Terapi medikamentosa
Epinefrin
Indikasi:
- Denyut jantug bayi <60x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respons.
- Asistolik.
Dosis:
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara :
i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander
Indikasi:
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi bunak, nadi kecil/ lemah, dan pada
resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan:
- Larutan kristaloid isotonis (NaCI 0,9%, ringer laktat)
- Dosis : Dosis awal 10 ml/kg RB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
- Transfusi darah gol. O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Bikarbonat
Indikasi:
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.
Dosis:
1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/kg BB (4,2%) atau 1 ml/kgbb (7,4%)
Cara:
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak diberikan
secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping:
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak
fungsi miokardium dan otak.
Nalokson
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan
depresi pernafasan.
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
- Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawl tiba-
tiba pada sebagian bayi.
Dosis: 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara: IV endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c.
1. Pada bayi-bayi baru lahir yang mengalami asfiksia berat, setelah pulang
dari RS perlu pemantauan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama
bulan pertama dan selanjutnya di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk
memantau tumbuh kembang selama masih bayi maupun balita.
2. Paska perawatan bayi yang mendapatkan terapi ventilasi mekanik
9. Edukasi terutama yang lebih dari 2 minggu, rujuk ke dokter mata/RS mata untuk
mengetahui ada/tidaknya komplikasi di retina (retinopathy of prematury)
dan konsultasi ke Spesialis THT untuk kemungkinan gangguan
pendengaran.
3. Bayi-bayi yang ada gejala sisa neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi
medis, untuk fisioterapi.
Ad Vitam : dubia ad sanam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad sanam
Ad fungsionam : dubia ad sanam
11. Tingkat evidens II
12. Tingkat rekomendasi A
13 Penelaah kritis SSD Neonatologi
14 Indikator medis Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asfiksia dan
resusitasi bayi baru lahir. Dalam :M.Sholeh Kosim, Ari Yunanto, Rizalya
Dewi, Gatot Irawan Sarosa, Ali Usman, penyunting. Buku Ajar
15 Kepustakaan Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012, h. 103-24.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asfiksia
neonatorum. Dalam : Pusponegoro HD, penyunting. Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2004, h. 272-6.
Surakarta,