Anda di halaman 1dari 23

Eon Hadean dan Arkean[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hadean dan Arkean

Eon pertama dalam sejarah Bumi, Hadean, dimulai saat proses pembentukan Bumi dan
diikuti oleh eon Arkean pada 3,8 miliar tahun yang lalu.[2]:145 Batu tertua yang ditemukan di
Bumi berumur sekitar 4 miliar tahun, dan serpihan kristal zirkon di dalam batu tertua yang
ditemukan berumur sekitar 4,4 miliar tahun,[16][17][18] tak lama setelah pembentukan kerak
Bumi dan Bumi itu sendiri. Menurut hipotesis tubrukan besar, pembentukan Bulan terjadi
tidak lama setelah terbentuknya kerak Bumi, saat Bumi muda tertabrak oleh protoplanet yang
berukuran lebih kecil, sehingga melontarkan mantel dan kerak Bumi ke luar angkasa dan
membentuk Bulan.[19][20][21]

Dari jumlah kawah yang terdapat di benda langit lain, disimpulkan bahwa periode tumbukan
meteorit yang intens, yang disebut dengan Pengeboman Berat Akhir dimulai sekitar 4,1–
3,8 miliar tahun yang lalu pada akhir Hadean.[22] Selain itu, banyak terdapat letusan gunung
berapi disebabkan oleh perpindahan panas serta gradien panas bumi.[23] Meski demikian,
kristal zirkon detrital berumur 4,4 miliar tahun menunjukkan bukti bahwa kristal tersebut
telah mengalami kontak dengan air yang berada dalam kondisi cair. Hal ini menunjukkan
bahwa Bumi telah memiliki samudra atau laut pada saat itu.[16]

Pada awal Arkean, suhu Bumi sudah cukup dingin. Bentuk kehidupan masa kini tidak dapat
hidup di atmosfer Arkean yang miskin oksigen serta memiliki lapisan ozon yang tipis.
Namun, diyakini bahwa kehidupan purba mulai berkembang pada awal Arkean, dengan
ditemukannya fosil berumur sekitar 5,3 miliar tahun.[24] Beberapa ilmuwan bahkan
berspekulasi bahwa kehidupan bisa dimulai sejak masa Hadean awal, sekitar 4,4 miliar tahun
yang lalu.[25]

Pembentukan Bulan[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bulan, Asal mula Bulan, dan Hipotesis tubrukan
besar

Ilustrasi terbentuknya bulan yang disebabkan tumbukan antara protoplanet dengan Bumi.

Bulan yang merupakan satu-satunya satelit alami Bumi, berukuran relatif lebih besar terhadap
ukuran planet yang diorbitnya jika dibandingkan dengan satelit lain di Tata Surya.[nb 1]
Selama program Apollo, bebatuan dari permukaan Bulan dibawa ke Bumi. Penanggalan
radiometrik dari bebatuan ini telah menunjukkan bahwa Bulan berusia 4,53 ± .01 miliar
tahun,[28] setidaknya 30 juta tahun setelah terbentuknya Tata Surya.[29] Bukti terbaru
menunjukkan Bulan terbentuk pada masa yang lebih baru, sekitar 4,48 ± 0.02 miliar tahun
yang lalu atau 70–110 juta tahun setelah terbentuknya Tata Surya.[30]

Teori pembentukan Bulan harus dapat menjelaskan beberapa fakta berikut.

Pertama, Bulan memiliki densitas yang rendah (3,3 kali dibanding air, sementara
bumi 5,5 kali dibanding air[31]) dan inti logam yang kecil.
Kedua, Bulan hampir tidak mengandung air atau bahan yang mudah menguap
lainnya.
Ketiga, Bumi dan Bulan memiliki jejak isotopik oksigen (kelimpahan relatif dari
isotop oksigen) yang sama.

Dari teori-teori yang telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini, hanya satu yang
diterima secara luas yakni hipotesis tubrukan besar yang mengatakan bahwa bulan terbentuk
dari sebuah benda langit seukuran Mars menghantam bumi yang baru terbentuk.[1]:256[32][33]

Tabrakan ini memiliki tenaga 100 juta kali lebih besar dari tabrakan yang menyebabkan
kepunahan dinosaurus. Tenaga ini cukup untuk menguapkan sebagian lapisan luar bumi dan
menyatukan kedua bagian yang bertabrakan.[32][1]:256 Sebagian dari bahan mantel terlempar ke
orbit di sekitar Bumi. Hipotesis tubrukan besar menduga bahwa Bulan kehabisan materi
logam;[34] hal ini menjelaskan komposisinya yang abnormal.[35] Materi yang terlempar ke
dalam orbit Bumi dapat berkumpul menjadi satu bagian dalam beberapa minggu, di bawah
pengaruh gravitasinya sendiri; materi tersebut semakin lama akan memiliki bentuk yang
bulat.[36]

Benua pertama[sunting | sunting sumber]

Peta geologi Amerika Utara, kode warna berdasarkan usia. Warna merah dan pink
menunjukkan batuan dari eon Arkean.

Mantel konveksi, proses yang mendorong lempeng tektonik saat ini, adalah hasil dari aliran
panas dari dalam bumi ke permukaan bumi.[37]:2 Termasuk juga penciptaan lempeng tektonik
di pegunungan di tengah laut. Lempeng ini dihancurkan oleh subduksi ke dalam mantel di
zona subduksi. Pada awal eon Arkean (sekitar 3,0 miliar tahun yang lalu) mantel itu jauh
lebih panas daripada sekarang, mungkin sekitar 1600° C,[38]:82 sehingga proses konveksi
dalam mantel terjadi lebih cepat.
Kerak bumi mulai terbentuk ketika permukaan bumi mulai memadat, menghilangkan bekas-
bekas pergeseran lempeng tektonik Hadean serta dampak dari tumbukan yang terjadi.
Namun, diperkirakan kerak tersebut memiliki komposisi Basalt seperti Kerak samudera yang
ada sekarang.[1]:258 Potongan kerak benua besar yang pertama, muncul pada akhir masa
Hadean, sekitar 4 miliar tahun yang lalu. Bagian yang tersisa dari benua pertama yang kecil
ini disebut kraton. Potongan-potongan yang terjadi pada akhir Hadean sampai awal Arkean
membentuk inti lempengan yang sampai sekarang tumbuh menjadi benua.[39]

Batuan tertua di Bumi ditemukan di Laurentia, Kanada, yang berupa tonalit yang berumur
sekitar 4 miliar tahun. Bebatuan ini menunjukkan jejak metamorfosis oleh suhu tinggi, juga
biji-bijian sedimen yang telah terkikis oleh erosi selama terbawa oleh air, yang menunjukkan
adanya sungai dan laut pada masa itu.[40]

Lautan dan atmosfer[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Asal usul air di Bumi

Grafik menunjukkan perkiraan tekanan parsial oksigen atmosfer sepanjang waktu geologi.[41]

Bumi biasanya diuraikan memiliki tiga atmosfer. Atmosfer pertama diperoleh dari nebula
surya, terdiri dari unsur-unsur ringan (atmofil) dari nebula surya, sebagian besar merupakan
hidrogen dan helium. Kombinasi dari angin matahari dan panas bumi akhirnya
menghempaskan atmosfer ini, yang mengakibatkan habisnya atmosfer ini.[42] Setelah
terjadinya tumbukan, Bumi yang berbentuk cair melepaskan gas volatil, dan gas-gas lainnya
dikeluarkan oleh gunung berapi, membentuk atmosfer kedua yang kaya gas rumah kaca
namun miskin oksigen.[1]:256 Akhirnya, atmosfer ketiga yang kaya oksigen muncul ketika
bakteri mulai menghasilkan oksigen sekitar 2,8 miliar tahun yang lalu.[43]:83–84,116–117

Dalam model awal pembentukan atmosfer dan laut, atmosfer kedua terbentuk karena
pengeluaran gas volatil dari interior Bumi. Anggapan ini sekarang berubah, sebab volatil
diperkirakan banyak dikeluarkan selama akresi dalam sebuah proses yang dikenal sebagai
pengawagasan tubrukan. Anggapan ini memperkirakan lautan dan atmosfer sudah mulai
terbentuk pada tahap pembetukan bumi.[44] Atmosfer yang terbentuk kemungkinan berisi uap
air, karbon dioksida, nitrogen, dan sejumlah kecil gas-gas lainnya.[45]

Planetisimal dalam jarak 1 satuan astronomi (AU), jarak Bumi dari Matahari, kemungkinan
tidak berpengaruh terhadap pengadaan air di Bumi, karena nebula surya terlalu panas untuk
mendukung pembentukan es dan hidrasi bebatuan oleh uap air memerlukan waktu yang
terlalu lama.[44][46] Air kemungkinan besar berasal dari meteorit yang ada di sabuk luar
asteroid serta beberapa embrio planet besar yang jaraknya lebih dari 2,5 AU.[44][47] Komet
mungkin juga berkontribusi terhadap pengadaan air di Bumi. Meskipun sebagian besar komet
saat ini mengorbit Matahari pada jarak yang jauh, namun simulasi komputer menunjukkan
bahwa pada awalnya komet-komet tersebut mengorbit Matahari pada jarak yang lebih
dekat.[40]:130-132

Seiring Bumi mulai mendingin, awan-awan mulai terbentuk. Akhirnya hujan menciptakan
lautan. Bukti terbaru menunjukkan lautan mungkin telah terbentuk 4,4 miliar tahun yang
lalu.[16] Pada awal eon Arkean, lautan sudah menutupi Bumi. Formasi awal ini sulit dijelaskan
karena ada masalah yang dikenal sebagai paradoks Matahari muda yang redup. Bintang
diketahui akan bertambah terang dengan bertambahnya usia, dan pada saat pembentukannya,
Matahari hanya memancarkan 70% dari daya saat ini. Banyak model memprediksi bahwa
Bumi pernah tertutup oleh es.[48][44] Solusi yang memungkinkan adalah, bahwa ada banyak
karbon dioksida dan metana yang menghasilkan efek rumah kaca. Karbon dioksida mungkin
dihasilkan oleh gunung berapi, dan metana dihasilkan oleh mikroba. Gas rumah kaca lainnya,
yaitu amonia mungkin juga dikeluarkan oleh gunung berapi, namun dihancurkan secara cepat
oleh radiasi ultraviolet.[43]:83

Asal mula kehidupan[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Evolusi

Salah satu manfaat terbentuknya atmosfer dan lautan adalah tersedianya kondisi yang dapat
menunjang adanya kehidupan. Ada banyak model yang menggambarkan asal mula
kehidupan, namun masih sedikit konsensus tentang bagaimana kehidupan muncul dari bahan
kimia. Percobaan yang dibuat di laboratorium masih belum dapat mengungkap tentang hal
ini.[49][50]

Tahap awal munculnya kehidupan kemungkinan dipicu dengan adanya reaksi kimia yang
menghasilkan senyawa organik sederhana, termasuk nukleobasa serta asam amino yang
merupakan meteri penyusun kehidupan. Sebuah percobaan yang dilakukan oleh Stanley
Miller dan Harold Urey pada tahun 1953 menunjukkan bahwa molekul tersebut bisa
terbentuk dalam lingkungan air, metana, amonia dan hidrogen dengan bantuan percikan
bunga api, untuk meniru efek petir.[51] Meskipun komposisi atmosfer mungkin berbeda dari
komposisi yang digunakan oleh Miller dan Urey, percobaan lebih lanjut dilakukan dengan
komposisi yang lebih mendekati kondisi sesungguhnya, juga berhasil mensintesis molekul
organik.[52] Simulasi komputer terbaru menunjukkan bahwa molekul organik di luar bumi
dapat terbentuk dalam piringan protoplanet sebelum pembentukan bumi.[53]

Tahap berikutnya yang lebih kompleks bisa saja dicapai dari setidaknya tiga titik awal:[54]

Replikasi diri, kemampuan organisme untuk menghasilkan keturunan yang sangat


mirip dengan dirinya sendiri.
Metabolisme, kemampuan untuk memberi makan dan memperbaiki diri sendiri.
Membran sel eksternal, yang memungkinkan makanan masuk dan limbah hasil
pencernaan terbuang.

Replikasi pertama: Dunia RNA[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hipotesis dunia RNA


Replikator pada hampir semua bentuk kehidupan yang diketahui di Bumi adalah asam
deoksiribonukleat. DNA jauh lebih kompleks daripada replikator asli dan sistem replikasi
yang sangat rumit.

Anggota paling sederhana dari tiga domain modern pun menggunakan DNA untuk merekam
informasi genetika dan susunan RNA yang kompleks serta molekul protein untuk "membaca"
petunjuk tersebut dan menggunakannya untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan replikasi diri.

Penemuan yang menjelaskan bahwa jenis molekul RNA yang disebut ribozim dapat
mengkatalisis baik replikasi sendiri maupun pembuatan protein membuka hipotesis baru yang
mengatakan bahwa bentuk kehidupan awal sepenuhnya didasarkan pada RNA.[55] Mereka
bisa membentuk dunia dunia RNA di mana ada individu tetapi tidak ada spesies, seperti
mutasi dan transfer gen horizontal yang diartikan bahwa keturunan dalam setiap generasi
cenderung memiliki genom yang berbeda dari induknya.[56] RNA kemudian diganti oleh
DNA, yang lebih stabil sehingga dapat mempertahankan genom untuk waktu yang lebih
lama.[57] Ribozim tetap menjadi komponen utama ribosom, yang merupakan "pabrik protein"
sel modern.[58]

Meskipun, molekul RNA yang dapat mereplikasi diri telah dapat diproduksi di
laboratorium,[59] namun tetap ada keraguan tentang apakah kemungkinan mensintesis RNA
non-biologis.[60][61][62] Ribozim awal kemungkinan terbentuk dari asam nukleat sederhana
seperti PNA, TNA atau GNA, yang akan digantikan kemudian oleh.[63][64] Replikator pra-
RNA lainnya telah dikemukakan, termasuk kristal[65]:150 dan bahkan sistem kuantum.[66]

Pada tahun 2003 diusulkan bahwa presipitasi sulfida logam berpori akan membantu sintesis
RNA pada suhu sekitar 100° C. Dalam hipotesis ini, membran lipid akan menjadi komponen
sel besar terakhir yang muncul dan terbatas pada pori-pori sampai mereka melakukan
protosel.[67]

Metabolisme pertama: Dunia besi-belerang[sunting | sunting sumber]


Hipotesis lain yang bertahan cukup lama mengatakan bahwa kehidupan awal terdiri dari
molekul protein. Asam amino, blok yang membangun protein mudah disintesis dalam kondisi
prebiotik, seperti peptida kecil (polimer asam amino) yang membuat katalis yang baik.[68]:295–
297
Serangkaian percobaan dimulai pada tahun 1997 menunjukkan bahwa asam amino dan
peptida bisa terbentuk dengan adanya karbon monoksida dan hidrogen sulfida, dengan besi
sulfida dan nikel sulfida sebagai katalis. Sebagian besar langkah tersebut membutuhkan suhu
100° C dan tekanan yang sedang, meskipun ada satu tahap yang memerlukan suhu 250° C
dan tekanan yang setara dengan tekanan bebatuan pada kedalaman 7 kilometer. Oleh karena
tempat yang memungkinkan terjadinya sintesis protein mandiri berada di dekat lubang
hidrotermal.[69]

Kesulitan yang dihadapi dalam membuat skenario metabolisme pertama adalah menemukan
cara bagi organisme tersebut untuk berkembang. Tanpa kemampuan untuk mereplikasi
sebagai individu, agregat molekul akan memiliki "genom komposisi" (jumlah spesies
molekular dalam agregat) sebagai sasaran seleksi alam. Namun, model percobaan terbaru
menunjukkan bahwa sistem tersebut tidak dapat berkembang sebagai respon terhadap seleksi
alam.[70]

Membran pertama: Dunia lipid[sunting | sunting sumber]

= bungkul penarik air molekul lipid

= serabut penolak air

Penampang liposom.

Gelembung lipid berdinding ganda seperti yang membentuk membran sel luar dianggap
sebagai langkah awal yang penting.[71] Percobaan yang mensimulasikan kondisi awal Bumi
diketahui telah mampu membentuk lipid, dan secara spontan membentuk liposom—
gelembung berdinding ganda—yang mampu memperbanyak diri. Meskipun tidak secara
intrinsik membawa informasi seperti asam nukleat, namun liposom ini akan mengalami
seleksi alam yang menentukan umur dan kemampuan reproduksi. Asam nukleat seperti RNA
lebih mudah terbentuk di dalam liposom dari pada di luar liposom.[72]

Teori Tanah Liat[sunting | sunting sumber]

Beberapa tanah liat, terutama montmorilonit, memiliki sifat yang menjadikannya akselerator
yang memungkinkan munculnya dunia RNA: mereka tumbuh dengan mereplikasi diri pola
garis kristal mereka, menjadi bagian dari seleksi alam, dan dapat mengkatalisis pembentukan
molekul RNA.[73] Meskipun ide ini belum menjadi konsensus ilmiah, namun banyak ilmuwan
yang mendukung ide ini.[74]:150–158[65]

Penelitian pada tahun 2003 melaporkan bahwa montmorilonit juga bisa mempercepat
konversi asam lemak ke dalam "gelembung", dan bahwa gelembung bisa membungkus RNA
melekat pada tanah liat. Gelembung tersebut kemudian dapat tumbuh dengan menyerap lipid
tambahan dan membelah. Pembentukan awal sel kemungkinan terjadi melalui proses yang
serupa.[75]

Hipotesis serupa mengatakan replikasi diri tanah liat yang kaya zat besi sebagai nenek
moyang nukleotida, lipid dan asam amino.[76]

Nenek moyang terakhir[sunting | sunting sumber]

Morfologi tiga jenis mikrofosil yang berasal dari eon Arkean.


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Leluhur universal terakhir

Ilmuwan meyakini bahwa dari keanekaragaman protosel ini, hanya satu garis keturunan yang
berhasil selamat. Bukti filogeni saat ini menunjukkan bahwa nenek moyang terakhir (LUCA)
hidup pada awal eon arkean, yang diperkirakan 3,5 miliar tahun yang lalu atau
sebelumnya.[77][78] LUCA merupakan nenek moyang dari semua kehidupan di bumi saat ini.
Diperkirakan LUCA merupakan sebuah Prokariota yang memiliki membran sel dan
kemungkinan sebuah ribosom, tapi kurang memiliki inti sel atau ikatan membran organel
seperti mitokondria atau kloroplas. Seperti semua sel modern, LUCA menggunakan DNA
sebagai kode genetik, RNA untuk transfer informasi dan sintesis protein, dan enzim untuk
mengkatalisis reaksi. Beberapa ilmuwan percaya bahwa bukan organisme tunggal yang
menjadi nenek moyang terakhir kehidupan, melainkan ada populasi organisme yang bertukar
gen melalui transfer gen horizontal.[77]

Eon Proterozoikum[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proterozoikum
Eon Proterozoikum berlangsung dari 2,5 miliar hingga 542 juta tahun yang lalu.[2]:130 Dalam
rentang waktu tersebut, kraton berkembang menjadi benua-benua dengan ukuran mutakhir.
Perubahan atmosfer yang kaya oksigen juga merupakan perkembangan krusial. Kehidupan
berkembang dari prokariota menjadi eukariota dan bentuk multiseluler. Pada Proterozoikum
terjadi dua zaman es parah yang disebut bumi bola salju. Setelah Bumi Bola Salju terakhir
usai sekitar 600 juta tahun lalu, evolusi kehidupan di Bumi terjadi secara cepat. Sekitar
580 tahun lalu, biota Ediakara menjadi pendahuluan bagi Ledakan Kambrium.

Revolusi oksigen[sunting | sunting sumber]

Stromatolit yang membatu di pesisir Danau Thetis, Australia Barat. Stromatolit arkean
merupakan fosil jejak kehidupan pertama di Bumi.

Sel-sel purba menyerap energi dan makanan dari lingkungan di sekitarnya. Mereka
menggunakan fermentasi (pemecahan senyawa lebih kompleks menjadi senyawa kurang
kompleks dengan sedikit energi) dan menggunakan energi yang dibebaskan untuk tumbuh
dan berkembang biak. Fermentasi hanya dapat terjadi dalam lingkungan anaerobik (tanpa
oksigen). Evolusi fotosintesis memungkinkan sel-sel untuk membuat makanannya
sendiri.[79]:377

Sebagian besar kehidupan yang berada di permukaan Bumi bergantung secara langsung atau
tak langsung pada fotosintesis. Bentuk yang paling umum, yaitu fotosintesis oksigen,
mengubah karbon dioksida, air, dan cahaya matahari menjadi makanan. Dalam proses
tersebut terjadi penangkapan energi cahaya Matahari ke dalam molekul kaya energi seperti
ATP, yang kemudian menyediakan energi untuk menciptakan gula. Untuk menyuplai
elektron dalam prosesnya, maka hidrogen dipisahkan dari air, sehingga oksigen dibuang.[80]
Sejumlah organisme, seperti bakteri ungu dan bakteri belerang hijau, mengadakan
fotosintesis tanpa oksigen yang menggunakan pengganti hidrogen dari air sebagai pendonor
elektron; contohnya hidrogen sulfida, belerang, dan besi. Organisme macam itu hidup di
lingkungan ekstrem seperti mata air panas dan lubang hidrotermal.[79]:379–382[81]

