Anda di halaman 1dari 9

PERSALINAN NORMAL

I. PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan kala dalam persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu
tersebut. Disini dijelaskan pula tanda dan gejala serta penatalaksanaan fisiologis kala
dua persalinan yang normal.

II. TUJUAN KEGIATAN


A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan kala dua persalinan dan asuhan bagi ibu selama
waktu tersebut.
B. Tujuan Khusus
1. Mengenali tanda-tanda persalinan
2. Melakukan penatalaksanaan kala I : memantau kemajuan persalinan
(partograf), deteksi dini dan penanganan penyulit sertarujukan (jika perlu)
3. Melakukan penatalaksanaan kala II : melakukan pimpinan persalinan normal,
melakukan deteksi dini dan penanganan awal penyulit serta melakukan
rujukan (jika perlu).
4. Memberikan pertolongan pada bayi baru lahir, termasuk deteksi dini dan
penanganan penyulit pada bayi baru lahir (termasuk resusitasi).
5. Melakukan penatalaksanaan kala III : manajemen aktif kala III, deteksi dini
dan penanganan awal penyulit kala III dan rujukan (jika perlu).
6. Melakukan penatalaksanaan kala IV : pemantauan kala IV, deteksi dini,
penanganan penyulit (perdarahan), rujukan (jika perlu) dan manajemen laktasi.

III. RANCANGAN PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar- mengajar Keterangan


20 menit - Introduksi pada kelas besar (semua mahasiswa) Narasumber

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara persalinan normal
secara bertahap
30 menit Setelah mahasiswa dibagi kelompok kecil (1 kelompok ttd Instruktur
10-15 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 dan
instruktur dan diberikan 1 kasus simulasi. Mahasiswa
Coaching :
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang) dengan dibimbing oleh instruktur.
90 menit Self Practice: Instruktur
Mahasiswa melakukan sendiri secara bergantian. Sehingga dan
total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung Mahasiswa
jumlah mahasiswa)

IV. SARANA DAN ALAT


1. Peralatan (partus set)
- 2 buah klem Kelly atau kocher - Lidokain 1%
- Klem ½ kocher atau Kelly - Needle Holder
- Gunting tali pusat - Pinset dan jarum
- Pengikat tali pusat steril - Kateter penghisap lendir DeLee
- Kateter Nelaton - Benang catgut 3.0
- Gunting episiotomy - Sarung tangan steril
- Kassa dan kapas steril - Spuit injeksi 2.5 mL dan 5 mL
2. Peralatan penunjang lainnya
- Partograf - Apron (celemek plastik)
- Tensimeter - Perlak plastik untuk alas ibu
- Stetoskop - kantong plastik
- Termometer - surat rujukan
- Sabun, deterjen & sikat kuku - larutan desinfektan klorin 0,5%
3. Obat-obatan emergensi :
- Larutan Ringer Laktat 500 mL - Ergometrin maleat 0.2 mg 2 ampul
- Set infus - Oksitosin 10 U 3 ampul
- Kateter intravena ukuran 16-18 G
- Magnesium Sulfat 40% (10 g dalam 25 mL) 2 vial

V. DASAR TEORI
A. KALA I PERSALINAN
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur (adanya
his 2-3x dalam 10 menit) dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu
fase laten dan fase aktif.
Fase laten pada kala I Persalinan:
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka sampai dengan 3 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif pada kala I persalinan:
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
- Dari pembukaan lebih dari 3 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm per jam (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Tabel 1. Pemantauan Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Kemajuan Persalinan Keadaan Ibu Keadaan Janin
His/kontraksi uterus : Dipantau : Periksa DJJ tiap 30 menit
- Rekuensi - Tanda vital pada fase aktif
- Kekuatan - Status kandung kemih
- Durasi tiap kontraksi - Pemberian
His dikontrol tiap 30 menit makanan/minuman
sekali pada fase aktif Kontrol tensi tiap 4 jam
Pemeriksaan dalam (vaginal Waspadai bila terjadi : Jika selaput ketuban pecah,
toucher) : - Penurunan / peningkatan periksa :
- Pembukaan serviks tensi - Warna cairan yang keluar
- Penipisan serviks - Perdarahan (cek adanya meconium)
- Penurunan bagian terendah - Sesak nafas - Kepekatan
molding/molase - Tanda dehidrasi / shock - Jumlah cairan yang keluar
Kontrol tiap 4 jam - Perubahan perilaku - Molase kepala
- Sakit kepala, pandangan
kabur
Pemeriksaan luar
(abdomen) :
- Penurunan kepala
Kontrol tiap 4 jam pada fase
aktif
Kemajuan persalinan normal berjalan sesuai dengan partograf. Dengan melakukan
pemantauan kala I menggunakan partograf, akan diketahui :
- Apakah persalinan bisa berjalan normal.
- Kemungkinan persalinan bermasalah (kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf).
- Kapan dokter harus menunggu, mulai waspada dan melakukan tindakan medis.
- Tanda kegawatdaruratan (ibu dan janin) diketahui secara dini.

B. KALA II PERSALINAN
Kala II persalinan adalah ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
sampai bayi dilahirkan. Prosesnya bisa berlangsung antara 30 menit
(multigravida) sampai 1 jam (primigravida).
MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II
1. HIS 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik.
2. Ibu merasakan dorongan kuat untuk mengejan atau tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina
3. Ibu ingin mengejan
4. Vulva dan anus membuka, perineum menonjol.
5. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
a. Pembukaan lengkap (porsio tidak teraba, teraba kepala dengan presentasi
belakang kepala)
b. Penurunan kepala di Hodge III/ III+.
c. Penunjuk/denominator ubun-ubun kecil (UUK) di kiri atau kanan atas.
d. Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah.

MELAKUKAN PIMPINAN PERSALINAN


Prinsip pimpinan persalinan :
- Ibu dipimpin mengejan saat ada his
- Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher bayi.
- Menunggu kepala selesai melakukan putaran paksi luar.
- Menolong melahirkan bahu.
- Menolong kelahiran badan dan tungkai.
- Mengusap muka bayi untuk membersihkan mulut dan hidung setelah kepala
bayi lahir
- Mengupayakan/ menahan agar perineum tidak robek saat kepala lahir.
- Melakukan episiotomi (sesuai indikasi).
Prosedur pimpinan Kala II :
1. Penolong : memakai apron, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
keringkan dan pakai sarung tangan steril.
2. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kassa steril yang dibasahi
akuades steril
3. Memastikan pembukaan lengkap (periksa dalam).
4. Memastikan kondisi janin baik dengan memeriksa DJJ janin dalam batas
normal saat relaksasi uterus.
5. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan minta ibu untuk
mengedan sesuai instruksi.
6. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase puncak his. Minta ibu untuk
menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan
abdomen menjadi efektif.
7. Istirahatkan ibu bila his menghilang. Letakkan kembali tungkai ibu di atas
ranjang persalinan. Dengarkan denyut jantung bayi pada waktu tersebut (tiap 5
menit).
8. Pimpin ibu mengedan hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva. Bila
diperlukan, lakukan episiotomi.
9. Bila episiotomi dianggap tidak perlu karena perineum ibu terlihat elastis,
pimpin ibu mengedan terus bila subocciput sudah berada di bawah simfisis
(sebagai hipomochlion).
10.Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur supaya defleksi
kepala tidak terlalu cepat). Letakkan tangan yang lain pada perineum dengan
merentangkan telunjuk dan ibu jari sehingga bagian di antara kedua jari
tersebut dapat mendorong perineum untuk membantu terjadi ekspulsi kepala
(lahirnya, berturut-turut, ubun-ubun besar (UUB), dahi, mata, hidung, mulut
dan dagu). Hilangkan tahanan pada belakang kepala secara bertahap.
11.Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, tunggu dan
perhatikan proses putaran paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi)
secara spontan.
12.Pastikan tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Bila terdapat lilitan tali
pusat secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali
pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di 2 tempat dan potong di antara
kedua klem tersebut.
13.Ambil kain/ handuk bersih, seka dengan lembut muka, mulut, hidung dan
kepala bayi dari darah, air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat
paha, perineum dan daerah sekitar bokong ibu.
14.Melahirkan seluruh badan bayi :
a. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu
jari pada pipi depan, jari telunjuk dan jari tengah pada bawah dagu, jari
manis dan kelingking pada belakang leher dan bawah kepala). Sambil
meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah sehingga bahu
depan lahir.
b. Gerakkan bayi ke atas hingga bahu belakang lahir.
c. Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada
dan lengan, perut, pinggul dan tungkai. Letakkan di antara kedua paha ibu.
d. Bila persalinan dilakukan di atas meja ginekologi, setelah kedua bahu
lahir, topangkan badan bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri
memegang bagian belakang tubuh bayi. Setelah bayi lahir lengkap,
letakkan bayi di atas perut ibu, atau minta asisten memegang bayi supaya
tidak terjatuh.
C. KALA III
Tanda-tanda plasenta lepas:
- Terjadi kontraksi rahim sehingga rahim membulat, keras, dan terdorong ke
atas.
- Plasenta di dorong kearah segmen bawah rahim.
- Tali pusat bertambah panjang.
- Terjadi perdarahan mendadak.
MANAJEMEN KALA III AKTIF
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama:
1. Pemberian suntikan oksitosin IM dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, agar segera terjadi separasi
plasenta.
3. Masase fundus uteri setelah plasenta lahir
PROSEDUR MANAJEMEN AKTIF KALA III
1. Letakkan kain bersih di atas perut ibu.
Alasan: Kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang
sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada
perut ibu.
2. Letakkan bayi di perut ibu.
3. Pemberian suntikan Oksitosin
a. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain (Undiagnosed
twin)
Alasan: Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat
menurunkan pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat
pada korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan
menyulitkan pengeluaran plasenta.
b. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.
c. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10
unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (m. rektus lateralis).
Alasan: Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat
dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi
kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah
penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
Catatan: Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi
puting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini
akan menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika
peraturan/program kesehatan memungkinan, dapat diberikan misoprostol
600 mcg (oral/sublingual) sebagai pengganti oksitosin.
4. Klem tali pusat
a. Klem tali pusat 1 menit setelah bayi lahir untuk memberi sejumlah darah
melalui tali pusat. Klem tali pusat pada jarak sekitar 5 cm dari umbilikus
bayi, jepit tali pusat di antara jari tengah dan jari telunjuk (pada tepi klem
yang sesuai dengan sisi ibu) kemudian ekspresikan darah dalam tali pusat
dengan menggeser jari-jari tersebut ke arah ibu.
b. Pasang klem kedua pada tali pusat yang telah diekspresi, dengan jarak 3 cm
dari klem pertama.
c. Oleskan povidone-iodine di sekeliling tali pusat di antara kedua klem.
d. Pegang tali pusat di antara 2 klem dengan satu tangan kiri, kemudian
dengan tangan yang lain, gunting tali pusat di antara kedua klem tersebut.
e. Serahkan bayi pada ibu untuk diberi ASI dini (Inisiasi Menyusu Dini).
5. Peregangan Tali Pusat Terkendali
a. Pastikan tidak ada bayi lagi dalam uterus (hamil tunggal).
b. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali
pusat, sekitar 5-20 cm dari vulva.
Alasan: Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.
c. Satu tangan memegang klem tali pusat untuk menegangkan dan membuat
tarikan terkendali pada tali pusat.
d. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di
atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan
menahan uterus pada saat melakukan penegangan tali pusat.
e. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu
tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke
arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati hati untuk
mencegah terjadinya inversio uteri.
f. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali
(sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali
penegangan tali pusat terkendali.
g. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur)
tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga
tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak keatas yang
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
h. Tetapi jika langkah 4 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan
plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat
dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
teruskan penegangan tali pusat.
- Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada
saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan
plasenta.
- Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat
terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak.
Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding uterus.
i. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat
dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).
Alasan: Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding
uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
j. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan
lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput
ketuban mudah robek; pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara
lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
k. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan
selaput ketuban.
Alasan: Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan
membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
l. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.
Gunakan jari-jari- tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep
untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
m. Periksa apakah seluruh plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap :
- Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk
memastikan plasenta utuh dan lengkap.
- Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak ada bagian plasenta dan selaput ketuban yang
terobek atau tertinggal di dalam uterus.
- Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk
memastikan tidak ada lobus tambahan.
- Evaluasi selaput ketuban untuk memastikan kelengkapannya.
- Lakukan penilaian bentuk dan berat plasenta.
n. Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan ringan pada uterus dengan
menggosok permukaan depan uterus secara sirkuler dengan telapak atau
jari-jari tangan sehingga kontraksi berlangsung baik (uterus teraba keras).
Catatan:
- Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit
oksitosin IM dosis kedua.
- Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik
untuk memasukkan kateter Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk mengosongkan kandung kemih.
- Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kranial seperti
yang diuraikan di atas.
- Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta
belum lahir dalam waktu 30 menit.
- Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan
penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak
lahir, rujuk segera. Ingat, apabila plasenta tidak lahir setelah 30 menit,
harus melakukan manual plasenta.

Perhatikan:
- Jika sebelum plasenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan
maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera
mengosongkan kavum uteri.
- Jika setelah manual masih terjadi perdarahan maka lakukan kompresi
bimanual internal/eksternal atau kompresi aorta. Beri oksitosin 10 IU
dosis tambahan atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Tunggu
hingga uterus berkontraksi kuat dan perdarahan berhenti, baru hentikan
tindakan kompresi.

D. KALA IV
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama
setelah melahirkan, perlu dilakukan pemantauan dalam waktu tersebut dikamar
bersalin sebelum dipindahkan ke kamar rawat inap untuk mengetahui komplikasi
dini pasca persalinan terutama perdarahan postpartum.

Pemantauan kala IV :
1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang
pispot datar dan lebar pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar.
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus,
status kandung kemih dan perdarahan mtiap 15 menit hingga 2 jam pasca kala
III. Lakukan estimasi jumlah perdarahan.
4. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus tetap
baik tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam
kedua kala IV.
5. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum
secukupnya.
6. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada
komplikasi, pasangkan pembalut dan celana dalam. Pakaikan kain dan selimuti
ibu. Pindahkan ibu ke ruang perawatan dan lakukan rawat gabung dengan
bayinya sesegera mungkin.

VI. LEMBAR PENGAMATAN

PENILAIAN
NO LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK
PERSIAPAN
1 Melakukan persiapan instrumen dan medikamentosa
2 Mengecek perlengkapan untuk ibu dan bayi
3 Persiapan penolong
KALA I
4 Mengenali fase laten dan fase aktif kala I
5 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik persalinan
6 Membuat diagnosis klinis terhadap kondisi ibu dan bayi
7 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
kondisi janin
PENGENALAN KALA II
8 Mengenali gejala kala II
9 Mengenali tanda kala II (dari pemeriksaan dalam)
10 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
kondisi janin
PIMPINAN KALA II
11 Mempersiapkan ibu pada posisi siap melahirkan
12 Memimpin ibu untuk mengedan pada puncak his
13 Mengistirahatkan ibu jika his hilang dan memeriksa DJJ pada
waktu tersebut
14 Mengetahui indikasi kapan diperlukan episiotomy
15 Melakukan tindakan episiotomy dengan benar (infiltrasi anestesi,
menggunting perineum saat his)
16 Menahan perineum dan mengatur defleksi kepala bayi
17 Membersihkan muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah,
air ketuban dan verniks kaseosa
18 Memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat di leher bayi
19 Membantu melahirkan seluruh badan bayi dengan benar
20 Memastikan bayi bisa bernafas spontan
21 Memberikan bayi kepada asisten untuk dibersihkan
MANAJEMEN AKTIF KALA III
22 Memberikan injeksi Oksitosin 10 U im
23 Mengklem dan memotong tali pusat dengan benar
24 Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan benar
25 Mengenali tanda-tanda lepasnya plasenta
26 Memimpin ibu untuk mengedan saat his untuk melahirkan
plasenta
27 Melakukan tindakan2 untuk membantu melahirkan plasenta
dengan benar
28 Memeriksa apakah seluruh plasenta telah lahir secara lengkap
29 Melakukan masase ringan pada uterus untuk memastikan dan
memperbaiki kontraksi uterus
MENJAHIT EPISIOTOMI
30 Mengecek efektifitas anestesi dan menambahkan anestesi bila
perlu
31 Melakukan jahitan dengan benar
32 Melakukan jahitan dengan pemeriksaan colok dubur
33 Menutup luka dengan kasa steril dibubuhi cairan antiseptik
PEMANTAUAN KALA IV
34 Melakukan pemantauan tanda vital dan kontraksi uterus
35 Melakukan pemantauan terhadap kemungkinan perdarahan
36 Mengetahui komplikasi/ penyulit pada kala IV
Penilaian Profesionalisme
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Anda mungkin juga menyukai