Laporan Pendahuluan Fraktur Femur
Laporan Pendahuluan Fraktur Femur
“FRAKTUR FEMUR”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Kelompok 2
Yunita 16.IK.502
BANJARMASIN
2018
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang
disebut dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.
2. Fisiologi Tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel :
a. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu
proses yangh disebut osifikasi.
b. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutklan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
3. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas
dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan
trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah
tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di antara kedua
kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela)
yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yang terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia
bentuknya lebih kecil, pada pangkal melekat os fibula, pada bagian ujung
membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut
os maleolus medialis.
B. Definisi
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shafi yang bias terjadi akibat
trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami laki-laki dewasa. (Desiartama & Aryana, 2017)
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada
tulang femur dapat menimbulkan perdarahan cukup banyak serta mengakibatkan
penderita mengalami syok.
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahann otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis. Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan
acetabulum bagian dari femur, terdiri dari: kepala, leher, bagian terbesar dan kecil,
trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas.
Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa,
ligament dan otot. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya
arteri retikuler posterior, nutrisi dan pembuluh darah dari batang femur meluas
menuju daerah trankhanter dan bagian bawah dari leher femur.
C. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur femur berdasarkan tempat terjadinya antara lain:
1. Fraktur Collum Femur
Fraktur Collum femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada
orang tua terutama wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis.
Fraktur leher femur pada anak-anak jarang ditemukan. Fraktur ini lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan dengan perbandingan 3:2.
Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.
Fraktur terjadi karena jatuh pada derah trokanter, baik karena kecelakaan
lalu lintas maupun jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, seperti terpeleset
dikamar mandi ketika panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi.
5. Fraktur Intercondylair
Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga
umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
6. Fraktur Condyler Femur
Mekanisme traumanya biasanya merupakan kombinasi dari gaya hiperabduksi dan
abduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.
D. Etiologi
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Cedera Traumatic
Cedera traumatic dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang patah secara
sepontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
E. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya terjadi hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke
tempat tersebut, aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau
penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakinatkan kerusakan syaraf
perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut
syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinik
1. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma
dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya. Daya tarik kekuatan otot
menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya, perubahan keseimbangan
dan kontur terjadi seperti:
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dikarenakan aciran serosa yang terlokalisir
pada daerah fraktur dan ekstravasasi daerah di jaringan sekitarnya.
H. Komplikasi
Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam jam atau lebih, dan
sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanent jika
tidak ditangani segera. Adapun beberapa komplikasi dari Fraktur femur yaitu:
1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak
dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vertebra karena tulang
merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah
dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma, khususnya pada fraktur femur
pelvis (Suratum,dkk,2008).
2. Emboli Lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis,fraktur multiple atau cidera
remuk dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda 20-30
tahun. Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat termasuk ke dalam darah
karna tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karna
katekolaminyang di lepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilitasi asam
lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak dalam aliran darah. Globula
lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk 15emboli, yang kemudian
menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ
lain.Awitan dan gejalanya yang sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam
sampai satu minggu setelah cidera gambaran khasnya berupa hipoksia, takipnea,
takikardia, dan pireksia (Suratun, dkk, 2008).
3. Sindrom Kompartemen (Volkmann’s Ischemia)
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen
osteofasial yang tertutup. Peningkatan tekanan intra kompartemen akan
mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebut.
Ruangan tersebut terisi olehotot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh
tulang dan fascia serta otot-otot individual yang dibungkus oleh epimisium.
Sindrom kompartemen ditandai dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis, pucat,
disertai denyut nadi yang hilang. Secara anatomi sebagian besar kompartemen
terletak di anggota gerak dan paling sering disebabkan oleh trauma, terutama
mengenai daerah tungkai bawah dan tungkai atas (Handoyo, 2010).
4. Nekrosis Avaskular Tulang
Cedera baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia
tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskulerini sering
dijumpai pada kaput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum,
dan os. Talus (Suratum, 2008).
