Anda di halaman 1dari 20

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan yang
bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit ini disebabkan oleh
berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ saluran pernapasan yang terlibat
adalah hidung, laring, tenggorokan, bronkus, trachea, dam paru-paru, tetpai yang
menjadi focus adalah paru-paru. Titik perhatian ini disepakati karena tingginya
tingkat mortalitas paru-paru. (Widoyono, 2011)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. (Nelson, 2003)

Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. (Suhandayani, 2007)

Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun :
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60x per
menit atau lebih. (Muttaqin, 2008)
7

2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)


Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang
dari ½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin. (Muttaqin, 2008)

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun


1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah
ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis atau meronta). (Muttaqin, 2008)
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai sesak
nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam (chest indrawing)
pada anak berusia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
(Muttaqin, 2008)
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
8

c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
(Muttaqin, 2008)
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk, pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh
lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti
mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru
(sianosis) dan gelisah. (Depkes RI, 2002)

Penyebab penyakit ISPA


ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas.
Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu
yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak
menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah
tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar
kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah
mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak
nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung
zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen
yang sangat berbahaya bagi kesehatan. (Depkes RI, 2002)
9

Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah
yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara. (Dharmage, 2009)
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga
yang memasak sambil menggendong anaknya. (Dharmage, 2009)
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan
upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang
kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang
mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang
penyakit ISPA. (Dharmage,2009)
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu :
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum
air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,
10

sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam


tubuh. (Notoatmodjo, 2007)
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat :
a. Bahan bangunan
a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini
adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian
dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan
berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang
penyakit gangguan pernapasan. (Suhandayani, 2007)
b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila
ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis
khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding
atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah. (Suhandayani, 2007)
c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng
cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.
Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun
dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk
rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu
panas didalam rumah. (Suhandayani, 2007)
d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng) Kayu untuk tiang, bambu untuk
kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman
11

bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa


lubanglubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas
bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang
digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
(Suhandayani, 2007)
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2
(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang
baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab
penyakit). (Suhandayani, 2007)
c. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam
ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat
merusakan mata. (Suhandayani, 2007)
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu :
1) Cerobong asap
12

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik


industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut
dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap
sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang
dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah
larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air
yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang
sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan
supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong
asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat
dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak
yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau
sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan
kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen
cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol,
conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan
kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.
d. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom
menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan
kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh
lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk
mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana
ada orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu
keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga
disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan seharihari yang baik
13

maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit
akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
(Effendy, 2004)

Tanda dan gejala


Tanda dan Gejala ISPA menurut klasifikasi ISPA :

1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
(Smeltzer & Bare, 2002)
Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat memberikan gejala
klinik yang beragam, antara lain :
1. Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal
yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan.
Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior palatum
mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa kedinginan
(chillilness). (Djojodibroto, 2009)
2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat.
Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat
menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetpai gejala koriza jarang.
Gejala umum seperti kedinginan, malaise, rasa sakit di seluruh badan, sakit
kepala, demam ringan, parau (hoarseness). (Djojodibroto, 2009)
3. Gejala faringkonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala
faringal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotophobia dan sering
pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjungtivitis timbul
terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai dua minggu, dan setelah
gejala hilang. Sering terjadi epidemic. (Djojodibroto, 2009)
14

4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,
menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, dan anoreksia
yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan dan nyeri retrosternal.
Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemic yang hebat dan
ditumpangi oleh infeksi bacterial. (Djojodibroto, 2009)
5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberaoa
hari yang disebabkan oleh infeksi virus Coxsackie A. sering menimbulkan
vesikel faringeal, oeral dan gingival yang berubah menjadi ulkus.
(Djojodibroto, 2009)
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur
fungsi siliare (Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise
(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut
cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan
bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan
dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan
mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003)
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis)
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi
anak diraba.
15

b. Gejala dari ISPA Sedang


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan
menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung
dapat digunakan arloji.
b) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
c) Tenggorokan berwarna merah.
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
g) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
a) Bibir atau kulit membiru.
b) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
c) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
d) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
e) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
f) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
g) Tenggorokan berwarna merah.

Penatalaksanaan Kasus ISPA


Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
16

kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang
kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). (Smeltzer & Bare, 2002)
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan
mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak
menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat
dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada
bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi
dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
(Smeltzer & Bare, 2002)
b. Pengobatan
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic
parenteral, oksigendan sebagainya.
2. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap,
dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
17

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotic
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak
dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk
pemeriksaan selanjutnya.
(Smeltzer & Bare, 2002)
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
a) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulangulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI
pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d) Pemberian minuman
18

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e) Lain-lain
 Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
 Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
 Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
 Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
 Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan
diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke
petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
(Depkes RI, 2002)

Tabel 1.1 Tanda dan Gejala serta Penatalaksanaan ISPA


Pneumonia dan Non Pneumonia pada bayi usia < 2 bulan
(Widoyono, 2011)
Usia < 2bulan
Tanda  Napas cepat : ≥ 60  Tidak ada napas cepat : < 60
kali/menit kali/menit, atau
 Tarikan dinding dada  Tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah kuat bagian bawah kea rah dalam
kearah dalam
Klasifikasi Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
19

 Kirim segera ke sarana  Beri nasihat cara perawatan


rujukan o Jaga agar bayi tidak
 Beri antibiotic satu dosis kedinginan
o Teruskan pemberian ASI
dan berikan ASI lebih
sering
o Bersihkan hidung bila
tersumbat
 Anjurkan ibu untuk kembali
kontrol, bila :
o Keadaan bayi memburuk
o Napas menjadi cepat
o Bayi sulit bernapas
o Bayi sulit untuk minum

Tabel 1.2 Tanda dan Gejala serta Penatalaksanaan ISPA


Pneumonia dan Non Pneumonia pada usia 2 bulan sampai 5
tahun (Widoyono, 2011)

Usia 2 bulan sampai 5 tahun


Tanda Tarikan dinding  Tidak ada tarikan  Tidak ada tarikan
dada bagian dinding dada bagian dinding dada ke bagian
bawah kea rah bawah ke arah dalam bawah kea rah dalam
dalam  Napas cepat :  Tidak ada napas cepat
 2 bulan - <12 bulan :  2 bulan - <12 bulan :
≥ 50 kali/menit < 50 kali/menit
 1 tahun - < 5 tahun : 1 tahun - < 5 tahun : <
≥ 40 kali/menit 40 kali/menit
Klasifikasi Pneumonia berat Pneumonia Bukan Pneumonia
20

Tindakan  Rujuk segera  Nasihati ibu untuk  Jika batuk berlangsung


ke sarana melakukan perawatan selama 30 hari, rujuk
kesehatan di rumah untuk pemeriksaan
 Beri antibiotic  Beri antibiotic selama 5 lanjutan
satu dosis bila hari  Obati penyakit lain bila
jarak sarana  Anjurkan ibu untuk ada
kesehatan jauh kontrol setelah 2 hari  Nasihat ibu untuk
 Obati bila atau lebih cepat bila melakukan perawatan di
demam keadaan anak rumah
 Obati bila ada memburuk  Obati bila ada demam
wheezing  Obati bila demam  Obati bila ada wheezing
 Obati bila ada
wheezing

Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit
ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta
istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap
sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita
akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri
penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. (Depkes RI, 2002)
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
21

kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam


penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri. (Depkes RI, 2002)
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang
bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia. (Depkes RI, 2002)
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang
di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). (Depkes
RI, 2002)
22

BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Laporan Kejadian ISPA di Puskesmas Sitopeng


III.1.1. Kasus
Kejadian ISPA pada balita, anak-anak, maupun orang dewasa
banyak sekali didapatkan khususnya di Puskesmas Sitopeng. Dalam
seharinya dapat lebih dari 15 kasus ISPA yang kami temukan. Adapun
salah satu kasus yang kami dapatkan, adalah :
Seorang bayi A berumur 9 bulan datang bersama ibunya ke
Puskesmas Sitopeng untuk memeriksakan keadaan pasien. Menurut
ibunya pasien sering batuk berdahak juga hidung pasien sering
mengeluarkan cairan kental sejak 2 hari yang lalu dan buang air
besarnya sering terutama pada pagi hari konsistensinya cair sejak
kemarin, sehari bayi A buang air besar dapat mencapai 4 kali. Bayi A
cenderung menjadi rewel dan sering menangis.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 6,5 kg. pada
pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop ditemukan bunyi
stridor pada kedua lapang paru. Ibu pasien mengatakan pasien belum
pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

III.1.2. Identitas pasien


Nama : Bayi A
Umur : 9 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : RT05/RW08
Agama : Islam
Nama ibu : Ibu A
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan ibu : Smp
23

Status pernikahan : menikah


Status ekonomi: Gakin (keluarga Miskin)
Tanggal kunjungan : 25 Juni 2015

III.1.3. Riwayat Medis/ evaluasi fisik


a. Keluhan Utama
Batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu, awalnya batuk biasa namun
lama kelamaan berdahak dan sangat sering batuknya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak kemarin bayi A buang air besar konsistensinya cair, dalam
sehari dapat mencapai 3-4 kali dengan jumlah yang tidak menentu,
kadang banyak dan kadang sedikit warnanya coklat. Kemudian ibu
pasien langsung membawa pasien ke puskesmas untuk
memeriksakan keadaan pasien. Keluhan tidak disertai mual
muntah, namun badan pasien agak hangat menurut ibu pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut ibu pasien, bayi A tidak pernah mengalami sakit seperti
ini sebelumnya. Dulu pasien hanya demam biasa yang kemudian
sembuh sendiri.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut ibu pasien, di keluarga tidak ada yang sakit serupa dengan
pasien. Tidak ditemukan riwayat hipertensi atau diabetes mellitus.
e. Riwayat Alergi
Disangkal.
f. Obat-obatan
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.

III.1.4. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum pasien tampak kurang aktif dan cenderung diam
saja.
24

b. Kesadaran pasien composmentis.


c. Tanda vital
Nadi : 110 kali/menit
Suhu : subfebris (dengan pemeriksaan relative dengan
pemeriksa yang tidak mengalami demam/dalam kondisi normal).
Respirasi : 22 kali/menit

III.1.5. Pemeriksaan Generalis


a. Kepala
Distribusi rambut merata dan tidak ada kelainan, ubun-ubun tidak
cekung.
b. Wajah
Tidak pucat dan tidak terdaapat ruam pada kulit wajah bayi.
c. Mata
Mata sedikit mengeluarkan secret putih (belekan). Reflek pupil
baik.
d. Pendengaran
Pendengaran bayi A termasuk baik, karena pada saat di panggil
namanya bayi A dapat merespon dengan menengok ke arah
datangnya suara.
e. Hidung
Fraktur (-), deviasi (-), secret (+), hiperemis (+), dan tidak ada luka
di sekitar hidung.
f. Mulut
Tidak ada kelainan di daerah mulut.
g. Leher
Deviasi (-), tidak terdapat luka maupun pembengkakan kelenjar di
sekitar leher.
25

h. Thoraks
 Inspeksi, bentuk dada simetris, datar tidak ada retraksi, tidak
ditemukan bekas luka, dan pada saat bernafas dada tidak ada
yang tertinggal.
 Palpasi, ictus cordis teraba, bayi tidak rewel pada saat di
palpasi, bayi hanya diam saja sehingga disimpulkan tidak ada
nyeri tekan.
 Perkusi
Tidak dilakukan karena bayi sudah mulai tidak nyaman dan
mulai merengek.
 Auskultasi
Terdengar bunyi abnormal yaitu Stridor (terdengar pada saat
bayi menarik nafas).
i. Abdomen
Dalam batas normal, tidak ada luka dan tidak ada pelebaran vena di
sekitar abdomen.
j. Ekstremitas
Akral : hangat.
Kuku : tidak terdapat sianosis.

III.2 Hasil Pembahasan


Dari hasil kuisioner yang telah kelompok kami bagikan, umunya balita
maupun orang dewasa yang terserang ISPA dikarenakan paparan asap rokok.
Mereka yang disebut perokok pasif kurang mengetahui tentang ISPA dan
bahayanya merokok dalam rumah maupun ditempat umum. Dari Hasil
kuisioner juga telah disimpulkan bahwa kasus terbanyak pada Puskesmas
Sitopeng adalah penderita ISPA.

Anda mungkin juga menyukai