TIJAUAN PUSTAKA
Tingkat Kriteria
T Tidak ditemukan tumor primer.
TIS Karsinoma pra invasif (KIS).
TI Karsinoma terbatas pada serviks.
TIa Pra klinik: karsinoma yang invasif terlibat dalam histologik
TIb Secara jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding
panggul, atau Ca telah menjalar ke vagina, tetapi belum sampai 1/3 bagian
disltal.
T2a Ca belum menginfiltrasi parametrium.
T2b Ca telah menginfiltrasi parametrium.
T3 Ca telah melibatkan 1/3 distal vagina/ telah mencapai dinding panggul (tidak
ada celah bebas).
T4 Ca telah menginfiltrasi mukosa rektum, kandung kemih atau meluas sampai
diluar panggul.
T4a Ca melibatkan kandung kemih/ rektum saja, dinuktikan secara histologik.
T4b Ca telah meluas sampai keluar panggul.
Nx Bila memungkinkan untuk menilai limfa regional. Tanda -/+ ditambahkan
untuk tambahan ada atau tidaknya informasi mengenai pemeriksaan
histologik, jadi Nx + atau Nx -.
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfe pada limfografi.
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk (dari CT Scan panggul, limfografi).
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah
bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor.
M0 Tidak ada metastase jarak jauh.
M1 Terdapat metastase jarak jauh, termasuk kelenjar limfe di atas bifurkatio
arteri komunis.
3.4.1 Etiologi
Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami
mutasi genetic sehingga merubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan
pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal dan menginvasi jaringan stroma di
bawahnya. Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik ini tidak dapat diperbaiki akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel kanker.4
Penyebab utama kanker seviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma
Virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV
dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini
terutama melalui hubungans eksual. Dari banyaknya tipe virus HPV, tipe 16 dan tipe 18
mempunyai peranan penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode
pembentukan protein-protein yang penting dalam replikasi virus.4
HPV merupakan faktor inisiator kanker serviks. Onkoprotein E6 dan E7 yang
ebrasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein
E6 akan mengikat P53 sehingga TSG (Tumor suppressor Gene) P53 akan kehilangan
fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa
kontrol.9
c) Biopsi
Diagnosis kanker serviks didapatkan melalui pemeriksaan histopatologi
jaringan biopsy. Pada dasarnya jika ditemukan lesi seperti kanker secara kasat
mata maka harus dilakukan biopsy walaupun hasil pemeriksaan tes Pap masih
dalam batas normal sedangkan untuk yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata,
dilakukan dengan bantuan kolposkopi. Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat
mata didasarkan dari hasil pemeriksaan sitology serviks (tes Pap). Sekitar 85-
90% jenis histopatologi kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa, sisanya
adalah jenis yang lain termasuk adenokarsinoma. Stelah dilakukan biopsy dan
ditentukan jenis keganasannya berdasarkan histopatologinya, maka akan
ditentukan satadium kanker serviks menurut FIGO 2000.17
d) Kolposkopi
Pemeriksaan kolposkopi adalah pemeriksaan yang menggunakan alat
kolposkopi yaitu mikroskop binokuler dengan sumber cahya yang terang untuk
memperbesar gambaran visual serviks sehingga dapat menegakkan diagnose
kanker serviks.18 Indikasi dari pemeriksaan ini adalah ditemukannya hasil positif
dari pemeriksaan skrining seperti tes Pap dan atau IVA, lesi yang mencurigakan
dan temuan sitology yang tidak memuaskan.19,20
Prosedur pemeriksaan ini meliputi aplikasi asam asetat dan visualisasi
serviks dengan menggunakan mikroskop khusus, dimana setelah serviks
dioleskan dengan asam asetat dan terjadi perubahan warna menjadi putih, maka
akan dilakukan biopsy pada daerah tersebut.19,20 Dari pemeriksaan ini dapat
diklasifikasikan hasilyaitu temuan kolposkopi normal, abnormal, gambaran
kolposkopi mengarah ke kanker invasive, gambaran kolposkopi tidak
memuaskan, dan temuan kolposkopi miscellaneous.19
3.8.3 Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi adjuvant
atau sebagai terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi dapat meningkatkan
efektifitas dari radioterapi. Kemoterapi yang paling aktif pada kanker serviks adalah
ciplastin. Karboplatin juga memiliki aktifitas yang sama dengan ciplastin. 7,12
3.9 Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan kanker serviks yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas
beberapa tahapan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.14
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi infeksi HPV. Langkah
pencegahan primer meliputi melakukan vaksinasi HPV pada anak perempuan
berusia 9-13 tahun, pemberian edukasi tentang kesehatan reproduksi pada
remaja, penggunaan kondom saat berhubungan seksual dan sirkumsisi pada
lako-laki.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi angka kejadian
kanker serviks dan kematian yang disebabkan kanker serviks, dengan cara
mencegah lesi prakanker menjadi kanker serviks. Langkah pencegahan sekunder
meliputi konseling dan pemberian informasi tentang kanker serviks dan
pencegahannya kepada orang yang berisiko, melakukan skrining bagi semua
wanita yang berusia 30-49 tahun untuk mengidentifikasi lesi prakanker,
memberikan terapi bagi wanita yang terdeteksi lesi prakanker. Bagi wanita telah
mendapatkan vaksinasi HPV disarankan tetap melakukan skrining dan terapi
apabila terdeteksi memiliki lesi prakanker.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersiar bertujuan untuk mengurangi angka kematian akibat
kanker serviks. Langkah pencegahan tersier meliputi mekanisme rujukan,
diagnosis yang tepat, perawtan yang sesuai dengan setiap stadium dan perawatan
paliatif untuk pasien stadium akhir.