5. Atrofi Otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran
normal. Mengecilnya otottersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel
parenkim yang menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien fraktur,
atrofi terjadi akibat otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel
otot, aliran darah tidak adekuat ke jaringan otot (Suratum, dkk, 2008)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
a. Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung.
b. Mengetahui tempat dan tipe fraktur.
c. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic.
2. Scan Tulang, Tomography, CT-Scan, MRI
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila dicurigai ada kerusakan vaskuler.
4. CCT
Dilakukan bila banyak kerusakan otot.
5. Hitung Darah Lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan
jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma.
6. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
7. Profil Koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfuse multiple atau cedera hati.
J. Penatalaksanaan Medis
1. Anestesi local, analgesic narkotik, relaksasi otot atau sedative diberikan untuk
membantu klien selama prosedur reduksi tertutup.
2. Analgesic diberikan sesuai petunjuk untuk mengontrol nyeri pada pasca operasi
3. Reduksi untuk memperbaiki kontinuitas tulang
a. Reduksi tertutup
Fragmen tulang disatukan dengan manipulasi dan traksi manual untuk
memperbaiki kesejajaran gips atas bebat dipasang, untuk mengimmobilisasi
ekstremitas dan mempertahankan reduksi. Diperlukan suatu kontrol radiology
yang diikuti fiksasi interna.
b. Reduksi terbuka dan fiksasi internal / ORIF
Fiksasi interna dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi
fraktur. Memasukkan paku, sekrup atau pen atau plat ke dalam tempat fraktur
untuk memfiksasi bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. Fragmen tulang
secara langsung terlihat dan alat fiksasinya digunakan untuk memegang
fragmen tulang dalam posisi. Terjadi penyembuhan tulang dan dapat diangkat
bila tulang sembuh. Setelah penutupan luka, beban atau gips untuk stabilisasi
dan sokong tambahan.
K. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Proteksi dengan mitela atau pembebatan fraktur diatas dan dibawah sisi cidera
sebelum memindahkan pasien. Pembebatan atau pemdidaian mencegah luka dan
nyeri yang lebih jauh dan mengurangi adanya komplikasi.
2. Immobilitas
Dilakukan dalam jangka waktu berbeda-beda untuk kesembuhan fragmen yang
dipersatukan dengan pemasangan gips.
3. Memberikan kompres dingin untuk menentukan perdarahan, edema dan nyeri
4. Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema nyeri
5. Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan untuk mencegah syock.
6. Traksi untuk fraktur tulang panjang
Sebagai upaya menggunakan kekuatan tarikan untuk meluruskan dan immobilisasi
fragmen tulang.
M. Intervensi
N Dx NOC NIC
o Keperawata
n
1. Nyeri akut Pain level Pain Manajemen
Pain Control
1. Lakukan pengkajian nyeri
Comfort Level
secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
nyeri akut pasien berkurang frekuensi, kualitas dan faktor
dengan Kriteria Hasil: presipitasi
1. Mampu 2. Observasi reaksi nonverbal
mengontrol nyeri (tahu dari ketidaknyamanan
penyebabnyeri, mampu 3. Gunakan teknik komunikasi
menggunakan tehnik non terapeutik untuk mengetahui
farmakologi untuk mengurang pengalaman nyeri pasien
inyeri, mencari bantuan) 4. Kaji kultur yang
2. Melaporkan mempengaruhi respon nyeri
bahwa nyeri berkurang dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri
menggunakan manajemen masa lampau
nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan
3. Mampu tim kesehatan lain tentang
mengenali nyeri (skala, ketidakefektifan kontrol
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri masa lampau
nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga
4. Menyatakan rasa untuk mencari dan
nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
berkurang 8. Kontrol lingkungan yang
5. Tanda vital dapat mempengaruhi nyeri
dalam rentang normal seperti suhu ruangan,
6. Tidak ada pencahayaan dan kebisingan
ekspresi menahan nyeri dan 9. Monitor kepuasan pasien
ungkapan secara verbal terhadap manajemen nyeri
10. Tingkatkan istirahat yang
7. Tidak ada
adekuat
tegangan otot
11. Jelaskan pada pasien
penyebab nyeri
12. Lakukan tehnik
nonfarmakologis (relaksasi,
masase punggung)
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC