Anda di halaman 1dari 18

ALAT PELINDUNG DIRI

(APD)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI


ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

I. LATAR BELAKANG
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang
berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini,
resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan
adalah kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien.
Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi
yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di
kamar bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada resiko pemaparan
terhadap patogen yang lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya
( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik
perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk melindungi staf yang
bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu cara melindungi diri mereka
dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten menggunakan
tindakan – tindakan ini akan membantu melindungi pasien – pasiennya juga.
Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat,
dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas
kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang
beresiko tidak secara teratur menggunakan perlengkapan pelindung, seperti
sarung tangan, atau paraktik – praktik lain ( cuci tangan ) yang disediakan untuk
mereka.

II. ALAT PELINDUNG DIRI


Alat Pelindung Diri ( APD ), telah digunakan bertahun – tahun lamanya
untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang
bekerja pada suatu tempat perawatan kesehatan. Akhir – akhir ini, dengan
timbulnya AIDS dan HCV dan munculnya kembali Tuberkulosis di banyak
Negara, penggunaan APD manjadi sangat penting untuk melindungi petugas.
APD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril
sangat penting dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya seperti
pakaian, topi, dan sepatu tertutup. Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Peralatan
pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker / respirator, pelindung mata
( perisai muka, kacamata ), kap, gaun, apron, dan barang lainnya. Di banyak
Negara kap, masker, gaun dan duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang
sangat efektif, terbuat dari kain yang di olah atau bahan sintetis yang dapat
menahan air atau caran lain ( darah atau duh tubuh ) untuk menembusnya.
Bahan – bahan tahan cairan ini, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di
banyak Negara, kain katun yang enteng ( dengan hitungan benang 140 / inci² )
adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun )
dan duk.

III. JENIS - JENIS ALAT PELINDUNG DIRI


1. ALAT PELINDUNG KEPALA
Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :
a. Topi pengaman ( Safety Helmet ) : Untuk melindungi kepala dari
benturan atau pukulan benda – benda.
b. Topi / tudung : Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu,
kondisi iklim yang buruk.
c. Tutup kepala : Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau
mencegah lilitan rambut dari mesin.
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri yang
lain, yaitu: Kaca Mata ( gogles ), penutup muka, penutup telinga, respirator,
dll.

2. ALAT PELINDUNG TELINGA


Alat pelindung telinga ada 2 jenis :
a. Sumbatan telinga ( ear plug ) : Sumbat telinga yang baik adalah
memakai frekuensi tertentu saja. Sedangkan frekuensi untuk bicara
biasanya tidak terganggu.
b. Tutup telinga (ear muff ) : Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup
telinga mempunyai daya pelindung ( Attenuasi ) berkisar antara 25 – 30
DB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga
dengan sumbat telinga, sehingga dapat mempunyai daya lindung yang
lebih besar.

3. SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi
pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan
pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus
diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah
kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan pemeriksaan harus dipakai
kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi ( kecuali keringat ),
alat atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit nonintak
atau selaput lendir.
JENIS SARUNG TANGAN
Ada 3 jenis sarung tangan :
1. Sarung tangan bedah : Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan
2. Sarung tangan pemeriksaan : Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan
sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin
3. Sarung tangan rumah tangga : Dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan – bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus
digunakan oleh semua petugas ketika :
a. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas.
b. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan
sesuatu ke dalam pembuluh darah, seperti memasang infus
c. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar
d. Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak ( yang
diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui
atau dicurigai ), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung
tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas
kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan
ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan
handrub berbasis alkohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai
upaya menghindari kontaminasi silang ( CDC 1987 ). Pemakaian sepasang
sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan,
ketika berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau ketika melakukan
perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988)
menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya
mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak
mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.
HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PERSEDIAAN SARUNG TANGAN
TERBATAS

Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai,
sarung tangan bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah digunakan dapat
diproses ulang dengan cara :

1. Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit

2. Dicuci dan bilas, serta dikeringkan

3. Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi tingkat tinggi ( dengan di


kukus )

Dahulu perebusan telah direkomendasikan sebagai cara untuk disinfeksi tingkat


tinggi sarung tangan bedah. Namun sulit untuk mengeringkan sarung tangan tanpa
mengkontaminasinya. Karena pengukusan lebih mudah dilakukan dan sama – sama
efektif, maka cara ini yang sekarang direkomendasikan untuk disinfeksi tingkat tinggi
sarung tangan bedah.

Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung tangan
periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta
petugas yang menangani dan membuang limbah medis.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN SARUNG TANGAN

1. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung
tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat
mengganggu keterampilan dan mudah robek

2. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek.

3. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda memakainya ) untuk
melindungi pergelangan tangan.
4. Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk
mencegah kulit tangan kering / berkerut.

5. Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung
tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.

6. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat


menyebabkan iritasi pada kulit.

7. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas
atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas,
AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat
merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai
pelindung.

REAKSI ALERGI TERHADAP SARUNG TANGAN

Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh
berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks ( nitril
) atau sarung tangan lateks rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi
alergi ( reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang ). Selain itu,
pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan
dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung
tangan membawa partikel lateks ke udara.

4. MASKER

Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu,
dan rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk
atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari
bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua
hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa,
kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker
yang di buat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan
cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat
memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar ( > 5 µm ) yang
tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat pasien
( kurang dari 1 meter ). Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang
digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari
petugas kesehatan.

Petugas Kesehatan harus :

a. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang
masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong
atau terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan.

b. Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak.
Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.

c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada ) berada
pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.

5. ALAT PELINDUNG MATA

Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi Mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik
bening, kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi
atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika
ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus
menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika
melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak
sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan
dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :


1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )

Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa
pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak
memberikan perlindungan.

2. Gogles

Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena memakai ikat
kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi mata.

6. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN

Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

a. Respirator yang sifatnya memurnikan udara

1) Respirator yang mengandung bahan kimia : Topeng gas dengan


kamister, respirator dengan cartridge

2) Respirator dengan filter mekanik: Bentuk hampir sama dengan


respirator cartridge kimia, tapi udara berupa saringan / filter,
biasanya di gunakan pada pencegahan debu

3) Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia

b. Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply udara


berasal dari : Saluran udara bersih atau kompresor, alat pernafasan yang
mengandung udara ( SCBA ). Biasanya berupa tabung gas yang berisi :
udara yang dimampatkan, oksigen yang dimampatkan, oksigen yang
dicairkan

c. Respirator dengan supply oksigen

Yang harus diperhatikan pada respirator jenis tersebut di atas :


pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya, pemakaian yang
tepat, pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

7. TOPI
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selam pembedahan.
Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat
memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya
adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik atau menyemprot.

8. GAUN PELINDUNG

Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian


biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet / airbone. Pemakaian
gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus
mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat
pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan
tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung
lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area
pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak
dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk
mencegah berpindahnya organisme. Gaun pelindung harus dianggap
sebagai alat pelindung diri. Gaun pelindung khusus untuk pekerjaan dengan
sumber – sumber bahaya tertentu seperti : terhadap Radiasi Panas Gaun
pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang bisa
merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan
pakaian lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun,
asbes ( kalau sampai 500 ⁰C ). Terhadap Radiasi Mengion Gaun pelindung
harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa apron. Pakaian ini sering
digunakan di bagian radiologi. Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia.
Biasanya terbuat dari bahan plastik atau karet

9. APRON
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang
tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika
melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau
melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan
mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.

10. PELINDUNG KAKI

Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat


benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke
atas kaki. Oleh karena itu, sandal. “ sandal jepit “ aau sepatu yang terbuat
dari bahan lunak ( kain ) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau
sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan., tetapi harus
dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh
lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah
penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui
sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian
dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran. ( Summers et.al.
1992 )

11. PERANAN DUK

Di banyak negara duk biasanya dibuat dari linen persegi yang dijahit dari
berbagai ukuran. Dipakai untuk menciptakan medan operasi di seputar suatu
sayatan, membungkus instrumen dan barang – barang lainnya untuk
sterilisasi, penutup meja di ruang operasi dan membuat hangat pasien
selama prosedur bedah ( OR Manager 1990a ). Jenis utama duk ialah :

a. DUK KECIL / LAP : Dipakai untuk mengeringkan tangan, membuat


medan operasi segi – empat ( untuk ini diperlukan beberapa duk kecil ),
dan membungkus instrumen kecil serta semprit. Biasanya dibuat dari kain
katun lebih tebal dari pada linen lainnya, yang menjadikannya lebih tahan
air.

b. DUK SEPRAI : Dipakai untuk membatasi medan operasi dan


menciptakan ruang kerja, maupun untuk membungkus perangkat
instrumen. Biasanya dibuat dari katun ringan dan hanya memberikan
sedikit perlindungan.

c. DUK BOLONG : Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang


ditempatkan pada medan operasi yang dipersiapkan. Duk ini terutama
digunakan untuk prosedur – prosedur bedah minor ( sayatan kecil ).

d. DUK PEMBUNGKUS : Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu


bungkus instrumen dibuka. Duk penutup ini harus cukup luas untuk
menampung isi suatu bungkusan sewaktu di buka, dan dapat menutupi
seluruh permukaan meja.

