Materi Alat Pelindung Diri K3
Materi Alat Pelindung Diri K3
(APD)
I. LATAR BELAKANG
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang
berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini,
resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan
adalah kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien.
Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi
yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di
kamar bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada resiko pemaparan
terhadap patogen yang lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya
( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik
perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk melindungi staf yang
bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu cara melindungi diri mereka
dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten menggunakan
tindakan – tindakan ini akan membantu melindungi pasien – pasiennya juga.
Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat,
dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas
kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang
beresiko tidak secara teratur menggunakan perlengkapan pelindung, seperti
sarung tangan, atau paraktik – praktik lain ( cuci tangan ) yang disediakan untuk
mereka.
3. SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi
pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan
pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus
diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah
kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan pemeriksaan harus dipakai
kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi ( kecuali keringat ),
alat atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit nonintak
atau selaput lendir.
JENIS SARUNG TANGAN
Ada 3 jenis sarung tangan :
1. Sarung tangan bedah : Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan
2. Sarung tangan pemeriksaan : Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan
sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin
3. Sarung tangan rumah tangga : Dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan – bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus
digunakan oleh semua petugas ketika :
a. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas.
b. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan
sesuatu ke dalam pembuluh darah, seperti memasang infus
c. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar
d. Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak ( yang
diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui
atau dicurigai ), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung
tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas
kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan
ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan
handrub berbasis alkohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai
upaya menghindari kontaminasi silang ( CDC 1987 ). Pemakaian sepasang
sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan,
ketika berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau ketika melakukan
perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988)
menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya
mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak
mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.
HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PERSEDIAAN SARUNG TANGAN
TERBATAS
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai,
sarung tangan bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah digunakan dapat
diproses ulang dengan cara :
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung tangan
periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta
petugas yang menangani dan membuang limbah medis.
1. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung
tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat
mengganggu keterampilan dan mudah robek
2. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek.
3. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda memakainya ) untuk
melindungi pergelangan tangan.
4. Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk
mencegah kulit tangan kering / berkerut.
5. Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung
tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
7. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas
atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas,
AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat
merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai
pelindung.
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh
berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks ( nitril
) atau sarung tangan lateks rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi
alergi ( reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang ). Selain itu,
pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan
dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung
tangan membawa partikel lateks ke udara.
4. MASKER
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu,
dan rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk
atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari
bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua
hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa,
kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker
yang di buat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan
cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat
memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar ( > 5 µm ) yang
tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat pasien
( kurang dari 1 meter ). Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang
digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari
petugas kesehatan.
a. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang
masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong
atau terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
b. Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak.
Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada ) berada
pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi Mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik
bening, kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi
atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika
ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus
menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika
melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak
sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan
dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa
pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak
memberikan perlindungan.
2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena memakai ikat
kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi mata.
7. TOPI
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selam pembedahan.
Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat
memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya
adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik atau menyemprot.
8. GAUN PELINDUNG
9. APRON
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang
tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika
melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau
melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan
mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
Di banyak negara duk biasanya dibuat dari linen persegi yang dijahit dari
berbagai ukuran. Dipakai untuk menciptakan medan operasi di seputar suatu
sayatan, membungkus instrumen dan barang – barang lainnya untuk
sterilisasi, penutup meja di ruang operasi dan membuat hangat pasien
selama prosedur bedah ( OR Manager 1990a ). Jenis utama duk ialah :
Duk kecil yang steril terbuat dari kain dapat ditempatkan di sekeliling
sayatan bedah yang ditempatkan di sekeliling sayatan bedah yang
dipersiapkan, untuk menciptakan suatu area kerja. Walaupun area ini sering
disebut “ medan steril “, sesungguhnya tidak steril. Sebagaimana
dipertunjukkan pada gambar, duk kain membiarkan kebasahan merembes
dan membantu menyebarkan organisme dari kulit ke dalam sayatan walau
setelah pembersihan area bedah dengan antiseptik. Jadi, baik tangan yang
bersarung tangan ( steril atau didisinfeksi tingkat tinggi ) maupun instrumen
steril atau yang didisinfeksi tingkat tinggi dan barang – barang lainnya hanya
menyentuh duk setelah ia diletakkan di tempatnya. Karena duk kain tidak
efektif sebagai pembatas, duk kecil yang kering dan bersih dapat digunakan
jika duk kecil steril tidak tersedia.
b. Kalau dipakai duk yang steril, sarung tangan steril atau didisinfeksi tingkat
tinggi harus dipakai sewaktu menempatkan duk di tempatnya, ( hati – hati
jangan sampai menyentuh tubuh pasien dengan tangan yang bersarung
tangan )
c. Duk harus ditangani sesedikit mungkin dan jangan sekali – sekali digosok
atau dilipat. Selalu memegang duk di atas area yang harus dipasang duk,
dan buang duk itu kalau jatuh ke bawah.
1. Tempatkan lubang duk di atas bidang insisi yang telah disiapkan dan
jangan pindahkan duk steril, setelah menyentuh kulit.
2. Jika duk bolong tidak steril, pakai sarung tangan steril atau DTT
setelah menempatkan duk pada pasien untuk menghindari sarung
tangan terkontaminasi.
1. Pakai lembaran duk yang luas untuk menutupi tubuh pasien kalau
diperlukan untuk membuat tubuhnya panas. Duk itu tidak perlu steril
karena tidak akan dekat tempat insisi ( Belkin 1992 ). Tapi harus bersih
dan kering.
3. Mulai dengan menempatkan duk kecil yang terdekat dengan anda untuk
mengurangi kontaminasi. Dengan memegang satu sisi dari duk, biarkan
sisi yang lain menyentuh kulit abdomen kira – kira 5 cm di luar tempat
sayatan. Perlahan – lahan letakkan sisa duk pada abdomen. Setelah
terletak pada tempatnya, jangan sekali – kali memindahkannya
mendeteksi insisi. Boleh, kalau ditarik menjauhi insisi.
4. Pasang tiga duk lainnya untuk menjadikan area kerja menjadi persegi
empat.
Jangan memakai tubuh pasien atau area yang memakai duk untuk
menempatkan instrumen. Menempatkan instrumen steril atau yang
didisinfeksi tingkat tinggi di atas duk, sekalipun semula steril, akan
terkontaminasi. Dengan meletakkan instrumen di atas duk, akan sukar
ditemukan dan bisa menyebabkan jatuhnya instrumen dari meja operasi
kalau pasien bergerak. Kalau meja instrumen ( Mayo ) tidak ada, baki plastik
atau metal yang steril atau didisinfeksi tingkat tinggi dapat ditempatkan di
atas duk yang menutupi pasien dan digunakan untuk menempatkan
instrumen selama prosedur / tindakan.
c. Contoh teladan, khususnya dokter dan staf senior dan staf fakultas
lainnya, secara aktif mendukung pencegahan infeksi yang dianjurkan
dan menjadi contoh / model perilaku yang tepat. ( Lipscomb dan
Rosenstock 1997 ).
MENGENAKAN APD
1. Pelindung kaki
3. Masker
5. Sarung tangan
GAUN PELINDUNG
1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
MASKER
1. Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher
3. Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan
baik
KACAMATA ATAU PELINDUNG WAJAH : Pasang pada wajah dan mata dan
sesuaikan agar pas
SARUNG TANGAN : Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi
CARA MELEPAS APD
1. Sarung tangan
2. Kacamata atau pelindung wajah
3. Apron, gaun pelindung dan topi
4. Masker
5. Pelindung kaki
SARUNG TANGAN :
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan
1. Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi
GAUN PELINDUNG
1. Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
2. Lepas tali
3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung
saja
5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat sampah infeksius
MASKER
2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
Semua alat pelindung diri harus di rawat sedemikian rupa sehingga alat itu tetap
memberikan perlindungan yang berhasil guna. Terhadap faktor – faktor yang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini berarti bahwa
prosedur yang cocok untuk melaporkan kerusakan pemeriksaan rutin,
pembangunan perbaikan dan pembersihan harus dilaksanakan.
Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat – alat itu kemungkinan besok akan
di pakai dan di simpan baik – baik supaya tidak memburuk dan rusak.
Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting agar fungsi alat
pelindung diri tetap baik.
Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi yang baik,
tetap bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di simpan baik untuk
mencegah kerusakan dan hilang.
Untuk mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus di simpan
dengan baik sesuai dengan ketentuan.