Anda di halaman 1dari 8

Hatari, N., dkk.

/ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

USEJ 5 (2) (2016)

Unnes Science Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND


SHARE (SSCS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Niki Hatari, Arif Widiyatmoko, Parmin

Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Search, Solve, Create,
Diterima: Mei 2016 and Share (SSCS) menggunakan pendekatan problem solving terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
Disetujui: Juni 2016 Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan
Dipublikasikan: Juli 2016
nonequivalent control group design. Hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran pada kelas
eksperimen meningkat sebesar 0,59, sedangkan pada kelas kontrol meningkat sebesar 0,34. Hasil tersebut
Keywords:
menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Keterampilan berpikir kritis
SSCS;Critical thinking Skill
siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol dengan
perhitungan nilai Z=5,01. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Search, Solve, Create, and Share efektif terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

Abstract
The aims of this research is to know the effectiveness of the learning model Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) using problem solving approach toward critical thinking skills. Critical thinking skills can be
developed through learning by using problem solving approach. The design used in this study was quasi
experiment with nonequivalent control group design. The results of tests of critical thinking skills of students
in experiment group after learning increased 0.59, while in the control group after learning increased 0.34.
The results showed that the experiment group is better than control group. Critical thinking skills students
showed a significant difference between experiment and control group with the calculation of the value of z
= 5.01. Based on this research, it can be concluded that the model of learning Search, Solve, Create, and
Share is effective towards critical thinking skills.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


p-ISSN 2252-6617
e-ISSN 2502-6232

Alamat korespondensi:
Jurusan IPATerpadu FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D5 Lt. 1 Kampus Sekaran Gunungpati
Telp. (024) 70805795 Semarang 50229
E-mail: nikihatari@gmail.com

1253
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN membuat pertimbangan, menciptakan, dan


menerapkan pengetahuan baru pada situasi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dunia nyata. Kemampuan tersebut penting
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan dalam proses pembelajaran karena kemampuan
suatu proses interaksi antara pendidik, peserta ini memberikan kesempatan kepada siswa belajar
didik, dan sumber belajar dalam suatu melalui penemuan (Sujiono & Widiyatmoko,
lingkungan belajar. Pelaksanaan pembelajaran 2014).
seharusnya menggunakan pendekatan Ennis sebagaimana dikutip oleh Fisher
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student (2009) mengungkapkan bahwa berpikir kritis
centered). Siswa ditempatkan sebagai subjek adalah berpikir masuk akal dan reflektif yang
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan difokuskan pada pengambilan keputusan tentang
minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak apa yang dilakukan atau diyakini. Indikator
hanya dituntut untuk mendengarkan dan keterampilan berpikir kritis meliputi (1) memberi
menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, penjelasan sederhana (elementary clarification); (2)
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan membangun keterampilan dasar (basic support);
dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas (3) menyimpulkan (inference); (4) membuat
dan tingkat perkembangan berpikirnya, serta penjelasan lebih lanjut (advance clarification); dan
diajak ikut serta untuk memecahkan masalah- (5) strategi dan taktik.
masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Melatih dan mengembangkan keterampilan
Proses pembelajaran dapat dilaksanakan berpikir kritis siswa tidak dapat diajarkan dengan
dengan berbagai model pembelajaran yang pembelajaran ceramah, tetapi harus dipraktikkan
sesuai dengan materi yang diajarkan. Dewey secara terus-menerus. Adnyana (2012)
sebagaimana dikutip Suyanto & Jihad (2013) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model
menjelaskan model pembelajaran merupakan ceramah tidak melatih dan kurang mendorong
suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan siswa dalam mengembangkan keterampilan
untuk merancang tatap muka di kelas atau berpikir kritis, sehingga menyebabkan
pembelajaran tambahan di luar kelas, serta untuk keterampilan berpikir kritis siswa rendah.
menyusun materi. Rohwati (2012) menyatakan Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa
bahwa penggunaan model pembelajaran yang juga diungkapkan oleh guru IPA dalam
cocok untuk materi serta kondisi siswa dan wawancara yang menyatakan bahwa pada proses
tuntutan akademis akan membantu pelaksanaan pembelajaran siswa kurang kritis dalam
kegiatan belajar mengajar yang efektif, menanggapi persoalan yang diberikan, sehingga
menyenangkan, dan edukatif. pembelajaran di kelas kurang aktif. Siswa masih
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membutuhkan bimbingan untuk melatih dan
sangat penting untuk melatih keterampilan mengembangkan keterampilan berpikir
berpikir siswa dan mengembangkan potensinya kritisnya.
dengan baik. Depdiknas menyatakan bahwa Keterampilan berpikir siswa dapat
salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu berkembang melalui latihan berpikir dalam
dikembangkan melalui proses pendidikan adalah menanggapi suatu masalah maupun
ketrampilan berpikir. United Nations Educational, menyelesaikan suatu masalah. Hasil observasi di
Scientific and Cultural Organization (UNESCO) SMP N 5 Magelang menunjukkan bahwa proses
menetapkan bahwa salah satu kemampuan yang pembelajaran IPA kurang memperhatikan proses
perlu dibekalkan pada siswa di abad 21 yaitu berpikir dan pengembangan berpikir siswa. Pada
keterampilan berpikir kritis (Sani, 2014). Tawil & prosesnya, pembelajaran IPA masih bersifat
Liliasari (2013) menyatakan bahwa berpikir kritis teacher centered atau berpusat pada guru.
termasuk dalam berpikir komplek (complex Pembelajaran IPA yang masih berpusat pada
thinking) yang termasuk dalam proses berpikir guru kurang melibatkan keaktifan siswa dalam
tingkat tinggi (high level thinking). proses belajar, sehingga siswa hanya menerima
Berpikir kritis melibatkan aktivitas- informasi dan cenderung pasif. Siswa pasif dalam
aktivitas, seperti menganalisis, menyintesis, menerima pelajaran, minat bertanya, dan

1254
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

kemampuan siswa dalam menjawab maupun Tabel 1. Nonequivalent Control Group Design
menanggapi pertanyaan guru juga masih rendah.
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk aktif atau bersifat Eksperimen 01 X 02
student centered dalam proses pembelajaran dapat Kontrol 03 Y 04
meningkatkan kreativitas siswa, melatih
keterampilan berpikir siswa, dan meningkatkan
Keterangan:
pemahaman siswa. Salah satu pembelajaran
X = Pembelajaran tema bunyi dengan model
yang dapat mengembangkan keterampilan
SSCS
berpikir siswa adalah pembelajaran
Y = Pembelajaran tema bunyi dengan model
berpendekatan problem solving (pemecahan
pengajaran langsung (Direct Instruction)
masalah).
01 = Pretest kelas eksperimen
Model pembelajaran Search, Solve, Create,
02 = Posttest kelas eksperimen
and Share (SSCS) adalah model yang
03 = Pretest kelas kontrol
mengajarkan suatu proses pemecahan masalah
04 = Posttest kelas kontrol
dan mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah (Lartson, 2013). Model SSCS
Pengambilan sampel menggunakan teknik
berpendekatan problem solving (pemecahan
purpossive sampling, sehingga diperoleh kelas VIII
masalah) didesain untuk mengembangkan
C sebagai kelas eksperimen yang diberikan
keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan
perlakuan dengan model pembelajaran SSCS.
pemahaman terhadap konsep ilmu (Utami,
Kelas VIII D ditetapkan sebagai kelas kontrol
2011). Tahap search bertujuan untuk
yang diberikan perlakuan dengan model
mengidentifikasi masalah, yaitu siswa menggali
pembelajaran langsung (ceramah). Data
informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah
keterampilan berpikir kritis diperoleh dengan
yang akan dipecahkan. Tahap solve bertujuan
metode tes (pretest dan posttest) dan observasi,
untuk merencanakan penyelesaian masalah.
sedangkan tanggapan siswa terhadap model
Pada tahap ini siswa dapat merencanakan
pembelajaran SSCS diperoleh dengan metode
berbagai macam cara untuk menyelesaikan
angket.
permasalahan. Tahap create bertujuan untuk
melaksanakan penyelesaian masalah, siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
menhasilkan produk yang berupa solusi masalah.
Tahap share bertujuan untuk mengomunikasikan
penyelesaian masalah yang dilakukan. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan Keterampilan berpikir kritis siswa dikaji
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes.
keefektifan model pembelajaran SSCS terhadap Pengamatan keterampilan berpikir kritis siswa
keterampilan berpikir kritis siswa. dilakukan pada setiap kegiatan diskusi. Kriteria
keterampilan berpikir kritis siswa dalam
METODE penelitian ini, yaitu tidak kritis, cukup kritis,
kritis, dan sangat kritis. Siswa dapat memenuhi
Penelitian ini merupakan penelitian kriteria kritis jika mampu menunjukkan beberapa
eksperimen dengan desain nonequivalent control aktivitas sesuai indikator berpikir kritis.
Perbedaan keterampilan berpikir kritis
group design yang dilakukan di SMP N 5
Magelang tahun ajaran 2015/2016. Desain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdasarkan pengamatan pada kegiatan diskusi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
dapat dilihat pada Gambar 1.

1255
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

15 14 100 86,25
12 76,5
82,25
80
Jumlah Siswa
10 66,25 74,75

Nilai Rata-Rata
10 9 63,75
66,25
60 46
52,75
43,25

5 40
3
20
0 0
Cukup Kritis Sangat 1 2 3 4 5
Kritis Kritis Kontrol Eksperimen
Kontrol Eksperimen Gambar 2. Perbedaan Setiap Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis
Gambar 1. Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa pada Kegiatan Diskusi
Keterangan: (1) memberi penjelasan
sederhana; (2) membangun keterampilan dasar;
Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah
siswa kelas eksperimen yang memiliki kriteria (3) menyimpulkan; (4) membuat penjelasan lebih
kritis dan sangat kritis lebih banyak lanjut; (5) menerapkan strategi dan taktik.
dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa kelas Gambar 2 menunjukkan perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol juga diberi kesempatan untuk melakukan
kegiatan diskusi, tapi dengan alokasi waktu yang kontrol pada setiap indikatornya. Terlihat bahwa
lebih sedikit. Faktor ini yang membatasi aktivitas rata-rata setiap indikator keterampilan berpikir
siswa, sehingga siswa kelas kontrol kurang kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
maksimal dalam berlatih mengembangkan
Pada indikator ketiga, yaitu keterampilan
keterampilan berpikirnya pada kegiatan diskusi.
siswa dalam menyimpulkan pada kelas
Hasil ini sesuai dengan pernyataan Walker
eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai
(2003) bahwa pembelajaran aktif dengan diskusi
dan debat dapat meningkatkan keterampilan paling rendah. Hal ini disebabkan karena
berpikir kritis. Keadaan ini juga didukung oleh sedikitnya kesempatan yang diberikan kepada
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh siswa untuk menyampaikan kesimpulan dari
penyelesaian masalah dan materi pelajaran yang
Fatimah & Widiyatmoko (2014) yang
menunjukkan bahwa proses diskusi dalam telah dipelajari, sehingga hanya beberapa siswa
dalam kelas tersebut yang memenuhi kriteria
memecahkan masalah menuntun kemampuan
kritis pada indikator menyimpulkan. Sedangkan
mengolah informasi yang dimiliki oleh siswa
indikator yang mudah diamati dalam penelitian
yang menjadi salah satu ciri dari kemampuan
ini adalah mengatur strategi dan taktik. Aktivitas
berpikir kritis.
yang diamati dalam indikator ini berkaitan
Pada proses pembelajaran kelas eksperimen
dengan aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan
melaksanakan kegiatan diskusi sesuai tahapan
pembelajaran SSCS, sedangkan pada kelas anggota kelompok. Kegiatan diskusi tidak dapat
belangsung tanpa adanya komunikasi dan
kontrol kegiatan diskusi berlangsung seperti
biasa. Keterampilan berpikir kritis siswa diamati interaksi yang baik, sehingga aktivitas siswa
dalam indikator ini mudah dipenuhi.
setiap indikator. Rekapitulasi hasil pengamatan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam kegiatan Model pembelajaran SSCS yang diterapkan
pada kelas eksperimen memberikan kesempatan
diskusi dapat dilihat pada Gambar 2.
siswa untuk aktif dan melatih keterampilan
berpikir siswa pada setiap tahapannya. Pada
tahap search siswa dilatih untuk menemukan
pengetahuan sendiri melalui pencarian informasi
dari berbagai referensi yang dimiliki. Siswa
sangat aktif bertukar pendapat dan bertanya
mengenai hal-hal yang belum diketahui.

