Anda di halaman 1dari 8

Marantika dkk, Gambaran Penerapan SBAR ...

GAMBARAN PENERAPAN SBAR DAN TULBAKON DALAM


KOMUNIKASI INTERDISIPLINER
(STUDI PENELITIAN DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA)
Dyci Marantika, Endang Pertiwiwati, Herry Setiawan

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung


Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi: Dycimarantika@gmail.com

ABSTRAK
SBAR merupakan teknik komunikasi antara tim kesehatan tentang kondisi pasien, terutama
kondisi kritis yang membutuhkan tindakan segera, sedangkan Tulbakon merupakan proses
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan cepat. Penerapan SBAR dan Tulbakon
yang baik dapat meningkatkan keselamatan pasien. Mengetahui gambaran penerapan SBAR dan
Tulbakon dalam komunikasi interdisipliner di RSUD Ratu Zalecha Martapura. Penelitian
deskriptif pada 43 responden di ruang perawatan VIP Intan dan Assami RSUD Ratu Zalecha
Martapura. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran penerapan SBAR secara
keseluruhan menunjukan hasil kategori sangat baik 76,7% responden, kategori baik 21,0%
responden, dan kategori cukup 2,3% responden. Gambaran penerapan Tulbakon secara
keseluruhan menunjukan hasil kategori sangat baik 46,5% reponden, kategori baik 41,9%
responden dan kategori cukup 11,6% responden. Penerapan SBAR dan Tulbakon diyakini dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Ketaatan pada SPO sudah sangat baik dilakukan, akan tetapi
sangat lebih baik lagi apabila semua perawat melaksanakan sesuai dengan SPO rumah sakit.

Kata-kata kunci : Komunikasi interdisipliner, SBAR, Tulbakon.

ABSTRACT
SBAR is a technique of communication among the medical team about the condition of patient,
especially critical condition which needed a direct an action. Meanwhile Tulbakon is a
verification process on the accuracy of oral communication quickly. The good implementation of
SBAR and Tulbakon in interdisciplinary communication are able to increase the salvation of
patient. To know the description of the application of SBAR and Tulbakon on the interdisciplinary
communication at RSUD Ratu Zalecha Martapura. Description research of 43 respondents at
VIP Intan ward and Assami wardat RSUD Ratu Zalecha Martapura. Based on the result of the
research found the whole description of the application of SBAR shows that 76,7% respondents
included in very good category, 21,0% respondents included in good category , and 2,3%
respondents included in adequate category. The description of the whole application of Tulbakon
shows that 46,5% respondents included in very good category, 41,9% respondents included in
good category, and 11,6% respondents included in adequate category. The description of the
application of SBAR and Tulbakon are believed both SBAR and Tulbakon can increase the
salvation of patient. The loyalty on the SOP has been already used well, yet it would be better if
all of the nurses apply its based on the SOP hospital.

Keywords : Communication interdisciplinary, SBAR, Tulbakon.

71
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 71-78

PENDAHULUAN
Recommendation (SBAR) dan tulis,
Hak setiap pasien yang menjadi baca, konfirmasi (Tulbakon) (8). SBAR
prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan merupakan tool yang dapat digunakan
adalah keselamatan pasien (1). perawat dalam berkomunikasi dengan
Keselamatan pasien dapat ditingkatkan dokter untuk menyampaikan kondisi
dengan komunikasi efektif, yang klinis pasien secara jelas dan terstruktur
merupakan salah satu Sasaran (5). Tulbakon merupakan tool yang
Internasional Keselamatan Pasien digunakan perawat dalam berkomunikasi
(SIKP) (2). Walter Lippman dengan dokter untuk memvalidasi atas
menyebutkan bahwa komunikasi efektif apa yang diinformasikan dari
merupakancara yang tepat agar komunikasi SBAR (6). Komunikasi
komunikator dapat menyampaikan pesan perawat akan menjadi efektif dengan
berupa informasi ataupun persuasi tool SBAR, selain itu juga dapat
sehingga dapat diterima dan dilakukan menstimulus motivasi dan psikomotor
oleh komunikan. Cara melakukan agar meningkat (9,10).
komunikasi dapat melalui ucapan Berdasarkan studi pendahuluan
langsung, menulis dan dengan media yang dilakukan, didapatkan data dari
elektronik (3). hasil wawancara (Kamis, 4 Mei 2017)
Komunikasi yang dilakukan oleh dengan kepala Instalasi Rawat Inap
dua orang disebut dengan komunikasi (Irna) Rumah Sakit Umum Daerah
interpersonal, dilakukan dengan cara (RSUD) Ratu Zalecha Martapura, yang
bergantian dalam pertukaran informasi terdiri dari 10 ruang rawat inap telah
untuk adanya suatu perubahan yang menerapkan komunikasi efektif dalam
diharapkan (4). Hasil pemeriksaan kritis pelaporan kondisi pasien dari perawat
yang dilaporkan melalui komunikasi kepada dokter. Komunikasi efektif
langsung, apalagi dengan perantara dilakukan perawat apabila terjadi
telepon, sangat rentan terjadinya kegawatdaruratan pada pasien diluar
kesalahan (5). Laporan dari KKP-RS waktu kunjungan pemeriksaan dokter
(2011) mengenai insiden keselamatan menggunakan media telepon, terutama
pasien di Indonesia sangatlah ruang perawatan Assami dan VIP Intan.
berfluktuasi (6). Tahun 2006-2007 Ruang perawatan Assami dan VIP Intan
sebanyak 145 kejadian, menurun pada merupakan ruang perawatan gabungan
tahun 2008, yaitu sebanyak 61 kejadian. dengan permasalahan pasien beragam.
Meningkat kembali pada tahun 2009, Teknik ini diterapkan sejak keluarnya
yaitu sebanyak 114 kejadian. Menurun Standar Prosedur Operasional (SPO)
lagi pada tahun 2010, yaitu sebanyak Komunikasi Via Telepon dengan
103 kejadian dan tahun 2011 sebanyak Teknik Situation, Backgorund,
34 kejadian.Faktor yang paling sering Assessment dan Recommendation
menyebabkan adanya insiden (SBAR) dan Tulis, Baca dan Konfirmasi
keselamatan pasien di rumah sakit (Tulbakon), Nomor 04.010/SKP/2016
adalah karena komunikasi yang tidak dan telah dilakukan sosialisasi dalam in
efektif (7). Penggunaan komunikasi house training RSUD Ratu Zalecha
efektif bermanfaat untuk menurunkan Martapura.
kasus kejadian yang mengancam Observasi saat studi pendahuluan
keselamatan pasien. juga dilakukan (Kamis, 4 Mei 2017),
Perawat dan dokter dalam yaitu dokumentasi yang dilakukan oleh 3
melakukan komunikasi interdisipliner perawat yang melakukan konsultasi
dapat menggunakan metode komunikasi pasien kepada dokter via telepon, rata-
Situation, Background, Assessment, rata perawat hanya menyebutkan item
72
Marantika dkk, Gambaran Penerapan SBAR ...

situation seperti nama perawat, diagnosis HASIL DAN PEMBAHASAN


medis dan kondisi saat ini saja.
Background hanya menyebutkan tanda- Karakteristik Responden
tanda vital (TTV) dan pada
recommendationhanya menyebutkan Tabel 1. Karakteristik responden
terapi oleh dokter saja. Item-item yang Mean Med Mo Min- SD
ada pada SPO tidak semuanya Maks
tersampaikan, seperti pada assessment Usia 34,4 43 32 22-50 6,3
(Tahun)
yang tidak ada dalam Lama 2
pendokumentasiannya. Bekerja 10,7 10 dan 2-30 6,4
Berdasarkan paparan di atas, (Tahun) 7
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang "Gambaran Penerapan Tabel 1 menunjukkan bahwa
SBAR dan Tulbakon dalam Komunikasi sebaran usia rata-rata perawat adalah
Interdisipliner di RSUD Ratu Zalecha 34,4 tahun, dengan rentang usia antara
Martapura (Ruang Perawatan VIP Intan 22 tahun sampai 50 tahun dan lama
dan Assami)". bekerja perawat rata-rata adalah 10,7
tahun, dengan rentang lama bekerja
METODE PENELITIAN antara 2 tahun sampai 30 tahun.

Penelitian ini merupakan Tabel 2. Sebaran karakteristik responden


penelitian deskriptif. Jumlah populasi Frek Pros
dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 43 (N=43) (%)
perawat, teridiri dari perawat ruang VIP Jenis Kelamin
Intan sebanyak 25 perawat dan Assami Laki-laki 16 37,2%
sebanyak 18perawat. Perempuan 27 62,8%
Teknik sampling yang digunakan Status
pada penelitian ini adalah Total Kepegawaian
Sampling, dengan jumlah sampel 43 PNS 32 74,4%
perawat. Instrumen penelitian ini Non PNS 11 25,6%
menggunakan lembar observasi sesuai Pendidikan
Terakhir
SPO Nomor 04.010/SKP/2016 tentang
D3 33 76,8%
Komunikasi Via Telepon dengan Teknik S1 6 13,9%
SBAR dan Tulbakon yang ada di RSUD Ners 4 9,3%
Ratu Zalecha Martapura. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengobservasi Jenis kelamin perawat lebih
penerapan SBAR dan Tulbakon yang didominasi oleh perempuan sebanyak
dilakukan oleh perawat saat melakukan 62,8%. Lebih banyak yang berstatus
konsultasi pasien kepada dokter melalui sebagai PNS yaitu sebesar 78,3%.
telepon. Pendidikan terakhir perawat masih
didominasi D3 sebanyak 76,8%.

73
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 71-78

Gambaran Penerapan Situation Gambaran Penerapan Assessment

Tabel 3. Gambaran penerapan situation Tabel 5. Gambaran penerapan


Frek (N) Pros (%) assessment
Sangat Baik 35 81,4% Frek (N) Pros (%)
Baik 8 18,6% Sangat Baik 20 46,5%
Cukup 0 0% Baik 21 48,8%
Total 43 100% Cukup 2 4,7%
Total 43 100%
Tabel 3 menunjukan 81,4%
perawat dalam kategori sangat baik dan Tabel 5 menunjukan gambaran
18,6% perawat dalam kategori baik dari penerapan assessment pada SBAR
total 43 responden. Rata-rata perawat menunjukkan hasil 48,8% perawat dalam
mampu menerapkan komponen kategori baik dari total 43 responden.
situation. Supinganto (2015) Hal ini sesuai dengan Nazri (2015), yang
mengatakan, bahwa komponen situation mengatakan bahwa komponen
lebih besar dalam kategori efektif yaitu assessment jarang dilakukan oleh
82,0%dari total 50 responden (10). perawat yaitu hanya 21% (11).

Gambaran Penerapan Background Gambaran Penerapan


Recommendation
Tabel 4. Gambaran penerapan
background Tabel 6. Gambaran penerapan
Frek (N) Pros (%) recommendation
Sangat Baik 35 81,4% Frek (N) Pros (%)
Baik 8 18,6% Sangat Baik 17 39,5%
Cukup 0 0% Baik 24 55,8%
Total 43 100% Cukup 2 4,7%
Total 43 100%
Tabel 4 menunjukangambaran
penerapan background pada SBAR Tabel 6 menunjukan gambaran
menunjukkan hasil sebanyak 81,4% penerapan recommendation pada SBAR
perawat dalam kategori sangat baik dari menunjukkan hasil sebanyak 24 (55,8%)
total 43 responden. Hal ini menunjukkan perawat dalam kategori baikdari total 43
secara keseluruhan semua komponen responden. Hal ini berbeda dengan Nazri
background tersampaikan walapun tidak (2015), yang mengatakan komponen
sempurna. Nazri (2015) menyatakan recommendation tercapai 100% pada
komponen background tercapai 64% implementasi komunikasi perawat dan
pada implementasi komunikasi perawat dokter melalui telepon di ruang ICU
dan dokter melalui telepon di ruang (11). Hal ini menunjukkan bahwa
Intensive Care Unit (ICU) (11). responden belum mampu berkolaborasi
dengan dokter dalam memberikan
rekomendasi berupa intervensi yang
akan dilakukan atas masalah
keperawatan dan medis yang muncul
pada pasien.

74
Marantika dkk, Gambaran Penerapan SBAR ...

Gambaran Penerapan SBAR menunjukkan hasil sebanyak 32 (74,4%)


Keseluruhan perawat dalam kategori dilakukan
dengan sempurna dari total 43
Tabel 7. Gambaran penerapan SBAR responden. Hasil ini berbeda dengan
Frek (N) Pros (%) penelitian Nazri (2015) yang
Sangat Baik 33 76,7% menyatakan hasil tulis kembali tercapai
Baik 9 21,0% 100% dari total 12 responden (11).
Cukup 1 2,3% Kegiatan yang dilakukan yaitu perawat
Total 43 100% menulis informasi/perintah yang
diterima secara lengkap, hasil
Tabel 7 menunjukan gambaran pemeriksaan kritis serta menulis nama
penerapan SBAR secara keseluruhan jelas dan tanda tangan pada formulir
menunjukan hasil sebanyak 33 (76,7%) catatan lengkap perintah lisan/melalui
perawat termasuk dalam kategori sangat telepon/pelaporan. Hal ini menunjukan
baik, dari total 43 responden. Sejalan perawat mampu melakukan dokumentasi
dengan Supinganto (2015), yang yang penting untuk meningkatkan
mengatakan komunikasi efektif SBAR efisisensi, perawatan pasien secara
26 (52,0%) efektif dan 24 (48,0%) tidak individu (13).
efektif dari total 50 responden (10).
Penerapan SBAR yang tergolong Gambaran Penerapan Baca
sangat baik tidak luput dari tahapan
persiapan yang sangat baik pula, karena Tabel 9. Gambaran penerapan baca
kesiapan mempengaruhi proses Frek Pros
komunikasi. Kompetensi dan (N) (%)
kemampuan perawat merupakan kunci Dilakukan dengan 21 48,8%
keberhasilan komunikasi antara perawat Sempurna
dan dokter melalui telepon, sehingga Dilakukan tapi Tidak 21 48,8%
komunikasi menjadi efektif (11). Hasil Sempurna
literature review dari sepuluh jurnal Tidak Dilakukan 1 2,3%
menyatakan bahwa efektifitas Total 43 100%
komunikasi SBAR dapat meningkatkan
keselamatan pasien (12). RSUD Ratu Tabel 9 menunjukan gambaran
Zalecha Martapura juga melakukan in penerapan baca pada Tulbakon
house training mengenai komunikasi menunjukkan hasil sebanyak 21 (48,8%)
efektif sebelum berlakunya SPO perawat yang sama dalam kategori
komunikasi SBAR dan Tulbakon. dilakukan dengan sempurna sekaligus
dilakukan tapi tidak sempurna dari total
Gambaran Penerapan Tulis 43 responden. Nazri (2015) juga
Tabel 8. Gambaran penerapan tulis mengatakan hasil baca kembali yang
Frek Pros hanya tercapai 21% dari total 12
(N) (%) responden (11). Hal ini menunjukkan
bahwa perawat belum mampu
Dilakukan dengan 32 74,4%
Sempurna membacakan kembali instruksi yang
Dilakukan tapi Tidak 11 25,6% diberikan oleh dokter. Kegiatan yang
Sempurna dilakukan yaitu perawat mengkonfirmasi
Tidak Dilakukan 0 0% ulang perintah/informasi dengan cara
Total 43 100% membacakan kembali perintah/
informasi yang telah ditulis. Hal ini tidak
Tabel 8 menunjukan gambaran sesuai dengan prinsip Tulbakon yang
penerapan tulis pada Tulbakon merupakan jenis komunikasi dua arah
75
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 71-78

yang harus ada proses feed back yang Gambaran Penerapan Tulbakon
bersifat informatif (4). Keseluruhan

