Oleh
FEBRIANI WIJAYANTI
NPM. 250120160011
Latar Belakang
Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi
kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun
dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan
barang-barang elektronik dan alat-alat/mesin industri. Mengingat begitu besar dan
pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik
terutama yang berasal dari sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas,
maka untuk menjaga kelestarian sumber energi ini perlu diupayakan langkah-
langkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energy listrik secara optimal
dan terjangkau.
Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik tidak mampu memenuhi
peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Terjadinya pemutusan sementara dan
pembagian energi listrik secara bergilir merupakan dampak dari terbatasnya
energi listrik yang dapat disupply oleh PLN. Hal ini terjadi karena laju
pertambahan sumber energi baru dan pengadaan pembangkit tenaga listrik tidak
sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik.
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengatasi krisis energi listrik ini
secara simultan dan terstruktur. Salah satu solusi dari permasalahan krisis energi
listrik yang terjadi adalah dengan melakukan pengelolaan pemakaian energi listrik
pada sisi produsen dan sisi konsumen melalui konsep manajemen energi.
Manajemen energi didefinisikan sebagai program terpadu yang
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumber
daya energi dan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan,
pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas
produksi/pelayanan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012, Manajemen energi
1
adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai
pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang
maksimal melalui tindakan teknik secara terstruktur dan ekonomis untuk
meminimalisasi konsumsi bahan baku dan pendukung.
Tujuan Manajemen Energi :
- Meningkatkan efisiensi energi listrik dan mengurangi penggunaan energi listrik
yang tidak perlu sehingga akan mengurangi biaya pemakaian energi listrik.
- Menerapkan strategi yang efektif dalam melakukan pengelolaan pemanfaatan
energi listrik.
Manajemen energi diterapkan untuk memaksimalkan kapasitas pembangkit yang
ada dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, yaitu dengan melaksanakan
program di sisi permintaan (Demand Side Management) dan di sisi penyediaan
(Supply Side Management).
2
PPA (Power Purchase Agreement) adalah perjanjian jual beli tenaga listrik
antara perusahaan produsen listrik swasta (IPP) dan PLN.
3
dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain untuk kesuksesan program ini,
perusahaan harus melihat dari sudut pandang konsumen. Sedangkan pelanggan
memandang listrik bukan dari sisi listriknya, melainkan dari sisi manfaatnya.
Seperti membutuhkan cahaya, udara sejuk (AC), dan berjalannya peralatan
listrik mereka tanpa ada gangguan, pelayanan yang memuaskan, dan
sebagainya. Masalah tarif merupakan sesuatu yang sangat penting di mata
konsumen, tarif yang rendah adalah salah satu segi pelayanan yang dianggap
baik, di samping itu hal-hal seperti keandalan dan kenyamanan merupakan hal
yang tidak boleh diabaikan karena memegang peranan penting sebagai wujud
kualitas pelayanan. Sehingga antara tarif yang murah dan keandalan
merupakan faktor pendukung yang harus diperhatikan.
3. Hubungan ke Pegawai
Adanya penekanan rasa tanggung jawab serta profesionalisme petugas akan
berhasilnya proyek DSM, penekanan terhadap adanya kesadaran bahwa
kepentingan perusahaan listrik adalah kepentingan petugas di samping itu juga
sebgai kepentingan nasional.
B. Sasaran-sasaran Khusus
Sasaran-sasaran ini terdiri dari :
1. Peningkatan Utilisasi Sistem
Peningkatan dan pengembangan pembangunan dari peralatan-peralatan listrik
dan proses yang membarikan kinerja yang lebih baik dalam pengoperasian dan
utilisasi yang lebih efisien. Pada awalnya pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan
tambahan biaya yang tinggi, tetapi dari hasil penghematan yang diperoleh, eaktu
pengembalian untuk tambahan biaya dari peralatan hemat energi lebih baik
dibanding perencanaan yang konvensional.
2. Menunda pembangunan unit pembangkit listrik yang baru
Dengan dilaksanakannya program DSM maka akan mengurangi kebutuhan
beban puncak dengan berbagai cara sistematis. Hal ini berarti kapasitas cadangan
dengan sendirinya semakin besar, sehingga kebutuhan akan sebuah unit
4
pembangkit dapat ditunda yang berarti bahwa terjadi perlambatan pengembangan
modal.
3. Memperbaiki unjuk kerja (performance) sistem, yang meliputi :
a. Perbaikan Faktor Beban
Efektifitas pemakaian energi listrik biasanya dinyatakan dalam suatu
perbandingan yang disebut faktor beban. Faktor beban merupakan
perbandingan antara energi listrik yang benar-benar digunakan dengan jumlah
energi yang akan digunakan jika daya listrik digunakan terus menerus pada
kebutuhan maksimum.
b. Perbaikan efisiensi sistem
Dengan pengaturan pemakaian energi listrik sesuai dengan jenis pembangkit
yang ada atau dengan penggunaan peralatan hemat energi akan dicapai tingkat
efisiensi sistem yang lebih tinggi.
c. Perbaikan keandalan sistem
Dengan mengurangi pemakaian daya listrik pada periode beban puncak dengan
tujuan mencegah daya listrik yang melampaui kapasitas yang tersedia, berarti
menghindari kemungkinan terjadinya pemadaman atau memperbaiki keandalan
suatu sistem.
5
dengan mengontrol pemakaian peralatan listrik pelanggan secara langsung
seperti pengontrolan peralatan-peralatan listrik konsumen.
Contoh : Mematikan sebagian lampu pada waktu beban puncak (Peak
Clipping lampu) dilakukan dengan mematikan lampu garasi, lampu dapur
dan lampu kamar mandi pada pukul 17.30-22.00.
6
peralatan dalam upaya penetapan standar efisiensi peralatan, standar unjuk
kerja peralatan, pelabelan dan upaya penerapan peralatan.
Gambar 1.
7
Alternatif-alternatif Demand Side Management
Untuk mencapai sasaran dari kegiatan DSM ada beberapa alternatif program yang
dapat dilaksanakan. Akan tetapi pelaksanaan kegiatan DSM tidak dapat
disamaratakan untuk semua konsumen. Pemilihan masingmasing kegiatan
tergantung dari pelanggan, baik sektor industri, komersil, publik, maupun rumah
tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi agar program DSM ini dapat diterima
oleh konsumen. Untuk itu perusahaan listrik harus mempunyai pengetahuan akan
sejumlah karakteristik- karakteristik pelanggan yang meliputi :
- Demografi
- Pendapatan
- Pengetahuan
- Motivasi/Sikap
- Pengalaman Terdahulu
8
4. Kerjasama usaha bersama
Meningkatkan kemapuan perusahaan listrik pada program pemasaran dan
penerapan melalui kerjasama dengan para ahli di bidang lain seperti arsitek,
konsultan, kontraktor, dan bidang terkait lainnya. Program kerjasama
dirancang dimana perusahaan listrik dan unit kegiatan yang berhubungan dapat
bekerja sama secara saling menguntungkan.
5. Iklan
Meningkatkan kepedulian masyarakat akan program-program dan dapat
mempengaruhi pelanggan dan perusahaan. Iklan ini bisa melalui berbagai
media seperti media elektronik, media cetak, dsb.
Pola Penerapan Pendekatan DSM Pola penerapan DSM menurut Berrie (1992)
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain :
Mekanisme Pengaturan Tarif Listrik
Melakukan pengaturan tarif listrik yang sangat tajam disaat tarif WBP (Waktu
Beban Puncak) dan tarif di LWBP (Luar Waktu Beban Puncak), sehingga
mendorong sebagian konsumen menggunakan energi listrik disaat WLBP.
Mekanisme Kontrak
Melakukan pembatasan konsumsi listrik di saat WBP dengan melakukan
kontrak yang didukung dengan peralatan kontrol yang memadai sehingga saat
WBP konsumen tidak bisa menggunakan tenaga listrik yang ada.
Pengendalian Langsung
Dengan pengendalian langsung ada dua beban listrik yang interutible load dan
cutainable load. Interutible load merupakan beban yang sudah tertentu
pemakaiannya, sehingga disaat WBP, peralatan tersebut akan terhenti pasokan
listriknya. Cutainable load adalah beban atau pemakaian konsumen yang dapat
dimatikan pada kondisi tertentu dengan pemberitahuan terlebih dahulu dan
terencana.
Mekanisme Konservasi Energi
Pengaturan ini sangat tergantung dari kesadaran konsumen pada konservasi,
hal ini dapat dilakukan oleh konsumen dengan berbagai langkah, misalnya :
9
mematikan listrik bila tidak digunakan, pemilihan pemakaian peralatan listrik
yang lebih hemat, menggunakan lampu hemat energi, pemasangan kapasitor
pada peralatan industri/rumah tangga yang memiliki faktor kerja rendah,
pengaturan waktu pemakaian listrik, merancang rumah/gedung /bangunan yang
hemat listrik, dll.
Melalui upaya DSM dan SSM ini diharapkan keseimbangan antara sisi penyedia
dan sisi konsumen tetap terjaga. Di Indonesia, kebijakan pengelolaan energi lebih
diprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses
terhadap energi kepada masyarakat (SSM). Untuk itu, diperlukan perubahan
paradigma konservasi energi dari Supply Side Management (SSM) ke arah
Demand Side Management yang memfokuskan pada konservasi energi pada
sektor pengguna.
10
DAFTAR PUSTAKA
11