Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah yang selalu menjadi perdebatan para ahli baik ahli pendidikan,
psikologi, biologi, maupun ahli sosial adalah hal yang menyangkut pembawaan,
keturunan dan lingkungan yang mempengaruhi anak dalam pendidikan. Apakah
perilaku yang ditampilkan oleh seorang anak itu merupakan pembawaan atau
keturunan dari orang tuanya atau pengaruh dimana lingkungan itu berada. Setiap
individu yang lahir ke dunia ini pasti dengan satu pembawaan tertentu. Ini berarti
bahwa karakteristik setiap individu berbeda dan diperoleh dari pewarisan atau
pemindahan cairan “germinal” dari pihak orangtuanya. Di samping itu, individu
tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari lingkungan baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil
interaksi dari hereditas dan lingkungan. Agar kita dapat mengerti dan mengontrol
perkembangan individu baik dari tingkah lakunya, kita hendaknya mengetahui
peranan masing-masing (pembawaan, lingkungan, dan keturunan). Agar kita
calon-calon guru dapat mengidentifikasi bagaimana sifat, tingkah laku, intelegensi
anak didik kita nanti. Dan kita dapat memahami faktor penyebab anak didik kita
itu bertingkah laku yang berbeda. Dapat kita lihat dari faktor pembawaan dan
lingkungannya. Akan dibahas masing-masing konsep tentang pembawaan,
keturunan, dan lingkungan dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembawaan?
2. Apa yang dimaksud dengan keturunan?
3. Apa yang dimaksud dengan lingkungan?
4. Bagaimana hubungan antara pembawaan, keturunan dan lingkungan dalam
pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembawaan
Pengertian Pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat
diwujudkan, Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu
keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah
yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan. Di muka telah dikatakan
bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih
yang akan berkembang mencapai perwujudannya. Pembawaan (yang dibawa anak
sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus
berkembang hingga mencapai perwujudannya.
Ngalim Purwanto memberikan definisi tentang pembawaan sebagai
berikut: “pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi)
yang terdapat pada suatu individu yang selama masa perkembangan benar-benar
dapat diwujudkan (direalisasikan)”.1 Pembawaan mengacu pada hubungan antara
apa yang melekat atau dipunyai pada diri individu yang dibawa sejak lahir dimana
sesuatu yang dibawa itu berwujud kemampuan yang akan difungsikan atau
digunakan pada saat yang tepat. Pada saat anak baru lahir anak belum bisa
memfungsikan semua yang dimiliki sebagai pembawaan seperti berjalan
walaupun mempunyai kaki, berbicara walaupun memiliki mulut, dan berpikir
walaupun memiliki otak (kepala). Semua kesanggupan atau kemampuan tadi akan
mengalami kematangan dalam perkembangan. Setelah mengalami kematangan
maka anak atau individu akan dapat memfungsikan seluruh potensi yang
dimilikinya.
Pembawaan selalu bergantung dan berhubungan dengan perkembangan
dan kematangan, semua kesanggupan atau kemampuan yang dibawa individu juga
bermacam-macam, ada yang memiliki pembawaan seni, ada yang jurnalistik, ada
yang mempunyai keahlian olah raga, ada yang mampu dalam hal kepemimpinan,

1
Purwanto, M. Ngali, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000) hal 66
serta yang lainnya. Dalam meihat kemampuan-kemampuan tadi seseorang
biasanya hanya yang menonjol dan yang mencapai prestasi yang tinggi saja,
misalnya ada anak yang mampu dalam ilmu pasti, ada yang mampu dalam bahasa,
ada seni dan sebagainya. Kemampuan tadi dikatakan sebagai kemampuan bila
sudah mencapai tingkat tertinggi.
Kemampuan khusus yang sampai mencapai prestasi yang tinggi biasa disebut
berbakat atau bakat khusus. Sehingga ada yang dinamai bakat matematika, bakat
seni, bakat menggambar dan seterusnya semua itu mengacu pada kemampuan
yang paling tinggi atau mencapai prestasi yang tinggi.2

B. Keturunan
Untuk membahas masalah keturunan sangatlah sulit karena apa yang
nampak pada seseorang atau cirri-ciri yang ada pada seseorang itu merupakan
keturunan atau bukan sebenarnya sulit juga untuk dibuktikan secara nyata, sebagai
contoh anak yang memiliki cirri-ciri bermata sipit, berambut pirang dan berhidung
pesek yang tidak dimiliki cirri-ciri itu pada orang tuanya sebenarnya mungkin bisa
jadi merupakan keturunan dari kakek-neneknya atau buyutnya yang tertutup atau
tidak menurun langsung tapi tersembunyi. Sedang ada juga anak yang memiliki
cirri berjalan agak membengkok seperti berjalan orang tuanya sebenarnya bisa
karena keturunan atau bukan karena bisa jadi akibat pengaruh lingkungan.
Sedangkan menurut H. C. Witherington (tokoh ilmu jiwa) mengatakan
bahwa hereditas adalah proses penurunan sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu dari
satu generasi ke generasi lain dengan perantara sel benih. Pada dasarnya ini berarti
bahwa stuktur tubuh yang diturunkan. Sehingga apa yang diturunkan orang tua
kepada anak-anaknya berdasar kepada perpaduan gen-gen, yang pada umumnya
hanya meliputi ruang lingkup sifat atau ciri-ciri individu, dan kemungkinan sangat
kecil bisa menerobos kepada sifat atau cirri orang tua yang diperoleh dari
pengalaman atau hasil belajar dengan lingkungan. Karena itu, ciri atau sifat yang
diturunkan cenderung kepada pola-pola yang bersifat permanen.3

2
Sulthon, Ilmu Pendidikan, (Kudus:Nora Media Enterprise, 2011) hal 102
3 Abu Ahmadi dan Nur Unbiyati.1991.Ilmu Pendidikan.Rineka Cipta:Jakarta.hal 218
Banyak penelitian terbukti bahwa anak kembar yang berasal dari satu telor
ternyata akan berbeda sifat-sifatnya ketika sejak lahir anak tersebut dipisahkan
dari tempat tinggalnya. Sulitnya untuk menyelidiki suatu cirri-ciri atau sifat yang
dimilki individu itu merupakan keturunan atau bukan menurut Ngalim Purwanto
adalah sebagai berikut:
1. Pada manusia tidak dapat dilakukan persilangan menurut rencana
tertentu, umpamanya, persilangan antar dua ras yang sangat berlainan
asalnya seperti yang dapat dilakukan terhadap binatang atu tumbuh-
tumbuhan.
2. Masa perkembangan manusia yang begitu lama mengakibatkan sifat-
sifatnya ada yang terjadi karena keturunan dapat tersembunyi sangat
lamanya, sebelum sifat-sifat itu menampakkan diri pada suatu individu
tertentu.
3. Masa hidup suatu generasi juga demikian lama sehingga si penyelidik
tidak akan mungkin mengadakan pengamatan terhadap obyek lebih
dari satu kali keturunan.
4. Adanya jumlah anak manusia yang relatif (menurut perbandingan)
hanya sedikit sekali.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa sulitnya
penyelidikan tentang keturunan atau bukan suatu cirri-ciri atau sifat yang
dimiliki individu karena banyak hal yang berkaitan dengan kesulitan-
kesulitan akibat kondisi yang menyulitkan dalam hal penyelidikannya.
Oleh karena itu menjadi kendala dalam menyelidiki dan meneliti sifat-sifat
yang tampak dalam individu.
Di dalam masalah pendidikan juga terdapat pengaruh aliran biologisme,
dimana mereka mengatakan bahwa orang-orang yang mempunyai inteligensi
tinggi mereka itu adalah berasaldari ras-ras tertentu. Extriminitas dari pendapat ini
adalah bahwa hanya orang-orang dari ras kulit putihlah yang dapat mempunyai
inteligensi tinggi, sedangkan orang-orang dari ras kulit berwarna, artinya
dipastikan bahwa mereka tidak mempunyai intelligensi yang tinggi.
Asal mula paham biologis ini ialah dengan terbitnya buku Origin of Species
karangan Charles.4
Beberapa macam pembawaan dan pengaruh keturunan:
a. Perlu kiranya disini kami singgung sedikit beberapa “macam”
pembawaan berikut
1) Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki
pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-
anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya, dan sebagainya,
semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan
jenis-jenis makhluk lain.
2) Pembawaan ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi
bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan
keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras, misalnya ras
Indo German, ras Mongolia, ras Negro. Setiap ras itu dapat terlihat
perbedaan satu sama lain.
3) Pembawaan jenis kelamin
Setiap manusia yang normal sejak dilahirkan telah membawa
pembawaan jenis kelaminnya masing-masing, laki-laki atau
perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat pula perbedaan
sikap dan sifatnya terhadap dunia luar. Tetapi, dalam hal ini kita
hendaklah berhati-hati dalam mencari perbedaan sifat antara kedua
jenis kelamin itu.

4) Pembawaan perseorangan
Selain pembawaan-pembawaan seperti tersebut diatas, tiap-tiap
orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat
individu (pembawaan perseorangan) yang unik. Tiap-tiap individu
meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya masing-masing

4 Abu Ahmadi.2007.Sosiologi Pendidikan.Rineka Cipta:Jakarta.hal 28


mempunyai pembawaan, watak, intelegensi, sifat-sifat dan
sebagainya yang berbeda-beda. Jadi, tiap-tiap orang itu sendiri
mempunyai pembawaan perseorangan yang berlain-lainnya.

b. Beberapa macam pembawaan tersebut diatas yang peling banyak


ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis, dan
pembawaan kelamin. Ketiga macam pembawaan tersebut dapat
dikatakan sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Akan tetapi,
pada pembawaan perseorangan pengaruh lingkungan adalah penting.
Banyak sifat pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya
lebih ditentukan oleh lingkungannya. Adapun yang termasuk
pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih
ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain adalah :
1) Konstitusi Tubuh: termasuk didalamnya motorik seperti sikap
badan, sikap berjalan, raut muka, gerakan bicara.
2) Cara bekerjanya alat-alat indera. Ada orang yang lebih menyukai
beberapa jenis perangsang tertentu (misalnya jenis makanan
tertentu), mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah dan
ibunya.
3) Sifat –sifat ingatan dan kesanggupan belajar. Ada orang yang
dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu lama, tidak lekas
dilupakan, dan ada yang sebaliknya.
4) Tipe perhatian, intelejensi kosien (IQ), dan tipe intelejensi,
mengenai tipe perhatian, ada orang yang dapat memusatkan
perhatiannya kepada sesuatu yang relatif lama, tetapi ada pula yang
perhatiannya selalu berpindah-pindah keberbagai objek.
5) Cara-cara berlangsungnya emosi yang khas: cepat atau lambatnya
mereaksi terhadap sesuatu, dengan keras atau dengan tenang
dengan cara timbulnya perasaan pada seseorang. Dalam psikologi
hal ini sering disebut temperamen.
6) Tempo dan ritme perkembangan. Setiap perkembangan yang
dialami anak berlangsung menurut kecepatan atau tempo dan
ritmenya masing-masing. Ada yang cepat perkembangannya, baik
jasmani maupun rohani, tetapi ada pula anak yang lambat
perkembangannya.

C. Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu factor yang berpengaruh pada perilaku anak
pada tahap pertumbuhan dan perkembanganya. Secara sempit, lingkungan adalah
segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia. Dalam arti luas, lingkungan
mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan,
pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan adalah sesuatu yang berada di
luar dari anak dan dapat mempengarui perkembanganya.5 Omar Muhammad Al-
Toumy Al-Syabani dalam kutipan Ramayulis, menyatakan bahwa: Lingkungan
adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insani yang menjadi medan
dan aneka bentuk kegiatanya. Keadaan sekitar benda-benda, seperti air, udara,
bumi, langit, matahari, dan sebagaynya juga masyarakat yang merangkum insane
pribadi, kelompok, institusi, system, undang-undang, adat kebiasaan, dan
sebagainya.6
Lingkungan sekitar itu meliputi benda-benda seperti air, udara, bumi,
langit dan sebagainya maupun masyarakat yang merangkumi manusia pribadi,
kelompok, institusi, sistem, undang-undang, adat kebiasaan dan sebagainya.
Lingkungan sekitar dalam konteks pendidikan yang dikutip dari Noeng Muhajir
mencakup berbagai aspek yaitu:
1. tempat (lingkungan fisik yang mencakup keadaan iklim, tanah,
alam dan sebagainya)