Gambaran Penerapan Konfirmasi Tabel 11.Gambaran penerapan Tulbakon


Tabel 10. Gambaran penerapan konfirmasi Frek (N) Pros (%)
Frek Pros Sangat baik 20 46,5%
(N) (%) Baik 18 41,9%
Dilakukan dengan 13 30,2% Cukup 5 11,6%
Sempurna Total 43 100%
Dilakukan tapi Tidak 17 39,5%
Sempurna Tabel 11 menunjukan gambaran
Tidak Dilkakukan 13 30,2% penerapan Tulbakon secara keseluruhan
Total 43 100%
menunjukan hasil sebanyak 20 (46,5%)
perawat termasuk dalam kategori sangat
Tabel 10 menunjukan gambaran baik, dari total 43 responden. Data
penerapan konfirmasi pada Tulbakon tersebut menunjukkan untuk penerapan
menunjukkan hasil 17 (39,5%) catatan tulbakon, hanya tercapai kurang dari
medis dalam kategori dilakukan tapi 50%. Padahal Tulbakon juga sudah
tidak sempurna dari total 43 catatan diberikan in house training bersamaan
medis. Nazri (2015) juga mengatakan dengan SBAR yang menjadi satu dalam
hasil konfirmasi kembali tidak pernah komunikasi efektif. Model teknik
dilakukan yaitu 0% dari total 12 komunikasi Tulbakon memiliki manfaat
responden (11). Kegiatan yang dilakukan mengurangi insiden keselamatan pasien
yaitu dokter mengkonfirmasi perintah (11). Kategori yang cukup ini sesuai
yang diberikan dalam 24 jam.SPO dengan Triwibowo (2013) yang
mengharuskan ditanda tangan dalam menyatakan bahwa kekurangan
waktu 24 jam. Keadaan ini membuat komunikasi tertulis adalah kadang-
posisi perawat lemah secara hukum, kadang tidak jelas umpan balik dapat
karena dokter yang memberikan berlangsung dengan waktu yang cukup
instruksi tidak memberi tanda tangan, lama (4). Hal ini sesuai dengan rekam
sedangkan instruksi tersebut sudah medis pasien yang tidak ditandatangani
dikerjakan oleh perawat kepada pasien. oleh dokter yang bersangkutan dalam
Kegiatan ini merupakan suatu waktu 24 jam setelah memberikan advis
pelimpahan wewenang. Pelimpahan kepada perawat melalui telepon.
wewenang yang diberikan dokter kepada
perawat merupakan suatu mandat. PENUTUP
Tanggung jawab atas mandat tersebut
berada pada yang memberi wewenang Berdasarkan hasil penelitian yang
dalam hal ini adalah dokter (14). Hal ini dilakukan terhadap 43 responden, maka
juga menunjukan adanya kualitas didapatkan simpulan untuk karakteristik
komunikasi yang masih rendah, yang perawat rata-rata berusia 34,4 tahun dan
dipengaruhi oleh equality (kesetaraan) lama bekerja 10,7 tahun. Perawat
dan credibility (kredibiltas) (4). perempuan lebih banyak 62,8% dari
pada perawat laki-laki yang hanya
37,2%. Perawat dengan status PNS lebih
banyak yaitu 74,4% dan pendidikan
yang lebih banyak yaitu D3 sebesar
76,8%. Gambaran penerapan situation
pada SBAR, menunjukkan hasil
sebanyak 81,4% perawat dalam kategori
76
Marantika dkk, Gambaran Penerapan SBAR ...

sangat baik. Gambaran penerapan 3. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu


Background pada SBAR, menunjukkan komunikasi teori dan praktik.
hasil sebanyak 81,4% perawat dalam Bandung: Remaja Rosdakarya;
kategori sangat baik. Gambaran 2013.
penerapan assessment pada SBAR,
menunjukkan hasil sebanyak 48,8% 4. Triwibowo C. Manajemen
perawat dalam kategori baik. Gambaran pelayanan keperawatan di rumah
penerapan recommendation pada SBAR, sakit. Jakarta: CV. Trans Info
menunjukkan hasil sebanyak 55,8% Media; 2013.
perawat dalam kategori baik. Gambaran
penerapan SBAR secara keseluruhan, 5. Nasution Z. Pengaruh implementasi
menunjukan hasil sebanyak 76,7% international patient safety goals
perawat termasuk dalam kategori sangat (ipsg) terhadap kinerja perawat di
baik. Gambaran penerapan komponen ruang rawat inap rsup h. adam malik
tulis pada Tulbakon, menunjukkan hasil medan. Medan: Program Studi
74,4% dilakukan dengan sempurna. Magister Ilmu Keperawatan
Gambaran penerapan baca pada Fakultas Keperawatan Universitas
Tulbakon menunjukkan hasil sebanyak Sumatera Utara; 2013.
48,8% perawat dalam kategori dilakukan http://repository.usu.ac.id/handle/12
dengan sempurna sekaligus dilakukan 3456789/51555
tapi tidak sempurna. Gambaran
penerapan konfirmasi pada Tulbakon, 6. Qomariah SN. Hubungan faktor
menunjukkan hasil sebanyak 39,5% komunikasi dengan insiden
catatan medis dalam kategori dilakukan keselamatan pasien. Volume 06,
tapi tidak sempurna. Gambaran Nomor 02. Journals of Ners
penerapan Tulbakon secara keseluruhan, Community 2015. https://journal.
menunjukan hasil sebanyak 41,9% unigres.ac.id/index.php/JNC/article/
perawat termasuk dalam kategori baik. view/48
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
acuan dalam melakukan penelitian 7. Cahyono JB, Suharjo B.
selanjutnya. Penelitian lanjutan juga bisa Membangun budaya keselamatan
dilakukan pada tahap persiapan dan pasien dalam praktek kedokteran.
pelaksanaan. Faktor-faktor yang Jakarta: Kanikius; 2012.
mempengaruhi pelaksanaan SBAR dan
Tulbakon di rumah sakit. Mengetahui 8. KARS. Panduan penyusunan
faktor-faktor lain yang dapat mendukung dokumen akreditasi. Jakarta; 2012.
terciptanya pelaksanaan SBAR dan
Tulbakon baik juga bisa dilakukan pada 9. Fitria CN. Efektifitas pelatihan
penelitian selanjutnya. komunikasi sbar dalam
meningkatkan motivasi dan
KEPUSTAKAAN psikomotor perawat di ruang
medikal bedah rs. pku
1. Peraturan Menteri Kesehatan muhammadiyah surakarta.
Republik Indonesia Nomor 11 Surakarta; 2013. https://jurnal.
Tahun 2017 tentang Keselamatan unimus.ac.id/index.php/psn1201201
Pasien Rumah Sakit; 2017. 0/article/view/860

2. KARS. Standar akreditasi rumah 10. Supinganto A. Identifikasi


sakit. Kemenkes RI; 2011. komunikasi efektif sbar di rsud kota
mataram. Mataram; 2015.
77
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 71-78

http://stikesyarsimataram.ac.id/sys-
content/uploads/file/Artikel%20SB
AR%20SUHARMANTO%20feb-
juli%202015.pdf

11. Nazri, Fajar, Siti Juhairiyah S. dan


Arif M. Implementasi komunikasi
efektif perawat-dokter dengan
telepon di ruang icu rumah sakit
wava husada. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No.
2, 2015. http://jkb.ub.ac.id/index.
php/jkb/article/view/1009

12. Sukesih dan Istanti YP. Peningkatan


patient safety dengan komunikasi
sbar. The 2nd University Research
Coloquium 2015. ISSN 2407-9189
hal. 177-183.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php
/psn12012010/article/view/1586

13. Potter, Patricia A., dan Perry AG.


Buku ajar fundamental keperawatan
konsep, proses dan praktik edisi 4.
Jakarta: EGC; 2005.

14. UU No. 38 tahun 2014 tentang


Keperawatan.

78

Anda mungkin juga menyukai