Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi MR (Measles Rubella) merupakan imunisasi yang digunakan

dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles) dan campak

jerman (rubella). Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang

disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit

campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan

batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat berbahaya apabila

disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat

menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila

cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak

terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat

dengan penderita dapat tertular jika mereka belum kebal terhadap campak.

Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak (Ditjen

P2P, 2017).

Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan

dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan

masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita

hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan

selama awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom
2

rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan

(Ditjen P2P, 2017).

Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun

terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun.

Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia

pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada

usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun

(Ditjen P2P, 2017).

Upaya imunisasi di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 70-an pada

bayi dan anak, merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak yang

diberlakukan sejak 2 September 1990 oleh PBB. Konvensi Hak Anak meliputi

hak atas kelangsungan hidup (survival), hak berkembang (development), hak atas

perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan

masyarakat (participation). Maka sebagai upaya nyata, pemerintah bersama

orang tua mempunyai kewajiban memberikan upaya kesehatan terbaik demi

tumbuh kembang anak, dan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif

terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan.

Dengan makin banyaknya bayi/anak yang mendapatkan imunisasi, penyakit yang

dicegak tersebut makin jarang terlihat. Di lain pihak, rasa ketakutan kepada efek

samping vaksinasi menjadi lebih dominan dibandingkan dengan ketakutan

terhadap penyakitnya. Padahal, akibat dari penyakit jelas lebih membahayakan

dibandingkan dengan dampak imunisasi (IDAI, 2017).


3

Hasil pelaporan kegiatan surveilans menyatakan bahwa lebih dari 11.000

terdapat kasus suspek campak, dimana dari hasil pemeriksaan didapatkan 12-39%

campak pasti dan 16-43% rubella pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015

diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella dimana 70%

terjadi pada anak usia < 15 tahun.

Dalam Global Vaccine Action Plan (GVAP), campak dan rubella ditargetkan

untuk dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020 dengan cara

memberikan dua dosis vaksin yang mengandung campak dan rubella melalui

imunisasi rutin dan tambahan dengan cakupan yang tinggi (>95%) dan merata.

Cakupan imunisasi MR tahun 2018 di provinsi Lampung sebesar 96,82%.

Untuk kabupaten Pesawaran 95,28%, dan Puskesmas Rawat Inap Padang Cermin

96,04%. Untuk pelaksanaan imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas Rawat

Inap Padang Cermin khususnya di tingkat Sekolah Dasar di dapat hasil

cakupannya sebesar 95,8%. Dengan cakupan tertinggi 100% dan terendah 84,1%.

Cakupan imunisasi MR terendah terdapat pada SD Negeri 15 Padang Cermin.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab rendahnya cakupan pelaksanaan

imunisasi MR tersebut adalah orang tua yang tidak setuju apabila anaknya

mendapatkan imunisasi MR.

Dalam dunia kedokteran modern, hak otonomi orang tua sebagai pengasuh

anaknya tidak boleh dilupakan. Hal tersebut mengimplikasi kepada dokter dan

tenaga kesehatan lainnya untuk selalu menghormati kehendak orang tua karena

anak tidak dapat mengemukakan pendapatnya sendiri. Orang tua akan memilih

hal yang mereka “kehendaki” walaupun sebenarnya hal tersebut salah. Oleh
4

karena itu, dalam menentukan pilihan orang tua untuk anaknya harus

mendapatkan keterangan yang benar. Penerangan yang tidak benar terutama

mengenai keamanan vaksin akan menyebabkan pendapat negatif orang tua

terhadap imunisasi secara keseluruhan. Apalagi publikasi negatif terhadap

imunisasi sangat mudah didapat baik di toko buku maupun di dunia maya

(internet) (IDAI, 2017).

Pengetahuan orang tua akan mempengarui kelengkapan status imunisasi

anak, semakin baik pengetahuan orang tua maka status imunisasi anak baik atau

lengkap begitu pula sebaliknya. Perilaku yang didasari pengetahuan akan

berlangsung lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan akan membentuk sikap ibu dalam hal ini kepatuhan (Pramitasari,

2017).

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh

“Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Imunisasi MR (Measles

Rubella) dengan Kesediaan Mengikuti Imunisasi MR di SD Negeri 15

Padang Cermin tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan apakah terdapat hubungan pengetahuan orang tua tentang

imunisasi MR (Mealses Rubella) dengan kesediaan mengikuti imunisasi MR

di SD Negeri 15 Padang Cermin tahun 2018?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang imunisasi MR

dengan kesediaan mengikuti imunisasi MR di SD Negeri 15 Padang

Cermin Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang imunisasi MR di SD

Negeri 15 Padang Cermin.

b. Untuk mengetahui jumlah anak yang bersedia dan tidak bersedia

mengikti imunisasi M di SD Negeri 15 Padang Cermin.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang imunisasi

MR dengan kesediaan mengikuti imunisasi MR di di SD Negeri 15

Padang Cermin tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai penambah referensi informasi kepada pembaca mengenai

pengetahuan ibu tentang Imunisasi MR dengan kesediaan mengikuti

imunisasi MR di Puskesmas Rawat Inap Padang Cermin.

2. Manfaat Aplikatif

a. Puskesmas

Sebagai bahan informasi dan evaluasi mengenai pengetahuan orang tua

tentang imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Padang

Cermin.
6

b. SD Negeri 15 Padang Cermin

Sebagai bahan informasi mengenai pengetahuan orang tua tentang

imunisasi MR di wilayah SD Negeri 15 Padang Cermin.

c. Stikes Aisyah Pringsewu

Sebagai bahan informasi tentang pengetahuan orang tua dan kaitannya

dengan imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Padang

Cermin.

d. Peneliti lain

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan untuk penelitian

lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif

analitik dengan pendekatan case control. Subjek penelitian yaitu orang tua

siswa SD Negeri 15 Padang Cermin tahun 2018. Objek penelitian yaitu

pengetahuan orang tua siswa tentang imunisasi MR. Lokasi penelitian di SD

Negeri 15 Padang Cermin. Waktu penelitian dilakukan pada Januari tahun

2019. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 43 untuk populasi kasus dan

184 untuk populasi kontrol.

Anda mungkin juga menyukai