5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 234.
6 Ramayulis, Ilmu Pendidikam Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), hlm. 147.
2. kebudayaan (lingkungan budaya dengan warisan budaya tertentu
seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup
dan keagamaan)
3. kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat
seperti keluarga, desa, perkumpulan, dan sebagainya). Serta
sebagaimana dikutip Ngalim membagi lingkungan menjadi tiga
yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan alam atau luar (external or physical environment)
b. Lingkungan dalam (internal environment)
c. Lingkungan social (social environment).
Lingkungan alam ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini selain
manusia seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, dan hewan. Sedangkan
lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang telah termasuk ke dalam diri kita,
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita. Adapun lingkungan sosia ialah
semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan
social itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung
(2000:72). Semua lingkungan di atas baik lingkungan alam sekitar, lingkungan
dalam maupun lingkungan social semua berpengaruh terhadap pembawaan dan
keturunan pada anak. Banyak contoh dan bukti yang berkaitan dengan ketiga
lingkungan di atas seperti anak yang berada didaerah pegunungan akan memiliki
sifat emosional yang lebih stabil, memiliki keadaan jiwa yang lebih tenang, dan
santun menggunakan bahasa dan tutur kata yang lebih lembut dan sebagainya.
Hal ini karena kondisi dan situasi di pegunungan yang dingin, nyaman,
indah dan romantis akan mempengaruhi kondidi masyarakat. Di daerah
pegunungan juga lebih memiliki karakter yang kalem, santai, tenang, sabar,
bersahaja dan sebagainya. Berbeda dengan anak yang hidup di lingkungan pantai
dimana secara demografis memiliki tempat yang landai, kondisi iklim yang panas,
suasana alam yang riuh ramai sehingga membuat masyarakat pantai lebih
memilliki karakter yang keras, temperamen, kurang memperhatikan orang lain,
gampang diadu domba, menggunakan kata bahasa dan tutur kata yang cenderung
kasar dan seterusnya. Kondisi tersebut secara langsung akan mempengaruhi jiwa
anak, menjadi kurang harmonis, tidak tenang, kurang santai, serta cenderung
bringas, kasar dan temperamen (mudah emosi dan marah).
Sedangkan lingkungan social sangat tergantung keadaan alam sekitar juga,
sebagaimana dan kebudayaan, sebagai contoh hubungan lingkungan social yang
mempengaruhi pembawaan dan keturunan. Masyarakat kota cenderung memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi, ekonomi yang cukup, memiliki pekerjaan yang
relative mapan dan hidup dalam tatanan masyarakat yang lebih teratur. Kondisi
social yang demikian akan membentuk anak memiliki harapan dan cita-cita yang
tinggi, cenderung rajin belajar, mandiri, serta suka tantangan dalam menghadapi
hidup dan memperjuangkan hidup. Sikap dan perilaku anak kota lebih terkendali,
mudah diatur dan memiliki motivasi hidup yang tingii. Berperilaku yang sopan,
berkepribadian yang lebih sehat dan jiwa sosialnya tinggi. Semua itu berbeda
dengan lingkungan sosial anak desa karenasecara stuktural orang desa memiliki
tingkt pendidikan yang lebih rendah, keadaan ekonomi yang kurang serta
pekerjaan yang kasar.
Semua ini akan berpengaruh terhadap pola dan gaya hidup anak desa.
Anak desa juga lebih sederhana, kurang tahan uji, rendah motivasi hidup, kurang
memiliki cita-cita dan harapan yang tinggi karena tidak mendapat dukungan dan
motivasi dari keluarga serta rendahnya pengetahuan, pengalaman dan pola
pikirnya. Berdasarkan penjelasan dan contoh di atas jelaslah bahwa lingkungan
anak juga secara otomatis akan mempengaruhi terbentuknya karkter dan
kepribadian yang pada akhirnya juga membawa pengaruh pada pembawaan dan
keturunan. Karena sebagaimana diuraikan di atas bahwa pembawaan dan
keturunan juga dipengaruhi oleh kematangan dan perkembangan. Sedang
kematangan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh keturunan dan pembawaan
sehingga dimana pembawaan dan keturunan itu berada disitu akan dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan dalam proses tumbuh dan kembangnya anak yang
berwujud dalam kematangan fungsi-fungsi kejasmanian menuju perkembangan
yang matang dan dewasa.
Allport merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut “kepribadian
adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik dalam individu yang turut
menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan”.Dari rumusan tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat
dirumuskan sebagai suatu totalitas individu saja tanpa sekaligus meletakkan
hubungannya dengan lingkungannya. Totalitas individu itu baru disebut
kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan,
bakat, kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya, menyatakan diri dengan khas dalam
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Menurut Woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan
lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam :
1) Individu bertentangandengna lingkungannya,
2) Individu menggunakan lingkungannya,
3) Individu berpartisipasi dengan lingkungannya,
4) Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sebenarnya, keempat macam cara hubungan individu dengan individu
dapat kita rangkum menjadi satu saja, yakni individu itu senantiasa berusaha
untuk “menyesuaikan diri” (dalam arti luas) dengan lingkungannya. Dalam arti
yang luas menyesuaikan diri itu berarti:
1) Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian
diri autoplastis).
2) Mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak atau keiinginan diri
pribadi (penyesuaian diri alloplastis).

D. Hubungan pembawaan, keturunan dan lingkungan dalam pendidikan


Dalam koneks pendidikan, keturunanatau pembawaan tidaklah terlalu
penting untuk di perbincangkan dalam hal ini tetapi lebih melihat dan
mengedepankan tentang kemampuan (potensi), sikap dan perilaku yang dimiliki
individu untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam pendidikan. Artinya
bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri yang Nampak oleh seseorang tidak dilihat dari
aspek keturunan atau pembawaan tetapi lebih dilihat bagaimana sifat dan ciri
tersebut dapat dikembangkan dalam pendidikannya.Berdasarkan uraian tentang
pembawaan dan keturunan sebagaimana diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembawaan dan keturunan memiliki hubungan yang penting dalam pendidikan.
Pembawaan dan keturunan menjadi modal dasar yang harus dikembangkan dalam
pendidikan. Dengan demikian pendidikan akan memaksimalkan segala potensi
yang dimiliki individu dengan memberikan pendidikan yang baik agar
pembawaan dan keturunan tersebut berkembang secara maksimal dan baik.
Pendidikan yang diberikan sebenarnya tetap mengacu kepada pembawaan
dan keturunan. Pendidikan akan berhasil bila terdapat pembawaan dan keturunan
yang baik, dan sebaliknya sebaik apapun pendidikan yang diberikan bila tidak
didukung oleh keturunan dan pembawaan maka pendidikan kurang maksimal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembawaan adalah seluruh kemungkinan ataukeanggupan (potensi)
yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa
perkembangan benar benar dapat diwujudkan atau direalisasikan.
2. Keturunan dapat dijelaskan sebagai segala sesuatu (ciri ciri atau sifat)
yang diturunkan dari orang tua atau melalui sel sel kelamin dari
generasi sebelumnya. Berdasarkan uraian tentang pembawaan dan
keturunan sebagaimana diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembawaan dan keturunan memiliki hubungan yang penting dalam
pendidikan.
3. Lingkungan adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insani
yang menjadi medan dan aneka bentuk kegiatanya
4. Pembawaan dan keturunan menjadi modal dasar yang harus
dikembangkan dalam pendidikan. Dengan demikian pendidikan akan
memaksimalkan segala potensi yang dimiliki individu dengan
memberikan pendidikan yang baik agar pembawaan dan keturunan
tersebut berkembang secara maksimal dan baik.Pendidikan yang
diberikan sebenarnya tetap mengacu kepada pembawaan dan
keturunan. Pendidikan akan berhasil bila terdapat pembawaan dan
keturunan yang baik, dan sebaliknya sebaik apapun pendidikan yang
diberikan bila tidak didukung oleh keturunan dan pembawaan maka
pendidikan kurang maksimal.
B. Konstribusi Hasil Pembahasan
Setelah kita memahami arti dari pembawaan, keturuanan,
lingkungan dan hubungannya dalam pendidikan terhadap suatu masalah
yang sering di hadapai oleh para guru kami memberikan saran bahwa
faktor pembawaan dan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan
manusia. Sifat, intelijensi dan bakat atau potensi-potensi individu yang
dapat memberikan perkembangan individu seseorang. Selain faktor
pembawaan tersebut, lingkungan juga sangat mempengaruhi
perkembangan. Orang tua hendaknya dari sejak dini mengenalkan
lingkungan yang baik kepada anak-anak. Disebabkan, lingkungan
sekarang ini ada juga yang kurang baik dan bisa berdampak negatif bagi
perkembangan anak-anak. Dan ada baiknya pula, jika orang tua juga
berperan dalam mengawasi perkembangan anaknya, karena sekarang ini
ada juga orang tua yang kurang mengawasi anaknya dikarenakan sibuk
bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Nur Unbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1991.
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
John Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Sulthon, Ilmu Pendidikan, Kudus: Media Enterprise, 2011.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja
Rosdakarya,2000.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Ramayulis, Ilmu Pendidikam Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1998.

Anda mungkin juga menyukai