdengan kategori memberikan

yaitu sebesar 15 orang responden atau 22,1% dan sisanya sebesar 53 orang

responden atau 79,2 % tidak memberikan ASI Eksklusif.

Hasil penelitian univariat bahwa rata-rata usia 26-35 tahun, usia yang

dikategorikan sudah dapat mengerti bagaimana cara mengasuh bayi yang baik

dan benar, namun pada kenyataannya tingkat pemberian ASI Eksklusif masih

rendah. Pendidikan sebagian besar SMP sebesar 70,5%. Pengetahuan

responden 61,8% sudah baik mengenai pemberian ASI Eksklusif, sikap

responden juga sudah baik tentang praktik pemberian ASI Eksklusif yaitu

sebesar 63,2%.

Peran petugas kesehatan masih sangat kurang yaitu sebesar 69,1%, karena

petugas kesehatan tidak memiliki program kesehatan dan kurangnya

penyuluhan. Responden yang masih menjalankan mitos juga cukup tinggi

yaitu sebesar 52,9%, separuh dari responden masih mempercayai dan

menjalankan mitos yang mereka dapat dari orang tua dan mertua responden.

Dukungan keluarga sudah cukup baik yaitu sebesar 50,0%, hampir dari

separuh responden menjawab keluarga sudah mendukung, terutama suami,


56

hambatan dari responden yang tidak memberi ASI Eksklusif karena orang tua

dan mertua yang tidak setuju terhadap program ASI Eksklusif.

ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama enam bulan tanpa

tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih

dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu,

biskuit, bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah bayi

diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai usia

bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

Pemberian ASI Eksklusif merupakan variabel terikat yang di pengaruhi oleh

pengertahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif, sikap ibu terhadap

pemberian ASI Eksklusif, peran petugas kesehatan, mitos dan dukungan

keluarga. Namun pada analisis Chi Square yang telah dilakukan hanya

didapatkan empat variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif yaitu sikap ibu (p value =0,030), peran petugas kesehatan (p value

= 0,0001), mitos (p value = 0,003) dan dukungan keluarga (p value =

0,0001).

5.2. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa

Sidorejo dukuh Kendalduwur Kecamatan Comal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan responden memiliki

pengetahuan baik sebanyak 42 (60,8 %). Sedangkan proporsi antara

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu bahwa ibu yang
57

memberikan ASI Eksklusif dengan pengetahuan kurang sebesar 26 orang atau

38,2 %.

Sekolah adalah sebagian perpajangan tangan keluarga dalam meletakkan

dasar perilaku untuk kehidupan seseorang selanjutnya atau ketika dewasa,

seseorang yang memiliki pendikan yang rendah akan menyebabkan seseorang

mengalami keterbelakangan wawasan, cara berpikir dan tidak memiliki

ketrampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat atau dunia pekerjaan pada

umumnya dan juga mempengaruhi perilaku kesehatan, sehingga pendidikan

di sekolah merupakan investasi (human investment) bagi pembangunan

bangsa dan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan. (Notoatmodjo, S. 2010).

Teori Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku seseorang di tentukan

oleh faktor predisposisi (predisposing factors). Faktor ini yang dapat

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang

atau masyarakat, faktor ini adalah pengetahuan dan sikap yang berkaitan

dengan tindakan apa yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, S. 2010). Dari teori

tersebut seharusnya dengan pedidikan responden yang cukup baik dan

memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemberian asi eksklusif dapat

sejalan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif, namun pada hasilnya

pemberian ASI Eksklusif masih rendah.

Hasil penelitian univariat pendidikan responden di desa Sidorejo dukuh

kendalduwur rata-rata sekolah menengah pertama yaitu sebesar 42,8%.

Tingginya tingkat pendidikan SMP sudah tepat dengan hasil penelitian yang
58

dilakukan untuk responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar

60,8%, hal ini tidak sejalan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif yang

masih rendah yaitu sebesar 22,1%. Dari semua respoden rata-rata sudah tahu

makna dari ASI Eksklusif itu sendiri, bagaimana ASI Eksklusif dan manfaat

ASI eksklusif namun pada kenyataannya responden tidak melakukan program

ASI eksklusif. Kesadaran dari responden untuk melakukan program ASI

Eksklusif ini masih sangat rendah, responden tahu dan dan memngerti namun

tidak ada niat untuk melakukan.

Tingkat pendidikan yang sudah cukup baik yaitu SMP sebanyak 42,8%

sejalan dengan tingkat pengetahuan yang juga cukup tinggi sebesar 60,8 %

tidak tepat dengan hasil pemberian asi eksklusif yang rendah yaitu hanya

sebesar 22,1%. Hasil p value = 0,231 ˃ 0,05 membuktikan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik pemberian ASI

Eksklusif.

