Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

PENGENDALIAN PROSES
PENGENDALIAN pH (CRpH ) 2

DISUSUN KELOMPOK 1 :

ANIS WAHYU NINGSIH (NIM : 061640421613)

DJULIUS AMAN WIJAYA (NIM : 061640421616)

FENTY ALNAFRAH (NIM : 061640421617)

JEKASYAH PERMADI (NIM : 061640421618)

LETRI YOSE DESMELLANI (NIM : 061640421620)

M. BAGAS PRATAMA (NIM : 061640421621)

MERI PURNAMASARI (NIM : 061640421622)

M.AFRIZAL (NIM : 061640421624)

M. HADID FADHLILLAH (NIM : 061640421625)

MUTMAINNAH NINGTYAS. K (NIM : 061640421626)

M. HABIB YAHYA (NIM : 061640421952)

KELAS : 5 KIA
INSTRUKTUR : Anerasari M., B.Eng.,M.Si.

TEKNIK KIMIA / DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/ 2019
Pengendalian Nilai pH ( CRpH )

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan praktik mahasiswa diharapkan dapat :
1.    melakukan simulasi pengendalian kontinyu PI, PD dan PID
2.      Menjelaskan terminologi yang digunakan dalam simulasi unit CRpH.
3.      Memahami prinsip pengendalian pH pada perubahan nilai PB, IT dan DT
4.      Melakukan simulasi pengendalian dan menjelaskan grafik terssebut.

II. Alat dan Bahan yang digunakan


1.      Peralatan CrPH
2.      Tangki penampung 20L
3.      Alat ukur PH
4.      Flowmeter jenis float
5.      Pompa sentrifugal
6.      Pompa proposional
7.      Asam klorida 30%
8.      Natrium hidroksida 30%

III. Dasar teori


1. Pengendalian P/I/D
Sistem pengendalian secara kontinyu berbeda dengan sistem pengendalian tak
kontinyu (on-off). Pada sistem kontrol kontinyu, sistem secara kontinyu melakukan
evaluasi antara error dan set ppoint dan secara kontinyu pula memberikan masukan
(input) bagi elemen kontrol akhir untuk melakukan perubahan agar harga pengendalian
(control point) bagi elemen kontrol akhir untuk melakukan perubahan agar harga
pengendalian (control point) mendekati atau sama dengan harga set point.

Sistem  pengendalian kontinyu ini menggunakan tiga terminologi berikut:


a.       Proposional
b.      Integral
c.       Derivatif
Sinyal yang diregulasi yang didasarkan atas error (perbedaan antara set point
dengan kontrol point ditentukan oleh jumlah ketiga definisi diatas.

A.    Proposional
Bagian atau komponen mode pengendalu ini menyatakan error yang terjadi
sebanding antara set point dan harga terukur. Sebanding ini dinyatakan sebagai harga
konstanta proposional (kp).
Ketiga sinyal regulasi mencapai 100% atau katup pneumatic terbuka penuh,
error mencapai level salurasi (jenuh) penambahan error tidak akan meningkatkan sinyal
regulasi.
Disini perlu diketahui range interval error sinyal regulasi dapat beroperasi antara
0%-100%. Range variasi error dinyatkan sebagai proposional band atau pita
proposional. Apabila error (e) antara 0-PB, maka persen harga isnyal regulasi (x)
adalah:
                                     X = e. PB
Semakin besar PB semakin kecil keluaran kontroller (x) untuk error yang sama.
Dengan kata lain, semakin rendah proposional kontroller.
Sistem pengendalian yang harga menggunakan mode proposional ini
mempunyai ketentuan berikut:
a.       Error tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai set point.
b.      Adanya error bisa (residu) yang disebut offset yang bertambah dengan
bertambahnya PB.

B.     Integral
Mode kontrol integral selalu digunakan berpasangan dengan mode proposional
dengan persamaan:
t

X(t) = Kp.Ep + Ki ∫ ( X ) . dx
0

Dengan mode bangunan ini error pertama – tama akan meningkat kemudian
berkurang dengan cepat oleh aksi proposional. Error tidak akan menjadi nol
dikarenakan oleh adanya offset. Aksi kontrol intergral akan mengurangi error residu
(offset) dari proposional. Dengan mode ini kemugkinan untuk mengurangi error secara
tuntas, sedangkan kondisi equilibrium baru memerlukan aliran masuk yang baru yang
digerakan oleh mode integral juga.
Umumnya mode gabungan ini digunakan ketika variabel yang dikendalikan
diharapkan mengalami perubahan besar namun lambat yang memerlukan perubahan
cukup besar pada sinyal regulassi (x).

C.     Derivatif
Mode derivatif juga dipergunakan bergabungan dengan mode proposional
dengan persamaan:
d
X(t) = Kp.e (t) + kd. . e(t)
dt

jika error konstan derivatif sebagai fungsi waktu akan mempunyai harga nol
(tidak ada output). Mode proposional derivatif ini digunakan apabila diharpkan
perubahan yang cepat dan dalam batas level kontrol mempunyai variasi beban yang
rada lambat. Penggunaan mode proposional derivatif kurang memberikan pengertian
yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkab derivatif yang digunakan pada CrPH adalah
mode gabungan lengkap atau mode PID (proposional,integral,derivatif).
Dengan persamaan :
t
d
Kp.Ep + Ki ∫ Ep( t)dt + kd. . EP + Po
0
dt
Gabungan ketiganya disini memberikan pengendalian yang sempurna dan
menghasilkan pengendalian yang optimal.

Pengendalian PID
      Merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem intrumentasi
degan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tersebut. Komponen PID ini terdiri
dari tiga jenis yaitu: proposional, integral, derivatif.
1.      Kontrol proposional
Ciri – ciri pengontrol proposional
a.       Jika nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahn yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat
(menambah rise time).
b.      Jika nilai Kp dinaikan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai
keadaan mentapnya (mengurangi rise time)
c.       Namun, jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi
d.      Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error tetapi
tidak menghilangkannya.

2.      Kontrol integral
Ciri – ciri pengontrol integral
a.       Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
pengontrol integral cenderung memperlambat respon
b.      Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
c.       Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukan kenaikan
atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki
d.      Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset.
Tetapi semakin besar nilai konstanta ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi sari
sinyal keluaran pengontrol.

3. Kontrol derivatif
Ciri – ciri kontrol derivatif
a.       Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan )
b.      Jika sinyal kesalahan berupa terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.

Dosing pump
Dosing pump adalah pompa khusus untuk menginjeksikan chemical secara
terukur dan akurat serta manan untuk berbagai aplikasi. Dosing pump/ pompa dosing/
metering pump/ pompa injeksi kimia adalah pompa yang bertugas untuk
menginjeksikan bahan kimia dengan ukuran yang akurat untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
IV. Langkah kerja
1. Memipet 6ml larutan NaOH 30% ke dalam galon aquadest bagian bawah,
menambahkan aquadest hingga terisi 9L.
2. Memipet 3ml larutan HCl 30% ke dalam galon aquadest pada bagian atas dan
menbahkan aquadest hingga terisi 9L.
3. Menghidupkan alat dengan memutar main switch ke posisi on.
4. Mengambil sampel dari masing – masing galon sejumlah 30ml dan cek pH
dengan menggunakan pH elektroda tersedia. Membilas elektroda.
5. Memutar katup tempat elektroda pH kedalam mengencangkan kembali dengan
memutar.
6. Menghidupkan komputer dan menghubungkan antara CRpH dengan komputer
menggunakan kabel USB tersedia. Menjalankan program DIDATEC
CONTROL pada layar dekstop dengan mengklik 2x menggunakan mouse.
7. Switch on pengaduk, menekan tombol power pada bagian pengaduk sampai
muncul 50 rpm, menekan tanda + pada bagian hingga kecepatan pengaduk
menjadi 350rpm.
8. Menghidupkan pompa sentrifugal dan mengatur debit pada 3,5 L/h mengamati
permukaan cairan didalam tangki proses hingga elektroda tercelup dengan baik.
9. Mengatur USB PORT di monitor ke COM6 dan mengubah set point menjadi 8
10. Memasukan harga proposional band 20% dan integral time 0 dan derivatif time
0
11. Menghidupkan dosing pump.
12. Mengklik START ACQUISTION pada layar monitor untuk memulai proses
pengendalian PH. Klik kanan pada bagian sumbu x untuk mengaktifkan
AUTOSCALE pada output pompa dan klik kanan pada bagian Y untuk
mengaktifkan AUTOSCALE pada bagian pengukuran.
13. Mengamati hingga didapat grafik perubahan yang cenderung stabil
14. Setelah selasai RUN 1 terdapat 2 lembah dan 1 bukit klik stop.
15. Klik save graph untuk melihat pengukuran dan mengisi maka grafik yang akan
disimpan
16. Mengulang langkah 9 hingga 15 dengan set point 10 serta intergal time dan
derivative time = 1.
V. DATA PENGAMATAN
1. Pengendalian proporsional

Percobaan 1 Percobaan 2
Set point 8,5 8,5
P 20 40
I - -
D - -
Keadaan pH sampel 7,5 7,5
Pengukuran 7,0 7,0

2. Pengendalian Proporsional Integral (PI)

Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4


Set point 7 7 7 7
P 20 20 20 20
I 2 2 10 10
D - - - -
Keadaan pH 4,5 6,4 4,5 6,4
sampel
Pengukuran 6,1 6,2 6,3 6,3

3. Pengendalian Proporsional Integral Derivatif (PID)

Percobaan 1 Percobaan 2
Set point 7 7
P 20 20
I 10 10
D 10 10
Keadaan pH sampel 4,5 6,4
Pengukuran 6,3 6,2

VI. ANALISA PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini dapat dianalisa bahwa pengendalian pH secara


kontinyu pada CRpH adalah dengan menggunakan metode proporsional (P), mode
proposional integral (PI) dan mode proporsional integral derivative (PID). Mode P,I,D tidak
bisa dilakukan secara tunggal, beda halnya dengan pengendalian mode proporsional. Namun,
pengendalian proporsional pun perlu dikombinasikan dengan mode integral dan atau
derivative. Sehingga mampu memberikan output yang seharusnya untuk mengurangi dan
menghilangkan offset.

Pada percobaan ini dibuat larutan asam dan basa dimana keduanya memiliki
konsentrasi yang sama yaitu 30%. Larutan tersebut diencerkan dengan masing-masing
aquadest sebanyak 9 liter. Umpan ini kemudian dihubungkan dengan pompa sentrifugal
untuk menarik aliran atau alrutan tersebut agar masuk ke dalam reactor. Awalnya larutan
didalam reactor diukur pH nya dan disesuaikan dengan suasana pH yang diinginkan lalu
setelah terdeteksi pH nya oleh elektroda maka controller mengintruksikan sinytal ke pompa
dosing dimana laju alirannya disesuaikan nilai pH. Proses ini terus berlanjut dan bekerja
sesuai dengan mode pengukuran yang digunakan.

Pada mode pengendalian proposional dilakukan dua kali percobaan dengan


memfariasikan harga proporsionalnya. Pada percobaan 1, dengan harga set point yang
ditetapkan sebesar 8,5 dan nilai proporsional sebesar 20% dapat dilihat, grafik yang didapat
menunjukkan bahwa katup control (output) bergerak naik turun dengan cepat dan
menghasilkan osilasi. Hal ini dikarenakan akibat pita proporsional (PB) yang digunakan
terlalu kecil yang menyebabkan perubahan besar pada output controller (katup bergerak
dengan rentang yang jauh) untuk perbedaan yang kecil. Selanjutnya pada percobaan yang ke
2 dengan harga setpoint yang sama namun harga PB menjadi 40%, dapat dilihat bahwa grafik
yang dihasilkan cenderung lebih stabil, hal ini karenakan harga PB yang lebih besar yang
menyebabkan perubahan pada output controller lebih stabil dan katup bergerak dengan
rentang yang tidak terlalu jauh, selain itu dengan pengaturan PB yang lebih besar, loop
pengendalian akan lebih stabil dan osilasi yang dihasilkan lebih kecil. Dari percobaan 1 dan 2
memiliki kekurangan yang sama yaitu mode ini selalu mengalami offset, namun dari kedua
percobaan tersebut semakin besar harga PB maka pengendalian semakin stabil.

Offset yang terjadi pada mode proporsional dapat diminimalisirkan dengan


menggunakan bantuan mode integral. Aksi integral memberikan koreksi saat terjadi error
offset sehingga mode proporsional dapat terus memberikan output yang sebanding dengan
error yang terjadi. Pada mode pengendalian proporsional integral (PI) dilakukan 4 kali
percobaan dengan memvariasikan harga integral time dan keadaan pH sampel. Pada
percobaan 1 dengan PB 20%, integral time 2 menitdan keadaan pH sampel 4,5. Dapat dilihat
dari grafik , output akan menurun pada waktu 2 menit 10 detik, bersamaan dengan itu nilai
error menjadi 0 (nol) hal ini dikarenakan larutan telah mencapai harga set point. Pada
percobaan 1 output merespon lebih cepat dibandingkan percobaan 3 dengan keadaan pH yang
sama namun harga integral 10 menit. Hal ini dapat dilihat dari grafik yang dihasilkan oleh
percobaan 1, ouput controller merespon lebih lambat yaitu 2 menit 25 detik. Pada percobaan
2 dengan integral time yang sama dengan percobaan 1 namun dalam keadaan suasana pH
sampel yang berbeda yaitu 6,4. Dapat dilihat dari grafik bahwa pada waktu 35 detik output
controller telah memberikan respon. Respon output controller pada percobaan 2 jauh lebih
cepat dibandingkan respon output controller pada percobaan 1 hal ini dikarenakan keaadaan
pH sampel dalam reactor yang mendekati set point sehingga tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk mencapai harga set point dan error 0 (nol). Respon output controller pada
percobaan 2 masih lebih cepat jika dibandingkan dengan respon output controller pada
percobaan 4. Pada percobaan 4 output controller baru merespon pada waktu 45 detik,
walaupun keadaan pH sampel dalam reactor sama yaitu 6,4. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan integral time pada percobaan 2 dan percobaan 4. Percobaan 4 memiliki harga
integral time yang lebih besar yaitu 10 menit.

Dari percobaan yang telah dilakukan pada mode proporsional integral (PI) dapat
diketahui bahwa semakin pendek waktu integral maka akan memberikan respon yang lebih
cepat, namun waktu integral yang pendek akan menghasilkan osilasi yang cukup besar, hal
ini dapat dilihat dari grafik yang dihasilkan bahwa percobaan yang menggunakan harga
integral time lebih pendek (2 menit) memiliki respon output controller yang lebih cepat dan
memiliki osilasi yang lebih besar dibandingkan percobaan yang menggunakan harga integral
time yang lebih besar (10 menit).

Tak seperti aksi integral, aksi derivative tidak menghilangkan offset pada
pengendalian proporsional. Oleh karena itu, mode derivative akan lebih baik digabungkan
dengan mode proporsional integral membentuk mode PID. Osilasi atau kecenderungan output
pengendalian naik dan turun di daerah rentang pengendalian dapat distabilkan oleh mode
derivative. Mode derivative memiliki kelemahan yaitu tidak dapat memberi output saat error
0 (nol) sedangkan tujuan pengendalian adalah berusaha membawa harga pengukuran
mendekati atau sama dengan harga set point. Kelemahan ini mirip dengan offset yang dapat
distabilkan dengan mode integral.
Pada mode pengendalian proporsional integral derivative (PID) dilakukan 2 kali
percobaan dengan harga set point, proporsional, integral time dan derivative yang sama
namun dengan keadaan pH sampel yang berbeda. Pada percobaan 1 pH sampel dalam reactor
sebesar 4,5 sedangkan pada percobaan 2 keadaan pH sampel dalam reactor sebesar 6,4. Dari
percobaan 1 menghasilkan grafik yang output controllernya merespon pada waktu 4 menit 45
detik . sedangkan pada percobaan 2 output controller merespon pada waktu 1 menit 10 detik.
Percobaan 2 memiliki respon yang lebih cepat, hal ini dikarenakan pada percobaan 2 keadaan
pH sampel dalam reactor mendekati set point sehingga output controller tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk merespon (menurunkan keluarannya).

Mode PID sering disebut mode pengendalian yang sempurna karena kelebihan mode
proporsional (linear antara error terhadap output pengendalian) kelebihan dari mode integral
(cepat respon dan mampu mengeliminasi offset pada mode proporsional ) dan kelebihan
mode derivative (memberi kestabilan output terhadap proses akibat osilasi yang dihasilkan
mode integral).

VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin besar proporsional band pada mode pengendali proporsional akan
berbanding lurus dengan semakin besarnya nilai offset, tetapi grafik yang
dihasilkan cenderung stabil.
2. Semakin pendek waktu integral akan menyebabkan respon pada output
controller akan lebih cepat dan osilasi yang dihasilkan akan lebih besar.
3. Mode derivatif akan memberikan kestabilan output terhadap proses akibat
osilasi yang dihasilkan pada mode integral.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Kasie laboratorium Pengendalian Proses. 2018. Penuntun Praktikum Pengendalian
Proses.Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
https://www.scribd.com/doc/307333308/crph-2-docx. Diakses pada

Anda mungkin juga menyukai