Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENJASORKES BERBASIS BLENDED

LEARNING PADA JENJANG SATUAN PENDIDIKAN


SEKOLAH MENENGAH ATAS/KEJURUAN

Septian Raibowo
Pendidikan Olahraga
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
septianraibowompor@blendedlearning.id

Abstrak; Dunia pendidikan termasuk yang paling diuntungkan dari kemajuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Dari eksplorasi sumber
belajar berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah,
sampai konsultasi/diskusi dengan para pakar/ahli di dunia. Semua bisa dengan mudah
dilakukan tanpa adanya batas karena setiap individu dapat melakukannya sendiri. Dampak
yang sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru dalam sistem
pendidikan di dunia ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengembangan model-model
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran berbasis teknologi informasi.
Tulisan ini membantu memberikan informasi kepada pendidik mengenai bagaimana
mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan preferensi sesuai kebutuhan
belajar siswa. Siswa memiliki pengetahuan tentang bagaimana memberikan peluang yang
praktis dan realistis, salah satunya dengan menggabungkan beberapa aspek yang terbaik
dari pembelajaran konvensional (tatap muka) dan pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi yang dilakukan secara online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk
melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif, sedangkan kelas online memberikan
pendidik bagi para peserta dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada
setiap saat, dan di mana saja selama tersedia akses internet. Penggabungan kedua bentuk
pembelajaran ini yang dinamakan sebagai Blended Learning
Kata Kunci : Blended Learning, Penjasorkes, Karakter anak SMA/SMK

Pendidikan Jasmani adalah suatu jasmani merupakan bagian yang integral


proses yang dilakukan secara sadar dan dari proses pendidikan total, dan
sistematik melalui berbagai kegiatan merupakan lahan untuk mencoba
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan mencapai tujuan untuk mengembangkan
jasmani, kesehatan dan kebugaran kebugaran fisik, mental, emosi dan sosial
jasmani, kemampuan dan keterampilan, rakyat melalui media aktivitas fisik.
kecerdasan dan perkembangan watak Rumusan Bucher ini mirip dengan
serta kepribadian yang harmonis dalam rumusan batasan dalam GBPP untuk
rangka membentuk manusia indonesia Dikjas bahwa pendidikan jasmani
seutuhnya yang berkualitas berdasarkan merupakan proses interaksi antara peserta
Pancasila (Cholik dan Lutan dalam didik dengan lingkungan, melalui
Simanjuntak, 2008:4). aktivitas jasmani yang dikelola secara
Sedangkan menurut Bucher sistematik untuk menuju manusia
(dalam Sukintaka, 2003: 4), pendidikan Indonesia seutuhnya.

1
Studi Agnes Stoodley (1974) di meliputi pola hidup sehat sebagai akibat
Stanford University dengan menganalisis suatu aktifitas fisik aktualisasi diri
22 literatur yang berbeda, menghasilkan 5 dankontrol diri
komponen tujuan pendidikan jasmani, Dalam undang-undang R.I No. 3
yaitu: pengembangan kesehatan, tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
pengembangan mental-emosional, Nasional, istilah yang dipakai untuk
pengembanganneomuscular,pengembaan olahraga di sekolah adalah olahraga
sosial,dan pengembangan intelektual pendidikan. Pada Bab VI pasal 17
Jewet dan Mullan (1977) disebutkan bahwa olahraga pendidikan:
dibawah sponsor AAHPERD (1) diselenggarakan sebagai bagian
mengembangkan kerangka tujuan dalam proses pendidikan, (2) dilaksanakan baik
kurikulum. Kerangka kerjaitu membagi 3 pada jalur pendidikan formal
hal utama yang merupakan kata kunci maupun nonformal melalui kegiatan
dalam menentukan kata tujuan intrakurikuler dan/atau ekstra kurikuler,
pendidikan jasmani hubugannya dengan (3) dimulai sejak usia dini, (4) dibimbing
gerak manusia, yaitu: pengembangan oleh guru/dosen olahraga dan dapat
individu, lingkungan, dan interaksi sosial. dibantu oleh tenaga keolahragaan yang
Annarino (1978) dalam bukunya disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
Bucher (1983) telah memberikan Berdasarkan pemahaman bahwa
taksonomi khusus yang dipakai untuk pendidikan jasmani merupakan bagian
mendidik jasmani yang tebagi menjadi 4 integral dari pendidikan dan
domain yaitu: (1) Domain Fisik/Jasmani, pembelajaran, maka peningkatan kualitas
suatu pengembangan organ-organ tubuh, pembelajaran pendidikan jasmani harus
meli-puti: pengembangan kekuatan, berorientasi pada kecenderungan-
ketahanan dan kelenturan; (2) Domain kecenderungan global pengembangan
psikomotor, pengembangan dari sistem pembelajaran.
syaraf dan kelompok dan Pada abad ke 21 ini salah satu
kelompok otot sehingga menghasilkan pembelajaran penjas yang cukup menarik
gerak, meliputi; pengembangan dan banyak diperbincangkan adalah
kemampuan pemahaman gerak, pembelajaran penjas berbasis blended
hinestetis, ketrampilan gerak dasar;(3) learning. Blended learning terdiri dari
Domain Kognitif, pengembangan kata blended (kombinasi/ campuran) dan
intelektual meliputi; pengem-bangan learning (belajar). Istilah lain yang sering
pengetahuan serta ketrampilan- digunakan adalah hybrid course (hybrid =
keterampilan intelektual dan kecakapan campuran/kombinasi, course = mata
tertentu; (4) Domain Afektif, kuliah). Makna asli sekaligus yang paling
pengembangan sosio-personal-emosional umum blended learning mengacu pada

2
belajar yang mengkombinasi atau terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan
mencampur antara pembelajaran tatap berkembang sepanjang hayat, sehingga
muka (face to face = f2f) dan belajar akan menjadi lebih efektif, lebih
pembelajaran berbasis komputer efisien, dan lebih menarik.
(online dan offline). Istilah blended Secara konseptual blended
learning pada awalnya digunakan untuk learning masih diperdebatka. Jay Cross
menggambarkan mata kuliah yang dalam mengantar buku The Handbook of
mencoba menggabungkan pembelajaran Blended Learning secara sinic
tatap muka dengan pembelajaran online. menyebutnya sebagai Useless concept
Saat ini istilah blended menjadi populer, karena meragukan pendekatan ini dapat
maka semakin banyak kombinasi yang meningkatkan hasil belajar. Sekalipun
dirujuk sebagai blended learning. demikian berbagai riset menunjukkan
Namun, pengertian pembelajaran cepat atau lambat akan
berbasis blended learning adalah menggantikan model pembelajaran
pembelajaran yang mengkombinasi tradisional karena akan terjadi percepatan
strategi penyampaikan pembelajaran ganda dalam cara anak didik dalam
menggunakan kegiatan tatap muka, memenuhi kebutuhannya belajar sebagai
pembelajaran berbasis komputer (offline), akibat dari percepatan inovasi teknologi
dan komputer secara online (internet dan dalam bidang pendidikan (Yusuf, 2011:
mobile learning). 233)
Pembelajaran blended dapat Dewasa ini, kecenderungan
menggabungkan pembelajaran pembelajaran masa depan telah
tatap muka (face-to-face) dengan mengubah pendekatan pembelajaran
pembelajaran berbasis komputer. tradisional ke arah pembelajaran masa
Artinya, pembelajaran dengan depan yang disebut sebagai pembelajaran
pendekatan teknologi pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat
dengan kombinasi sumbersumber belajar belajar di mana saja, artinya orang dapat
tatap muka dengan pengajar maupun yang belajar di ruang kelas/kuliah, di
dimuat dalam media komputer, telpon perpustakaan, di rumah, atau di
seluler atau iPhone, saluran televisi jalan, kapan saja, tidak sesuai yang
satelit, konferensi video, dan dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau
media elektronik lainnya. Pebelajar dan malam, dengan siapa saja, melalui guru,
pengajar/fasilitator bekerja sama untuk pakar, teman, anak, keluarga atau
meningkatkan kualitas pembelajaran. masyarakat; melalui sumber belajar apa
Tujuan utama pembelajaran saja, melalui buku teks, majalah, koran,
blended adalah memberikan kesempatan internet, CD ROM, radio, televisi, dan
bagi berbagai karakteristik pebelajar agar sebagainya.

3
Agar para pengajar Pendidikan Pembahasan
Jasmani, Olahraga dan kesehatan pada Strategi Blended Learning
berbagai jenjang sensitif terhadap Blended learning pada dasarnya
perkembangan pengetahuan tentang adalah suatu sistem belajar yang
pembelajaran masa depan, diperlukan memadukan antara belajar secara face to
serangkaian kegiatan untuk face (bertemu muka/klasikal) dengan
mengembangkan pembelajaran. Kegiatan belajar secara online (melalui
ini sangat urgent dilakukan untuk penggunaan fasilitas/media internet). Ada
memfasilitasi upaya peningkatan kualitas beberapa pendapat yang berbeda dari para
pembelajaran dengan menggunakan ahli yang menentukan prosentase untuk
pembelajaran berbasis blended learning. masing masing cara, baik itu yang
Dengan pembelajaran berbasis blended sifatnya face to face atau online. Sloan
learning akan memudahkan bagi (dalam Avgerinou, 2008) menyebutkan
pebelajar (learner) untuk mengakses bahwa sebuah pembelajaran dikatakan
pembelajaran penjas dengan menggunakan strategi Blended Learning
menggunakan berbagai modus belajar. apabila 30-80% dari desain dan
Melalui pembelajaran berbasis blended implementasi pembelajaran baik dalam
learning juga akan meningkatkan hal isi maupun penyampaiannya
keterampilan soft skill (keterampilan dilakukan secara online. Akhmad Faizal
memanfaatkan teknologi informasi) bagi menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
pelajar dan mahasiswa. Melalui Blended Learning, siswa tidak hanya
Pembelajaran Berbasis blended learning mengandalkan materi yang diberikan oleh
akan membangun jembatan antara guru, tetapi dapat mencari materi dalam
konteks pembelajaran yang bersifat berbagai cara, antara lain, mencari ke
teaching-based, instructor-mediated ke perpustakaan, menanyakan kepada teman
arah konteks pembelajaran yang bersifat kelas atau teman saat online, membuka
learning-based. Keuntungan yang akan website, mencari materi belajar melalui
diperoleh melalui pembelajaran ini search engine, portal, maupun blog, atau
terutama untuk menyediakan sumber- bisa juga dengan media media lain berupa
sumber belajar bagi pelajar/mahasiswa software pembelajaran dan juga tutorial
yang berpeluang untuk mengembangkan pembelajaran.
setiap individu mencapai kemampuan Graham (dalam Avgerinou,
optimal dalam keterampilan hard skill 2008) menjelaskan tiga alasan penting
maupun soft skill. kenapa seorang pengajar lebih memilih
mengimplementasikan Blended Learning
dibandingkan pembelajaran online
maupun klasikal, yaitu: pedagogy yang

4
lebih baik, meningkatnya akses dan untuk mengikat
dan membentuk
fleksibilitas, serta meningkatnya biaya-
kehadiran sosial
manfaat. Tabel di bawah ini dapat dan kepercayaan
dalam lingkungan
menunjukkan perbandingan kekuatan dan
online
kelemahan dari pelaksanaan
pembelajaran tradisional/face to face dan Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar
online yang dijadikan pijakan pendapat
menunjukkan bahwa seorang siswa
Graham diatas:
mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap keberhasilannya dalam belajar.
Online Tradisional/Face
(Asynchronous) to face Hal ini tidak lepas dari telah tercapainya
Keku Fleksibilitas - a. Interaksi
kematangan dalam diri siswa sehingga dia
atan partisipasi manusia – mudah
mahasiswa terjadi untuk mengikat menyadari tujuan dari belajar. Hargis
dalam waktu dan dan membentuk
(dalam Hidayati dan Listiyani, 2010)
tempat yang kehadiran sosial
nyaman bagi dan kepercayaan mendefinisikan kemandirian belajar
mahasiswa b. dalam lingkungan
sebagai self regulated learning yakni
Partisipasi – f2f b. Spontanitas
semua mahasiswa – rantai ide yang upaya memperdalam dan memanipulasi
berpartisiasi terkait dan
jaringan asosiatif dalam suatu bidang
dikarenakan kemungkinan
kurangnya penemuan yang tertentu, dan memantau serta
hambatanwaktu cepat sangat
meningkatkan proses pendalaman yang
dan tempat c. diharapkan c.
Kedalaman Partisipasi – tidak bersangkutan. Menurut Knowles (dalam
refleksi – semua dapat
Fisher, King, dan Tague; 2001),
mahasiswa berpartisipasi
memiliki waktu dikarenakan Kemandirian Belajar diartikan sebagai
yang lebih untuk adanya hambatan
sebuah proses dimana seorang individu
mempertimbangk waktu dan
an respon mereka individu mampu: (1) Mengambil inisiatif, baik
secara lebih
dengan atau tanpa bantuan orang lain,
hatihati dan lebih
menyeluruh untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya
Kele Spontanitas – Fleksibilitas –
(2) Memformulasikan tujuan belajar (3)
maha rantai ide yang Karena alasan
n terkait dan keterbatasan Mengidentifikasi sumber belajar, baik
kemungkinan waktu, pengajar
berupa manusia ataupun barang/bahan (4)
penemuan yang mungkin tidak
cepat tidak dapat meraih Memilih dan mengimplementasikan
diharapkan b. diskusi yang
strategi belajar yang cocok untuk dirinya
Penundaan – mendalam sesuai
mahasiswa keinginan 5) Mengevaluasi hasil belajarnya
mungkin
Menurut Kozma, Belle, William (dalam
menyerah atau
menunda untuk Pannen dan Sekarwinahya, 1994: 59)
berpartisipasi
terdapat beberapa dampak positif dari
secara online d.
Interaksi manusia kemandirian belajar bagi mahasiswa,
– tidak mudah

5
yaitu: mahasiswa akan merasakan tingkat untuk mengembangkan aspek kesehatan,
kepuasan yang tinggi, mempunyai minat kebugaran jasmani, keterampilan berfikir
dan perhatian yang tidak terputus-putus, kritis, stabilitas emosional, keterampilan
dan mempunyai kepercayaan diri yang sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
lebih kuat dibandingkan dengan aktivitas jasmani dan olahraga.
mahasiswa yang hanya belajar secara Di dalam intensifikasi penyelengaraan
pasif (menerima saja) pendidikan sebagai suatu proses pembinaan
Critical Thinking manusia yang berlangsung seumur hidup,
Richard Paul dan Linda Elder peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat
(2008) dalam sebuah makalah berjudul penting, yang memberikan kesempatan
“The Miniature Guide to Critical kepada siswa untuk terlibat langsung dalam
Thinking Concepts and Tools” aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
mendefinisikan Critical Thinking sebagai jasmani, bermain dan olahraga yang
sebuah seni berpikir analisis dan evaluasi dilakukan secara sistematis. Pembekalan
yang mempunyai tujuan untuk pengalaman belajar itu diarahkan untuk
memperbaiki. Sedangkan Scriver dan membina, sekaligus membentuk gaya hidup
Paul menyebutkan bahwa Critical sehat dan aktif sepanjang hayat. Pendidikan
Thinking merupakan sebuah standar Jasmani merupakan media untuk mendorong
intelektual yang bagus sebagai syarat perkembangan keterampilan motorik,
untuk berpartisipasi secara penuh dalam kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran,
ranah sosial, ekonomi dan kehidupan penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-
politik di lingkungan dimana kita tinggal. spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup
Secara singkat, Critical thinking adalah sehat yang bermuara untuk merangsang
kemampuan seseorang untuk dirinya pertumbuhan serta perkembangan yang
sendiri, mendisiplinkan dirinya, seimbang.
memonitor dirinya, dan mampu berpikir
untuk mengoreksi dirinya sendiri; dimana Dengan Pendidikan Jasmani siswa
secara rutin mereka akan akan memperoleh berbagai ungkapan yang
mengaplikasikan standar-standar erat kaitannya dengan kesan pribadi yang
intelektual pada elemenelemen cara menyenangkan serta berbagai ungkapan yang
berpikir dengan tujuan untuk membentuk kreatif, inovatif, terampil, memiliki
atribut intelektual (Paul dan Elder, 2008). kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan
memiliki pengetahuan serta pemahaman
Pendidikan Jasmani terhadap gerak manusia. Dalam proses
Pendidikan Jasmani pada dasarnya pembelajaran Pendidikan Jasmani guru
merupakan bagian integral dari sistem diharapkan mengajarkan berbagai
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi

6
permainan dan olahraga, internalisasi nilai- baik. Dengan demikian, maka pendidikan
nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain- karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing
lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. perilaku manusia menuju standar-standar baku.
Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai
konvensional di dalam kelas yang bersifat persepsi dan nilai-nilai pribadi ditampilkan di
kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, sekolah. Fokus pendidikan karakter adalah pada
mental, intelektual, emosi dan sosial. tujuan-tujuan etika, tetapi prakteknya meliputi
Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran penguatan kecakapan-kecakapan yang penting
harus mendapatkan sentuhan didaktik- yang mencakup perkembangan sosial siswa.
metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha
dapat mencapai tujuan pengajaran. Tidak ada bersama. Oleh karena itu, pendidikan karakter
pendidikan yang tidak mempunyai sasaran harus dilakukan secara bersama oleh semua guru
paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang dan kepala sekolah melalui pembelajaran di kelas
lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah budaya sekolah. Pendidikan karakter seringkali
dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan diartikan sebagai pendidikan watak. Watak itu
dirinya sendiri yang secara alamiah sendiri merupakan konsep lama yang berarti
berkembang searah dengan perkembangan seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi
zaman. sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan
kematangan moral. Ciri-ciri watak yang baik dan
Pendidikan Karakter yang menjadi tujuan pencapaian pendidikan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter karakter adalah rasa hormat, tanggung jawab, rasa
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi,
pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, dan kepercayaan serta kecintaan pada Tuhan.
tabiat atau watak, kebiasaan, pembawaan. (Badan Penelitian dan Pengembangan)
(Wynne dalam Mulyasa 2011) mengemukakan Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan
bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang pengetahuan yang baik (moral knowing),
berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan perasaan yang baik atau loving good (moral
pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan feeling) dan perilaku yang baik (moral action)
dalam tindakan nyata atau perilaku seharihari. sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku
Karakter, sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan sikap hidup peserta didik (Marzuki, 2012).
dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu Pendidikan Karakter Usia Remaja.
mengetahui kebaikan (knowing the good), Model pendidikan karakter pada usia
mencintai kebaikan (loving the god), dan remaja dikaji dari dua buah judul penelitian.
melakukan kebaikan (doing the good). Dalam Mulyani (2010) telah mengembangkan model
pendidikan karakter, kebaikan itu sering kali integrasi tindak tutur direktif dalam penerapan
dirangkum dalam sederet sifat-sifat pendidikan ahlaq mulia dan karakter bangsa bagi

7
pelajar di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, 30% di dalam sekolah, perkelahian
Jawa Timur. Pada tahap studi pendahuluan menurun 65% dan kejadian yang berhubungan
teridentifikasi nilai-nilai ahlaq mulia dan karakter dengan obat menurun 74%. Waterlo middle
pelajar Muhammadiyah 1 Ponorogo yang harus school di New York mengalami masalah dengan
dikembangkan antara lain: jujur, disiplin, santun, disiplin dan akademik. Seorang guru menyatakan:
rendah hati, percaya diri, mandiri, dan gunakan rasa kekeluargaan dan bangun budaya
bertanggungjawab serta memiliki kemampuan peduli, tekankan rasa hormat menghormati dan
kognitif yang memadai. Model tindak tutur menerima. Siswa kemudian membuat ikrar, tidak
direktif kepala sekolah, tenaga pendidik dan akan menggunakan tangan dan kata-kata untuk
tenaga kependidikan kepada peserta didik dapat menyakiti diri mereka sendiri dan
diklasifikasi menjadi tiga kategori orang lain. Dua tahun kemudian, perkelahian
yaitu perintah, permintaan dan saran. Model menurun 71%, skor matematika meningkat 49%
perintah (command) diaktualisasikan dalam dan dampak pengiringnya meningkat 97%
tindakan: melarang, memperingatkan, (Mazzola, 2003). Tugas-tugas pendidik pada usia
memerintah, menegur, mendesak, dan remaja lebih kompleks daripada tugas-tugas pada
mengharuskan. Model permintaan (request) usia anak-anak. Sesuai dengan karakteristik
diaktualisasikan dalam tindakan: memohon, mental usia remaja yang sedang dalam tahap
mengharap, meminta, menghimbau, dan pencarian jati diri, tugas pendidik adalah
mengajak. menciptakan lingkungan yang sebaik-baiknya
Model saran (suggest) dilakukan dalam dengan memberikan banyak aktivitas positif
kegiatan menasehati, menganjurkan, supaya remaja tidak terjerumus pada kegiatan
menawarkan, mendorong, mempersilahkan, dan negatif yang merugikan masa depannya.
menyarankan. Model perintah (command) Pendidikan karakter pada remaja
diintegrasikan dengan model bermain dilakukan untuk pengendalian diri supaya remaja
peran, simulasi dan diskusi kelompok. Permintaan tidak terjerumus ke dalam karakter negatif.
(request) diintegrasikan dalam tindakan Supaya karakter positif dapat diinternalisasi
keteladanan, simulasi dan bermain peran. Model menjadi karakter yang permanen, sekolah
saran (suggest) diintegrasikan dalam kegiatan bertugas menyediakan banyak pilihan yang
bakti sosial, kunjungan lapangan dan problem mendukung berkembangnya karakter positif
solving. Seckman High School telah menerapkan tersebut dan menekan peluang munculnya
pendidikan karakter melalui penekanan prinsip karakter negatif. Model pendidikan karakter pada
untuk bekerja secara kelompok/tim, berempati usia remaja dilakukan untuk menanamkan
dan melayani. Untuk mendampingi prinsip kedisiplinan, kejujuran, rasa hormat menghormati
tersebut, sekolah memasang spanduk/poster yang dan saling tolong menolong dalam semua
bermuatan karakter tersebut. Setelah lima tahun kegiatan.
berlalu, sekolah mengalami hal-hal positif antara
lain, suspensi menurun 98% di luar sekolah dan

8
Blended Learning Dalam Pembelajaran Pembelajaran berbasis blended learning,
Walaupun masih terjadi perdebatan di samping untuk meningkatkan hasil belajar,
ekstrim antara pembelajaran tatap muka dengan bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan
pembelajaran berbasis komputer, makalah ini komunikasi pada tiga mode pembelajaran yaitu
tidak berpretensi untuk melemahkan salah satu di lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang
antaranya, tetapi justru ingin memadukan atau kelas tradisional, yang blended, dan yang
mengkombinasikan berbagai modus belajar yang sepenuhnya online. Para peneliti memberikan
telah berkembang sampai saat ini. Hasil penelitian bukti yang menunjukkan bahwa blended learning
yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan Moskal menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat
(2004) menemukan bahwa program blended antar mahasiswa daripada pembelajaran
learning memiliki potensi untuk meningkatkan tradisional atau sepenuhnya online (Rovai dan
hasil belajar siswa dan juga menurunkan tingkat Jordan, 2004). Dalam penelitian pengembangan
putus sekolah dibandingkan dengan pembelajaran SDM di perusahaan, Barbian (2002)
yang sepenuhnya pembelajaran online. Demikian menyimpulkan bahwa metode blended learning
juga ditemukan bahwa model pembelajaran meningkatkan produktivitas karyawan lebih besar
berbasis blended lebih baik daripada daripada metode pembelajaran tunggal.
pembelajaran tatap muka (Face to face). Komposisi blended yang sering
Berdasarkan temuannya yang disajikan dalam digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu
Tabel 1 menunjukkan perbandingan tingkat yang disediakan, 50% untuk kegiatan
keberhasilan (bagi siswa mencapai nilai A, B, atau pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan
C) selama dua tahun persembahan Web. Pada pembelajaran online. Atau ada pula yang
tabel 2.1. disajikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan komposisi 75/25, artinya 75%
yang dilakukan melalui tatap muka (face to face), pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran
pembelajaran kombinasi (blended) dan online. Demikian pula dapat dilakukan 25/75,
pembelajaran melalui internet (online) penuh. artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75%
pembelajaran online. Pertimbangan untuk
menentukan apakah komposisinya 50/50, 75/25
atau 25/75 bergantung pada analisis komptensi
yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran,
karakteristik pebelajar, interaksi tatap muka,
strategi penyampaian pembelajaran online atau
kombinasi, karakteristik, lokasi pebelajar,
karakteristik dan kemampuan pengajar, dan
Persentase nilai hasil belajar antara pembelajaran
sumber daya yang tersedia. Berdasarkan analisis
tatap muka (face to face), pembelajaran kombinasi
silang terhadap berbagai pertimbangan tersebut,
(blended) dan pembelajaran melalui internet
pengajar akan dapat menentukan komposisi
(online) (Dziuban, Hartman, & Moskal, 2004)
(presentasi) pembelajaran yang paling tepat.

9
Namun demikian, pertimbangan utama dalam mempertimbangkan perlunya kontak tatap muka
merancang komposisi pembelajaran adalah antara pebelajar dan pengajar. Namun, dalam
penyediaan sumber belajar yang cocok untuk pembelajaran ada kalanya pebelajar tidak dapat
berbagai karakteristik pebelajar agar dapat belajar datang karena berbagai kendala, misalnya di
lebih efektif, efisien, dan menarik. jurusan pendidikan jasmani ada sebagian
Dalam skenario pembelajaran berikutnya mahasiswa yang aktif sebagai olahragawan yang
tentu saja harus memutuskan untuk tujuan mana mempunyai jadwal latihan dan pertandingan yang
mana yang dilakukan dengan pembelajaran tatap ketat dan tidak sinkron dengan jadwal
muka, dan bagian mana yang offline dan perkuliahan, maka pembelajaran berbasis offline
online. Misalnya dalam pembelajaran pendidikan dan online menjadi memungkinkan untuk
jasmani, pada saat menjelaskan pengetahuan dan dilakukan pada kelas reguler mahasiswa.
teknik gerak dapat dilakukan melalui Pembelajaran berbasis blended learning
pembelajaran berbasis komputer (offline), untuk merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan
melihat aplikasi gerakan dalam suatu efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih
pertandingan dapat dilakukan melalui akses besar dalam berinteraksi antar manusia dalam
internet (online), dan pada saat menjelaskan dan lingkungan belajar yang beragam. Belajar blended
mendemonstrasikan, melatih keterampilan, menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi
melatih disiplin, dan sportivitas lebih cocok baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian
dilakukan dengan tatap muka. pula pada waktu yang sama maupun berbeda
Demikian pula dalam pembelajaran Sebuah komunitas belajar dapat dilakukan oleh
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di mana guru pelajar dan pengajar yang dapat berinteraksi
atau instruktur semua kegiatan berbasis audio setiap saat dan di mana saja karena memanfaatkan
(pemahaman pendengaran, ekspresi oral) akan yang diperoleh komputer maupun perangkat lain
berlangsung di ruang kelas, sedangkan kegiatan (iPhone) sebagai fasilitasi belajar. Blended
berbasis teks akan dilakukan secara online. Yang learning memberikan fasilitasi belajar yang
penting, pembelajaran berbasis blended learning sangat sensitif terhadap segala perbedaan
bertujuan untuk memfasilitasi terjadinya belajar karakteristik pskiologis maupun lingkungan
dengan menyediakan berbagai sumber belajar belajar.
dengan memperhatikan karakteristik pebelajar
dalam belajar.
Pembelajaran juga dapat mendorong
peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya
kontak face-to-face dalam mengem-bangkan
pengetahuan. Lalu, persiapan dan tindak-
lanjutnya dapat dilakukan secara offline dan Hasil penelitian Karen Precel, Yoram

online. Program belajar yang total online tidak Eshet-Alkalai, and Yael (2009) terkait dengan
kontribusi komponen-komponen dalam blended
dianjurkan untuk pembelajaran yang masih

10
learning menunjukkan bahwa komponen ini akan menjadi alat belajar di masa depan. Peran
pembelajaran yang dianggap paling berkontribusi pengjaar sangat penting karena hal ini
belajar adalah tugas-tugas (rerata = 4,72), buku memerlukan proses transformasi pengetahuan isi
cetak (rerata = 4,54), presentasi pertemuan (rerata dan blended learning sebagai alat.
= 4,42), dan pertemuan kuliah tatap muka dengan Dengan makin baiknya sistem ekonomi
instruktur (rerata = 4,15). Video online kuliah dan kesejahteraan masyarakat, maka penduduk
memberikan kontribusi terhadap belajar (rerata = dunia akan semakin banyak pula, oleh karena itu
3,83), buku pelajaran online memiliki kontributsi perlu dilakukan pembelajaran yang efisien dalam
rata-rata untuk belajar (rerata = 3.32), walaupun pemanfaatan sumber daya, pembelajaran berbasis
kontribusinya rendah hampir setengah dari blended learning merupakan suatu keniscayaan
peserta (46,5%) menyatakan sering untuk dilaksanakan dalam sistem pembelajaran,
menggunakannya. khususnya di Indonesia. Kunci dari semua ini
Peran Pengajar terletak pada peran pengajar yang mengusai
Dwiyogo (2010:7) Peran pengajar dalam kompetensi untuk mengelola pembelajaran
pembelajaran berbasis blended learning sangat berbasis blended learning
penting dalam mengelola pembelajaran. Yang
pasti pengajar harus melek informasi. Di samping Unsur-unsur Blended Learning
memiliki keterampilan mengajar dalam Dwiyogo (2010:8) Pembelajaran berbasis
menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, blended learning mengkombinasikan antara tatap
pengajar juga harus memiliki kpengetahuan dan muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki
keterampilan dalam mengembangkan sumber 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar
belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama,
Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk dan (f) evaluasi.
mengakses internet, kemudian dapat
menggabungkan dua atau lebih metode Pembelajaran Tatap muka Pembelajaran tatap
pembelajaran tersebut. muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan
Seorang pengajar dapat memulai sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio
pembelajaran dengan tatap muka terstruktur visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber
kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran belajar utama. Pengajar menyampaikan isi
berbasis komputer offline dan pembelajaran pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi,
secara online. Kombinasi pembelajaran juga dapat memberi bimbingan, tugastugas kuliah, dan ujian.
diterapkan pada integrasi e-learning (online), Semua dilakukan secara sinkron (synchronous),
menggunakan komputer di kelas, dan artinya semua pebelajar belajar isi pembelajaran
pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan pada waktu dan tempat yang sama. Beberapa
belajar perlu diberikan kepada pebelajar sejak variasi yang dilakukan, misalnya dosen membagi
awal, agar para pebelajar memiliki keterampilan perkuliahan ke dalam topik-topik yang harus di
belajar kombinasi sejak awal, karena kemampuan bahas oleh mahasiswa di depan kelas, mehasiswa

11
membuat makalah untuk presentasi mahasiswa masalah yang harus dipecahkan, kemudian
sebagai peserta dan melakukan klarifikasi, tanya- melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang harus
jawab, dan memecahkan masalah. Dengan diakses untuk memecahkan masalah tersebut. Ini
menggunakan pendekatan berpusat pada berbeda dengan pembelajaran konvensional, yang
pebelajar, kuliah dilakukan dengan tutorial, buku di tahap awal disajikan konsep, prinsip, dan
kerja, menulis makalah, dan penilaian. prosedur yang diakhiri dengan menyajikan
masalah. Asumsinya, pebelajar dianggap belum
Pembelajaran Mandiri Dalam pembelajaran memiliki pengetahuan prasyarat untuk
tatap muka, untuk mengakomodasi perbedaan memecahkan masalah, sehingga konsep-konsep
individual kemudian berkembang dengan tersebut disajikan terlebih dahulu. Melalui
memberikan tugas belajar mandiri melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan
pembelajaran menggunakan modul, sekarang di secara aktif mendefinisikan masalah, mencari
sekolah digunakan Lembar Kerja Siswa. berbagai alternatif pemecahan, dan melacak
Tujuannya tentu agar siswa yang berlainan konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan
karakteristik kecerdasannya akan belajar sesuai untuk memecahkan masalah tersebut.
dengan kecepatan belajarnya. Dalam sumber
belajar untuk pembelajaran mandiri ini, Pembelajaran Tutorial Program pembelajaran
kebanyakan pengajar memerlukan buku teks 2 berbasis komputer memerlukan kegiatan tutorial
atau atau lebih sebagai sumber belajar. Dalam tatap muka, namun sifat tutotial berbeda dengan
pembelajaran berbasis blended learning, akan pembelajaran tatap muka konvensional. Pada
banyak sumber belajar yang harus diakses oleh tutorial, pebelajar yang aktif untuk
pebelajar, karena sumber-sumber tersebut tidak menyampaikan masalah yang dihadapi, seorang
hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar akan berperan sebagai tutor yang
pengajar, perpustakaan lembaga pendidikannya membimbing. Sejumlah program universitas
saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada menggunakan berbagai pembelajaran interaktif
di perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang komputer. Perusahaan menyediakan
profesional dan kompeten dalam disiplin ilmu pembelajaran berbasis CD-ROM dan konten
tentu dapat merancang sumber-sumber belajar online. Meskipun aplikasi teknologi dapat
mana saja yang dapat diakses untuk meningkatkan keterlibatan pebelajar dalam
mengkombinasikan dengan buku, multi media, belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai
dan sumber belajar lain. tutor.

Pembelajaran Berbasis Masalah Aplikasi Pembelajaran Kolaborasi Kerjasama atau


dalam pembelajaran berbasis blended learning kolaborasi merupakan salah satu ciri penting
dapat dilakukan melalui Pembelajaran Berbasis pembelajaran masa depan yang lebih banyak
Masalah Masalah. Melalui pembelajaran berbasis mengedepankan kemampuan individual, namun
masalah, pebelajar akan belajar berdasarkan kemampuan ini kemudian disinergikan untuk

12
menghasilkan produk, karena produk masa depan, menggabungkan pembelajaran secara
apalagi produk komputer baik berupa perangkat konvensional dan pembelajaran dengan
keras maupun perangkat lunak yang kompleks, menggunakan teknologi informasi.
diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh Penyelenggaran pendidikan di Universitas
karena itu produk masa depan adalah produk yang Terbuka ini dapat dikatakan menerapkan Blended
dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan Learning.
kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam Selain Universitas Terbuka saat ini
pembelajaran berbasis blended learning. Hal ini banyak juga perguruan tinggi yang menerapkan
tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka Blended Learning, bahkan lembaga-lembaga
konvensional yang semua pebelajar belajar di pendidikan non-formal seperti LPK dan kursus-
dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar, kursus, pelatihan-pelatihan juga menerapkan
dalam pembelajaran berbasis blended, maka Blended Learning. Pertanyaannya, apakah dalam
pebelajar bekaerja secara mandiri dan dunia pendidikan formal pada pendidikan dasar
berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam dan menengah sudah banyak atau ada yang
pembelajaran ini akan berbeda dengan menerapkan Blended Learning? Pertanyaan
pembelajaran tatap muka. Evaluasi pembelajaran selanjutnnya, Apakah Blended Learning benar
berbasis blended learning tentunya akan sangat benar dibutuhkan? Bagaimana para
berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran penyelenggara pendidikan dasar dan menengah
tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada (SD-SMA/SMK) menerapkan Blended Learning
proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui di sekolahnya?
penilaian evaluasi kinerja belajar pebelajar Berdasarkan pengamatan di lapangan,
berdasarkan portofolio. Demikian pula penilaian sudah banyak lembaga penyelenggara
perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, pendidikan dasar dan menengah dalam hal ini
namun perlu ada penilaian diri oelh pebelajar, pendidikan jenjang SD hingga SMA/SMK
maupun penilai pebelajar lain. yang telah menerapkan Blended Learning. Jika
dilihat banyaknya lembaga penyelenggara
Pelaksanaan Blended Learning Di Sekolah pendidikan dasar dan menengah yang
Dalam dunia Pendidikan Tinggi, Blended menerapkan Blended Learning, dapat dikatakan
e-learning banyak digunakan untuk bahwa memang penerapan Blended Learning
penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak dalam pendidikan dasar dan menengah itu sangat
jauh. Diawali dengan Universitas Terbuka diperlukan atau dibutuhkan. Penerapan Blended
yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh Learning dalam pendidikan dasar dan menengah
yang dilakukan secara konvensional (tanpa apakah dapat disamakan dengan penerapan
menggunakan teknologi informasi dan Blended Learning dalam dunia pendidikan tinggi.
komunikasi, tetapi saat ini Universitas Terbuka Penerapan Blended Learning dalam
sudah memanfaatkan teknologi informasi dalam pendidikan dasar dan menengah tidak begitu
pelaksanaan pembelajaran, sehingga dibutuhkan jika penerapannya disamakan dengan

13
penerapan Blended Learning di Perguruan Tinggi. Perkembangan teknologi informasi yang sangat
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pesat dewasa ini, khususnya perkembangan
pendekatanan dan metode pendidikan terutama di teknologi internet turut mendorong
perguruan tinggi yang melaksanakan pendidikan berkembangnya konsep pembelajaran
jarak jauh. jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu
Pada pelaksanaan pendidikan dasar dan dapat diakses kapan saja, dimana saja,
menengah, harus menerapkan tatap muka dalam multiuser serta menawarkan segala
pembelajarannya, akan tetapi bukan berarti dalam kemudahannya telah menjadikan internet suatu
pendidikan dasar dan menengah tidak dapat media yang sangat tepat bagi perkembangan
menerapkan Blended Learning. Pada pendidikan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal
dasar dan menengah juga dapat inilah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran
menerapkan Blended Learning, hanya saja secara secara Blended Learning masih sangat baik di
teknis pelaksanaan pembelajaran tidak dapat terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol
disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran di secara tradisional juga. Pendapat Haughey (1998)
perguruan tinggi yang melaksanakan tentang pengembangan Blended e-learning
pembelajaran jarak jauh. mengungkapkan bahwa terdapat tiga
Kapan Blended Learning dibutuhkan kemungkinan model dalam pengembangan sistem
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah pembelajaran berbasis Internet, yaitu model web
sekolah pada pendidikan dasar dan menengah? course, web centric course, dan web enhanced
Blended Learning dibutuhkan pada saat metode course.
pendidikan jarak jauh tidak begitu dibutuhkan. Model Web course adalah penggunaan Internet
Proses pembelajaran Blended Learning untuk keperluan pendidikan, yang
ini dibutuhkan pada saat penyampaian atau mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya
pemberian materi pelajaran, pemberian tugas terpisah dan tidak diperlukan adanya
hingga penugasan-penugasan kepada peserta tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi,
didik yang dilaksanakan di luar jam sekolah. konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan
Blended Learning dibutuhkan pada saat : (a) kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya
Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, disampaikan melalui Internet. Dengan kata
namun menambah waktu pembelajaran lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
dengan memanfaatkan teknologi internet. (b) Untuk pendidikan guru model seperti ini
Mempermudah dan mempercepat proses dapat digunakan untuk peningkatan “knowledge
komunikasi non-stop antara pendidik dan dan skill”, memperkuat pengetahuannya tentang
siswa. (c) Siswa dan pendidik dapat diposisikan materi pelajaran sebagai spesifikasi keilmuannya
sebagai pihak yang belajar. (d) Membantu proses dan memperkuat pemahaman tentang metodologi
percepatan pendidikan yang salah satunya dengan pembelajaran melalui simulasi pembelajaran yang
menerapkan flip classroom yang berbasis disajikan melalui internet misalnya video
teknologi informasi dan komunikasi. streaming, video conference dan lain-lain. Intinya,

14
semua aktivitas belajar mengajar dilakukan secara menemukan situs-situs yang relevan dengan
online tanpa adanya tatap muka sama sekali. bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui
Model Web centric course adalah penggunaan web yang menarik dan diminati, melayani
Internet yang memadukan antara belajar jarak bimbingan dan komunikasi melalui Internet, dan
jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian kecakapan lain yang diperlukan
materi disampaikan melalui internet,dan sebagian Berdasarkan ketiga model di atas, Model
lagi melalui tatap muka, sedangkan fungsinya Web Course sulit untuk dikembang pada
saling melengkapi. Dalam model ini pendidik bisa pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan pada
memberikan petunjuk pada peserta didik untuk model ini menerapkan pembelajaran
mempelajari materi pelajaran melalui web yang yang penuh tanpa tatap muka. Semua aktivitas
telah dibuatnya. Peserta didik juga diberikan pembelajaran dilakukan secara online
arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs melalui media web pembelajaran seperti
yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan penyampaian materi pembelajaran, diskusi,
pendidik lebih banyak diskusi tentang temuan ujian dan lain-lain, sedangakan dalam
materi yang telah dipelajari melalui internet pembelajaran pada pendidikan dasar dan
tersebut. Model ini lebih relevan untuk digunakan menengah masih mewajibkan adanya kegiatan
dalam pengembangan pendidikan guru, dilihat tatap muka secara langsung antara peserta didik
dari kondisi, kultur dan infrastruktur yang dimiliki dengan pendidiknya.
saat ini. Secara substansial materi keguruan Pada model Web Centric Course dan Web
identik dengan nilai yang tidak hanya dapat Enhanced Course lebih tepat diterapkan di
ditransfer melalui pembelajaran tanpa tatap muka, sekolah-sekolah pada pendidikan dasar dan
melainkan diperlukan direct learning, sehingga menengah. Hal ini dikarenakan pada model
unsur-unsur modelling dari seorang guru dapat Web Centric Course masih menerapkan tatap
diadaptasi dengan baik. Untuk penguasaan materi muka untuk menyampaikan sebagian materi-
konseptual, teoritikal dan keterampilan dapat materi pembelajarannya, dan penerapan pada
menggunakan Blended e-learning dengan sistem model Web Enhanced Course digunakan sebagai
jarak jauh. penunjang saja dalam memberikan materi
Model web enhanced course adalah pemanfaatan pengayaan, berkomunikasi antar peserta didik
internet untuk menunjang peningkatan kualitas atau dengan narasumber lain yang dilakukan di
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi luar jam pembelajaran formal.
internet adalah untuk memberikan pengayaan dan Pengembangan Langkah-Langkah
komunikasi antara peserta didik dengan pendidik, Pembelajaran Dalam Blended Learning
sesama peserta didik, anggota kelompok, atau Pada pengembangan pembelajaran baik
peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh dengan menerapkan Blended Learning maupun
karena itu peran pendidik dalam hal ini dituntut secara konvensional, pendidik perlu
untuk menguasai teknik mencari informasi di mengembangkan langkah-langkah pembelajaran
Internet, membimbing mahasiswa mencari dan yang tepat dalam suatu rencana pelaksanaan

15
pembelajaran (RPP) berdasarkan Beberapa platform yang dapat digunakan
kompetensi dasar-kompetensi dasar yang ingin dalam pembelajaran dengan Blended Learning
dicapai dalam pembelajaran. Pengembangan seperti Group Miling List (Milis, seperti Yahoo
langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan groups, Google+, dan lain-lain), Web Blog Guru,
Blended Learning juga perlu dirancang dengan Social Media (Facebook, Twitter,
baik, sehingga dalam pelaksanaan Instagram, Path, dan lain-lain), Aplikasi-aplikasi
pembelajarannya peserta didik tidak merasa Learning Management Systems atau LMS (seperti
kesulitan secara teknis. Oleh karena itu, pendidik Moodle, Edmodo, Quipper, Kelase, dll) dan
perlu mempersiapkan terlebih dulu segala hal yg sebagainya.
dibutuhkan, seperti materi-materi yang akan Selanjutnya, bagaimana platform-
disampaikan atau dibahas, platform yang akan platform yang sudah ditentukan oleh pendidik
digunakan dalam pembelajaran dengan Blended diterapkan dalam pembelajaran dengan
Learning, tutorial penggunaan platform yang
digunakan dalam
pembelajaran
dengan
menerapkan
Blended
Learning dan
lain sebagainya.
Sebelum
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menerapkan Blended
Learning, pendidik
harus menyiapkan
dulu semua
kebutuhan
pembelajarannya
terutama penggunaan
platform teknologi
yang akan digunakan
dalam pembelajaran
yang akan digunakan
tanpa
melaksanakan tatap muka.

16
sebelmnya disusun terlebih dahulu dalam hasil tugas yang dikerjakan peserta didik melalui
langkah-langkah pembelajaran yang dirancang Social Media Facebook.

KESIMPULAN
Blended Learning merupakan proses
pembelajaran yang memanfaatkan
berbagai
macam pendekatan. Pendekatan
yang dilakukan dapat
memanfaatkan berbagai macam
media dan teknologi. Pembelajaran
berlangsung secara konvensional
(tatap muka), mandiri, dan mandiri
via online.
Bahan belajar mandiri
secara offline disiapkan dalam
bentuk digital, seperti dalam bentuk CD, MP3,
Classroom (Salahsatu Aplikasi dari
Google yang bisa digunakan sebagai DVD, dll, sedangkan bahan belajar mandiri secara
kelas pembelajaran Online)
online disiapkan dalam bentuk Mailing List,
Social Media, Learning
Contoh sederhana langkah-langkah
Management Systems (LMS) dan lain sebagainya.
pembelajaran secara umum dengan menerapkan
Pelaksanaan pembelajaran dengan Blended
Blended Learning.
Learning secara online dapat diterapkan dalam
Berdasarkan contoh sederhana langkah-
beberapa model yaitu web course, web centric
langkah pembelajaran yang menerapkan Blended
course, dan web enhanced course. Pada
Learning di atas, pendidik telah menerapkan
implemenatasinya, pembelajaran dengan blended
pembelajaran dengan Blended Learning. Hal ini
learning pada lembaga pendidikan dasar dan
dibuktikan dengan memanfaatkan platform
menengah lebih tepat dengan menerapkan model
platform teknologi informasi seperti Blog, dan
web centric course, dan web enhanced course,
Facebook yang digunakan dalam proses
karena pada pendidikan dasar dan menengah
pembelajarannya yang dilaksanakan di luar jam
masih diwajibkan adanya tatap muka di dalam
pelajaran. Pendidik mengaktifkan peserta didik
kelas.
dalam memahami materi pelajaran yang di-
Pada penerapan Blended Learning
upload pendidik dalam Web Blog atau ClassRoom
pendidik seharusnya dapat memastikan bahwa
(Google) Guru. Selain itu juga, pendidik
seluruh pesertanya memiliki sarana dan prasarana
mengaktifkan peserta didik untuk berdiskusi dari
yang memadai, sehingga dalam belajar secara
mandiri via online tidak banyak hambatan

17
dikarenakan faktor sarana dan prasana yang Dwiyogo. 2010. Pembelajaran Berbasis Blended
Learning
kurang memadai. Selain itu pendidik sudah
menyiapkan solusi terbaik dalam mengatasi Dwiyogo. 2010. Analisi Kebutuhan
Pengembangan Model Rancangan
permasalahan yang mungkin muncul. Pembagian Pembelajaran Berbasis Blended Learning
materi belajar harus dapat dialokasikan dengan (PBBL) Untuk Meningkatkam Hasil Belajar
Pemecahan Masalah. Universitas Negeri
baik, dengan mempertimbangkan isi bahan ajar, Malang: Malang
serta tujuan pembelajarannya, mana yang harus Dziuban, Charles D., dkk., 2004. Blended
dibahas secara tatap muka, atau dapat dipelajari Learning,(http://net.educause.edu/ir/library/
pdf/E RB0407.pdf) diakses 18 April 2016.
secara mandiri.
Hoic-bozic, Natasa, dkk, (2009), A Blended
Dalam mengorganisir pembelajaran, Learning Approach to Course and
pendidik juga harus menyiapkan jadwal yang Implementation, IEEE Transactions on
Education, Vol. 52,
terorganisir untuk tatap muka dan pembelajaran
Hunaiyan, Ahmed, dkk, 2009, The Design Of
mandiri diawal, agar peserta mengetahui secara
Multimedia Blended e-Learning System :
jelas jadwal tersebut. Cultural Consideraion, Journal IEEE.
Kana Hidayati dan Endang Listyani.(2010).
DAFTAR RUJUKAN Pengembangan Instrumen Kemandirian
Belajar Mahasiswa. Diakses melalui:
Annis RS. 2013. Strategi Blended Learning Untuk http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/peneli
Peningkatan Kemandirian Belajar Dan tian/Kana%20Hidayati,%20M.Pd./Pengemb
Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa angan%20Instrumen.pdf tanggal 10 Maret
Di Era Digital. Jurnal Pendidikan Akuntasi 2016.
Indonesia. Vol XI No 2 Tahun 2013
Karen Precel, Yoram Eshet-Alkalai, and Yael
Ayala, Gerardo, dkk., 2008. Towards Alberton. 2009. Pedagogical and Design
Computatonal models for Mobile Aspects of a Blended Learning Course.
Learning Objects, Journal IEEE. International Review of Research in Open
and Distance Learning. Volume 10, Number
Agnes Kukulska-Hulme, John Traxler. 2005.
2. ISSN: 1492-3831 April – 2009
Mobile learning: a handbook for
educators and trainers, Routledge. Maria D. Avgerinou. 2008. Blended
Collaborative Learning for Action Research
Apriliya R 2015. Penerapan Blended Learning
Training.Journal of Open Education volume
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
4 No.1, 2008..
Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Di
Kelas X TGB SMK Negeri 7 Surabaya. Jurnal Marzuki, 2008. Meneladani Nabi , Muhammad
Kajian Pendidikan Teknik Bangunan Vo 1 SAW dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal
No 1/JKPTB/(2015):40-49 Humanika Vol. 8 No. 1. Maret 2008, Hal 1.
Charles D. Dziuban, Joel L. Hartman, Patsy D. Mazzola, J. W. 2003. Bullying in school: a
Moskal, 2004. Blended Learning. Research strategic solution. Washington, DC:
Bulletin. Volume 2004, Issue 7. March 30, Character Education Partnership
2004.
Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter.
Dodon Y. (-). Blended Learning: Model Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pembelajaran Komunikasi E-Learning
Dalam Pendidik Jarak Jauh. Program Studi Murray Fisher, Jennifer King, dan Grace Tague.
Sistem Komputer; Universitas Andalas. 2001. Development of a SelfDirected
Learning Readiness Scale for Nursing
Education. Nurse Education Today 21, p.
516-525.

18
Mutohir, Toho Cholik. 2011. Dimensi Pedagogi Whitelock, D. & Jelfs, A. 2003, Editorial:
Olahraga. Wineka Media. Malang Journal of Educational Media Special
Issue on Blended Learning, Journal of
McGinnis, M. 2005. Building A Successful Educational Media, 28(2-3), pp. 99-100.
Blended Learning Strategy,
(http://www.ltimagazine.com/ltimagazine/ar Yusuf. M. 2011. Lentera Pendidikan. Vol 14 No
ticle/articleDetail.jsp?id=167425), diakses 2 Desember 2011: 232-242
tanggal 20 April 2016.
Oliver, Martin & Trigwell, Keith, (2005),
eLearning Journal, Volume 2, Number 1
Ozgen. Ufuk Karakus. (2009). The Impact od
Blended Learning Model on Student
Attitudes Towards Geography Course and
Their Critical Thinking Dispositions and
Levels. The Turkish Online Journal of
Educational Technology – TOJET October
2009 volume 8 Issue 4.
Richard Paul, Linda Elder. 2008. The Miniature
Guide to Critical Thinking Concepts and
Tools. California: The Foundation for
Critical Thinking Press.
Rooney, J. E. 2003, Blended learning
opportunities to enhance educational
programming and meetings. Association
Management, 55(5), 26-32.
Republik Indonesia, 2003. Undang-Undang No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Sukintaka. 2003. Filsafat Pendidikan Jasmani
Keberhasilan Dikjas Mendukung
Keberhasilan Olahraga. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero, (2002),
Greater Learning Opportunities
Through Distance Education:
Experiences in Indonesia and the
Philippines. Southeast Journal of
Education.
Tang, Xian, dkk, 2008, Study on The
Application of Blended Learning In The
College English Course, Journal IEEE.
Wang, 2009, Handbook of Research on
ELearning Applications for Career and
Technical Education:Technologies for
Vocational Training
Wendhie P. (-). Implementasi Blended Learning
Dalam Pembelajaran Pada Pendidikan
Dasar dan Menengah. Widyaswara LPMP;
Yogyakarta

19

Anda mungkin juga menyukai