Anda di halaman 1dari 5

VULVOVAGINITIS

A. Definisi
Vulvovaginitis atau vaginal discharge adalah salah satu alasan utama
wanita untuk mengunjungi obstetrician/ gynecologist. Penyebab infeksi yang
paling sering terdiagnosis adalah Bacterial vaginosis, Vulvovaginal
candidiasis, dan Trikomoniasis. Adapaun penyebab yang lain yang jarang
terjadi misalnya atrofi vaginitis, sindrom vulvovaginogingival, dan vaginitis
kontak.(glass office)
Vulvovaginitis adalah inflamasi yang terjadi pada kedua organ vulva dan
vagina. Vulva adalah organ genitalia eksterna wanita yang terdiri dari labia,
lubang vagina, dan urethra. (CDC)
B. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian Foxman et al, didapatkan bahwa insiden penyakit
Vulvovaginal candidiasis di Negara Barat cukup tinggi. Para peneliti meneliti
di Inggris dan 5 negara Eropa dengan sampel 6000 wanita yang berusia 16
tahun atau lebih. Mereka menentukan bahwa dari 6 negara, terdapat sekitar
29-49% wanita menderita Vulvovaginal candidiasis.(Medscape)
C. Etiopatogenesis
Pada wanita usia reproduktif, flora normal dari vagian terdiri dari
beberapa jenis mikroorganisme, termasuk bakteri gram positif dan gram
negatif yang bersifat aerob maupun anaerob. Lactobacillus dan
Corynebacterium lebih mendominasi dibandingkan bakteri lain seperti
Streptococcus, Bacteroides, Staphylococcus, dan Peptostreptococcus.
Lactobacillus dan Corynebacterium menghasilkan laktat dan asam asetat dari
glikogen yang kemudian menyebabkan pH vagina menjadi rendah. Beberapa
bakteri dapat terdeteksi dari pengukuran pH bakteri dan jarang bersifat
patogenik, tetapi bisa berubah menjadi patogen jika ada gangguan
keseimbangan faktor lingkungan. pH vagina dapat meningkat dipengaruhi
oleh umur, fase siklus menstruasi, atau aktifitas seksual, pemilihan alat
kontrasepsi, kehamilan, adanya jaringan nekrosis atau benda asing, atau juga
pada penggunaan produk kebersihan dan antibiotik.(Medscape)
Hal yang paling penting pada patogenesis penyakit ini adalah adanya
gangguan stabilitas dari flora endogen di vagina yang biasa disebabkan oleh
pengguanaan antibiotik dan kesalahan dalam membersihkan daerah
kewanitaan. Estrogen dan pH vagina juga memegang peranan yang kuat dalam
stabilitasnya. Interaksi yang kompleks antara epitel vagina dan flora endogen
dan eksogen. Kondisi vagina juga mempengaruhi perubahan jumlah flora dan
jenis flora. Dengan demikian, pada beberapa kasus, flora normal vagina dapat
menjadi patologik.(glass office)
1. Vulvovaginal Candidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dengan candida albicans, suatu
jenis jamur gram positif yang mempunyai benang-benang pseudomiselia
yang terbagi-bagi dalam kelompok blastospores. Jamur ini tumbuh baik
dalam suasana asam (pH 5,0-6,5) yang mengandung glikogen; ia dapat
ditemukan dalam mulut, daerah perianal dan vagina tanpa menimbulkan
gejala. Ia dapat tumbuh dengan cepat dan menyebabkan vaginitis pada
wanita hamil, wanita yang minum pil kontrasepsi hormonal, wanita yang
diberi terapi antibiotika berspektrum luas, wanita dengan diabetes, dan
wanita dengan kesehatan yang mundur.(ilmu kandungan)
2. Trikomoniasis
Vulvovaginitis ini disebabkan oleh trikomonas vaginalis.
Trikomonas dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam vagina tanpa
gejala apapun, akan tetapi dalam beberapa hal yang ada hubungannya
dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlahnya dapat bertambah
banyak dan menimbulkan radang.
3. Bakterial vaginosis
Merupakan suatu kondisi polimikroba dimana terdapat penurunan
tingkat keasaman vagina dan konsentrasi dari vagina. Organisme nya
termasuk G. vaginalis, dimana diisolasi dari 45-99% wanita dengan
bakterial vaginosis.
Mekanisme pasti yang menyebabkan penurunan konsentrasi
lactobacillus dan meningkatnya pertumbuhan organisme anaerob dan
fakultatif anaerob masih belum diketahui. Sebuah hipotesis
menyebutkan hilangnya produksi hidrogen oelh lactobacillus
menyebabkan pertumbuhan bakteri semakin cepat, hipotesis kedua
menyebutkan bahwa hilangnya lactobacillus menyebabkan peningkatan
pertumbuhan bakteri. (glass office)
D. Gejala Klinis
1. Bakterial vaginosis
Wanita sering mengeluhkan peningkatan pengeluaran cairan vagina
yang muncul saat introitus. Cairan vagina bisa kental dan berbau amis.
Bau ini timbul saat setelah hubungan seksual. pH cairan semen dapat
menyebabkannvolatilisasi amin dan menghasilkan bau yang kuat. Rasa
gatal yang berlebihan dapat menjadi gejala khas pada penyakit ini. Gejala
terkadang bisa tidak muncul pada rata-rata perempuan pada umumnya.
Pada pemeriksaan cairan bisa tampak keputihan homogenus pada dinding
vagina. Pada beberapa kasus BV, didominasi oleh gardnerella, dengan
bentuk seperti struktur kista yang terlihat pada dinding vagina atau serviks
2. Vulvovaginalis candidiasis
Gejala yang paling umum adalah vulvar pruritus, yang paling sering
muncul pada malam hari. Pasien juga dapat mengeluhkan rasa terbakar
setelah miksi. Ini akibat adanya eksoriasi dan maserasi pada vulva. Cairan
vagina dengan ciri khas berwarna putih dan konsistensi seperti keju, tetapi
dapat juga bentuk cair hingga kental. Gejala lain yaitu iritasi pada vagina,
rasa terbakar, disparenuria, dan dysuria eksternal. Bau jarang muncul atau
tidak sering. Gejalananya selalu mengalami ekstraserbasi pada minggu-
minggu menstruasi.
3. Trikomonas vaginalis
Gejala yang sering muncul adalah keluarnya cairan vagina dengan
presentasi bau sebanyak 10% pasien. Gejala lainnya antara lain, iritasi
vulva, dispareuria, disyria, atau pruritus. Gejala ini dapat menjadi parah.
Nyeri perut bagian bawah dengan kemungkinan salpinggitis dapat muncul.
Gejala muncul biasanya setelah menstruasi atau selama kehamilan.
E. Diagnosis
Gejala klinis dapat menjadi patokan dan tolak ukur untuk penegakkan
diagnosis. Namun untuk indikasi evaluasi laboratorium, pasien dengan
vulvovaginitis dapat dilakukan pemeriksaan Ph dan pemeriksaan
mikroskopis. Kultur jamur dapat dilakukan pada vulvaginal candidiasis.
F. Penatalaksaan
a. Non- medikamentosa
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis
perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung
kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air.Tetapi
pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena
bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul. Jika akibat
infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel
satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain
antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar
cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada
infeksi meular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua
pasangan seksual diobati pada saat yang sama. Penipisan lapisan vagina
pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa
diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan
langsung ke vulva dan vagina. Selain obat-obatan, penderita juga
sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap
keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari
katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin).
b. Medikamentosa
1. Jamur, maka diberikan Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau
terconazole (bentuk krim, tablet vagina atau supositoria) Fluconazole
atau ketoconazole (tablet).
2. Bakteri, biasanya diberikan metronidazole atau clindamycin (tablet
vagina) atau metronidazole (tablet).
3. Gonokokus biasanya diberikan suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin.
Untuk penyebab Klamidia, diberikan Doxicyclin atau azithromycin
(tablet).
4. Virus papiloma (kutil genitalis) berikan Asam triklorasetat (dioleskan
ke kutil).
5. Infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan
ke kutil)
6. Virus herpes berikan Acyclovir (tablet atau salep)
7. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi
bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral
(tablet).
8. Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan
memperpendek lamanya infeksi herpes.
9. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

Anda mungkin juga menyukai