A. PEMAKAIAN DUK UNTUK PROSEDUR BEDAH

Duk kecil yang steril terbuat dari kain dapat ditempatkan di sekeliling
sayatan bedah yang ditempatkan di sekeliling sayatan bedah yang
dipersiapkan, untuk menciptakan suatu area kerja. Walaupun area ini sering
disebut “ medan steril “, sesungguhnya tidak steril. Sebagaimana
dipertunjukkan pada gambar, duk kain membiarkan kebasahan merembes
dan membantu menyebarkan organisme dari kulit ke dalam sayatan walau
setelah pembersihan area bedah dengan antiseptik. Jadi, baik tangan yang
bersarung tangan ( steril atau didisinfeksi tingkat tinggi ) maupun instrumen
steril atau yang didisinfeksi tingkat tinggi dan barang – barang lainnya hanya
menyentuh duk setelah ia diletakkan di tempatnya. Karena duk kain tidak
efektif sebagai pembatas, duk kecil yang kering dan bersih dapat digunakan
jika duk kecil steril tidak tersedia.

Cara mempersiapkan medan operasi dan memasang duknya


tergantung dari jenis tindakan yang akan dilakukan. Berikut ini panduan cara
memasang duk untuk menghindari pemborosan duk steril dan penggunaan
yang tidak perlu :
a. Semua duk harus ditempatkan di sekeliling area yang kering sama sekali,
dan dipreparasi secara luas.

b. Kalau dipakai duk yang steril, sarung tangan steril atau didisinfeksi tingkat
tinggi harus dipakai sewaktu menempatkan duk di tempatnya, ( hati – hati
jangan sampai menyentuh tubuh pasien dengan tangan yang bersarung
tangan )

c. Duk harus ditangani sesedikit mungkin dan jangan sekali – sekali digosok
atau dilipat. Selalu memegang duk di atas area yang harus dipasang duk,
dan buang duk itu kalau jatuh ke bawah.

B. PROSEDUR BEDAH MINOR

Pakailah duk bolong sehingga sekurang – kurangnya 5 cm dari kulit


terbuka di sekeliling sayatan. ( Kalau tidak ada duk steril, bagaimanapun, duk
yang bersih dan kering dapat dipakai )

1. Tempatkan lubang duk di atas bidang insisi yang telah disiapkan dan
jangan pindahkan duk steril, setelah menyentuh kulit.

2. Jika duk bolong tidak steril, pakai sarung tangan steril atau DTT
setelah menempatkan duk pada pasien untuk menghindari sarung
tangan terkontaminasi.

C. PROSEDUR BEDAH MAYOR ( LAPAROTOMI ATAU SEKSIO SESAREA )

1. Pakai lembaran duk yang luas untuk menutupi tubuh pasien kalau
diperlukan untuk membuat tubuhnya panas. Duk itu tidak perlu steril
karena tidak akan dekat tempat insisi ( Belkin 1992 ). Tapi harus bersih
dan kering.

2. Setelah membersihkan kulit dengan antiseptik, tempatkan duk kecil untuk


mempersegikan tempat insisi ( biarkan sekurang – kurangnya 5 cm dari
kulit terbuka di sekeliling sayatan ).

3. Mulai dengan menempatkan duk kecil yang terdekat dengan anda untuk
mengurangi kontaminasi. Dengan memegang satu sisi dari duk, biarkan
sisi yang lain menyentuh kulit abdomen kira – kira 5 cm di luar tempat
sayatan. Perlahan – lahan letakkan sisa duk pada abdomen. Setelah
terletak pada tempatnya, jangan sekali – kali memindahkannya
mendeteksi insisi. Boleh, kalau ditarik menjauhi insisi.

4. Pasang tiga duk lainnya untuk menjadikan area kerja menjadi persegi
empat.

5. Pakai duk klip untuk menguatkan sudut – sudut duk kecil

12. SEWAKTU MELAKUKAN PROSEDUR

Jangan memakai tubuh pasien atau area yang memakai duk untuk
menempatkan instrumen. Menempatkan instrumen steril atau yang
didisinfeksi tingkat tinggi di atas duk, sekalipun semula steril, akan
terkontaminasi. Dengan meletakkan instrumen di atas duk, akan sukar
ditemukan dan bisa menyebabkan jatuhnya instrumen dari meja operasi
kalau pasien bergerak. Kalau meja instrumen ( Mayo ) tidak ada, baki plastik
atau metal yang steril atau didisinfeksi tingkat tinggi dapat ditempatkan di
atas duk yang menutupi pasien dan digunakan untuk menempatkan
instrumen selama prosedur / tindakan.

13. MEMBUAT TEMPAT KERJA LEBIH AMAN

Di samping terbatasnya kesuksesan program pendidikan yang


ditujukan kepada perubahan perilaku petugas pelayanan kesehatan dalam
menggunakan PPD lainnya, perlindungan utama harus terus berlanjut
menjadi focus kegiatan di masa depan. Untuk lebih sukses, usaha untuk
membuat lingkungan kerja lebih aman harus diarahkan kepada semua kader
petugas pelayanan kesehatan bukan hanya dokter dan perawat.
Umpamanya di beberapa negara, kecuali petugas ruang operasi, petugas
rumah tangga mengalami perlukaan tusukan jarum paling tinggi, disebabkan
kesalahan membuang jarum bekas ke tempat sampah.

14. Memperbaiki kepatuhan setelah usaha pendidikan dan perubahan perilaku


dapat ditingkatkan kalau :

a. Ada dukungan konsisten dari administrator rumah sakit dalam usaha –


usaha keamanan yang dianjurkan ( umpamanya, kekurangan yang
ditemukan segera diperbaiki, praktik – praktik yang berbahaya segera
dilenyapkan, dan para petugas secara aktif didorong untuk mencari
solusi – solusi yang mudah dan murah.

b. Para penyelia secara teratur memberikan umpan balik dan


menghargai perilaku yang tepat ( umpamanya, cuci tangan jika kontak
di antara pasien ke pasien )

c. Contoh teladan, khususnya dokter dan staf senior dan staf fakultas
lainnya, secara aktif mendukung pencegahan infeksi yang dianjurkan
dan menjadi contoh / model perilaku yang tepat. ( Lipscomb dan
Rosenstock 1997 ).

PEMAKAIAN APD DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

FAKTOR – FAKTOR PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN


APD

1. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki


ruangan

2. Gunakan dengan hati – hati jangan menyebarkan kontaminasi


3. Lepas dan buang secara hati – hati ke tempat sampah infeksius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan

4. Segera lakukan pencucian tangan dengan 7 langkah higiene tangan

MENGENAKAN APD

Urutan mengenakan APD :

1. Pelindung kaki

2. Apron, gaun pelindung dan topi

3. Masker

4. Kacamata atau pelindung wajah

5. Sarung tangan

GAUN PELINDUNG

1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.

2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

MASKER

1. Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher

2. Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung

3. Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan
baik

4. Periksa ulang pengepasan masker

KACAMATA ATAU PELINDUNG WAJAH : Pasang pada wajah dan mata dan
sesuaikan agar pas

SARUNG TANGAN : Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi
CARA MELEPAS APD

Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker dilepaskan


setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.

Urutan melepas APD :

1. Sarung tangan
2. Kacamata atau pelindung wajah
3. Apron, gaun pelindung dan topi
4. Masker
5. Pelindung kaki

SARUNG TANGAN :

1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi

2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan

3. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan


yang masih memakai sarung tangan

4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan

5. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama

6. Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius

KACA MATA ATAU PELINDUNG WAJAH

1. Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi

2. Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata

3. Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau


dalam tempat sampah infeksius

GAUN PELINDUNG
1. Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi

2. Lepas tali

3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung
saja

4. Balik gaun pelindung

5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat sampah infeksius

MASKER

1. Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi JANGAN


SENTUH

2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas

3. Buang ke tempat sampah infeksius

Semua alat pelindung diri harus di rawat sedemikian rupa sehingga alat itu tetap
memberikan perlindungan yang berhasil guna. Terhadap faktor – faktor yang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini berarti bahwa
prosedur yang cocok untuk melaporkan kerusakan pemeriksaan rutin,
pembangunan perbaikan dan pembersihan harus dilaksanakan.

Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat – alat itu kemungkinan besok akan
di pakai dan di simpan baik – baik supaya tidak memburuk dan rusak.
Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting agar fungsi alat
pelindung diri tetap baik.

Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi yang baik,
tetap bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di simpan baik untuk
mencegah kerusakan dan hilang.

Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan usaha untuk mengurangi resiko


secara maksimal, namun apabila pemakaian tidak tepat dapat membahayakan
atau menyebabkan kecelakaan kerja.
Perawatan Alat Pelindung Diri ( APD ) dilakukan dengan maksud agar semua
pelindung diri tetap memberikan perlindungan yang efektif terhadap faktor –
faktor yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus di simpan
dengan baik sesuai dengan ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai