Anda di halaman 1dari 10

Langkah-langkah Penelitian Geografi

Apa saja ya langkah-langkahnya?

Bagian ini menjadi bagian yang nggak bisa terpisahkan seperti Dilan dan Milea. Kenapa?
Penelitian yang berkualitas itu ditentukan oleh kualitas pertanyaan yang diajukan.
Kayak gini deh, kamu mau beli Handphone, pasti lihat casingnya dulu kan, tampilannya dulu
gitu. Kalau bagus, wah pasti bagus juga nih kekuatan Handphone itu buat main Tiktok (tapi
udah diblokir), main PUBG, atau mobile legend.

Ada beberapa syarat yang bisa menjadi acuan kualitas dari pertanyaan penelitian

1. Adanya data atau informasi untuk menjawab

2. Data dapat diperoleh melalui metode ilmiah

3. Memenuhi syarat orisinalitas

4. Memberi manfaat teoritik bagi ilmu pengetahuan

5. Menyangkut isu hangat

6. Perlu pemecahan segera, tapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas

7. Masalah diajukan

Namanya kan penelitian ya jadi harus ada data. Data harus didapat kemudian diolah sesuai
dengan tujuannya. Kegiatan pengumpulan data itu mencari data di lapangan yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan dan masalah penelitian. Lalu, kegiatan mengolah data
ialah proses manupulasi data ke bentuk yang lebih informatif.
Setelah semua data kamu dapetin nih, kamu bisa lakuin analisis data geografis. Apa sih
analisis data geografis itu? Analisis data penelitian geografis merupakan proses
penyelidikan suatu fenomena untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Data yang
sudah didapat kemudian diolah dan dikaji kelayakannya. Ada empat macam bentuk analisis
data geografis. Apa saja bentuknya?

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif mengarah pada deskripsi fenomena geosfer. Baik di bidang geografi
disik atau geografi sosial. Pada bidang geografi fisik dijelaskan gejala bersifat fisik seperti
proses terjadinya georis, perubahan pola aliran sungai. Kalau bidang geografi sosial lebih
menekankan pada fenomena sosial seperi penyebab terjadi perpindahan penduduk.
2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif ini merupakan analisis yang memecahkan masalah dengan tiga
metode yakni berupa analisis keruangan, analisis ekologi, dan analisis kompleks wilayah.
Metode tersebut dikatakan memiliki sifat kuantitatif karena data yang didapatkan dalam
penelitian sudah terukur dan memiliki nilai.

3. Analisis Penginderaan Jauh

Manfaat dari analisis ini ialah bisa melihat gambaran bentuk permukaan bumi dan
informasi-informasi tentang aneka objek yang ada di dalamnya. Lebih hebatnya lagi nih
Squad, kita bisa tahu lho kondisi suatu daerah penelitian tanpa melakukan kontak secara
langsung.

4. Analisis SIG (Sistem Informasi Geografis)

Tahu Sistem Informasi Geografis (insert link SIG) kan? Nah SIG itu sendiri merupakan
sistem analisis dari data geografi yang berbasis komputer. Manfaat SIG ini bisa
menunjukkan lokasi hasil penelitian yang dilakukan lho Squad.

Analisis data? Sudah selesai. Sekarang saatnya membuat la

poran penelitian. Bisa kan ya? Gampang kok. Laporan penelitian kan cuma terbagi menjadi
bagian utama, pembuka, isi, penutup.

Nah, yang akan diinfokan disini ialah anggota dari masing-masing bagian tadi.

Bagian pembuka terdiri dari

a. halaman judul penelitian;

b. halaman pengesahan;

c. kata pengantar;

d. abstrak;

e. daftar isi;

f. daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.


Bagian isi terdiri dari:

a. bab I Pendahulan;

b. bab II Tinjauan Pustaka;

c. bab III Metode Penelitian; dan

d. bab IV Pembahasan.

Bagian Penutup terdiri dari:

a. bab V Simpulan dan Saran;

b. Daftar Pustaka; dan

c. Lampiran.
DINAMIKA PLANET BUMI SEBAGAI RUANG
KEHIDUPAN

source: pixabay
A. Pembentukan Bumi
Bumi merupakan salah satu planet dalam sistem Tata Surya. Bumi berada di galaksi Bimasakti.
Bumi sering disebut planet biru karena dilihat dari luar angkasa Bumi terlihat berwarna biru.
Bumi yang sekarang ditempati mahluk hidup ini telah mengalami perkembangan dan perubahan.
Beberapa teori pembentukan pembentukan Bumi sebagai berikut.

1. TEORI PEMBENTUKAN BUMI


a. Teori Kontraksi (Contraction Theory)
Teori Kontraksi dikemukakan oleh Rene Decrates pada tahun 1596-1650. Teori ini menjelaskan
bahwa Bumi mengalami penyusutan dan pengerutan karena proses pendinginan. Oleh karena itu,
bentuk permukaan Bumi atau relief Bumi beraneka ragam, ada yang berbentuk gunung,
perbukitan, lembah, dan daratan. James Danu dan Elie de Baumant mendukung teori kontraksi.
Mereka berpendapat terbentuknya pegunungan dan lembah-lembah disebabkan pengerutan
permuaan Bumi. Akan tetapi. teori ini bertentangan dengan kondisi Bumi saat ini. Oleh karena
itu, teori ini tidak banyak banyak digunakan. Pada inti bumi terdapat massa pijar dan lapisan
bumi masih mengalami pergerakan saat ini.
b. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)
Teori ini dinamakan teori dua benua karena awal pembentukan Bumi terdiri atas dua benua yang
besar (supercontinent). Teori dua benua ini dikemukakan Edward Zuess pada tahun 1884. Dua
benua yang dimaksud yaitu benua laurasia di Kutub Utara dan gondwana Land di Kutub Selatan.
Proses pembentukan bumi diawali dengan pergerakan benua benua menuju ekuator. Rotasi bumi
mempengaruhi sebagian benua terpisah di daerah ekuator dan belahan bumi barat. Benua laurasia
membentuk Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Greenland. Benua gondwana terpecah membentuk
Amerika Selatan, India, Australia, Afrika dan Antartika.
c. Teori Apungan benua (continental drift theory)
eori ini mengenalkan kita pada benua tunggal yang dinamakan Pangea/ Teori ini dikemukakan
oleh Alfred Wegener pada tahun 1928. Pangea merupakan daratan luas terpecah-pecah akibat
pergerakan dasar laut. Teori ini juga mengemukakan tentang pengaruh rotasi bumi terhadap
pergerakan pecahan benua. Arah rotasi bumi dari barat ke timur mempengaruhi arah pergerakan
pecahan Pangea. Pecahan-pecahan tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini
didukung oleh kesamaan bukti-bukti berikut.
1)adanya persamaan garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Benua Amerika Selatan
dengan garis kontur pantai barat Benua Eropa dan Benua Afrika.
2)Greenland bergerak menjauhi Eropa.
3)Kepulauan Madagaskar bergerak menjauhi Afrika Selatan.
4)Terdapat aktivitas seismik di Patahan San Andreas.
5)Samudra Atlantik semakin luas karena pergerakan Benua Amerika ke arah barat.
6)Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara.
d.Teori konveksi
Teori Konveksi memberikan penjelasan mengenai arus panas dari dalam bumi yang selalu
bergerak. Arus panas ini mempengaruhi pergerakan kulit bumi. Teori ini dikemukakan oleh
Arthur Holmes dan Harry H.Hess. Teori dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz. Teori ini
menjelaskan bahwa di dalam lapisan astenosfer terjadi arus konveksi menuju permukaan bumi.
Arus konveksi ini membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi (di punggung
Samudra). Lava yang terbawa akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga
akan menggeser lapisan kulit bumi yang lama.
e. Teori lempeng Tektonik
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson pada tahun 1968. Teori ini merujuk pada
evolusi bentuk permukaan bumi. Lempeng lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu
bergerak. Pergerakan lempeng ini dipengaruhi oleh arus konveksi pada lapisan astenosfer.
Astenosfer merupakan suatu lapisan cair dan panas. Lempeng tektonik merupakan bagian
permukaan kulit bumi yang senantiasa dapat bergerak. Kerak bumi disebut lempeng karena
ukurannya yang lebih luas dan tipis dengan sifat kaku. Lempeng terdiri atas lempeng benua
dengan Tebet kira-kira 40 km dan lempeng samudra dengan tebal sekira 10 km. Kedua lempeng
tersebut bergerak di atas lapisan astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun. Gerakan
lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
1)Gerakan Divergen
Gerakan divergen merupakan gerakan lempeng tektonik saling menjauh. Lempeng dunia yang
bergerak saling menjauh, contohnya lempeng Afrika dan lempeng Amerika bagian selatan.
Akibatnya, kerak menipis dan merenggang hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang
membentuk jalur vulkanisme. Meskipun demikian, kedua lempeng tidak terpisah karena akan
terbentuk kerak lempeng baru. Zona yang menunjuk jalur tempat terpisahnya lempeng-lempeng
tektonik disebut zona divergen.
2)Gerakan Konvergen
Gerakan konvergen merupakan gerakan lempeng tektonik yang saling mendekat sehingga saling
bertumbukan dan menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut tersebut tersubduksi ke dalam
mantel dan membentuk gunung api aktif di kerak benua. Tumbukan antarlempeng tektonik
dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a)Tumbukan antara lempeng benua dengan benua yang disebut zona konvergen. tumbukan ini
membentuk penunjaman yang sering menimbulkan gempa tektonik. Contohnya tumbukan
lempeng India dengan lempeng Eurasia yang membentuk Pegunungan Himalaya.
b)Tumbukan antarlempeng benua dengan lempeng dasar samudra yang disebut zona subduksi.
zona subduksi misalnya pertemuan lempeng di Samudra Hindia tepatnya di sebelah barat
Sumatera yang memanjang hingga Selatan Jawa.
c)Gerakan transform
Gerakan transform adalah gerakan antarlempeng tektonik yang berlawanan arah sehingga saling
bergesekan. Misalnya gesekan antara lempeng samudra Pasifik dan lempeng daratan Amerika
Utara yang menyebabkan terbentuknya sesar San Andreas di Amerika Serikat. Jalur Tempat
bertemunya lempeng-lempeng tektonik disebut zona mendatar (transform zone)

2. TEORI PENGUKURAN UMUR BUMI


Bumi terbentuk melalui proses panjang. Belum ada peneliti yang mengetahui awal pembentukan
bumi secara pasti. Beberapa teori digunakan untuk sebagai pendekatan untuk mengetahui umur
bumi. Teori untuk mengetahui umur bumi sebagai berikut.
a. Teori Kadar Garam
Teori ini dikemukakan berdasarkan pada kadar garam di laut. Kondisi ini terkait dengan
proses siklus hidrologi yang berlangsung terus-menerus. Siklus hidrologi yang menyebabkan
adanya pengangkutan mineral-mineral garam dari daratan menuju lautan. Dengan demikian,
dapat diketahui kenaikan kadar garam di laut setiap tahunnya. Berdasarkan teori kadar garam,
Bumi terbentuk sekira 1000 jutaan tahun yang lalu.
b. Teori Sedimen
Teori sedimen mempertimbangkan perhitungan lapisan sedimen pada batuan. Lapisan-lapisan
tersebut dapat menentukan umur bumi. Ketebalan lapisan sedimen rata-rata tiap tahunnya
menjadi parameter pengukuran. Tebal rata-rata tersebut kemudian dibandingkan dengan tebal
batuan sedimen saat ini. Berdasarkan teori sedimen bumi terbentuk sekira 500 jutaan tahun yang
lalu.
c. Teori Termal
Teori termal menggunakan parameter suhu bumi. Pada teori pembentukan bumi disebutkan
bahwa bumi berawal dari batuan yang sangat panas. Batuan tersebut mengalami pendinginan.
Pengukuran massa dan suhu bumi saat itu untuk mengetahui tingkat perubahan suhu perubahan
suhu. Bumi hingga dingin memerlukan waktu sekitar 20.000 juta tahun.
d.Teori radioaktif
Teori radioaktif menggunakan parameter peluruhan unsur radioaktif. Umur bumi diukur dari
perbandingan antara kadar unsur radioaktif dan unsur hasil peluruhan pada suatu batuan. Dengan
demikian, umur suatu batuan dapat ditentukan berdasarkan teori radioaktif, Bumi berumur
sekiranya 7000 juta tahun.

B. Karakteristik Bumi
Bumi merupakan salah satu planet dalam Tata Surya yang dihuni oleh mahluk hidup. Mahluk
hidup mampu bertahan hidup karena Bumi memiliki karakteristik yang mendukung kehidupan.
Faktor pendukung kehidupan ini, misalnya adanya lapisan udara, tanah, dan air.
1. STRUKTUR BUMI
Bumi sebagai planet memiliki bagian-bagian yang penting. Bumi diselimuti oleh lapisan udara.
Udara berfungsu untuk menyuplai oksigen yang berguna untuk pernapasan mahluk hidup. Pada
permukaan Bumi terdapat lapisan air untuk sumber kehidupan. Selain itu, terdapat kulit Bumi
sebagia bagian untuk berpijak. Struktur penyusun Bumi sebagai berikut.
a. Atmosfer merupakan lapisan gas yang menyelimuti Bumi. Atmosfer memiliki susunan
berlapis-lapis. Tebal atmosfer sekira 48.000 km. Fungsi atmosfer selain untuk sumber oksigen
juga melindungi Bumi dari tumbujan benda luar angkasa dan melindungi Bumi dari radiasi
Matahari.
b. Hidrosfer merupakan lapisan perairan di permukaan Bumi. Bentuk hidrosfer berupa laut,
danau, sungai, dan es. Keberadaannya di Bumi relatif tetap dengan adanya siklus hidrologi. Air
bermanfaat bagi kelangsungan hidup mahluk hidup di Bumi.
c. Kulit Bumi tersusun atas lapisan-lapisan batuan. Di lapisan ini juga dijumpai keberadaan tanah
untuk keperluan manusia seperti untuk tempat tinggal dan kegiatan pertanian. Tebal kulit bumi
sekira 30 km.

2. LAPISAN PENYUSUN BUMI


Kulit Bumi tersusun secara berlapis seperti lapisan pada kulit bawang, mulai dari kerak bumi
hingga inti Bumi. Setiap lapisan memiliki karakteristik berbeda. Lapisan utama penyusun Bumi
sebagai berikut.

a. Litosfer (Crust)
Litosfer merupakan lapisan terluar Bumi yang tersusun atas batu-batuan. Lapisan terluar kulit
Bumi sering disenut kerak Bumi, Kerak Bumi berasal dari batuan terdiri atas berbagai jenis
mineral. Kerak Bumi terdiri atas dua bagian yaitu kerak dasar samudra (ketebalan sekira 10 km)
dan kerak benua (ketebalan sekira 30 km). Batuan dapat dikelompokan menjadi tiga tipe dasar,
yaitu batuan gunungapi (beku), batuan endapan, dan batuan metamorfik.
Karakteristik Kerak Samudra
-Berada di bawah samudra dengan ketebalan sekiran 6 - 11 km
-Batuan penyusun lebih muda, berumur sekira 200 juta tahun
-Material penyusunnya sebagian besar berupa batuan basal yang berwarna gelap, halus, dan
berpasir.
Karakteristik Kerak Benua
-Berada di bawah daratan dengan ketebalan rata-rata sekira 30-40 km dan maksimum 70 km
-Batuan penyusun umumnya berasal dari batuan induk (igneous rocks) serta terbagi menjadi dua
lapisan.
b. Astenosfer (Lapisan Selubung atau Mantle)
Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah litosfer ketebalan sekira 2.900 km.
Astenosfer berupa material cair kental dan berpijar dengan suhu 3.000 derajat celcius. Lapisan ini
tersusun oleh campuran dari berbagai bahan bersifat cair, padat, dan gas dengan suhu tinggi.
Lapisan mantel terdiri atas tiga bagian berikut.
1) Bagian atas, terletak pada kedalaman 400 - 450 km. Batuan penyusun lapisan ini kaya mineral
seperti Mg, Ca, Na, dan Silikat.
2) Bagian tengah, terletak pada kedalaman 450 - 1000 km. Lapisan ini tersusun atas mineral
silika, besi padat, Mg, Ca, Silika, dan oksida besi.
3) Bagian bawah, terletak pada kedalaman 1.000 - 2900 km. Lapisan ini terdiri atas okside besi
padat, Mg, dan SiO2.
c. Barisfer(Lapisan Inti Bumi atau Core)
Barisfer merupakan lapisan inti Bumi yang merupakan bagian Bumi paling dalam. Barisfer
tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferum atau besi). Lapisan ini terdiri atas dua
bagian, yaitu inti luar dan inti dalam.
1) Inti luar (Outer Core) adalah inti Bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan mencapai 2.200
km tersusun dari besi dan nikel yang bersifat cair, kental, dan panas yang berpijar dengan suhu
3900 derajat celcius.
2) Inti dalam (Inner Core) adalah inti Bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan sekira
2.500 km. Inti dalam tersusun atas besi dan nikel pada suhu yang sangat tinggi, yaitu sekira 4.800
derajat celcius, tetapi dalam keadaan padat dengan densitas sekira 10 gram/cm3
3. ROTASI DAN REVOLUSI
Bumi termasuk planet karena bergerak mengelilingi Matahari atau berevolusi. Bumi juga
berputar pada porosnya atau rotasi. Pergerakan Bumi tersebut memengaruhi kehidupan di Bumi.
a. Pengaruh Rotasi Bumi
Bumi berputar pada porosnya. Bumi berputar dari barat ke timur. Waktu yang diperlukan Bumi
untuk berotasi penuh adalah 23 jam 56 menit 4,09 detik. Gerakan rotasi Bumi ini mengakibatkan
beberapa peristiwa alam berikut.
1) Gerak Semu Harian Benda-Benda Langit
Rotasi Bumi menyebabkan benda-benda langit seolah bergerak mengelilingi Bumi, seperti
Matahari yang seolah terbit pada pagi hari dan tenggelam pada sore hari. Kenyataannya Matahari
bersifat tetap dan tidak bergerak. Bintang-bintang seolah-olah juga tampak bergerak serta pososi
rasi bintang berbeda saat awal malam dan akhir malam. Hal ini membuktikan bahwa Bumi
berputar pada sumbunya.
2) Pergantian Siang dan Malam
Periode rotasi Bumi membutuhkan waktu sekira 24 jam. Bagian Bumi yang terkena paparan
Matahari akan mengalami siang. Begitu pula sebaliknya, bagian bumi yang tidak terkana paparan
Matahari akan mengalami malam. Seiring berjalan waktu, bagian Bumi yang sebelumnya siang
akan berangsur masuk waktu malam.
3) Pembelokan Arah Angin
Arah angin dibelokkan karena pengaruh gaya corriolis. Gaya corriolis merupakan gaya semu
yang timbul akibat efek dua gerakan yaitu gerak rotasi Bumi dan gerak relatif terhadap Bumi.
Angin dibelokan ke arah kanan pada Bumi utara dan ke arah kiri pada belahan Bumi selatan.
4) Pembelokan Arus Laut
Arus laut dipengaruhi oleh gesekan angin di permukaan. Angin mengalami pembelokan karena
gaya corriolis. Oleh karena itu, arus laut juga mengalami pembelokan. Arus laut dibelokan ke
kanan di belahan Bumi Utara dan dan mengarah ke kiri di belahan Bumi Selatan.
5) Perbedaan Percepatan Gravitasi Bumi
Rotasi Bumi menyebabkan bagian kutub menjadi lebih cepat daripada bagian khatulistiwa. Jari-
jari Bumi ke arah kutub lebih pendek daripada di bagian khatulistiwa. Akibatnya, terjadi
perbedaan gaya gravitasi antara daerah kutub dan khatulistiwa. Gravitasi Bumi daerah kutub lebih
besar daripada di daerah khatulistiwa.
6) Perbedaan Pembagian Waktu Internasional
Garis bujur menjadi patokan pembagian waktu dunia. Sebagaimana Indonesia dibagi atsi tidak
bagian waktu. Tiga bagian waktu yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah
(WITA), dan Waktu Indonesia Timur(WIT). Tiap wilayah waktu selisih satu jam dengan wilayah
terdekatnya. Contohnya Waktu Indonesia Tengah (WITA) selisih satu jam Waktu Indonesia Timur
(WIT) dan selisih dua ham dengan Waktu Indonesia Barat(WIB).
b. Pengaruh Revolusi Bumi
Bumi bergerak mengelilingi Matahari pada garis edarnya (orbit). Waktu yang dibutuhkan Bumi
untuk melakukan sekali putaran selama 365 hari 9 menit 10 detik. Gerakan Bumi dari arah barat
menuju timur dengan kecepatan 30 km/detik. Ketika berevolusi sumbu Bumi miring sekira 23.5
derajat garis ekliptika. Bumi menempuh sekira 943 juta km dalam satu kali revolusi. Dampak
revolusi Bumi bagi kehidupan di Bumi sebagai berikut.
1) Gerak Semu Tahunan Matahari
Posisi Matahari bergeser ke arah belahan Bumi utara pada tanggal 22 Desember - 21 Juni dan
bergeser ke arah belahan bumi Selatan pada tanggal 21 Juni - 22 Desember. Sebenarnya Matahari
tidak bergeser hanya seolah-olah bergeser. Pergeseran posisi atau garis edar Matahari disebabkan
oleh kombinasi revolusi Bumi dan kemiringan sumbu Bumi terhadap bidang ekliptika.
2) Perbedaan Lamanya Waktu Siang dan Malam
Lamanya siang dan malam antara satu daerah dengan daerah yang lain berbeda. Kondisi ini
dipengaruhi oleh gerak semu tahunan Matahari. Belahan Bumi bagian utara dan bagian selatan
pada saat yang sama akan mengalami waktu berbeda. Pergeseran garis edar Matahari sebagai
berikut.
a) Pada tanggal 21 Maret - 23 September Kutub Utara mendekati Matahari dan Kutub Selatan
menjauhi Matahari. Belahan Bumi utara menerima sinar Matahari lebih banyak daripada belahan
Bumi selatan. Oleh karena itu, waktu siang di belahan Bumi Utara lebih lama daripada waktu
malam. Sebaliknya, waktu siang di belahan Bumi Selatan lebih singkat daripada waktu malam.
b) Pada tanggal 23 September - 21 Maret Kutub Selatan mendekati Matahari dan Kutub Utara
menjauhi Matahari. Belahan Bumi utara menerima sedikit daripada belahan Bumi Selatan. Oleh
karena itu, waktu siang di belahan Bumi utara lebih singkat daripada waktu malam. Sebaliknya,
waktu siang di belahan Bumi Selatan lebih lama daripada waktu malam.
c) Pada tanggal 21 Maret dan 23 September Kutub Utara dan Kutub Selatan berjarak sama ke
Matahari. Oleh karena itu, lama penyinaran Matahari pada kedua belahan Bumi sama. Dengan
demikian, lama waktu siang dan malam di seluruh belahan Bumi sama. Dengan demikian, lama
waktu siang dan malam di seluruh belahan Bumi sama.
3) Perubahan Musim
Pergeseran garis edar Matahari mengakibatkan perubahan musim. Kedudukan Matahari
memengaruhi intensitas penyinaran. Musim juga terkait dengan kedudukan suatu wilayah
terhadap garis lintang. Musum di dunia dibedakan menjadi musim semi, panas, gugur, dingin,
kemaru, dan hujan.
4) Perubahan Kenampakan Rasi Bintang
Bintang tersusun dalam pola tertentu yang disebut rasi bintang. Letak rasi bintang bersifat tetap.
Akan tetapi, pengaruh pergerakan Bumi memengaruhi rasi bintang seolah bergerak dan berpindah
posisi. Gerak revolusi juga memengaruhi kenampakan bintang sehingga seolah-olah jarak
antarbintang tampak berdekatan.
5) Gerhana
Kombinasi gerak revolusi Bumi dan revolusi Bulan terhadap Bumi menyebabkan terjadinya
gerhana. Gerhana. Gerhana dapat terjadi jika matahari., Bumi, dan Bulan berada pada satu garis
lurus. Periode terjadinya gerhanan dapat dihitung sehingga kejadiannya dapat diprediksi. Gerhana
yang dapat terjadi adalah gerhana matahari dan gerhana Bulan. Gerhana Matahari terjadi jika
Bulan menutupi Matahari dan gerhana Bulan terjadi jika bayangan Bumi menutup Bulan.
Gerhana dapat berupa gerhana total dan gerhana sebagian

Anda mungkin juga menyukai