net/publication/327931070
CITATIONS READS
0 689
1 author:
Dedi Kurniawan
STIKes Kepanjen
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dedi Kurniawan on 28 September 2018.
Salah satu kendala dalam upaya penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah kurangnya
penguetahuan masyarakat dan keluarga. Keluarga dan masyarakat menganggap gangguan
jiwa penyakit yang memalukan dan membawa dampak negatif bagi keluarga. Penilaian
masyarakat terhadap gangguan jiwa sebagai akibat dari dilanggarnya larangan, guna-guna,
santet, kutukan dan sejenisnya berdasarkan kepercayaan supranatural. Dampak dari
kepercayaan mayarakat dan keluarga, upaya pengobatan pasien gangguan jiwa dibawa
berobat ke dukun atau paranormal. Kondisi ini diperberat dengan sikap keluarga yang
cenderung memperlakukan pasien dengan disembunyikan, diisolasi, dikucilkan bahkan
sampai ada yang dipasung (Hawari, 2003).
Keluarga adalah unit sosial sekaligus support system yang paling dekat dengan klien,
yang merupakan orang-orang yang terkena dampak langsung dari hadirnya masalah
gangguan kejiwaan dalam sistem mereka. Kehadiran anggota keluarga dengan masalah
gangguan kejiwaan dirasakan keluarga sebagai suatu beban finansial serta emosional yang
berat dan berkepanjangan, selain itu stigma masyarakat tentang keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan masalah gangguan kejiwaan akan menambah beban emosional dan
stressor tersendiri bagi keluarga sebab masalah gangguan kejiwaan merupakan gangguan
yang dapat berlangsung seumur hidup, sehingga keluarga (Friedman, 2010; Gunarsa, 2012).
Berdasarkan hal tersebut diharapkan keluarga yang merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses kesembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa sebagai pemberi
perawatan lanjutan tidak mengalami stress bahkan depresi karena kehadiran klien dengan
masalah gangguan kejiwaan dalam keluarga. Oleh karena itu kondisi keluarga yang
terapeutik dan mendukung klien sangat membantu kesembuhan klien dan memperpanjang
kekambuhan.
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam
menjalankan peran tersebut dengan optimal yang sedang tren saat ini yaitu dengan terapi
psikoedukasi keluarga. Berdasarkan evidance based practice psikoedukasi keluarga adalah
terapi yang digunakan untuk memberikan informasi pada keluarga untuk meningkatkan
ketrampilan mereka dalam merawat anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan
jiwa, sehingga diharapkan keluarga akan mempunyai koping yang positif terhadap stress dan
beban yang dialaminya (Goldenberg & Goldengerg, 2004).
2.1 Definisi
Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa
keluarga dengan cara pemberian informasi , edukasi melalui komunikasi yang terapeutik.
Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatic (Stuart &
Laraia,2008).
Psikoedukasi keluarga adalah suatu metoda berdasarkan pada penemuan klinis untuk
melatih keluarga – keluarga dan bekerja sama dengan para professional kesehatan jiwa
sebagai bagian dari perawatan menyeluruh secara klinis yang direncanakan untuk anggota
keluarga.
Terapi Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif karena dalam
terapi mengandung unsure untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit,
mengajarkan tehnik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala
penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.
2.2 Tujuan Terapi
Tujuan utama dari terapi psikoedukasi keluarga adalah saling bertukar informasi
tentang perawatan kesehatan mental akibat penyakit fisik yang dialami, membantu anggota
keluarga mengerti tentang penyakit anggota kelurganya seperti gejala, pengobatan yang
dibutuhkan untuk menurunkan gejala dan lainnya (Varcaloris, 2006).
Pendidikan kelompok keluarga membantu anggota keluarga membantu aggota keluarga
mengerti tentang penyakit anggota keluarganya seperti gejala, pengobatan yang dibutuhkan
untuk menurunkan gejala dan lainnya. Pertemuan psikoedukasi keluarga atau beberapa
beberapa keluarga memberikan perasaan saling berbagi dan strategi untuk bersama – sama
membagi perasaan yang dirasakan. Kelompok psikoedukasi keluarga sangat bermanfaat
untuk masalah mental dan sama manfaatnya untuk penyakit medis atau bedah
(Varcarolis,2006).
Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan intensitas emosi dalam
keluarga sampai pada tingkat yang rendah. Tujuan khusus antara lain (Varcarolis,2006)
a. Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan pengobatan.
b. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya menurunkan angka kekambuhan atau
serangan berulang pada penyakit yang diderita.
c. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga.
d. Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar
anggota keluarga dan orang lain.
e. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan keluarga.
Tujuan program pendidikan ini adalah meningkatkan pencapaian pengetahuan keluarga
tentang penyakit, mengajarkan keluarga teknik pengajaran untuk keluarga dalam membantu
mereka melindungi keluarganya dengan mengetahui gejala – gejala perilaku dan mendukung
kekuatan keluarga ( Stuart& Laraia, 2008). Program ini juga bertujuan untuk memberikan
support keluarga.Keluarga dapat mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah
keuangan, sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota
keluarganya. Walaupun focus dari terapi ini adalah kelompok psikoedukasi keluarga, tapi
pada prinsipnya tujuan dari terapi ini adalah untuk memberikan perasaan sejahtera atau
kesehatan mental pada keluarga.
2.3 Indikasi
Menurut Carson (2000), situasi yang tepat dalam pemberian terapi psikoedukasi
adalah
a. Informasi dan latihan tentang area khusus kehidupan keluarga seperti latihan
ketrampilan komunikasi atau latihan menjadi orang tua yang efektif
b. Informasi dan dukungan terhadap kelompok keluarga khusus stres dan kritis, seperti
kelompok pendukung keluarga dengan penyakit alzheimer
c. Pencegahan dan peningkatan seperti konseling pranikah untuk keluarga sebelum
terjadi krisis
d. Keluarga dengan anggota keluarga dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa.
2.4 Prosedur Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terdiri dari 5 sesi. Setiap sesi dilakukan
selama 45-60 menit. Adapun urutan dari terapi ini adalah sebagai berikut:
2.1 Sesi 1: Pengkajian Masalah Keluarga
Pada sesi pertama ini terapis dan keluarga bersama-sama mengidentifikasi masalah
yang timbul di keluarga karena memiliki klien gangguan jiwa. Terapi ini mengikutsertakan
seluruh anggota keluarga yang terpengaruh dan terlibat dalam perawatan klien, terutama
caregiver. Hal yang perlu diidentifikasi adalah makna gangguan jiwa bagi keluarga dan
dampaknya pada orangtua, anak, saudara kandung, dan pasangan. Pengkajian dibuat
terpisah antara masalah yang dirasakan oleh caregiver dan anggota keluarga yang lain.
Pengkajian berfokus pada masalah dalam merawat klien sakit dan masalah yang muncul pada
diri karena merawat klien. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada saat mengkaji
masalah ini adalah sebagai berikut (Saunders, 1997 dalam Stuart, 2009):
- Situasi bagaimana yang membuat stress pada keluarga anda?
- Bagaimana perasaan anda mengenai ketergantungan, interaksi sosial atau respon
terhadap tindakan pada anggota keluarga yang sakit?
- Seberapa besar dukungan yang anda dapatkan dari profesional kesehatan mental,
komunitas atau keluarga besar anda?
2.1.1 Tujuan sesi I:
1. Peserta dapat menyepakati kontrak program psikoedukasi keluarga
2. Peserta mengetahui tujuan program psikoedukasi keluarga
3. Peserta mendapat kesempatan untuk menyampaikan pengalamannya dalam merawat
klien dengan gangguan jiwa (masalah dalam merawat dan masalah pribadi yang
dirasakan karena merawat)
4. Peserta dapat menyampaikan keinginan dan harapannya selama mengikuti program
psikoedukasi keluarga
2.1.2 Setting
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalamposisi yang nyaman
2.1.3 Alat dan bahan
Leaflet/lembar balik, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan
dokumentasi)
2.1.4 Metode
Curah pendapat, ceramah, diskusi, dan tanya jawab
2.1.5 Langkah-langkah:
1. Persiapan
a. Mengingatkan keluarga 2 hari sebelum pelaksanaan terapi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Pelaksanaan Fase Orientasi:
a. Salam terapeutik: salam dari terapis
b. Memperkenalkan nama dan panggilan terapis
c. Menanyakan nama dan panggilan peserta
d. Validasi:
Menanyakan bagaimana perasaan peserta dalam mengikuti program psikoedukasi
keluarga saat ini
e. Kontrak:
Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu untuk bekerjasama dan membantu
keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa
f. Terapis mengingatkan langkah – langkah setiap sesi sebagai berikut:
1) Menyepakati pelaksanaan terapi selama 5 sesi
2) Lama kegiatan 45 – 60 menit
3) Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota
keluarga yang tidak berganti Fase Kerja :
a. Menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini terkait dengan
gangguan jiwa yang dialami salah satu anggota keluarga
1) Masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga sendiri
2) Masalah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3) Keluarga menuliskan masalahnya pada buku kerja keluarga
4) Terapis menuliskan pada buku kerja sendiri
5) Menanyakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga dengan adanya
salah satu anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (Setiapanggota
keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan perubahan-perubahan yang
dialami dalam keluarga)
b. Menanyakan keinginan dan harapan keluarga selama mengikuti psikoedukasi
keluarga
c. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan
hasil diskusi yang sudah dilakukan Fase Terminasi:
a. Evaluasi:
1. Menyimpulkan hasil diskusi sesi I
2. Menanyakan perasaan keluarga setelah selesai sesi I
3. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan keluarga
dalam menyampaikan apa yang dirasakan
b. Tindak lanjut:
Menganjurkan keluarga untuk menyampaikan dan mendiskusikan pada anggota
keluarga yang lain tentang masalah yang dihadapi keluarga dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada keluarga dengan gangguan jiwa
c. Kontrak:
1. Menyepakati topik sesi 2 yaitu menyampaikan tentang gangguan jiwa dan cara
merawat klien gangguan jiwa
2. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya
2.1.6 Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi Proses
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan keluarga,
keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga
Tanggal :
Anggota
No Kegiatan keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
1 Hadir dalam terapi
2 Menyepakati kontrak kegiatan
3 Menyampaikan masalah yang dialami
(masalah pribadi yang dirasakan anggota
keluarga dan perubahan yang dialami
dalam keluarga)
4 Aktif dalam diskusi
2. Dokumentasi Kemampuan
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh
keluarga yaitu masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga dan masalah yang dialami
selama merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan perubahan– perubahan yang
terjadi dalam keluarga.
Format Dokumentasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga: Pengkajian Masalah Keluarga(caregiver)
Masalah pribadi dalam Masalah yang muncul
Keinginan
No merawat karena anggota keluarga
Harapan
sakit
1.
2.
3.
Format Dokumentasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga: Pengkajian Masalah Keluarga (anggota keluarga lain)
Tanggal:
Nama anggota Masalah yang
keluarga Masalah pribadi muncul karena Keinginan
No
dalam merawat anggota keluarga Harapan
sakit
1.
2.
3.
Format Evaluasi
Sesi III Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Stres Keluarga
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu cara mengatasi stres dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa.
Format Dokumentasi
Sesi III Psikoedukasi Keluarga: Manajemen Stres Keluarga (caregiver)
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh
keluarga, yaitu cara mengatasi beban keluarga serta demonstrasi cara mengatasi beban
keluarga.
Format Dokumentasi
Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu hambatan yang dialami dalam merawat klien dan dalam berhubungan
dengantenaga kesehatan, menyebutkan cara mengatasi hambatan dan kesepakatan keluarga
untuk pembentukan Self Help Group yang akan difasilitasi oleh Puskesmas.
Format Dokumentasi
Sesi V Psikoedukasi Keluarga : Pemberdayaan Komunitas
Membantu Keluarga
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Psikoedukasi (FPE) merupakan pendekatan yang digunakan sebagai treatment bagi
penderita gangguan jiwa berat yang melibatkan pasien dan keluarga pasien. FPE berbeda
dengan terapi keluarga, terapi ini lebih menekankan pada pendekatan penyakit sebagai
metode pengobatan pada keluarga.
Program FPE memberikan klien dan keluarga untuk membagi pengalaman dan
perasaan. Sedangkan manfaat aspek sosial dan emosi mampu memberikan dukungan dengan
menunjukkan bahwa masalah yang mereka alami juga dialami orang lain dan terdapan
diskusi serta sharing pengalaman di dalamnya.
4.2 Saran
Program FPE memberikan klien dan keluarga dampak yang positif dalam mengatasi
masalah yang dialami pasien dan keluarga salah satunya masalah dalam melakukan
perawatan pasien di rumah, sehingga dengan manfaat tersebut seharusnya terapi tersebut
menjadi terapi yang dilakukan di ranah komunitas tentunya melalui peran perawat di
puskesmas sebagai fasilitas lini terdepan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA