BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
proses dimana pertumbuhan pada masa bayi dan balita bervariasi sesuai
tubuh bagian bawah. Seperti halnya ketika anak dalam kandungan, hal
Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan
memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal sebagai “ ASI
lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali
makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi
makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang optimal adalah
menyusui bayi segera setelah lahir, memberikan asi eksklusif yaitu hanya
ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan,
sejak usia 6 bulan dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia anak
2
24 bulan. ASI saja untuk bayi usia 0-6 bulan (ASI eksklusif, bukan saja
bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu
kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang
(Roesli, 2012)
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi pada awal usia
(profil kesehatan provinsi jawa tengah), dan di kecamatan comal (salah satu
Bayi yang tidak mendapat asi eksklusif selama 6 bulan lebih dapat
penyakit pernafasan dan memiliki riwayat sering sakit. Bayi yang tidak di
beri asi juga memiliki 21% lebih tingkat kematian. Studi di American
mamiliki tingkat kenmatian yang tinggi, dan timgkat lebih tinggi terkena
leukimia, kelebihan berat badan dan obesitas, tingkat kolesrtol serta asma.
yang terletak di desa sidorejo dari 79 bayi usia 0-6 bulan, tidak ada satupun
desa sidorejo hanya 4 ibu yang memberikan asi eksklusif kepada anaknya.
merupakan salah satu indikator keluarga sehat yang paling mudah, praktis,
higenis dan tidak memerlukan biaya. Seharusnya dengan keadaan seperti ini
status pekerjaan ibu, namun walaupun mayoritas ibu di desa sidorejo ini
Hal tersebut yang biasanya dijadikan alasan oleh ibu kenapa meraka tidak
4
memberikan Asi Eksklusif kepada anak meraka, dan solusi yang mereka
ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga. karena status pendidikan mereka
sebagai ibu rumah tangga,namun cakupan bayi yang mendapat asi eksklusif
di desa Sidorejo masih sangat minim dan hampir tidak ada, dengankeadaan
karena waktu senggang yang di miliki oleh ibu rumah tannga jauh lebih
banyak dari pada ibu yang bekarja. Menurut penelitian Juliastuti (2011),
pemberian ASI secara eksklusif akan semakin tinggi jika ibu tidak bekerja.
Hal tersebut karena ibu yang tidak bekerja hanya menjalankan fungsinya
tanpa terikat pekerjaan diluar rumah sehingga dapat memberikan ASI secara
optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Sama halnya dengan
memberikan ASI eksklusif pada ibu yang kembali bekerja adalah 14 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dan penelitian
Setegn (2012) yang menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja lima kali
baik oleh para ibu di desa sidorejo, namun sebagian besar para ibu tidak
Dari segi pengetahuan, masih banyak ibu yang beranggapan bahawa asi
Mereka menganggap bahwa hal itu disebut dengan asi eksklusif sedangkan
arti dari asi eksklusif itu sendiri adalah asi yang diberikan oleh ibu kepada
anaknya selama 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan. Sikap dan perilaku
ibu yang cenderung malas menyusui juga menjadi salah satu faktor yang
pemberian asi eksklusif di desa sidorejo, bisa dilihat dari banyak mitos yang
pecaya seperti “ bayi lahir itu untuk makan”, “bayi di beri asi saja tidak akan
kenyang, karena mereka butuh makanan” , “jika bibir si bayi diberi madu,
maka setelah dia besar, bibir dan senyumnya akan manis” dan anngapan-
banyak para ibu di desa sidorejo yang tidak memberikan asi eksklusif pada
anaknya.
6
anggapan dan presepsi sendiri. Terkadang larangan dari suami atau orang
Di desa Sidorejo peran petugas kesehatan pada praktik asi eksklusif ini
masih dapat dikatakan belum efektif, terbukti dari studi pendahuluan yang
di lakukan, masih banyak ibu di desa sidorejo yang belum begitu mengerti
makna dari asi eksklusif itu sendiri, dan belum banyaknya ibu yang
sosialisasi membuat para ibu hanya memberikan asinya saja tanpa tau apa
manfaat dan arti penting asi eksklusif itu sendiri. Peran bidan juga
cenderung membuat para ibu tidak memberikan asi eksklusif pada bayinya,
1.2.Identifikasi Masalah
1. Bayi yang tidak di beri asi juga memiliki 21% lebih tingkat kematian,
tidak di beri asi mamiliki tingkat kenmatian yang tinggi, dan timgkat lebih
7
1.3.Peruumusan Masalah
eksklusif ?”
1.4.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
dukuh Kendalduwur.
8
2. Tujuan Khusus :
eksklusif.
ASI eksklusif.
1.5.Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis :
anak.
2. Bagi pendidikan
3. Bagi peneliti
2. Manfaat Teoritis
optimal.
10
2 Faktor yang berperan dalam 2007 Deskriptif kualitatif Motivasi pemberian asi,
kegagalan praktik pemberian pengetahuan, pelayannan
asi eksklusif (studi kualitatif) tempat persalinan, peranan
di kecamatan tembalang kota petugas kesehatan, peranan
semarang dukun bayi peranan keluarga
(Diana Nur afifah) keyakinan yang keliru,
promosi susu formula,
masalah kesehatan ibu dan
bayi
Adapun perbedaan penelitian ini dengan peelitian sebelumnya
yang sudah pernah di lakukan terletak pada variabel yang di gunakan yaitu
Kecamatan Comal dan jenis penelitian serta analisis yang digunakan yaitu
mendalam.
11
Sasaran pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang mempunyai bayi
di atas 6 bulan smpai 23 bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama enam bulan
tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur
susu, biskuit, bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah
bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai
kepada bayi. ASI adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua
zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan
ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman yang
bakteri patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab
sarana air bersih. ASI menjamin bayi dapat memperoleh suplai air bersih
Manfaat ASI bagi bayi dan ibu antara lain (Maryunani, 2012) :
akan menjadi lebih sehat dan kuat dan menghindari bayi dari
2011).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun
Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu
2008).
sangat pesat.
Air susu ibu selain merupakan gizi ideal, dengan komposisi tepat, dan
lebih tinggi 8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva menunjukan bayi ASI
dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi asi eksklusif (Roesli,
2000).
1. Pemberian ASI merupakan diet alami bagi ibu karena pada saat
bagi ibu karena ibu tidak perlu megeluarkan dana untuk membeli
2. ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam
98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
2005).
dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini
3. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu
bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air
walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai
utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak.
Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding
laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati
masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).
18
ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat
dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari
protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari
protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu
formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna
oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%,
pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah
Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi
secara otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada
kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai
vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air. Hampir semua vitamin larut
dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.
dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar
vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi
a) Pengetahuan
pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik
dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu
formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan
ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau
gabung,caramenyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika
b) Sikap
1) Pengertian
terhadap objek sosial (Campbel dalam Wawan & Dewi, 2010). Menurut
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
3. Menghargai (valuing)
keyakinannya.
5. Perilaku
Perilaku yaitu tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
Masalah yang muncul dalam pemberian ASI tidak terlepas dari petugas
2010).
peningkatan penggunaan ASI selain Faktor yang ada dalam masyarakat itu
sendiri
22
komprehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI
secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan
dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan
perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh
menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas
formula sebagai fasilitas. Ini yang yang akhirnya juga menjadi salah satu
The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu dari sedikit
d.) Mitos
Menurut Ahisma Putra (2009), mitos adalah cerita yang “aneh” dan
bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta rasa dan karsa.
adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi
perhiasan.
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Manusia pada dasarnya adalah
masyarakat tertentu.
individu termasuk kesehatan dan penyakit. Ketika tubuh sakit dan emosi
dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam
e) Dukungan Keluarga
Dukungan dari orang lain atau orang terdekat sangat berperan di dalam
untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk
dapat bertahan untuk terus menyusui. Dalam hal ini dukungan keluarga
dari keluarga akan lebih mudah dipengaruhi untuk beralih ke susu formula
(Budiasih, 2008).
25
1. Suami
dihadapi, serta akan memiliki kesehatan yang jauh lebih baik daripada
sehingga
26
perhatian dari suami dalam suatu proses produksi ASI yaitu reflex
disaat menyusui seperti merasakan sakit dan nyeri pada puting susun
kata-kata pujian dan semngat kepada istri sehingga istri merasa percaya
pujian semngat dan juga dorongan untuk tetep memberikan asi ekslusif,
Pengetahuan
Sikap
Dukungan keluarga
Reinforsing faktor(penguat) :
Mitos
Sosial ekonomi
BAB III
METODE PENELITIAN
Mitos
Dukungan Keluarga
3.2. Hipotesis
2. Ada hubungan sikap dan perilaku ibu dengan pemberian ASI eksklusif
1. Variabel Bebas
ibutentang ASI, sikap ibu terhadap praktik pemberian ASI, yankes dan
2. Variabel Terikat
Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik yaitu penelitian yang di lakukan
waktu yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional yaitu suatu
metode pengambilan data yang di lakukan pada waktu yang bersamaan dengan
subyek yang berbeda dan dengan pendalaman jawaban pada informan yang tidak
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi berumur 6-
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari seluruh ibu-ibu yang
memiliki balita yang berusia 6-23 bulan di desa Sidorejo dukuh kendalduwur
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria eksklusi
5) Teknik sampling
populasi memiliki kesempatan yang sama atau berpeluang sama menjadi sampel.
Besar sampel dalam penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus dari
Sukidjo Notoatmodjo(2005.p.92) N
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )
n = Jumlah sampel
N = Total populasi
200
𝑛=
1 + 200 (0.12 )
200
𝑛=
1 + 200(0.01)
33
200
𝑛=
3
Dari rumus di atas dengan jumlah populasi 200 ibu yang mempunyai bayi berusia
6-23 bulan di desa Sidorejo kecamatan comal maka di dapatkan sampel 67 orang
a. Data Primer
b. Data Sekunder
a. Wawancara
ibu yang mempunyai bayi usia 6-23 bulan, pengisian kuesoiner di tulis
prtanyaan tersebut.
34
b. Triangulasi
Eksklusif.
1. Editing
kuesioner, yaitu:
jawaban.
2. Coding
1 = “18-25”
2 = “26-35”
3 = “36-45”
kelamin :
1 = “laki-laki”
2 = “perempuan”
pendidikan:
1= “SD”
2 = “SMP”
3 = “SMA”
4 = “Perguruan tinggi”
1 = Ya 1 = Setuju 1 = Benar
3. Tabulating
Pada tahap ini data ditabulasikan dan diolah dengan SPSS, kemudian
sebagai berikut :
a. Analisis Univariat
pilih “Frequencies”.
36
b. Analisis Bivariat
Klik continue
Klik continue
Klik “ok”
4. Entry
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
spss dengan uji Chi Square. Hasil dari analisis ini adalah penilaiaan
antara kedua ini menjadi dasar dugaan hubungan frekuensi relatif yang
dukungan keluarga.
Dengan rumus :
Σ(𝑂 − 𝐸)²
𝑋² =
𝐸
Keterangan :
X² : nilai Chi-square
Interpretasi :
Tabel 3.2
Kekuatan Hubungan
No. Interval Nilai Tingkat Hubungan
7. CC = 1,00 Sempurna
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Geografis
1090 32” 32” Bujur Timur dan 60 53” 41”Lintang Selatan. Adapun secara
2.030,75 Km2 atau 203,075 Ha terdiri dari tanah sawah seluas 87,701Ha
dan tanah kering seluas 115,374 Ha. Adapun secara administratif Desa
7.596 jiwa terdiri dari 3.924 jiwa laki-laki dan 3.672 jiwa perempuan,
40
usia yaitu:
frekuensi dan persentase tiap variabel. Adapun analisis univariat dalam penelitian
sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif , peran petugas kesehatan terhadap
Eksklusif.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
2. Pendidikan SD 19 27,9%
SMP 29 42,6 %
SMA 17 25,0%
Perguruan Tinggi 3 4,4 %
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Jumlah
No. Variabel Kategori
N %
1. Pemberian Asi Tidak memberikan 52 77,6
Eksklusif Memberikan 15 22,4
2. Pengetahuan ibu Kurang 26 38,2
terhadap pemberian Baik 42 61,8
asi eksklusif
3. Sikap ibu terhadap Baik 43 63,2
pemberian asi Kurang 24 35,3
eksklusif
4. Peran petugas Kurang 47 69,1
kesehatan Baik 21 31,9
5. Mitos Menjalankan 36 52,9
Tidak menjalankan 30 42,1
6. Dukungan keluarga Mendukung 34 50,0
Tidak mendukung 34 40,0
Sumber : Data primer 2017
ibu sebagian besar pada kategori baik sebesar 42 orang atau 61,8 %.
sebanyak 40,0%.
Tabel 4.3
Jawaban
N
Pertanyaan Salah Benar Total
o.
(N) % (N) %
1. Asi eksklusif adalah pemberian asi 13 19,1 55 80,9 100%
saja dari 0-6 bulan
2. bayi yang mendapatkan asi eksklusif 10 14,7 58 85,3 100%
akan cukup gizi, tidak mudah terkena
penyakit, lebih cerdas
3. keunggulan bayi yang di beri asi 11 16,2 57 83,8 100%
eksklusif yaitu antibodi yang lebih
baik dibandingkan pada bayi yang
tidak di beri asi eksklusif
4. Susu formula pengganti asi yang 1623,5 52 76,5 100%
kandungan zat dan gizinya sama
dengan ASI
5. Pada asi terdapat kandungan 34 50,0 34 50,0 100%
kolostrum, antibodi, protein susu,
karbohidrat dan lemak
6. asi dapat diganti dengan susu 17 25,0 51 75,0 100%
formula, madu, air putih hangat
7. ada perbedaan daya tahan tubuh di 22 32,4 46 67,6 100%
antara bayi tang di beri ASI eksklusif
dan tidak
8. Susu formula adalah makanan yang 37 54,4 31 45,6 100%
baik untuk anak berusia 0-6 bulan
Sumber : Data primer 2017
akan cukup gizi, tidak mudah terkena penyakit, lebih cerdas” sebesar 85,3
54,4 % pada pertanyaan “Susu formula adalah makanan yang baik untuk
Tabel 4.4
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Sikap Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif
Jawaban
N
Pertanyaan Tidak Ya Total
o.
(N) % (N) %
1. Ibu dapat menyusui bayi setiap saat 30 44,1 38 55,9 100 %
2. Ibu dapat memberikan ASI di luar 11 16,2 57 83.8 100 %
rumah
3. Bila bayi menangis, ibu akan 15 22,1 53 72,9 100 %
memberikan asi
4. Ibu akan memberi asi setiap 2 jam 15 22,1 53 72,9 100 %
sekali
5. Ibu akan memberikan susu formula 39 57,4 29 42,6 100 %
saat bayi menangis
6. Ibu merasa lebih mudah memberikan 39 57,4 29 42,6 100 %
susu formula dibandingkan
memberikan ASI
7. Dengan memberikan ASI, ibu dapat 19 27,9 49 72,1 100 %
menghemat biaya pengeluaran
keluarga
8. Susu formula lebih praktis untuk bayi 45 66,2 23 33,8 100 %
9. Ibu akan memberikan pisang / bubur 33 48,5 34 50,0 100 %
saat bayi lapar
Sumber : Data primer 2017
Tabel 4.5
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan
Jawaban
No. Pertanyaan Tidak Ya Total
(N) % (N) %
1. Ibu mendapat informasi tentang asi 40 58,8 20 41,2 100 %
eksklusif dari petugas kesehatan
(bidan,penyuluh kesehatan)
2. Terdapat progam penyuluhan 37 54,4 31 45,6 100 %
kesehatan yang di adakan di desa
3. Petugas kesehatan sering memberi 40 62,5 22 35,5 100 %
pendidikan kesehtan mengenai
pentingnya asi eksklusif
4. bidan menyediakan susu formula 49 72,1 19 27,9 100 %
sebagai fasilitas yankes
5. Ibu melakukan dan mempraktikkan 32 47,1 36 52,9 100 %
apa yang di sampaikan oelh
petugas kesehatan
6. Kegiatan posyandu di desa tidak 34 50,0 34 50,0 100 %
mementingkan program asi
eksklusif
7. Kader kesehatan tidak aktif pada 17 25,0 51 75,0 100 %
penyampaian program asi
eksklusif
8. Ibu memberikan susu formula 17 25,0 51 75,0 100 %
kepada anak berdasarkan anjuran
dari bidan / petugas kesehatan
Sumber : Data primer 2017
asi eksklusif”
Tabel 4.6
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Mitos
Jawaban
No. Pertanyaan Tidak Ya Total
(N) % (N) %
1. Bayi yang menangis karena lapar di 42 61,8 26 36,8 100 %
beri pisang agar kenyang
2. Bibir bayi di beri madu agar setelah 23 33,8 45 66,2 100 %
dewasa memiliki bibir yang indah
3. mutih(konsumsi nasi putih, tahu putih, 25 36,8 43 63,2 100 %
dll)
4. anak lahir itu untuk makan 25 36,8 43 63,2 100 %
5. Asi tidak cukup untuk memenuhi 32 47,1 36 52,9 100 %
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
6. Nasi pisang lumat dapat di berikan 16 30,6 35 51,5 100 %
kepada bayi untuk memenuhi gizinya
7. ASI saja tidak membuat kenyang 33 48,5 34 50,0 100 %
8. ASI layaknya mimuman dan bayi 37 54,4 31 45,6
memerlukan makanan
Sumber : Data primer 2017
kenyang”.
47
Tabel 4.7
Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Dukungan Keluarga
Jawaban
No. Pertanyaan Tidak Ya Total
(N) % (N) %
1. suami mendukung program asi 16 23,5 52 76,5 100 %
eksklusif
2. orangtua / mertua menghambat 32 47,1 36 52,9 100 %
program ASI eksklusif
3. Suami mendukung penuh pemberian 20 29,4 48 70,6 100 %
asi eksklusif kepada anaknya
4. Orang tua mendukung penuh 34 50,0 34 50,0 100 %
pemberian asi eksklusif pada bayi
5. Semua anggota keluarga mendukung 38 55,9 30 44,1 100 %
penuh program asi eksklusif
Sumber : Data primer 2017
dengan variabel terikat. Korelasi yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan
bantuan SPSS 16. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan terhadap
variabel pengetahuan ibu terhadap pemberian asi eksklusif, sikap ibu terhadap
48
pemberian asi eksklusif, peran petugas kesehatan, mitos dan dukungan keluarga
Tabel 4.8
ASI Eksklusif
(26,2 %).
49
diterima. Dalam hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
Tabel 4.9
Hubungan sikap ibu dengan terhadap pembarian ASI Eksklusif
Eksklusif
Tabel 4.10
Hubungan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI
Eksklusif
Tabel 4.10
Hubungan mitosdengan pemberian ASI Ekskusif
Tabel 4.11
Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif
19 (55,1%).
53
0,699.
Tabel 4.12
Rekapitulasi Uji Chi Square
variabel pengetahuan.
bahwa ASI Eksklusif adalah asi yg di berikan kepada bayi meskipun tetap
formula, alasannya karena jika keluar rumah atau ada acara apapun tidak
asi saja bayi tidak akan kenyang dan bayi butuh makanan menjadi alasan
responden menjawab karena orang tua dan mertua tidak setuju dengan
tentang program dan peran petugas kesehatan yang ada di desa, hasil dari
dan bayi, informasi tersebut hanya di berikan saat kelas hamil. Hal
BAB V
PEMBAHASAN
Comal
yaitu sebesar 15 orang responden atau 22,1% dan sisanya sebesar 53 orang
Hasil penelitian univariat bahwa rata-rata usia 26-35 tahun, usia yang
dikategorikan sudah dapat mengerti bagaimana cara mengasuh bayi yang baik
dan benar, namun pada kenyataannya tingkat pemberian ASI Eksklusif masih
responden juga sudah baik tentang praktik pemberian ASI Eksklusif yaitu
sebesar 63,2%.
Peran petugas kesehatan masih sangat kurang yaitu sebesar 69,1%, karena
menjalankan mitos yang mereka dapat dari orang tua dan mertua responden.
Dukungan keluarga sudah cukup baik yaitu sebesar 50,0%, hampir dari
hambatan dari responden yang tidak memberi ASI Eksklusif karena orang tua
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama enam bulan tanpa
tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih
dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah bayi
diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai usia
keluarga. Namun pada analisis Chi Square yang telah dilakukan hanya
Eksklusif yaitu sikap ibu (p value =0,030), peran petugas kesehatan (p value
0,0001).
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu bahwa ibu yang
57
38,2 %.
atau masyarakat, faktor ini adalah pengetahuan dan sikap yang berkaitan
dengan tindakan apa yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, S. 2010). Dari teori
Tingginya tingkat pendidikan SMP sudah tepat dengan hasil penelitian yang
58
60,8%, hal ini tidak sejalan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif yang
masih rendah yaitu sebesar 22,1%. Dari semua respoden rata-rata sudah tahu
makna dari ASI Eksklusif itu sendiri, bagaimana ASI Eksklusif dan manfaat
Eksklusif ini masih sangat rendah, responden tahu dan dan memngerti namun
Tingkat pendidikan yang sudah cukup baik yaitu SMP sebanyak 42,8%
sejalan dengan tingkat pengetahuan yang juga cukup tinggi sebesar 60,8 %
tidak tepat dengan hasil pemberian asi eksklusif yang rendah yaitu hanya
sebesar 22,1%. Hasil p value = 0,231 ˃ 0,05 membuktikan bahwa tidak ada
Eksklusif.
terhadap objek sosial (Campbel dalam Wawan & Dewi, 2010). Menurut
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
59
3. Menghargai (valuing)
sikap kurang baik sebanyak 43(63,2%). Sedangkan proporsi antara sikap ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu bahwa ibu yang memberikan ASI
Eksklusif dengan sikap baik sebesar 24 orang atau 35,3 %, hasil tersebut
sudah sejalan dengan pemberian asi eksklusif yang rendah yaitu 22,1%. Dari
hasil ini sudah tepat dengan hasil uji Chi Square bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap ibu drngan praktik pemberian ASI Eksklusif dengan
nilai p value = 0,030 dengan nilai cc sebesar 261 diartikan tingkat hubungan
rendah atau lemah.Hal ini sejalan dengan penelitian Isroni astuti (2011) yang
Sikap ibu yang kurang baik menjadi salah satu faktor rendahnya cakupan
ASI Eksklusif di desa Sidorejo dukuh kendalduwur, hal ini disebabkan karena
ibu yang lebih suka memberikan susu formula kepada bayinya, dan
atau masyarakat, faktor ini adalah pengetahuan dan sikap yang berkaitan
sebanyak 8 (38,1%).
perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh
menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6
kesehatan menjadi salah satu faktor yang paling penting untuk peningkatan
61
informasi kepada masyarakat agar mereka tau apa yang harus di lakukan, mau
kesehatan.
praktik pemberian ASI Eksklusif sebesar 69,1% sejalan dengan pemberian asi
eksklusif yang rendah yaitu sebesar 22,1%. Hasil uji Chi Square
peningkatan penggunaan ASI selain Faktor yang ada dalam masyarakat itu
sendiri.
62
dan di percaya oleh responden adalah “anak lahir itu untuk makan” sehingga
jika di beri ASI saja bayi tidak akan merasa kenyang. Dengan di berinya
Eksklusif pada bayi, sedangkan arti ASI Eksklusif itu sendiri adalah
pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa di beri makanan tambahan apapun.
merupakan kebiasaan turun temurun dari jaman dahulu yang masih dilakukan
mitos dengan praktik pemberian ASI Eksklusif dengan nilai CC sebasar 0,352
seseorang didasarkan dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Tradisi merupakan faktor eksternal yang merupakan salah satu dari budaya.
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Eka Lestari, Dkk. (2013) yang
sedangkan keluarga yang tidak mendukung sebesar 34 orang atau 50,0% yang
banyak juga yang tidak mendukung pemberian ASI Eksklusif karena hasilnya
orang tua dan mertua, karena dari pihak tersebut meyakini bahwa ASI
64
Eksklusif tidak perlu di lakukan, orang tua dan mertua juga banyak yang
menganngap bahwa susu formula lebih mudah dan tidak membuat ibu repot
pemberian ASI Eksklusif adalah dari pihak suami dan orang tua, pihak
yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula
kemampuan untuk dapat bertahan untuk terus menyusui. Dalam hal ini
ditolak. Dalam hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
eksklusif dengan dukungan keluarga yang baik yaitu (81,4%). Hal ini
pertanyaan “apa alasan tidak memberi ASI Eksklusif kepada bayi?”, berikut
jawabannya :
Orang tua tidak mendukung mbak... katanya bayi itu butuh makanan, di beri asi
saja tidak cukup... yahh.. kadang saya juga kasihan kalo anaknya rewel.. di susui
saja masih tetep nangis, tapi kalo di kasih pisang lumat pasti abis itu diem mbak...
berarti kan memang si bayi lapar.. sama kayak kita si mb.. kita kalo lapar kan harus
makan dulu biar kenyang..
Sudah kedarung saya kasih sufor mbak... soalnya asi saya tidak keluar-keluar, saya
takut nanti kalo dedeknya kehausan, bidan juga mengiyakan saya memberi susu
formula..
Saya asi eksklusif kok mbak.. sampai sekarang usia bayi sudah hampir 1th saya
juga masih asi eksklusif..
Saya kasih dia pisang lumat waktu 3 minggu setelah dia lahir mb.. soalnya kasihan,
takutnya bayinya lapar, nagis... nyatanya saya beri dia pisang dia jadi tidak rewel
lagi...
Saya sebenarnya tidak begitu paham mengenai program asi eksklusif mbak.. yang
saya tau bidan hanya menyarankan untuk memberi asi ekslusif saja. Habis di sini
itu jarang sekali ada penyuluhan penyuluhan gitu mbak.. jadi yang saya pahami ya
saya memberikan asi saya kepada anak saya, gitu mbak..
67
responden yang belum mengerti arti dari ASI Eksklusif dan kapan seharusnya
makanan pendamping asi di berikan. Orang tua juga menjadi salah satu
orang tua tidak mendukung program ASI Eksklusif. Para orang tua banyak
yang menganggap bahwa bayi lahir itu untuk makan, sehingga bayi tidak
cukup kalau hanya di beri asi saja. Hal tersebut saling berkaitan dengan mitos
ada karena di arahkan oleh orang tua dari responden sehingga membuat
responden akhirnya tidak melakukan dan gagal dalam program asi eksklusif.
Peran petugas kesehatan juga menjadi salah satu faktor yang paling
bagaimana program asi eksklusif itu. Kader kesehatan juga kurang aktif
bahwa dari empat faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam
analisis bivariat dan jawaban mendalam dari responden saling berkaitan satu
sama lain.
BAB VI
1.1. Simpulan
1.2. Saran
kesehatan.
Eksklusif.
pemerintah.
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Sunar Prasetyono. 2012 . Buku Pintar Asi Eksklusif- Pengenalan, Praktik,
dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya. Diva Press. Yogyakarta
Moeloeng, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Utami Roesli. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. PT Elex Komputindo. Jakarta
72
Erika Janny, 2007, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Daerah Binaan Puskesmas Mekar
Mukti Cikarang. Bkasi. Jawa Barat. Tesis, Universitas Respati
Indonesia, Jakarta.
73