Anda di halaman 1dari 26

Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim), Surabaya menjadi kota penyumbang

angka kematian ibu hamil tertinggi di Jatim. Hal itu terlihat dari jumlah ibu melahirkan yang
meninggal di Surabaya hingga bulan September 2015 mencapai 32 orang.

Surabaya (Antara Jatim) - Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim), Surabaya
menjadi kota penyumbang angka kematian ibu hamil tertinggi di Jatim. Hal itu terlihat dari jumlah
ibu melahirkan yang meninggal di Surabaya hingga bulan September 2015 mencapai 32 orang.

"Jumlah itu dianggap masih cukup tinggi karena pada tahun lalu, jumlah kejadian serupa sebanyak
39 kali. Kedua jumlah angka kematian ibu itu memang tidak bisa diperbandingkan karena masih ada
tiga bulan yang belum terdata pada tahun ini, namun data tersebut bisa memberi sedikit gambaran
tentang Surabaya sebagai kota dengan jumlah kematian ibu melahirkan tertinggi di Jatim," kata Kasi
Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Jatim, Dian Islami seusai launching Gerakan Peduli Ibu dan
Anak Sehat (Geliat) di Surabaya, Minggu.

Ia mengatakan, surabaya menyumbang sekitar 6,9 persen pada tahun lalu dari jumlah kematian ibu
saat melahirkan di Jatim yang mencapai 567 orang. Untuk Jatim, jumlah kasus serupa tidak terlalu
banyak, namun pada tahun lalu, rasio ibu melahirkan yang meninggal 93,52 per 100.000 kelahiran
hidup. Rasio tersebut lebih rendah dari target Millenium Development Goals (MDGs) yakni 102 per
100.000.

"Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jatim sudah berada di bawah target Millenium Development
Goals (MDGs) 2015, sebesar 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Secara rinci, data
laporan kematian ibu Dinkes Kabupaten/Kota melaporkan tahun 2011 sebesar 101,4 per 100.000
kelahiran hidup, kemudian tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup," paparnya.

Mengutip data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dihitung berdasarkan
angka tersebut, maka ada 16.155 orang ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas
pada tahun 2012. Di samping itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi di Indonesia. Pada
tahun 2012, angkanya adalah 32 per 1000 kelahiran hidup atau setara dengan 144.000.

"Sebenarnya secara persentase, jumlah kematian ibu hamil di Surabaya tidak terllau tinggi, karena
populasi penduduk yang banyak membuat kasus serupa sering terjadi, sedangkan menurut Data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan ada sekitar 82 persen kematian karena
melahirkan terjadi pada perempuan muda yang masih berusia kurang dari 15 tahun hingga usia 20
tahun," terangnya.

Menurut dia, jumlah kematian ibu muda kebanyakan meninggal dunia akibat melakukan aborsi. Hal
ini ditengarai karena tingginya kawin muda dan perilaku seks bebas mencapai sekitar 77 persen,
perempuan usia 15-25 tahun sudah pacaran yang membahayakan dengan melakukan hubungan
intim.

Selain itu, faktor kematian ibu hamil juga dikarenakan terjadinya eklampsia atau kejang karena
tekanan darah tinggi pada kehamilan, yang disebabkan tidak mendapat penanganan yang tepat
akibat minim pengetahuan ibu terhadap tanda dan bahaya pada kehamilan sekitar 31 persen,"
ujarnya.

Faktor kedua yang paling rentan adalah pendarahan. Dian menjelaskan, apabila pendarahan pada
ibu melahirkan telat ditangani, kematian menjadi risiko yang tidak terlelakkan, karena Seorang ibu
yang pendarahan usai melahirkan perlu bantuan darah dengan golongan yang sama dari empat
orang.

"Namun proses donor darah tak bisa dilakukan langsung di lokasi. Darah harus diambil dari stok di
Palang Merah Indonesia, kemudian ketika pengambilan keputusan yang terlambat karena pasien
masih sering menunda memeriksakan kehamilan atau bayi ketika terjadi masalah," tuturnya.

Ia menambahkan ketidaktahuan akan tanda bahaya pada bayi yang baru lahir. Pada umumnya,
orangtua tidak memahami gejala seperti bayi tak mau minum air susu ibu, kejang, lemah, sesak
nafas, dan keluar nanah pada mata, sehingga sering terjadi penanganan yang terlambat. (*)

Editor: Tunggul Susilo


SKRINING / DETEKSI DINI RESIKO TINGGI IBU HAMIL BERBASIS KELUARGA DI MASYARAKAT
KABUPATEN ACEH TENGAH

Oleh : Ika Sartika, SKM

BAB I : LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. Pendahuluan

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya tanpa resiko, yang merupakan
beban bagi seorang wanita. Pada persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi kegawatan baik ringan
atau berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya kematian atau kesakitan bagi ibu dan atau
bayi. Sebagian besar dari kehamilan mempunyai hasil menggembirakan dengan ibu dan bayi hidup
sehat. Si ibu dapat mengalami beberapa keluhan fisik atau mental, sebagian kecil mempunyai
kesukaran selama kehamilan dan persalinan, tetapi kebanyakan ibu tersebut pulih sehat kembali
sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang normal dan sehat.

Hasil yang mengembirakan tersebut tidak selalu terjadi, ada persalinan yang berakhir dengan ibu
dan atau bayi mati atau sakit. Keadaan ini dapat terjadi pada Resiko Tinggi Ibu Hamil. Pada saat ini
masih banyak terjadi Rujukan Terlambat, dimana kasus Resiko Tinggi Ibu Hamil yang dikirim dan
datang di Rumah Sakit dalam keadaan sangat darurat, sehingga kesempatan untuk menyelamatkan
nyawa ibu dan bayinya sering sangat terbatas. Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil merupakan
upaya kesehatan yang paripurna dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), dimulai sejak awal kehamilan sampai dekat persalinan,
diteruskan oleh upaya penyembuhan (kuratif) sebagai pertolongan persalinan yang memadai sesuai
dengan tingkat resikonya, dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi /
pemberian ASI dan Keluarga Berencana. Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan
berbasis keluarga, sejak awal

kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu hamil.
Tidak terdeteksinya resiko tinggi pada ibu hamil dan rujukan terlambat merupakan salah satu
permasalahan utama dari terjadinya kematian ibu / bayi dengan segala permasalahan dasarnya baik
dari aspek kesehatan maupun non kesehatan.

. Dalam obstetric modern terdapat pengertian potensi resiko, dimana suatu kehamilan dan
persalinan selalu dapat menyebabkan kemungkinan adanya resiko rendah maupun resiko tinggi akan
terjadinya kematian.Pendekatan resiko dimulai dengan gagasan bahwa ukuran resiko adalah
gambaran adanya kebutuhan pelayanan yang lebih intensif, dimana kebutuhan ini sebetulnya sudah
ada sebelum kejadian yang diramalkan itu terjadi. Pada tahun 1978 oleh WHO dikembangkan
konsep ‘Risk Approach Strategy For Maternal Child Health Care, dengan slogan {1} : “sometjing for all
but more for those in need in proportion to that need.” Artinya “ sesuatu untuk semuanya, tetapi
lebih untuk yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhannya.” Pendekatan Resiko pada ibu Hamil
merupakan strategi operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau
kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih
intensif kepada Resiko Ibu Hamil denga cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun bayi
dapat dicegah. ( Dep./SMF Obstetri Ginekologi – Anestesi Reanimasi, 2008 ).

Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor
resiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas
kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang
Truna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah
merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya
antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu. Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan
kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok dengan faktor resiko. Resiko Tinggi Ibu hamil dengan
faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil
yang masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang,
secara periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan.(Rochjati P, 1995).

Menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2002 – 2003 angka kematian ibu di
Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa lebih dari 18.000 ibu
meninggal per tahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas. Angka kematian ibu tersebut menurun sangat lambat dari tingkat tahun 1986
yaitu 450 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 yaitu 390 per 100.000. Dinas Kesehatan Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam ( NAD ) saat ini menargetkan peningkatan kesehatan ibu, bayi baru lahir
dan anak ( KIBLA ) yang harus bisa lebih baik dari sekarang, target tersebut tercantum dalam
Rencana jangka menengah tahun 2007 – 2012 dengan berupaya menurun kan angka kematian ibu
dari 237 / 100.000 kelahiran hidup menjadi 125 / 100.000. Aceh tahun 2008 angka kematian ibu (
AKI ) 237/100.000 kelahiran hidup, sementara angka nasional mencapai 256/100.000 kelahiran
hidup ( www.acehry forum), Jumlah kematian ibu di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2008 yaitu : 7
dengan kasus di antaranya perdarahan, dan infeksi. Angka kematian ibu tersebut menurun sangat
lambat pada tahun 2009 yaitu 6 dengan kasus perdarahan, infeksi.( Dinas Kesehatan Aceh Tengah,
2008, 2009 )
Angka kematian perinatal ( AKP ) di perkirakan 45 per 1.000 kelahiran hidup, penyebab utama
kematian perinatal adalah Asfiksia, dan komplikasi pada bayi berat badan rendah ( BBLR ), Angka
Kematian bayi baru lahir tahun 1997 yaitu 40 / 1000 kelahiran hidup, saat ini menjadi 26/1000
kelahiran hidup ( www.acehry forum ).Jumah kematian anak di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2008
yaitu : 103 dengan Lahir Mati, Infeksi, Asfeksia, Cacat bawaan. Angka kematian ibu tersebut
menurun sangat lambat pada tahun 2009 yaitu : 60 dengan kasus Infeksi, Lahir Mati, BBLR, Asfeksia,
Cacat Bawaan ( Dinas Kesehatan Aceh Tengah, 2008, 2009 ) Pada tahun 2012 di targetkan
penurunan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKP menjadi 16 per 1000
kelahiran hidup.Untuk mencapai target di perlukan pengembangan program yang mampu mencapai
penurunan AKI dan AKP pada tahun 2012 nanti.

Dari Uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah dengan judul : “
Skrining / Deteksi Dini Resiko Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Strategi Skrining
/ Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk Skrining / Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2010.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengenalan dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya.

2. Melakukan pengendalian / pencegahan pro-aktif terjadinya komplikasi persalinan.


3. Melakukan persiapan / perencanaan tempat / penolong persalinan sesuai kondisi ibu / janin.

4. Menemukan Ibu Resiko Tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya resiko kematian /
kesakitan pada ibu dan atau bayinya.

5. Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan
janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untuk persiapan mental,
biaya dan transportasi dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong
munuju persalinan aman

6. Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi, adanya
faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil,sehingga dapat menentukan pengambilan
keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Penulis

a. Sebagai bahan untuk mengikuti ujian penyesuaian kenaikan pangkat.

b. Memahami dan menganalisa masalah dari kematian ibu dan bayi berdasarkan Skrining / Deteksi
Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat

1.3.2. Bagi Instansi Dinas Kesehatan

a. Sebagai bahan masukan untuk memprioritaskan program Ibu dan Anak

b. Merupakan bahan untuk merencanakan kegiatan Ibu dan Anak


1.3.3. Bagi Pembaca

Merupakan informasi agar lebih mengetahui bagaimana men Skrining / Deteksi Dini Resiko Tinggi
Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah.

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Skrining

Skrining adalah suatu kegiatan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan
adanya masalah atau faktor risiko yaitu deteksi dini Ibu Resti ( Rochjati P, 2008 ). Skrining adalah
usaha untuk mengidentifikasi penyakit / kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan Test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk
membedakan orang – orang yang kelihatannya sehat, benar – benar sehat tetapi sesungguhnya
menderita kelainan ( repository.ui.ac.id )

2.2. Pengertian Resiko

Resiko adalah suatu ukuran statistic dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan
gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari, misalnya terjadinya kematian, kesakitan atau cacad
pada ibu dan bayinya ( Dep./SMF Obstetri Ginekologi – Anestesi Reanimasi. Fak. Kedokteran UNAIR /
RSU Dr. Soetomo SURABAYA, 2008 ).

Resiko adalah kemungkinan kegawat atau kegawat-daruratan yang tidak diinginkan komplikasi
persalinan yang mengakibatkan kematian / kesakitan / kecacatan / ketidaknyamanan dan ketidak-
puasan pada ibu / bayi baru lahir. ( Pedoman Pemantauan Wiayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak Departemen Kesehatan, 2007 ).

Resiko adalah suatu ukuran statistic dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan
gawat yang tidak di inginkan di kemudian hari ( Rocjati P, 2008 )

2.3. Pengertian Faktor Resiko


Faktor resiko adalah karasteristik atau kondisi pada seseorang atau sekelompok ibu hamil yang
dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya kesakitan atau kematian pada ibu dan
atau bayinya.Untuk itu dibutuhkan sekali kegiatan skrining adanya faktor resiko pada semua ibu
hamil sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan( Rochjati P, 2008 )

Faktor Resiko adalah : kondisi pada ibu hamil / janin yang menyebabkan kemungkinan terjadinya
komplikasi persalinan dengan resiko kematian pada ibu dan bayi.( Pedoman Pemantauan Wiayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan, 2007 ).

2.4. Pengertian Kehamilan Dengan Faktor Risiko Tinggi

—-Kehamilan dengan faktor risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki keadaan tertentu
sehingga menyebabkan meningkatnya risiko selama kehamilan.5 Adapun faktor- faktor risiko tinggi
pada ibu hamil antara lain, adalah :

Primigravida kurang dari 20 tahun

Kehamilan dengan umur lebih dari 35 tahun

Anak lebih dari empat

Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun

Tinggi badan kurang dari 145 cm

Berat badan kurang dari 33 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23, 5 cm

Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi, dan riwayat cacat kongenital

Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul

HB kurang dari 11 gram % ( Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh, 2007 )

BAB III : PEMECAHAN MASALAH

Setiap ibu hamil mempunyai Potensi Risiko mengalami komplikasi persalinan dengan dampak
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan dan ketidakpuasan pada ibu dan atau bayi baru
lahir. Deteksi dini dan penanganan ibu hamil beresiko / komplikasi kebidanan perlu lebih
ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) maupun di masyarakat, dalam
rangka itulah deteksi ibu hamil berisiko / komplikasi kebidanan perlu difokuskan kepada keadaan
yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh dukun bayi

Tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Indonesia sebagian besar
disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas Pelayanan
kesehatan yang lebih mampu, faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi Skrining / Deteksi Resiko Tinggi Ibu Hamil sangat
memungkinkan penanganan dan rujukan ibu hamil beresiko sejak dini, serta identifikasi tempat
persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan resiko kehamilan yang di sandangnya ( Dinas
Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2007 )

Pemberdayaan ibu hamil suami, keluarga, besar sekali pengaruh dan manfaatnya terhadap
penurunan angka kematian ibu dan bayi. Melakukan pendekatan / kontak pro-aktif sejak kehamilan
muda kepada ibu hamil, suami keluarga, kunjungan ke rumah ibu hamil untuk :

1. Deteksi dini ibu hamil resiko tinggi melalui skrining pada semua ibu hamil di ikuti dengan KIE
berulang kali oleh ibu PKK, dukun, Bidan kepada ibu hamil, suami dan keluarga.

2. Pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai tempat dan penoong persalinan yang sesuai
dengan kondisi ibu hamil akan lebih mudah dengan persiapan / perencanaan serta kesiapan mental,
biaya dan transportasi

3. Pengiriman / transportasi, agar ibu / janin Resiko Tinggi dengan gawat – obstetrik ( GO ) atau ibu
dengan gawat darurat obstetrik ( GDO ) / Komplikasi persalinan dini datang di RS dalam kondisi baik

4. Di RS segera mendapatkan penanganan profesional adekuat oeh Dokter SpOG dan SpA

Ke empat upaya tersebut adalah sebagai pencegahan terhadap 4 Terlambat merupakan pendekatan
paradigma sehat yang berawal dari ibu hamil sehat di dukung oleh penanganan profesional melalui
paket kehamilan dan Persalinan Aman dengan hasil ibu / bayi hidup selamat.Untuk itu bagi semua
ibu hamil, ibu Gawat Obstetrik ( GO ), Gawat Darurat Obstetrik ( GDO ) dan Komplikasi Obstetrik ( KO
) dini telah di kembangkan suatu Model Rujukan Terencana. ( Poedji Rochjati P, 2007 )
3.1. Pemecahan Masalah Melalui Skrining AnteNatal Pada Ibu Hamil

Dimulai sejak dini pada awal kehamilan oleh petugas yang telah terlatih, tenaga kesehatan atau non
kesehatan di masyarakat, ibu PKK, Kader dukun, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan
skrining antenatal dilakukan melalui kunjungan rumah, yang merupakan langkah awal dari
pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan pencegahan kematian ibu hamil. Skrining pertama di lakukan
untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa dengan masalah, ini bertujuan untuk dapat menjaring,
menemukan dan mengenai masalah atau faktor risiko pada ibu hamil, memberi penyuluhan dalam
bentuk Komunikasi Informasi Edukasi mengenai masalah dan kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil,
suami dan keluarga, agar tahu dan peduli, dan dapat mempersiapkan dan merencanakan persalinan
aman, bila peru Rujukan Terencana ke RS dengan kesiapan mental, biaya dan transportasi.

Skrining dilakukan berulang kali, dalam trimester / tribulan I dan II satu kali dan dalam trimester ke
III dua kali, sehingga dapat di temukan secra dini faktor risiko yang berkembang pada umur
kehamilan muda dan kehamilan lanjut, adanya masalah selalu dapat ditemukan. ( Poedji Rochjati P,
2007 )

3.2. Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan Risiko Untuk Ibu Hamil

Dalam Ilmu Kebidanan modern terdapat Potensi Risiko, dimana dalam persalinan selalu ada
kemungkinan risiko / bahaya akan terjadinya komplikasi, baik pada Risiko Rendah maupun Ibu Risiko
Tinggi dapat menyebabkan kesakitan/ kematian pada ibu/ bayi. Pendekatan Risiko merupakan
peningkatan kewaspadaan dalam pelayanan kepada semua ibu hamil dengan perhatian lebih intensif
kepada Ibu Risiko Tinggi, sehingga Pencegahan proaktif terhadap komplikasi dengan kegawat-
daruratan obstetrik pada ibu/bayi dilakukan dini

Pendekatan Resiko pada ibu hamil merupakan :

1. Metoda : Meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan efesien dan efektif biaya, ada
jaminan ibu gawat – darurat obstetri di rujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan adekuat
spesialistik, dengan pencegahan Rujukan Estafet serta rujukan terlambat

2. Strategi : Mengembangkan pengambilan Keputusan oleh ibu hamil suami keluarga mengenai
tempat / penolong sesuai bagi ibu / janin untuk persalinan aman atau Rujukan Terencana bila di
butuhkan, ada kesiapan mental / biaya / transportasi dan merupakan prilaku pencegahan pro-aktif
terhadap komplikasi serta pencegahan Rujukan Terlambat.

3. Alat Manajerial : Memanfaatkan sumber daya kesehatan dan non – kesehatan yang ada secara
rasional dan reevan dengan masalah / faktor resiko dan kebutuhan ibu / janin baru lahir ( Rochjati,
2008 )

Dalam pendekatan risiko merupakan Pencegahan Pro-aktif dalam Pelayanan Kesehatan Dasar di
Masyarakat pedesaan.

3.3. Pemberdayaan Ibu Hamil, Suami dan Keluarga

Upaya pencegahan kematian ibu dapat dimulai dari upaya asuhan kesehatan ibu hamil didalam
keluarga. Ibu hamil sebagai salah satu anggota inti dalam keluarga mempunyai saat yang paling kritis
dalam kehidupannya yaitu masa persalinan.

Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang
tempat dan penolong untuk persalinan aman.

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan
untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk
Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.

Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk
mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu

1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi

2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga

3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan


4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat daruruat secara

memadai

3.4. Pemecahan Masalah Berbasis Keluarga di Masyarakat

Sejak kehamilan muda ( tribulan 1 ) pada ibu hamil dibutuhkan pengenalan dini adanya masalah (
faktor risiko ) misalnya umur ibu 35 tahun atau lebih, tinggi badan ≤/145 cm, ibu pernah melahirkan
dengan operasi Sesar, di sebut ibu Risiko Tinggi / ibu Risti , selanjutnya oleh bidan di desa, PKK atau
kader dapat dilakukan Komunikasi Informasi Edukasi/ KIE tentang kemungkinan terjadinya penyulit (
komplikasi dalam persalinan kepada ibu hamil, suami, keluarga agar tahu dan peduli, kontak pada
kehamilan lebih tua ( tribulan II atau III )

3.4.1. Ibu Hamil dengan masalah Primi Muda

Primi Muda adalah ibu hamil yang pertama dengan umur 16 tahun atau kurang

Masalah :

1. Rahim ibu masih belum masak

- Di khawatirkan keselamatan, kesehatan dan pertumbuhan janin dalam kandungan

2. Mental ibu belum dewasa

3. Adanya kemungkinan terjadinya kesulitan dan komplikasi daam persalinan

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :
1. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan, ibu mendapatkan 5 T :
Tablet zat besi, imunisasi TT 2 kali, Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus
uteri untuk memeriksa perkembangan dari kehamilan dan janinnya

2. Rujukan kehamilan – ibu primimuda kepada bidan di desa atau Bidan / Dokter Puskesmas

3. Pengenalan dini adanya masalah lain yang kemudian hari muncul misalnya penyakit ibu atau ada
nya kelainan pada kehamilan, misalnya terjadi perdarahan, tekanan darah tinggi dan kaki bengkak
pada keracunan kehamilan / pre eklamsi

4. Merencanakan tempat dan penolong untuk persalinan aman oleh bidan di desa bersama ibu
hamil, suami dan keluarga

3.4.2.Ibu Hamil dengan masalah Primi Tua

Primi Tua adalah Ibu Hamil pertama kali pada umur 35 tahun atau lebih.

Masalah pada umur 35 tahun atau lebih :

1. Pada tubuh ibu terjadi perubahan dari jaringan alat – alat kandungan dan jalan lahir oleh karena
proses menjadi tua, ebih kaku

2. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan bayi dengan cacat kelahiran

3. Pada Persalinan dapat terjadi komplikasi : Persalinan macet, perdarahan pasca persalinan.

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :
1. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan

2. ibu mendapatkan 5 T : Tablet zat besi, imunisasi TT 2 kali, Timbang berat badan, ukur tekanan
darah, ukur tinggi fundus uteri

3. Melakukan rujukan kehamilan – ibu primimuda kepada bidan di desa atau Bidan / Dokter
Puskesmas

4. Membantu menemukan sedini mungkin adanya penyakit dari ibu maupun masalah / faktor risiko
dari kehamilan misalnya perdarahan, kaki bengkak segera di rujuk ke puskesmas

5. Memberikan KIE kepada ibu hamil, suami, keluarga, membuat persiapan / perencanaan persalinan
aman agar melahirkan pada bidan di desa di polindes, bidan, dokter di Puskesmas atau Rumah Sakit

3.4.3. Ibu Hamil dengan masalah Primi Tua Sekunder

Primi Tua Sekunder adalah dimana kehamilan dan kelahiran anak yang terkecil 10 tahun lalu atau
lebih

Masalah pada Primi Tua Sekunder :

1. 10 tahun atau lebih ibu tidak pernah hamil dan melahirkan

2. Pengalaman hamil dan meahirkan sudah 10 tahun yang lalu, ibu sudah lupa, ibu cemas dan
khawatir membutuhkan pendamping dan penjelasan agar psikologis tenang

3. Umur ibu sudah bertambah tua ada kemungkinan timbul penyakit – penyakit pada tubuh ibu
hamil atau timbul masalah karena kehamilannya, misanya kaki bengkak, tekanan darah tinggi

4. Jalan lahir ibu sudah bertambah kaku, seolah – oah seperti melahirkan pertama lagi
Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan sampai dekat akan
menjelang melahirkan

2. Membantu menemukan sedini mungkin adanya penyakit dari ibu maupun masalah / faktor risiko
dari kehamilan misalnya perdarahan, kaki bengkak segera di rujuk ke puskesmas

3. Merencanakan persalinan aman oleh ibu PKK, bidan di desa kepada ibu hamil, suami, keluarga,
membuat persiapan / perencanaan persalinan aman agar melahirkan pada bidan di desa di polindes,
bidan, dokter di Puskesmas atau Rumah Sakit

4. Melakukan rujukan terencana dengan kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melahirkan
di Rumah Sakit

3.4.4. Ibu Hamil dengan masalah Grande Multi

Grande Multi adalah Ibu hamil yang telah pernah hamil dan melahirkan 4 kali atau lebih. Masalah
pada Grande Multi :

1. Kesehatan ibu hamil mudah terganggu kurang gizi, kurang darah atau anemia

2. Tampak ibu dengan perut menggantung disebabkan otot – otot perut

menjadi kendor, daam persalinan ada bahaya terjadi perdarahan pasca persalinan, di sebabkan oleh
dinding rahim dengan otot rahimnya kendor
Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan sampai dekat akan
menjelang melahirkan

2. Menganjurkan makan yang bergizi, kondisi ibu sehat mencegah terjadinya anemia, agar tidak
terjadinya perdarahan pasca persalinan atau persalinan macet

3. Merencanakan persalinan aman oleh ibu PKK, bidan di desa kepada ibu hamil, suami, keluarga,
membuat persiapan / perencanaan persalinan aman agar melahirkan pada bidan di desa di polindes,
bidan, dokter di Puskesmas atau Rumah Sakit

4. Memberikan KIE untuk kesiapan rujukan tepat waktuke Rumah Sakit, bila terjadi sewaktu – waktu
komplikasi dalam persalinan dengan kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melahirkan di
Rumah Sakit

3.4.5 Ibu Hamil dengan masalah Tinggi Badan 145 cm atau kurang

Ibu hamil dengan tinggi badan 145 cm atau kurang memerlukan perhatian khusus, ada 2
kemungkinan :

1. Panggul ibu dengan ukuran jalan lahir didapatkan sempit

2. Panggul ibu ukuran luas normal tetapi janinnya / kepalanya besar, di sebut ada ketidaksesuaian
antara ukuran luas panggul ibu dan ukuran besar kepala bayi dapat terjadi :

- Ukuran panggul norma pada bayi besar

- Besar bayi normal pada panggul sempit


Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan sampai dekat akan
menjelang melahirkan

2. Membantu menemukan adanya masalah / faktor risiko lain, misalnya adanya kelainan letak, letak
sungsang atau letak lintang

3. Persiapan / Perencenaan Persalinan Aman di bicarakan bersama bidan di desa dengan ibu hamil,
suami dan keluarga

4. Mencegah rujukan terlambat

3.4.6. Ibu Hamil dengan masalah Riwayat Obstetrik Jelek

Ibu hamil dengan riwayat obstetri jelek terjadi pada kehamilan ke II atau lebih, kehamilan yang lalu 2
kali atau lebih mengalami keguguran atau Abortus :

- Bayi lahir belum cukup bulan / prematur, berat lahir bayi kurang dari 2500 gram

- Bayi lahir hidup, lalu mati dengan umur 7 hari atau kurang

- Bayi lahir ( tidak ada tanda – tanda hidup, tidak bernafas / tidak menangis )

Masalah riwayat obstetrik jelek ada kemungkinan pada kehamilan ini terjadi kegagalan kehamilan
lagi, sangat membutuhkan upaya kelangsungan kehamilan dan penyelamatan janin / bayi.
Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan sampai dekat akan
menjelang melahirkan

2. Rujukan kehamilan : ibu diperiksa di Rumah Sakit oleh Dokter Spsialis Kebidanan untuk mencari
penyebab dari kegagalan kehamilan yang lalu

3. Ibu suami keluarga sepakat melahirkan di RS, ada kesiapan mental, biaya, transportasi

3.5.7. Ibu Hamil dengan masalah Bekas Seksio Sesaria

Ibu pernah hamil dan melahirkan bayinya dengan pertolongan operasi sesar, dapat timbul bahaya
pada kehamilan bekas seksio sesar seperti terjadi robekan rahim, sangat berbahaya bagi ibu karena
pada tepat robekan terjadi perdarahan banyak kemudian terjadi infeksi dalam rongga perut ibu serta
ibu dapat meninggal

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan, ke bidan terdekat dan
mendapat 5 T

2. Merencanakan persalinan aman, dan melakukan pencegahan rujukan terlambat, yang dapat
berbahaya bagi ibu dan bayinya

3.4.8. Ibu Hamil dengan masalah Kurang Darah - Anemia


Adanya anemia ( kurang darah ) perlu di duga ibu hamil dengan keluhan lemas badan, merasa cepat
lelah, ibu tampak pucat pada muka, kelopak mata, lidah dan bibir, pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar Haemoglobin ( HB ) dalam darah kurang dari 10 gram persen

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Membantu menemukan dini adanya anemia pada ibu hamil, segera merujuk ke bidan terdekat

2. Memberikan KIE perawatan kehamian yang teratur ke Bidan di desa 4 kali ( 1-1-2 kali )

3. Memberikan KIE banyak istirahat dan kerja ringan, memberikan anjuran makan makanan
mengandung protein ( tahu, tempe dll ), sayuran hijau.

4. Melakukan rujukan kehamilan kepada Bidan di desa dan ke Dokter Puskesmas, Ibu hamil sangat
membutuhkan tablet zat besi dan pengobatan untuk penyakit ibu yang menyebabkan anemia.

5. Membuat perencanaan persalinan aman dengan bidan di desa dan ibu hamil, suami, keluarga
untuk melahirkan di Puskesmas

3.4.9. Ibu Hamil dengan masalah Malaria

Adalah ibu hamil dengan penyakit malaria dengan keluhan : panas tinggi, menggigil, sakit kepala,
muntah – muntah. Pada pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah, di temukan parasit malaria
yang di sebut plasmodium malaria. Pengaruh malaria terhadap kehamilan, yang di sebabkan oleh
suhu yang tinggi pada waktu serangan, dapat terjadi keguguran atau abortus, kematian janin dalam
kandungan, persalinan prematur

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Membantu menemukan dini ibu hamil dengan penyakit malaria dan keluhan / gejala dari anemia
1. Komunikasi, Informasi, Edukasi / KIE, bila mungkin tidur pakai kelambu

2. Memberikan Komunikasi, Informasi, Edukasi / KIE berobat ke Puskesmas

3. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar melakukan perawatan
kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan, ibu mendapatkan 5 T :
Tablet zat besi, imunisasi TT 2 kali, Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus
uteri untuk memeriksa perkembangan dari kehamilan dan janinnya

4. Membuat perencanaan persalinan aman pada bidan di desa / Puskesmas rawat inap

5. Ibu hamil dengan malaria dan anemia berat di lakukan Rujukan Dini Berencana untuk melahirkan
di Rumah Sakit

3.4.10. Ibu Hamil dengan masalah Keracunan Kehamilan ( Pre Eklamsi Berat )

Pre Eklamsi berat terjadi apabila pre eklamsi ringan tidak di rawat dengan baik dengan gejala :
Oedem meluas pada muka, diding perut, tekanan darah meningkat sekali, di sertai dengan keluhan :
sakit kepala, pengihatan kabur, nyeri di ulu hati, perasaan mual dan mau muntah, bila memburuk di
sertai dengan kejang – kejang dan koma sering mengakibatkan kematian ibu dan bayi

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Membantu menemukan sedini mungkin tanda oedem / pembengkakan pada tungkai /


pembengkakan pada tungkai

2. Merujuk dengan cepat ke Bidan di desa atau bidan / Dokter Puskesmas terdekat

3. Melakukan rujukan tepat waktu, pada ibu Eklampsi di antar oeh bidan dan keluarga
3.4.11. Ibu Hamil dengan masalah Hamil Kembar

Adalah ibu hamil dengan janin 2 atau lebih daam rahim ibu, masalah pada kehamilan kembar dapat
terjadi keracunan kehamilan, kembar air ( air ketuban banyak ), ibu kurang darah / anemia

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Membantu menemukan sedini mungkin adanya dugaan kehamilan kembar, yang di sertai dengan
tanda perut membesar dengan cepat tidak sesuai dengan umur kehamilan

2. Bila ada dugaan hamil kembar, ibu PKK memberi KIE :

- Memeriksaan kehamilan kepada Bidan di desa atau Dokter untuk menentukan apakah memang
bayi kembar

- Pada kehamilan kembar agar periksa kehamilan, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali pada tiap tribulan,
ibu mendapatkan 5 T : Tablet zat besi, imunisasi TT, Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur
tinggi fundus uteri, adanya anemia dan preeklamsi

- Rujukan sedini mungkin bila ada tanda – tanda keracunan kehamilan dan kurang darah

3.4.12 Ibu Hamil dengan masalah Hidramnion ( Kembar Air )

Adalah kehamilan dengan banyaknya air ketuban lebih dari 2 iter, perkembangan hidramnion
biasanya terjadi dalam tribulan III, bahaya yang terjadi pada kehamilan :

1. Keracunan Kehamilan – pre eklamsi / eklamsi


2. Cacat bawaan pada bayi / bayi kecil

3. Kelainan letak, letak sungsang / letak lintang

Bahaya yang terjadi pada persalinan :

1. Persalinan prematur, kurang bulan, berat lahir kurang dari 2500 gram

2. Setelah ketuban pecah dapat terjadi tali pusat membumbung

3. Perdarahan pasca persalinan

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Bila ada dugaan hidramniom, yaitu perut ibu hamil sangat membesar kadang-kadang disertai
keluhan’sukar bernapas’, maka segera dirujuk ke Bidan di desa atau ke puskesmas. (Dugaan; ada
hamil kembar atau kembar air)

2. Memberi komunikasi, Informasi, Edukasi ( KIE) periksa hamil yang teratur

3. Membuat persiapan/ perencanaan untuk persalinan aman dengan ibu hamil, suami, keluarga dan
bidan di desa daam pengambilan keputusan untuk melahirkan di rumah sakit.

4. Melakukan Rujukan Dini Berencana (RDB) ke rumah sakit, lebih-lebih bila hidramnion
menyebabkan ibu hamil sangat sesak nafas.

3.4.13. Ibu Hamil dengan masalah Janin mati dalam kandungan


Adalah ibu hamil dengan keluhan tidak merasa gerakan anak, perut dirasa mengecil oleh karena
rahim tidak membesar, payudara mengecil. Bahaya yang ditimbulkan janin mati dalam kandungan
lebih dari 4(empat) minggu adalah timbulnya gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan zat-zat
berasal dari jaringan mati dari buah kehamilan yang masuk dalam peredaran darah ibu.

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Membantu menemukan dini adanya janin mati dalam kandungan dengan cara mendengarkan
keluhan dan menanyakan pada ibu hamil, seperti apakah merasakan gerakan anak?, apakah perut
sang ibu terasa mengecil atau tidak membesar lagi? Apakah payudara ibu mengecil?

2. Memberikan KIE agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke bidan di desa atau puskesmas
terdekat.

3. Membuat pengambillan keputusan dengan ibu hamil, suami dan keluarga, dan bidan di desa
untuk merujuk ke rumah sakit.

4. Menganjurkan si ibu untuk melahirkan janin yang telah mati lebih dari 4 minggu dengan cara obat
perangsang atau sering di sebut persalinan anjuran.

3.4.14 Ibu Hamil dengan masalah hamil lewat bulan / hamil serotinus

Hamil lewat bulan adalah umur kehamilan 42 minggu atau lebih, masalah dan bahaya yang di
timbulkan dari hamil lewat bulan : pada umur kehamilan 42 minggu atau lebih, uri sebagai organ
atau alat penyalur makanan zat asam dari ibu ke janin mengalami proses menjadi tua, akibatnya
fungsinya menurun timbul bahaya janin kekurangan dan zat asam akibatnya :

1. Janin menjadi kurus, kulit mengkisut, lemak pada kulit sangat berkurang dan berat lahir bayi
menurun kurang dari 2500 gram

2. Janin dapat mati dalam rahim


Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Memberikan penyuluhan atau komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil, suami dan
keluarga mengenai :

- Pengertian kehamilan lebih bulan

- Bahaya pertolongan yang dibutuhkan oleh ibu dengan hamil serotinus

2. Membuat persiapan/ perencanaan untuk persalinan aman dengan ibu hamil, suami, keluarga dan
bidan di desa daam pengambilan keputusan untuk melahirkan di rumah sakit.

3. Membantu kesiapan mental biaya transportasi, lebih – lebih untuk ibu hamil serotinus dari
keluarga miskin ( Gakin ) oleh masyarakat, melaui Gerakan Sayang Ibu di kecamatan atau kelurahan
dapat di koordinir adanya ambuans desa dan dana sehat

3.4.15. Ibu Hamil dengan masalah kelainan letak / letak sungsang dan letak

lintang

Dalam kehamilan dengan letak normal kepala janin terletak di bagiab bawah rahim, letak sungsang
dan letak lintang biasanya pada kehamilan tua 8 – 9 bulan atau 36 – 38 minggu di dalam rahim

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Menemukan dini adanya dugaan letak sungsang dan letak lintang

2. Merujuk ke bidan / puskesmas terdekat bila menduga letak sungsang atau lintang
3. Memberi KIE kepada ibu hamil, suami dan keluarga agar : “ Tahu – Peduli – Sepakat dan Gerak

4. Mencegah terjadinya Rujukan Terlambat

3.4.16. Ibu Hamil dengan masalah perdarahan ante partum

Perdarahan ante paartum adalah perdarahan yang terjadi sebelum bayi lahir, perdarahan terjadi
pada kehamilan tribulan terakhir setelah 28 minggu atau lebih, perdarahan dapat keuar sedikit
sedikit, sekaligus banyak sekali.

Bahaya perdarahan yang dapat timbul sebelum bayi lahir, bila perdarahan banyak :

1. Dapat membahayakan ibu menjadi kurang darah, shock dan ibu meninggal

2. Dapat membahayakan janinnya yaitu bayi mati dalam kandungan

3. Tindakan operasi sesar terpaksa di lahirkan walaupun kehamilan belum cukup dalam upaya
penyelamatan ibu dan bayi, bayi lebih prematur

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan
masyarakat :

1. Melapor atau merujukan dengan cepat kepada bidan di desa atau puskesmas terdekat

2. Membantu bidan memasang infus agar ibu mendapat cairan selama perjalanan, dan ibu tidak
menjadi syok.

3. Memberikan penyuluhan KIE kepada ibu hamil, suami dan keluarga segera merujuk sebagai
Rujukan Tepat Waktu (RTW) ke rumah sakit.
4. Membantu kesiapan mental biaya dan transportasi agar ibu segera mendapat pertolongan
adekuat di rumah sakit dengan bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam koordinasi oleh kepala
desa atau Gerakan Sayang Ibu (GSI) kelurahan.

Anda mungkin juga menyukai