1256
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

Aktivitas siswa pada tahapan ini sesuai dengan diamati dari aktivitas siswa dalam membuat
hasil penelitian Febriyanti et al., (2014) yang kesimpulan yang benar, pernyataan yang logis,
menyatakan bahwa model SSCS melibatkan dan mengemukakan hal yang umum.
siswa dalam menyelidiki suatu permasalahan Pembelajaran yang berpendekatan pada
yang dapat meningkatkan minat bertanya siswa pemecahan masalah akan melatih siswa untuk
dan memecahkan masalah-masalah yang nyata. mengembangkan dan mengoptimalkan
Aktivitas siswa dalam mencari informasi, keterampilannya dalam berpikir secara kritis.
bertanya, dan berdiskusi dengan teman Tahap create siswa juga dilatih untuk menjadi
kelompok pada tahap search ini mampu melatih penyelesai masalah (problem solver). Kirkley
siswa dalam mengembangkan keterampilan sebagaimana dikutip oleh Johan (2014)
berpikir kritis pada indikator membangun menyatakan bahwa siswa yang diposisikan
keterampilan dasar, memberi penjelasan sebagai problem solver akan mendapatkan
sederhana, serta menerapkan strategi dan taktik. kepuasan tersendiri ketika dapat memecahkan
Keterampilan siswa dalam membangun masalah yang dihadapi.
keterampilan dasar dituntukkan dengan aktivitas Tahap share melatih siswa untuk
siswa dalam membaca dan memahami mengomunikasikan hasil diskusi yang berupa
informasi, mencari informasi dengan solusi dan kesimpulan dari permasalahan dengan
menggunakan sumber yang relevan, yaitu buku percaya diri. Praktiknya, tahapan ini dilakukan
teks IPA Terpadu untuk kelas VIII, dan bertanya siswa dengan presentasi, tanya jawab, dan saling
kepada guru maupun teman kelompok mengenai menanggapi. Pada tahap ini siswa dan guru
hal yang belum diketahui. melakukan diskusi bersama untuk mengevaluasi
Tahap solve melatih siswa untuk hasil penyelesaian masalah yang telah
mengembangkan keterampilannya dalam dikomunikasikan. Keadaan ini sesuai dengan
berpikir. Pada tahap ini siswa berdiskusi secara penelitian Annurdin (2014), yaitu pada tahap
aktif dengan teman kelompoknya untuk share guru mendorong siswa dalam melakukan
menyusun penyelesaian masalah yang ada pada presentasi dengan mengikuti presentasi dan
LDS. Praktiknya, siswa mengumpulkan dan memfasilitasi proses diskusi, memberikan
menganalisis informasi yang telah didapatkan komentar yang positif mengenai presentasi, serta
pada tahap search, siswa menyusun rencana memberikan evaluasi secara umum. Aktivitas
untuk menyelesaikan masalah, dan siswa siswa pada tahap ini dapat meningkatkan
berdiskusi menyusun hipotesis jawaban atas keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator
permasalahan yang diajukan. Aktivitas siswa menerapkan strategi dan taktik dalam
pada tahap ini dapat mengembangkan mengomunikasikan hasil diskusi, memberikan
keterampilan berpikir kritis pada indikator penjelasan lebih lanjut, dan menyimpulkan.
menerapkan strategi dan taktik dalam Keterampilan berpikir kritis siswa juga
berinteraksi dengan anggota kelompok dan diketahui dengan metode tes. Tes yang dilakukan
membuat penjelasan lebih lanjut dengan yaitu pretest dan posttes. Pretest digunakan untuk
mengemukakan asumsi, menganalisis masalah mengetahui tingkat keterampilan berpikir kritis
dengan jelas, dan menyertakan alasan yang sebelum pembelajaran, sedangkan posttest
tepat. digunakan untuk mengetahui keterampilan
Tahap create melatih siswa untuk berpikir kritis siswa setelah pembelajaran. Hasil
menciptakan suatu ide atau gagasan dalam tes keterampilan berpikir kritis siswa kelas
menjawab penyelesaian suatu masalah. Produk eksperimen juga menunjukkan hasil yang lebih
yang diciptakan siswa yaitu berupa hasil akhir baik dibandingkan kelas kontrol. Peningkatan
analisis dari jawaban atas permasalahan yang nilai pretest dan posttest siswa dianalisis dengan uji
diajukan. Aktivitas siswa pada tahap ini dapat N-gain. Hasil uji N-gain dapat dilihat pada Tabel
melatih keterampilan berpikir kritis siswa pada 2.
indikator memberikan penjelasan lebih lanjut,
menyimpulkan, serta menerapkan strategi dan
taktik. Keterampilan menyimpulkan dapat

1257
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

Tabel 2. Analisis N-gain Keterampilan Tabel 3 menunjukkan nilai Zhitung>Ztabel,


Berpikir Kritis Siswa maka Ho ditolak, artinya bahwa terdapat
Eksperimen Kontrol perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa
Keterangan
Pre Post Pre Post kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Nilai terendah 7 32 5 24 Keterampilan berpikir kritis siswa kelas
Nilai tertinggi 32 90 30 77
eksperimen dalam kegiatan diskusi dan hasil tes
Rata-rata nilai 19,92 67,29 17,63 45,33
N-gain 0,59 0,34 secara keseluruhan lebih baik dibandingkan kelas
Kriteria Sedang Sedang kontrol. Hasil ini didukung oleh penelitian
Khoirifiah et al., (2013) yang menunjukkan
Tabel 2 menunjukkan keterampilan berpikir bahwa pembelajaran dengan pendekatan
kritis siswa pada awalnya relatif sama, tetapi pemecahan masalah model SSCS memberikan
setelah kedua kelas diberikan perlakuan dengan
pengaruh lebih baik daripada pembelajaran
model pembelajaran yang berbeda tingkat konvensional.
keterampilan berpikir kritis kedua kelas berbeda.
Siswa kelas eksperimen memiliki tingkat
Tanggapan Siswa Terhadap Model SSCS
keterampilan berpikir kritis lebih tinggi Hasil analisis angket tanggapan siswa
dibandingkan kelas kontrol. Peningkatan
menunjukkan bahwa pembelajaran SSCS
keterampilan berpikir kritis kedua kelas berada menyenangkan, menjadikan siswa lebih aktif
pada kriteria sedang, tetapi kelas eksperimen
dalam diskusi kelompok, melatih kemampuan
lebih tinggi 0,25 dibandingkan kelas kontrol.
siswa dalam menyelesaikan masalah, melatih
Hasil ini sesuai dengan penelitian Herlina et al.,
berpikir kritis, memotivasi untuk giat belajar,
(2014) yang menunjukkan bahwa peningkatan
memudahkan siswa untuk berinteraksi, dan
keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan uji
memberikan pengalaman baru pada
N-gain pada pembelajaran menggunakan model
pembelajaran IPA Terpadu mendapatkan
SSCS lebih tinggi dan berbeda nyata secara tanggapan dengan kriteria sangat baik dari siswa.
signifikan dibandingkan model PBI dan Pernyataan bahwa pembelajaran model
konvensional. Hasil penelitian Suciati (2013),
SSCS mampu melatih siswa dalam
Lukitasari (2016) juga menunjukkan bahwa menyampaikan pendapat, meningkatkan
SSCS efektif dalam meningkatkan keterampilan
pemahaman konsep, melatih kemandirian siswa
berpikir kritis siswa. SSCS juga efektif dalam
dalam mencari informasi, dan meningkatkan
meningkatkan hasil belajar siswa seperti pada
pemahaman terhadap fenomena dalam
penelitian yang telah dilakukan Santoso & kehidupan sehari-hari mendapat tanggapan
Djumadi (2014), Maulana et al., (2015),
dengan kriteria baik dari siswa.
Prawindaswari et al., (2015). Tanggapan yang diberikan siswa
Untuk mengetahui keefektifan model menunjukkan bahwa mereka setuju dengan
pembelajaran SSCS, maka dilakukan uji beda. pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran
Data yang digunakan adalah nilai posttest. Nilai yang diterapkan. Siswa setuju apabila model
posttest keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran SSCS diterapkan dalam
penelitian ini tidak berdistribusi normal, pembelajaran IPA.
sehingga uji beda dianalisis dengan
menggunakan statistika nonparametrik dengan SIMPULAN
uji U Mann Whitney. Hasil uji beda keterampilan
berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
Simpulan dari hasil penelitian ini, yaitu
Tabel 3. Hasil Uji U Mann Whitney model pembelajaran Search, Solve, Create, and
Keterampilan Berpikir Kritis Share (SSCS) efektif terhadap keterampilan
Kelas R U Z hitung Z tabel berpikir kritis siswa. Keefektifan ditunjukkan
Eksperimen 785,5 386 berdasarkan peningkatan hasil tes keterampilan
5,01 1,96
Kontrol 90,5 490 berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
sebesar 0,25 lebih tinggi dibandingkan kelas

1258
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

kontrol. Penerapan model pembelajaran SSCS High-School Traditional Chemistry Students.


juga mendapat tanggapan sangat baik dari siswa. Thesis. University of Colorado.

Lukitasari, C. A. (2016). Efektivitas Model


DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Search, Solve, Create And Share
(Sscs) Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas X MAN
Adnyana, G.P. (2012). Keterampilan Berpikir Kritis Yogyakarta I Pada Materi Alat-Alat Optik.
dan Pemahaman Konsep Siswa pada Model Berkala Fisika Indonesia, 8(1).
Siklus Belajar Hipotetis Deduktif. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran, 45 (3): 201-209. Maulana, A., Wancik, K., & Sofia, S. (2015).
Penerapan Model Pembelajaran Search Solve
Annurdin, A.F. (2014). Pengaruh Model Create And Share (Sscs) untuk Meningkatkan
Pembelajaran Problem Solving Search, Solve, Hasil Belajar Siswa di Kelas XI IPA SMA.
Create, and Share terhadap Hasil Belajar Siswa Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia: Kajian Hasil
SMK pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Penelitian Pendidikan Kimia, 1(1), 9-17.
Dasar. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3 (3):
441-448. Prawindaswari, P. D., Suarjana, I. M., & Widiana, I.
W. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran
Fatimah, F & A. Widiyatmoko. (2014). Search, Solve, Create, And Share (SSCS)
Pengembangan Science Comic Berbasis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD
Problem Based Learning sebagai Media Gugus VI Kecamatan Sukasada Kabupaten
Pembelajaran pada Tema Bunyi dan Buleleng Tahun Ajaran 2014/2015. MIMBAR
Pendengaran untuk Siswa SMP. Jurnal PGSD, 3(1).
pendidikan IPA Indonesia (JPII), 3 (2): 146-153.
Rohwati, M. (2012). Penggunaan Education Game
Febriyanti, D., S. Ilya, & C. Nurmaliyah. (2014). untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Biologi
Peningkatan Keterampilan Generik Sains Konsep Klasifikasi Makhluk Hidup. Jurnal
melalui Penerapan Model SSCS (Search, Pendidikan IPA Indonesia, 1(1): 75-81. Tersedia
Solve, Create And Share) pada Materi di http:// journal.unnes.ac.id [diakses 5-1-
Mengklasifikasikan Makhluk Hidup di MTs N 2016].
Model Banda Aceh. Jurnal Biologi Edukasi, 6
(2): 43-47. Santoso, E. B., & Djumadi, D. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran Search, Solve, Create,
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. And Share Dan Predict Observe Explain
Jakarta: Erlangga. Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Gondangrejo Karanganyar
Johan, H. (2014). Pembelajaran Model Search, Solve, Tahun Ajaran 2013/2014. In Proceeding Biology
Create and Share (SSCS) Problem Solving Education Conference: Biology, Science,
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Enviromental, and Learning (Vol. 11, No. 1, pp.
Mahasiswa pada Materi Listrik Dinamis. 1136-1147).
Jurnal Pengajaran MIPA, 19 (1):103-110.
Suciati, N. (2013). Pengaruh pembelajaran search,
Herlina, M., Irwandi, & Santoso. (2014). Penguasaan solve, create dan share dengan strategi
Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis metakognitif terhadap kemampuan
Mahasiswa Menggunakan Model Search Solve menyelesaikan masalah dan berpikir kritis
Create and Share (SSCS) dengan Model siswa [The effect of search, solve, create and
Problem Based Instruction (PBI) di Program share learning supported by metacognitive
Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas strategies on problem solving skills and critical
Muhammadiyah Bengkulu. Jurnal Ilmiah, 2 thinking of students]. Jurnal Pendidikan Sains,
(3): 169-184. 1(2), 194-200.

Khoirifiah, S., E. Saptaningrum, & J. Saefan. (2013). Suyanto & A. Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional:
Pengaruh Pendekatan Problem Solving Model Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas
Search, Solve, Create and Share (SSCS) Guu di Era Global. Jakarta: Esensi.
Berbantuan Modul Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk
Listrik Dinamis. Prosiding Seminar Nasional 2nd Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Lontar Physics Forum. Aksara.

Lartson, C.A. (2013). Effects of Design-Based Science Sujiono & Widiyatmoko. (2014). Pengembangan
Instruction on Science Problem-Solving Modul IPA Terpadu Berbasis Problem Based
Competency Among Different Groups of Learning Tema Gerak untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes

1259
Hatari, N., dkk./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

Science Education Journal (USEJ), 3 (3): 685-693.


Tersedia di http://jour nal.unnes.ac.id
[diakses 29-5-2016].

Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks dan


Implementasinya dalam Pembelajaran IPA.
Makasar: Badan Penerbit Universitas Negeri
Makasar.

Utami, R.P. (2011). Pengaruh Model pembelajaran


Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dan
Problem Base Instruction (PBI) Terhadap
Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa. Jurnal
Bioedukasi, 2 (4): 57-71. Tersedia di
http://jurnal.bioedukasi.ac.id [diakses 2-1-
2016].

Walker, S.E. (2003). Active Learning Strategies to


Promote Critical Thinking. Journal of Athletic
Training, 38(3):263–267. Tersedia di www.
journalofathletic training.org [diakses 25-5-
2016]

1260

Anda mungkin juga menyukai