5.3.Hubungan sikap ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sidorejo

dukuh Kendalduwur Kecamatan Comal

Sikap adalah sekumpulan tanggapan, reaksi dan jawaban yang tetap

terhadap objek sosial (Campbel dalam Wawan & Dewi, 2010). Menurut

Notoatmodjo (2014) sikap merupakan pendapat atau penilaian seseorang

terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan. Berdasarkan intensitasnya,

tingkatan sikap terdiri dari :

1. Menerima (receiving)

2. Merespon (responding)
59

3. Menghargai (valuing)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan responden memiliki

sikap kurang baik sebanyak 43(63,2%). Sedangkan proporsi antara sikap ibu

dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu bahwa ibu yang memberikan ASI

Eksklusif dengan sikap baik sebesar 24 orang atau 35,3 %, hasil tersebut

sudah sejalan dengan pemberian asi eksklusif yang rendah yaitu 22,1%. Dari

hasil ini sudah tepat dengan hasil uji Chi Square bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap ibu drngan praktik pemberian ASI Eksklusif dengan

nilai p value = 0,030 dengan nilai cc sebesar 261 diartikan tingkat hubungan

rendah atau lemah.Hal ini sejalan dengan penelitian Isroni astuti (2011) yang

menyebutkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan

pemberian ASI Eksklusif.

Sikap ibu yang kurang baik menjadi salah satu faktor rendahnya cakupan

ASI Eksklusif di desa Sidorejo dukuh kendalduwur, hal ini disebabkan karena

ibu yang lebih suka memberikan susu formula kepada bayinya, dan

mengaanggap menyusui itu merepotkan jika sedang berada di luar rumah.

Teori Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku seseorang di tentukan

oleh faktor predisposisi (predisposing factors). Faktor ini yang dapat

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang

atau masyarakat, faktor ini adalah pengetahuan dan sikap yang berkaitan

dengan tindakan apa yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, S. 2010)


60

5.4. Hubungan Peran Petugas Kesehaatan dengan Pemberian ASI Eksklusif

di Desa Sidorejo dukuh Kendalduwur Kecamatan Comal

Berdasarkan hasil dari penelitianresponden yang tidak memberikan

ASI Eksklusif dengan peran petugas kesehatan kurang sebanyak 45 (95,7%)

lebih besar dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI Eksklusif

dengan peran petugas kesehatan kurang sebanyak 2 (4,3%). Sedangkan

responden yang memberikan ASI Eksklusif dengan peran petugas kesehatan

baik sebanyak 13 (62,9%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang

tidak memberikan ASI Eksklusif dengan peran petugas kesehatan baik

sebanyak 8 (38,1%).

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal

perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh

kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam

menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas

kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal

menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6

bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan

petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat

yang luas (Erlina, 2008).

Peran petugas kesehatan masih kurang, bahkan dapat di katakan

belum efektif karena tidak adanya program kesehatan dan penyuluhan

mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Padahal peran petugas

kesehatan menjadi salah satu faktor yang paling penting untuk peningkatan
61

cakupan pemberian ASI Eksklusif, sebagai fasilitator masyarakat dalam hal

keseehatan seharusnya petugas kesehatan dapat memberikan banyak

informasi kepada masyarakat agar mereka tau apa yang harus di lakukan, mau

melakukan dan mampu mengaplikasikan program ASI Eksklusif. Peran bidan

juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program ASI Eksklusif,

karena banyak dari responden yang menjawab bahwa bidan sering

menganjurkan dan bahkan memberi fasilitas susu formula sebagai pelayanan

kesehatan.

Dari analisis univariat, kurangnya peran petugas kesehatan terhadap

praktik pemberian ASI Eksklusif sebesar 69,1% sejalan dengan pemberian asi

eksklusif yang rendah yaitu sebesar 22,1%. Hasil uji Chi Square

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara peran petugas

kesehatan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif dengan p value = 0,0001

˂ 0.05 dengan nilai cc sebesar 540 di artikan tingkat hubungan sedang.

Dari hasil penelitian Rahmawati (2010), didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

eksklusif. Petugas kesehatan merupakan komponen utama yang turut

berperan dan akan memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap

berhasilnya upaya promosi dan penggalakan pemberian ASI, petugas

kesehatan tersebut mempunyai andil yang besar dalam upaya-upaya

peningkatan penggunaan ASI selain Faktor yang ada dalam masyarakat itu

sendiri.
62

5.5.Hubungan Mitos dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sidorejo

dukuh Kendalduwur Kecamatan Comal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan responden yang masih

menjalankan mitos sebanyak 36 (52,9%). Sedangkan proporsi antara mitos

dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu responden yang menjalankan mitos

dengan pemberian ASI Eksklusif sebesar 30 orang atau 44,1 %.

Menurut Ahisma Putra(2009), mitos adalah cerita yang “aneh” dan

seringakali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah

di dalamnya “tidak masuk akal”. Mitos-mitos yang masih banyak di lakukan

dan di percaya oleh responden adalah “anak lahir itu untuk makan” sehingga

mereka beranggapan bahwa sudah seharusnya bayi di beri makan, karena

jika di beri ASI saja bayi tidak akan merasa kenyang. Dengan di berinya

makanan pendamping ASI secara dini membuat gagalnya program ASI

Eksklusif pada bayi, sedangkan arti ASI Eksklusif itu sendiri adalah

pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa di beri makanan tambahan apapun.

Mitos di kalangan masyarakat sering di kaitkan dengan budaya yang

masih di lakukan.Menurut EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk(2010)

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, tadisi dan adat istiadat.Tradisi itu sendisri

merupakan kebiasaan turun temurun dari jaman dahulu yang masih dilakukan

hingga sekarang, yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Berdasarkan uji Chi Square di dapatkan prevalensi responden yang

melalukan tradisi dengan yang tidak memberiakan ASI eksklusif sebesar 33


63

(91,7%). Sedangkan responden yang menjalankan mitos dengan pemberian

ASI Eksklusif sebesar 12 (40,0%). Dari hasil tersebut di dapatkan p value =

0,003 sehingga H0 di tolak, maka terdapat hubungan yang signifikan antara

mitos dengan praktik pemberian ASI Eksklusif dengan nilai CC sebasar 0,352

diartikan tingkat hubungan rendah.

Penelitian ini selaras dengan teori Notoatmodjo, S. (2010) bahwa perilaku

seseorang didasarkan dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Tradisi merupakan faktor eksternal yang merupakan salah satu dari budaya.

Faktor ini sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang.

Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Eka Lestari, Dkk. (2013) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tradisi dengan

perilaku responden dalam pemberian MP-ASI dini kepada bayinya, dengan

nilai p value = 0,001 < 0,05.

5.6.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa

Sidorejo dukuh Kendalduwur Kecamatan Comal

Berdasarkan analisis univariat didapatkan keluarga yang mendukung

terhadap pemberian ASI eksklusif dan sebesar 34 orang atau 50,0%,

sedangkan keluarga yang tidak mendukung sebesar 34 orang atau 50,0% yang

artinya banyak keluarga yang mendukung memberikan ASI eksklusif dan

banyak juga yang tidak mendukung pemberian ASI Eksklusif karena hasilnya

sama. Pihak keluarga responden yang tidak mendukung mayoritas adalah

orang tua dan mertua, karena dari pihak tersebut meyakini bahwa ASI
64

Eksklusif tidak perlu di lakukan, orang tua dan mertua juga banyak yang

tidak mendukung program ASI Eksklusif.

Dari hasil penalitian yang di lakukan, suami yang mendukung program

ASI Eksklusif, belum tentu mendukung istrinya untuk mempraktikkan ASI

eksklusif. Dari beberapa suami responden, sangat mendukung program ASI

Eksklusif, namun pada kenyataanya suami responden tidak mendukung

istrinya untuk melakukan ASI Eksklusif. Beberapa suami responden

menganngap bahwa susu formula lebih mudah dan tidak membuat ibu repot

untuk menyusui saat bepergian.

Dukungan keluarga merupakan dukungan penguat terjadinya perilaku

seseorang. Dalam penelitian ini yang menjadi pendukung ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif adalah dari pihak suami dan orang tua, pihak

tersebut merupakan keluarga terdekat dari ibu. Dukungan orang terdekat

sangat berperan di dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan

yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula

kemampuan untuk dapat bertahan untuk terus menyusui. Dalam hal ini

dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya, jika seorang ibu kurang

mendapat dukungan dari keluarga akan lebih mudah dipengaruhi untuk

beralih ke susu formula (Budiasih, 2008).

Berdasarkan uji chi square antara variabel dukungan keluarga dengan

praktik pemberian ASI Eksklusif diperoleh p value = 0,0001, sehingga H0

ditolak. Dalam hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. Nilai


65

koefisien kontingensi (CC) sebesar 0,470 menunjukan tingkat hubungan

sedang karena terletak antara 0,400 – 0,699.Sejalan dengan penelitian

Trisnawati (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Ngaliyan Semarang, prosentase ibu yang memberikan ASI

eksklusif dengan dukungan keluarga yang baik yaitu (81,4%). Hal ini

dikarenakan semakin tinggi memberikan dukungan maka ibu akan lebih

termotivasi, semangat dan yakin selama menyusui.


66

berapa kutipan hasil jawaban mendalam dari responden dengan

pertanyaan “apa alasan tidak memberi ASI Eksklusif kepada bayi?”, berikut

jawabannya :

Orang tua tidak mendukung mbak... katanya bayi itu butuh makanan, di beri asi
saja tidak cukup... yahh.. kadang saya juga kasihan kalo anaknya rewel.. di susui
saja masih tetep nangis, tapi kalo di kasih pisang lumat pasti abis itu diem mbak...
berarti kan memang si bayi lapar.. sama kayak kita si mb.. kita kalo lapar kan harus
makan dulu biar kenyang..

Sudah kedarung saya kasih sufor mbak... soalnya asi saya tidak keluar-keluar, saya
takut nanti kalo dedeknya kehausan, bidan juga mengiyakan saya memberi susu
formula..

Saya asi eksklusif kok mbak.. sampai sekarang usia bayi sudah hampir 1th saya
juga masih asi eksklusif..

Saya kasih dia pisang lumat waktu 3 minggu setelah dia lahir mb.. soalnya kasihan,
takutnya bayinya lapar, nagis... nyatanya saya beri dia pisang dia jadi tidak rewel
lagi...

Saya sebenarnya tidak begitu paham mengenai program asi eksklusif mbak.. yang
saya tau bidan hanya menyarankan untuk memberi asi ekslusif saja. Habis di sini
itu jarang sekali ada penyuluhan penyuluhan gitu mbak.. jadi yang saya pahami ya
saya memberikan asi saya kepada anak saya, gitu mbak..
67

Dari beberapa jawaban tersebut, dapat di ketahui bahwa masih terdapat

responden yang belum mengerti arti dari ASI Eksklusif dan kapan seharusnya

makanan pendamping asi di berikan. Orang tua juga menjadi salah satu

hambatan pemberian ASI Eksklusif, alasan dari banyak responden bahwa

orang tua tidak mendukung program ASI Eksklusif. Para orang tua banyak

yang menganggap bahwa bayi lahir itu untuk makan, sehingga bayi tidak

cukup kalau hanya di beri asi saja. Hal tersebut saling berkaitan dengan mitos

yang masih di percaya oleh responden, mereka meyakini mitos-mitos yang

ada karena di arahkan oleh orang tua dari responden sehingga membuat

responden akhirnya tidak melakukan dan gagal dalam program asi eksklusif.

Peran petugas kesehatan juga menjadi salah satu faktor yang paling

utama, kurangnya program kesehatan dan penyuluhan yang di adakan di desa

membuat para responden kurang mendapat informasi mengenai apa dan

bagaimana program asi eksklusif itu. Kader kesehatan juga kurang aktif

memberikan arahan dan mendampingi responden, seharusnya sebagai petugas

kesehatan yang paling deekat dengan masyarakat, mereka mampu mengajak

dan memberi pengertian kepada masyarakat agar dapat melaksanakan

program asi eksklusif.

Dari hasil penelitian Bivariat dan jawaban mendalam dapat disimpulkan

bahwa dari empat faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam

pemberian ASI Ekklusif yaitu pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI

Eksklusif, sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif, peran petugas

kesehatan,mitos dan dukungan keluarga dan dapat di katakan bahwa hasil


68

analisis bivariat dan jawaban mendalam dari responden saling berkaitan satu

sama lain.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

1.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai determinan pemberian ASI

Eksklusif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian ASI Ekskusif di Desa Sidorejo dukuh kendalduwur masih

rendah yaitui sebesar 22,1% .


69

2. Pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan praktik pemberian ASI

Ekskusif, di buktikan dengan p value sebesar 0,231.

3. Sikap ibu berhubungan dengan praktik pemberian ASI Ekskusif. Di

buktikan dengan p value sebesar 0,030 dengan nilai CC (Contingency

Coefficient) sebesar 0,261 (rendah / lemah).

4. Peran petugas kesehatan berhubungan dengan praktik pemberian ASI

Ekskusif. Dibuktikan dengan 𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 sebesar 0,0001 dengan nilai CC

(Contingency Coefficient) sebesar 0,540 (sedang)

5. Mitos berhubungan dengan praktik pemberian ASI Ekskusif.

Dibuktikan dengan 𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 sebesar 0,0003 dengan nilai CC

(Contingency Coefficient) sebesar 0,352 (rendah / lemah)

6. Dukungan keluarga berhubungan dengan praktik pemberian ASI

Ekskusif. Dibuktikan dengan 𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 sebesar 0,0001 dengan nilai CC

(Contingency Coefficient) sebesar 0,470 (sedang)

1.2. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang

dapat diberikan antara lain :

1. Bagi Petugas Kesehatan

a. Lebih memaksimalkan pemberian informasi kepada masyarakat

tentang program ASI Eksklusif.


70

b. Membuat program kesehatan seperti program konseling kesehatan

masyarakat agar masyarakat dapat berkonsultasi kepada petugas

kesehatan.

c. Mengajak kader kesehatan agar lebih aktif menyampaikan informasi

dan mendampingi masyarakat terutama dalam hal program ASI

Eksklusif.

d. Tidak mempromosikan dan memberikan susu formula sebagai salah

satu fasilitas pelayanan kesehatan.

e. Memberikan informasi yang baru pada setiap pertemuan

penyuluhan agar masyarakat mendapatkan dan mengikuti

perkembangan informasi kesehatan.

f. Petugas kesehatan diharapkan lebih mendekatkan diri kepada

masyarakat agar informasi yang disampaikan dapat dipercaya.

2. Bagi Masyarakat Desa Sidorejo dukuh Kendalduwur

a. Diharapkan dapat lebih aktif megikuti kegiatan program kesehatan.

b. Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telah di sediakan

oleh desa semaksimal mungkin.

c. mendukung program program kesehatan yang telah di buat oleh

pemerintah.

d. tidak menutup diri terhadap informasi-informasi baru tentang

kesehatan

3. Bagi Peneliti Lain


71

Karena berdasarkan penelitian ini peran petugas kesehatan dan

dukungan keluarga paling dominan terhadap pemberian ASI Eksklusif,

maka untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian kualitatif

tentang hubungan peran petugas kesehatan dan dukungan keluaarga dengan

pemberian ASI Eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Sunar Prasetyono. 2012 . Buku Pintar Asi Eksklusif- Pengenalan, Praktik,
dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya. Diva Press. Yogyakarta
Moeloeng, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Utami Roesli. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. PT Elex Komputindo. Jakarta
72

Aris Santjaka. 2011. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan 1. Nuha Medika.


Yogyakarta

. 2015. Aplikasi SPSS untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan.Nuha Medika.


Yogyakarta

Roesli U.2005.Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya. Jakarta. hal. 2-47.


Zulaekhah, 2012, Studi Kualitatif Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Pegawai
Perempuan, Universitas Pekalongan Fakultas Kesehatan, Pekalongan.
Mujahidin Nur, 2008, The Miracle of ASI: ibu sejati memberikan ASI, Medina
Publishing, Jakarta.
Isroni Astuti, Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui,
Vol 14, No 1, Juni 2010:17-24
Depkes RI, 2011.Banyak Sekali Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu. Jakarta
Puskesmas Purwoharjo 2016, Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas
Purwoharjo Tahun 2016, Pemalang : Puakesmas Purwoharjo

Kumalasari S.Y, at. al.2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian


Makanan Pendamping ASI dini. Jurnal.JOM Vol 2 No 1. (Diakses pada 11
oktober 2016, 10:31)
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehtan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Depkes RI, 2011.Banyak Sekali Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu. Jakarta
Utami Roesli. 2012. Mengenal ASI Eksklusif. PT Elex Komputindo. Jakarta

EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk.2010.definisi kebudayaan. Jogja. Rinika Cipta

Erika Janny, 2007, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Daerah Binaan Puskesmas Mekar
Mukti Cikarang. Bkasi. Jawa Barat. Tesis, Universitas Respati
Indonesia, Jakarta.
73

Fikawati Sandra, 2010, Kajian Implementasi dan Kebijakan Ais Susu


IbuEksklusif dn Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia, Makara
Kesehatan, Vol 14, No1, Juni 2010:17-24.

Lestari, Dian.(2009),Faktor Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta, FKM UI

Nur Afifah, Diana(2007). Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik


Pemberian ASI Eksklusif. (Tesis) Program Pasca Sarjana.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Indah Kartika, Ratih. (2009). Hubungan Motivasi dengan Pemberian ASI


Eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
Jurnal Surya Vol.1 No.2 Bulan Maret 2009.

La Ode Amal Shaleh (2011). Faktor-faktor yang Menghambat Praktik ASI


Eksklusif pada Bayi Usia 3-6 Bulan. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai