BUPATI PASER,
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Bupati adalah Bupati Paser.
2. Organisasi Perangkat Daerah, yang yang selanjutnya disingkat OPD
adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten
Paser.
3. Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat hukum adat yang memiliki
karakteristik sesuai hukum adatnya, terdapat hubungan yang kuat
dengan tanah dan lingkungan hidup serta memanfaatkan suatu wilayah
tertentu secara turun temurun.
4. Wilayah Adat adalah tanah adat yang berupa tanah, air, dan atau
perairan beserta sumber daya alam yang ada di atasnya maupun di
bawahnya dengan batas-batas tertentu, dimiliki, dimanfaatkan dan
dilestarikan secara turun temurun dan secara berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang diperoleh melalui
pewarisan dari leluhur atau gugatan kepemilikan berupa tanah ulayat
dan hutan adat.
5. Hukum Adat adalah seperangkat norma atau aturan, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur
tingkah laku manusia yang bersumber pada nilai budaya bangsa
Indonesia, yang diwariskan secara turun temurun, yang senantiasa
ditaati dan dihormati untuk keadilan dan ketertiban masyarakat,
dan mempunyai akibat hukum atau sanksi.
6. Pengakuan Masyarakat Hukum Adat adalah pernyataan tertulis Bupati
Paser atas keberadaan masyarakat hukum adat.
7. Panitia Masyarakat Hukum Adat adalah lembaga bersifat sementara
yang dibentuk untuk melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil
identifikasi Masyarakat Hukum Adat.
8. Verifikasi adalah kegiatan untuk memperkuat atau mengkonfirmasi data
dan informasi yang diberikan oleh pemohon dalam proses pengakuan
wilayah adat dan hutan adat.
BAB II
PANITIA MASYARAKAT HUKUM ADAT
Pasal 2
(1) Dalam melakukan pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum
adat, Bupati membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat.
(2) Struktur ogranisasi Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), antara lain:
a. Sekretaris Daerah Kabupaten Paser sebagai ketua;
b. Kepala OPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat sebagai
sekretaris;
c. Kepala Bagian Hukum Sekretaris Kabupaten Paser sebagai
anggota;
d. Camat sebagai anggota;
e. Kepala OPD mengurusi terkait karakteristik masyarakat hukum
adat sebagai anggota; dan
f. Unsur akademisi, Pakar hukum adat, Lembaga Swadaya
Masyarakat, dan Masyarakat Hukum Adat sebagai anggota.
(3) Struktur organisasi panitia masyarakat hukum adat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB III
MEKANISME PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN
Pasal 3
Pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat dilakukan melalui
mekanisme:
a. Identifikasi masyarakat hukum adat;
b. Verifikasi dan validasi masyarakat hukum adat; dan
c. Penetapan masyarakat hukum adat.
Pasal 4
(1) Bupati melalui camat melakukan identifikasi wilayah adat dengan
melibatkan masyarakat hukum adat bersama lembaga swadaya
masyarakat.
(2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mencermati:
a. Sejarah masyarakat hukum adat;
b. Letak dan batas wilayah adat;
c. Hukum adat;
d. Harta kekayaan dan/atau benda-benda adat; dan
e. Kelembagaan adat.
(3) Hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
verifikasi dan validasi oleh Penitia Masyarakat Hukum Adat.
(4) Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diumumkan kepada masyarakat hukum adat setempat dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan.
Pasal 5
Format laporan hasil identifikasi wilayah adat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 6
(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat menyampaikan rekomendasi kepada
Bupati berdasarkan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4).
(2) Bupati melakukan penetapan pengakuan dan perlindungan masyarakat
hukum adat berdasarkan rekomendasi Panitia Masyarakat Hukum Adat
dengan Keputusan Bupati.
(3) Formulir pengumuman hasil verifikasi dan validasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB IV
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 7
(1) Dalam hal Masyarakat Hukum Adat keberatan terhadap hasil verifikasi
dan validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka masyarakat
hukum adat dapat mengajukan keberatan kepada Panitia.
(2) Panitia melakukan verifikasi dan validasi ulang terhadap keberatan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Verifikasi dan validasi ulang terhadap keberatan masyarakat, hanya
dapat dilakukan 1 (satu) kali.
(4) Formulir permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 8
(1) Dalam hal permohonan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (4) mencapai kesepakatan, maka Panitia Masyarakat Hukum Adat
membuat surat perjanjian perdamaian.
(2) Perjanjian perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
Pasal 9
(1) Dalam hal Masyarakat Hukum Adat keberatan terhadap Keputusan
Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dapat
mengajukan keberatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara.
(2) Penyelesaian sengketa atas pengajuan keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 10
Sebagala biaya yang diperlukan dalam pelaksanan pengakuan dan
perlindungan masyarakat hukum adat dibebanka pada:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten; dan
d. Pendapatan yang sah dan tidak mengikat.
BAB VI
PERALIHAN
Pasal 11
Masyarakat yang telah ada dan tinggal dalam suatu kawasan sebelum atau
setelah kawasan tersebut ditetapkan sebagai wilayah adat, sepanjang
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan wajib dilindungi dan
diakui keberadaannya.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 12
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah kabupaten Paser.
Ditetapkan di …
pada tanggal …
BUPATI PASER
ttd
YUSRIANSYAH SYARKAWI
Diundangkan di …
Pada tanggal …
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PASER
[NAMA]
BERITA DAERAH KABUPATEN PASER TAHUN 2017 NOMOR …
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
TTD
NAMA
NIP
LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI PASER
NOMOR … TAHUN 2017
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA VERIFIKASI DAN
INVENTARISASI MASYARAKAT HUKUM ADAT
BUPATI PASER
ttd
YUSRIANSYAH SYARKAWI
LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI PASER
NOMOR … TAHUN 2017
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA VERIFIKASI DAN
INVENTARISASI MASYARAKAT HUKUM ADAT
BUPATI PASER
ttd
YUSRIANSYAH SYARKAWI
LAMPIRAN III
PERATURAN BUPATI PASER
NOMOR … TAHUN 2017
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA VERIFIKASI DAN
INVENTARISASI MASYARAKAT HUKUM ADAT
FORMULIR PENGUMUMAN HASIL VERFIKASI MASYARAKAT HUKUM
ADAT
LAMBANG
NEGARA
Gambar Situasi
.........................................................................................................................
.......
.........................................................................................................................
.......
.........................................................................................................................
......
BUPATI PASER
ttd
YUSRIANSYAH SYARKAWI
LAMPIRAN IV
PERATURAN BUPATI PASER
NOMOR … TAHUN 2017
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA VERIFIKASI DAN
INVENTARISASI MASYARAKAT HUKUM ADAT
FORMULIR PERMOHONAN KEBERATAN
Formulir permohonan keberatan berisi
1. Identitas Pemohon:
a. Nama pemohon :
b. Alamat pemohon :
c. Kedudukan Pemohon : (lingkari yang dipilih)
i. Masyarakat adat.
ii. Perseorangan.
iii. Badan Usaha.
d. Tanda bukti diri pemohon: (lingkari yang dipilih)
i. Surat kuasa dari Ketua Adat.
ii. KTP.
iii. Surat kuasa dari Direksi dan surat pengesahan pemerintah untuk
badan hukum.
2. Hal yang menjadi objek keberatan (pilih salah satu atau kedua-duanya)
a. Hasil verifikasi keberadaan masyarakat adat dan/atau.
b. peta wilayah adat.
3. Dasar-dasar atau alasan-alasan pengajuan keberatan
a. Dasar atau alasan keberatan terhadap keberadaan masyarakat adat
1. ……
2. ……
3. ……
4. ……
4. Jelaskan kerugian atau potensi kerugian yang diderita oleh Pemohon
5. ……
keberatan.
Dst.
1. ……
2. ……
3. ……
4. ……
5. ……
Dst.
BUPATI PASER
ttd
YUSRIANSYAH SYARKAWI
LAMPIRAN V
PERATURAN BUPATI PASER
NOMOR … TAHUN 2017
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA VERIFIKASI DAN
INVENTARISASI MASYARAKAT HUKUM ADAT
Pada hari ini … (Nama Hari), Tanggal, Bulan, Tahun, bertempat di …. yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
3. Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama dan/atau mewakili .....
yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
1. Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
3. Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama dan/atau mewakili ....
dan selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Pasal 1
Para pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa mengenai … secara damai.
Pasal 2
Bentuk penyelesaian sengketa … disepakat dengan cara:
(1) Pihak pertama melakukan … (misalnya ganti rugi, pengembalian tanah,
dll)
(2) Pihak kedua melakukan … (misalnya menyerahkan sebagaian tanah,
dll.)
(3) Dst. (sesuai hasil-hasil mediasi)
Pasal 3
Kesepakatan penyelesaian sengketa … dilaksanakan dengan cara:
(1) Pemetaan ulang … (misalnya wilayah adat masing-masing)
(2) Pengembalian tanah dilakukan pada tanggal … (misanya 2 minggu
setelah perjanjian)
(3) Penyerahan kompensasi dilakukan pada tanggal (misalnya 1 minggu
setelah perjanjian)
(4) Dst.
Pasal 4
Perjanjian ini disepakati untuk diajukan pendaftarannya ke Pengadilan Negeri
… sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk dibuatkan akta
perdamaian yang mengikat secara hukum dan berkekuatan hukum tetap.
Perjanjian ini dibuat … rangkap (tergantung jumlah pihak yang bersengketa)
dengan bermaterai cukup dan ditandatangani para pihak.
Saksi-Saksi
1. ……………………
2. ……………………
BUPATI PASER
ttd
YUSRIANSYAH SYARKAWI