Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

BERBASIS BLENDED LEARNING DI SMA

Hafidz Gusdiyanto
Jurusan Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Email: hafidgusdiyanto@gmail.com

Abstract: The development of technology and internet network at this


time has grown very quickly. This rapid technological development has
had an impact on human life. One of them is blended learning. Blended
learning is the combination technology newest and it can help student
access material of learning with online, offline, and face to face. So with
introduction blended learning to physical education, will hope can
increase the quality teacher for learning process better.

Keywords: sport education, blended learning, techncology

Abstrak: Perkembangan teknologi dan jaringan internet pada saat


ini telah berkembang dengan sangat cepat. Perkembangan
teknologi yang sangat cepat ini telah memberikan pengaruh bagi
kehidupan manusia. Salah satunya adanya pembelajaran berbasis
blended learning. Pembelajaran blended learning adalah cara
belajar yang dikombinasikan dengan teknolgi masa kini yang
mampu membantu siswa mengakses materi pembelajaran dengan
cara online maupun offline dan tatap muka sebagai bagian dari
pembelajaran. Sehingga dengan pengenalan pembelajaran berbasis
blended learning pada pendidikan jasmani dan olahraga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas guru untuk dapat menguasai
pembelajaran berbasis blended learning agar pembelajaran menjadi
lebih baik.

Kata Kunci: pendidikan olahraga, blended learning, teknologi

Sekarang ini, kita telah memasuki masa yang disebut sebagai abad
pengetahuan (knowledge age). Tahapan perkembangan budaya manusia terdiri
atas empat tahap, yaitu: abad agraris (sebelum tahun 1880), abad industri (1880–
1985), abad informasi (1955–2000), dan abad pengetahuan (1995–sekarang)
(Galbreth, 1999). Tahapan tonggak-tonggak sejarah peradaban manusia tersebut

1
dilalui melalui belajar sepanjang hayat. Pada abad pengetahuan, berbagai
karakteristik yang melingkupi kehidupan sangat berbeda dengan karakteristik
kehidupan pada abad industri dan abad pertanian. Pada abad pengetahuan
teknologi utama yang menjadi landasannya adalah komputer, pada abad industri
berupa mesin, sedangkan pada abad pertanian adalah bajak.
Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan
pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai
pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar di mana saja, artinya
orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan.
Kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam.
Dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat.
Melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD
ROM, radio, televisi, dan sebagainya.
Ciri-ciri pembelajaran pada abad pengetahuan, yaitu: guru sebagai
fasilitator, pembimbing dan konsultan, guru sebagai kawan belajar, belajar
diarahkan oleh orang yang belajar, belajar secara terbuka, fleksibel sesuai
keperluan, belajar terutama berdasarkan proyek dan masalah, berorientasi pada
dunia empirik dengan tindakan nyata, metode penyelidikan dan perancangan,
menemukan dan menciptakan, kolaboratif, berfokus pada masyarakat, hasilnya
terbuka, keanekaragaman yang kreatif, komputer sebagai peralatan semua jenis
belajar, interaksi multimedia yang dinamis, serta komunikasi yang tidak terbatas.
Dengan demikian, pembelajaran adalah upaya menata lingkungan sebagai
sumber belajar agar terjadi proses belajar pada diri si pebelajar. Upaya menata
lingkungan dilakukan dengan menyediakan sumber-sumber belajar, misalnya:
guru, buku teks, bahan pembelajaran, orang sumber, televisi, VCD, radio-kaset,
majalah, koran, internet, CD ROM, lingkungan dan bahkan juga temannya
sendiri. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi
antara pebelajar yang belajar dengan pembelajar. Bukan terletak pada pengajar
yang menyampaikan informasi. Dengan demikian, rekayasa pembelajaran yang
utama adalah penyediaan sumber-sumber belajar. Guru bukan satu-satunya
sumber belajar, ia hanya salah satu bagian dari sumber belajar. Semua sumber-
sumber belajar dirancang agar dapat mendorong prakarsa dan proses belajar

2
menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik, agar pebelajar tetap “betah” untuk
terus belajar. Oleh karena itu, fungsi guru akan berubah ke arah guru sebagai
pengelola pembelajaran. Fungsi guru yaitu merancang penyediaan sumber-sumber
belajar agar belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih menarik, dan lebih
menyenangkan.

Pembahasan
A. Pembelajaran Berbasis Blended Learning
Secara etimologi istilah blended learning berasal dari bahasa inggris,
terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Kata blended berarti campuran,
bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik (Collins Dictionary)
atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English
Dictionary) (Heinze and Procter, 2006:236). Sedangkan learning memiliki makna
umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola
pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara
satu pola dengan pola yang lainnya.
Menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), blended learning
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran
tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber
belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru
dan siswa. Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber
belajar online, terutama yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan
tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung
lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.
Anthony G. Picciano and Charles D. Dziuban (2007), dalam buku Blended
Learning Research Perspectives menjelaskan bahwa definisi pembelajaran online
saja tidak bisa disama artikan dengan pembelajaran blended learning. Jadi
blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan
berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan
berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka
(pembelajaran secara konvensional, dimana antara pebelajar dan pemelajar saling

3
berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai
bahan-bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang
telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan blended learning
tidak terjadi begitu saja. Tapi terlebih dulu harus ada pertimbangan karakteristik
tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran yang relevan
serta memilih dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan konvensional
dan aktivitas mana yang relevan untuk online learning.
Pembelajaran berbasis blended learning berkembang sekitar tahun 2000
dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan
perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber
belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar
dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap
muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya,
pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi
sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam
media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi
video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja
sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran
blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar
terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga
belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
John Watson (2008) blended learning, juga disebut sebagai pembelajaran
hybrid, menggabungkan fitur terbaik dari sekolah tradisional dengan keunggulan
pembelajaran online untuk memberikan personalisasi, instruksi dibedakan di
sekelompok peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan
Moskal (dalam Mutohir 2011:212) menemukan bahwa program blended learning
memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan juga menurunkan
tingkat putus sekolah dibandingkan dengan pembelajaran yang sepenuhnya
pembelajaran online. Demikian juga ditemukan bahwa model pembelajaran
berbasis blended lebih baik daripada pembelajaran tatap muka (face to face).
Pembelajaran berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil
belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga

4
mode pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas
tradisional, yang blended, dan yang sepenuhnya online. Para peneliti memberikan
bukti yang menunjukkan bahwa blended learning menghasilkan perasaan
berkomunitas lebih kuat antar mahasiswa daripada pembelajaran tradisional atau
sepenuhnya online (Rovai dan Jordan, 2004).

B. Keuntungan Belajar Berbasis Blended Learning


Dalam penelitian Bridget Frugoli Melton, dkk, (2009) menyatakan jika
dibandingkan dengan pembelajaran yang berbasis tatap muka (tradisional),
pembelajaran dengan menggunakan berbasis blended learning lebih baik dalam
meningkatkan tingkat belajar dan hasil prestasi peserta didik. Evrin Baran, (2014),
juga menyatakan bahwa dengan mengunakan pengajaran berbasis blended
learning ini dapat memudahkan guru itu sendiri. Berdasarkan perkembangan
teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, saat ini tidak ada metode
pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran pelatihan,
karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak
memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa
ke mana-mana tanpa menggunakan listrik. Sedangkan komputer mempunyai
keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar, film,
animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi mobilitasnya
terbatas karena bergantung kepada daya listrik.
Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk tujuan
belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu. Demikian juga metode
pembelajaran untuk siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat efektif, tetapi
tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu
diperlukan metode pembelajaran yang berbeda untuk karakteristik pebelajar yang
berbeda. Untuk memenuhi semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik
orang yang belajar maka pendekatan melalui blended learning adalah sangat tepat.
Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih professional
untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan
memiliki daya tarik yang tinggi.

5
Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis
blended learning bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah: 1) memperluas
jangkauan pembelajaran/pelatihan, 2) kemudahan implementasi 3) efisiensi biaya,
4) hasil yang optimal, 5) meningkatkan daya tarik pembelajaran. Baharul Islam,
dkk, (2014), melakukan penelitian dengan subyek anak-anak dengan
mengembangkan materi pembelajaran visual dalam bentuk video dan hasilnya
adalah respon siswa dan persepsi yang sangat positif terhadap pengajaran berbasis
blended learning. Selain itu dalam penelitian Cara L. Sidman, dkk, (2014), juga
menambahkan kesimpulan keuntungan dari pembelajaran berbasis blended
learning yaitu siswa secara signifikan meningkat dalam hal motivasi hidup dalam
menjalani hidup sehat dan akan tertanam di otak seumur hidup mereka.

C. Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Olahraga Berbasis Blended


Learning di SMA
Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari program
pendidikan jasmani. Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak diartikan
sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan
keterampilan gerak yang berhubungan dengan olahraga. Keterampilan gerak
tersebut selanjutnya dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu yang
memungkinkan anak mampu untuk melaksanakannya dengan tenaga yang efisien
dan sesuai dengan keadaan lingkungan dan tujuan yang dimaksud. Ketika anak
telah memiliki keterampilan gerak dasar yang matang selanjutnya dapat
menerapkan kedalam berbagai permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum mencapai pada keterampilan gerak yang diinginkan, tentunya
melalui tahapan-tahapan. Gabbard, LeBlanc, dan Lowy (1987) mengutarakan
tahapan kerja motorik pada tabel dibawah ini.

6
Jadi untuk siswa SMA tahap geraknya adalah sudah mencapai spesialis.
Itu berarti dapat diartikan untuk jenjang tingkat SMA, siswa diharapkan sudah
mampu melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga tertentu. Disini
dengan menggunakan pembelajaran berbasis blended learning, guru olahraga
dapat memanfaatkan dari pembelajaran blended learning tersebut melalui tiga
sumber belajar utama, yaitu pembelajaran: (1) tatap muka, (2) offline, (3) online.
Contoh pengaplikasian dari tatap muka yaitu guru mengajak diskusi siswa
tentang cabang olahraga tertentu dan memberikan contoh gerakan-gerakan dasar.
Kemudian dari salah satu siswa yang dianggap mampu melakukan gerakan-
gerakan dasar dengan baik disuruh maju untuk mempraktekkan sebagai contoh
dan kemudian mengajarkan kepada siswa lain yang belum mampu melakukan
gerakan dasar dengan baik.
Sedangkan contoh dari offline yaitu guru memberikan video tentang
gerakan dasar cabang olahraga tertentu. Dari melihat video tersebut siswa
diharapkan mampu mengikuti dan mempraktekkannya dengan dengan benar,
karena dengan video tersebut siswa dapat memperlambat video atau
memberhentikan (pause) pada saat gerakan yang belum mereka kuasai.
Dan contoh dari online yaitu guru memberikan tugas untuk melakukan
gerakan dasar dari cabang olahraga tertentu. Disini siswa merekam gerakan
mereka dengan dibantu teman atau siapa saja dan dapat dilakukan di luar jam
sekolah. Setelah terekam mereka harus mengupload/share ke media sosial.
Media yang digunakan dalam pembelajaran mampu memberikan contoh
yang konkrit seperti video gerakan yang akan diperagakan oleh peserta didik,
sehingga peserta didik tertarik unutk mengikuti pembelajaran. Guru merancang
materi dengan visualisasi yang unik sehingga siswa dengan karakter masih
kekanak-kanakan gemar untuk membaca materi yang disediakan. Peran guru
dalam tatap muka untuk mengawasi serta memberi arahan pada siswa selama jam
pelajaran berlangsung. Karateristik anak pada tingkat Sekolah Menengah Atas
dalam belajar sudah menjurus kebidang cabang olahraga tertentu. Dengan adanya
pencampuran cara belajar maka siswa akan mendapat pengalaman belajar yang
bisa meningkatkan minat belajar karena tersedianya tampilan yang unik pada
pembelajaran baik itu mengenai teori dan praktik yang dirancang sedemikian rupa

7
menggunakan musik, video maupun gambar sehingga tidak membosankan selama
pelajaran berlangsung.
Dengan pembelajaran berbasis blended learning akan memudahkan bagi
pebelajar (learner) untuk mengakses pembelajaran penjas dengan menggunakan
berbagai modus belajar. Melalui pembelajaran berbasis blended learning juga
akan meningkatkan keterampilan soft skill (keterampilan memanfaatkan teknologi
informasi) bagi pelajar dan mahasiswa. Melalui pembelajaran berbasis blended
learning akan membangun jembatan antara konteks pembelajaran yang bersifat
teaching-based, instructor-mediated ke arah konteks pembelajaran yang bersifat
learning-based. Keuntungan yang akan diperoleh melalui pembelajaran ini
terutama untuk menyediakan sumber-sumber belajar bagi mahasiswa yang
berpeluang untuk mengembangkan setiap individu mencapai kemampuan optimal
dalam keterampilan hard skill maupun soft skill.

Kesimpulan
Blended learning adalah cara belajar yang dikombinasikan dengan
teknolgi masa kini yang mampu membantu siswa mengakses materi pembelajaran
dengan cara online maupun offline dan tatap muka sebagai bagian dari
pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dan perancang pembelajaran dengan
menyediakan bahan ajar yang menarik menggunakan teknologi saat ini. Tatap
muka dilakukan sebagai bagian dari blended learning yang merupakan tugas guru
sebagai pengawas kegiatan siswa saat praktik pada jam pelajaran.
Materi yang dirancang manarik untuk dipelajari siswa dan dapat diakses
kapan saja dan dimana saja dapat mempercepat transfer ilmu kepada siswa dan
dapat menyesuiakan karakter belajar siswa. Penggunaan pembelajaran tatap muka
dan online atau offline pada bidang studi olahraga di sekolah dengan porsi yang
sesuai dengan kebutuhan belajar dan karakter siswa. Blended learning mampu
memberikan contoh yang benar-benar nyata dalam sebuah praktik olahraga karena
siswa dapat melihat video dan menganilisis gerakan yang kemudian dilanjutkan
oleh siswa untuk melakukan gerakan tersebut. Hal ini sangat membantu guru
dalam proses pembelajaran pada bidang studi pendidikan jasmani khususnya di
SMA.

8
Saran
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan hal baru dalam dunia
pendidikan olahraga. Karena sebagian besar guru olahraga masih bersifat
tradisional. Dengan pengenalan pembelajaran berbasis blended learning pada
pendidikan jasmani dan olahraga diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru
untuk dapat menguasai pembelajaran berbasis blended learning agar pembelajaran
menjadi lebih baik.

9
DAFTAR RUJUKAN

Baran, Evrim. 2014. A Review of Research on Mobile Learning in Teacher


Education. Educational Technology & Society. 17 (4): 17-32.

Georgia, Bridget Melton. 2009. Achievement and Satisfaction in Blended


Learning versus Traditional General Health Course Designs.
International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3
(1): 1-13.

Islam, Baharul, dkk. 2014. Child Education Through Animation: An Experimental


Study. International Journal of Computer Graphics & Animation. 4 (4):
43-52.

John Watson. 2008. Blending Learning: The Evolution of Online and Face-to-
Face Education from 2008–2015. Evergreen Education Group.

Picciano, Anthony G, dan Charles D. Dziuban. 2009. Blended Learning Research


Perspectives. United States of America: Sloan-CTM

Sidman, Cara L., dkk. 2014. Comparison of College Student Knowledge across
Delivery Formats in a Required Physical Activity and Wellness Course.
MERLOT Journal of Online Learning and Teaching. 10 (4): 590-597.

10

Anda mungkin juga menyukai