Bentuk anoksigenik yang lebih sederhana muncul sekitar 3,8 miliar tahun lalu, tak lama
setelah munculnya kehidupan. Masa permulaan fotosintesis oksigenik lebih kontroversial;
bukti memastikan kemunculannya sekitar 2,4 miliar tahun lalu, namun sejumlah peneliti
menyatakan masa yang lebih jauh lagi sekitar 3,2 miliar tahun lalu.[80] Masa yang labih jauh
"mungkin meningkatkan produktivitas global setidaknya dua atau tiga kali lipat."[82][83] Fosil
stromatolit merupakan salah satu sisa-sisa makhluk hidup penghasil oksigen tertua di
dunia.[82][83][41]
Pada awalnya, oksigen yang dilepas ke udara terikat dengan kapur, besi, dan mineral lainnya.
Besi teroksidasi tampak sebagai lapisan merah dalam lapisan geologis yang disebut formasi
besi terangkai yang terbentuk dalam kelimpahan selama periode Siderium (antara 2500 juta
tahun lalu dan 2300 juta tahun lalu).[2]:133 Saat sebagian besar mineral teroksidasi, akhirnya
oksigen mulai terakumulasi di atmosfer. Meskipun tiap sel hanya menghasilkan oksigen
dalam jumlah kecil, kombinasi metabolisme dari banyak sel dalam waktu lama mengubah
atmosfer Bumi menjadi seperti saat ini. Atmosfer tersebut merupakan atmosfer bumi
ketiga.[84]:50–51[43]:83–84,116–117

Beberapa oksigen terstimulasi oleh radiasi ultraviolet sehingga membentuk ozon, yang
berkumpul di lapisan dekat bagian atas atmosfer. Lapisan ozon menyerap jumlah radiasi
ultraviolet signifikan yang memasuki atmosfer Bumi. Hal tersebut memungkinkan sel-sel
untuk hidup di permukaan samudra dan kemudian di daratan: tanpa lapisan ozon, radiasi
ultraviolet yang menghujani daratan dan lautan akan mengakibatkan mutasi tak terkendali
pada sel-sel yang terekspos.[85][40]:219–220

Fotosintesis juga memiliki peran besar. Oksigen bersifat racun; sebagian besar kehidupan
awal di Bumi mati karena level oksigen meningkat dalam peristiwa yang dikenal sebagai
bencana oksigen. Makhluk yang resistan bertahan hidup dan berkembang, dan beberapa
darinya mengembangkan kemampuan pemanfaatan oksigen untuk peningkatan metabolisme
dan memperoleh lebih banyak energi dari makanan yang sama.[85]

Bumi Bola Salju[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi Bumi Bola Salju; bumi yang tertutup salju dari kutub hingga khatulistiwa.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bumi Bola Salju

Evolusi alami menyebabkan Matahari semakin terang selama eon Arkean dan Proterozoikum;
kecerahan Matahari bertambah sebanyak 6% setiap miliaran tahun.[40]:165 Akibatnya, Bumi
mulai menerima kehangatan dari Matahari pada eon Proterozoikum. Meski demikian, Bumi
tidak serta-merta menghangat. Sebaliknya, rekaman geologis mengindikasikan bahwa Bumi
mendingin drastis selama awal Proterozoikum. Sisa-sisa zaman es yang ditemukan di Afrika
Selatan terhitung berusia 2,2 miliar tahun, yang pada masa itu—berdasarkan bukti
paleomagnetis—wilayah tersebut seharusnya terletak di dekat khatulistiwa. Maka dari itu,
glasiasi tersebut—dikenal sebagai glasiasi Makganyene—pasti terjadi secara global.
Sejumlah ilmuwan mendukung teori itu dan zaman es Proterozoikum berlangsung secara
parah sehingga Bumi beku total dari kutub hingga khatulistiwa: hipotesis yang disebut Bumi
Bola Salju.[86]
Zaman es sekitar 2,3 miliar tahun lalu dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi oksigen
di atmosfer secara langsung, mengakibatkan penurunan metana (CH4) di atmosfer. Metana
merupakan gas rumah kaca yang kuat, namun dengan kehadiran oksigen maka ia akan
bereaksi untuk membentuk CO2, gas rumah kaca yang kurang efektif.[40]:172 Saat oksigen
bebas tersedia di atmosfer, konsentrasi metana juga menurun drastis, cukup memungkinkan
untuk menolak peningkatan hawa panas yang diberikan Matahari.[87]

Munculnya eukariota[sunting | sunting sumber]

Kloroplas dalam sel-sel lumut. Kloroplas merupakan sel yang dapat berfungsi sebagaimana
organ (organel). Kehidupan eukariota di Bumi diawali oleh kemunculan organel semacam
ini.

Taksonomi modern mengklasifikasikan kehidupan ke tiga domain. Waktu asal domain ini
tidak pasti. Domain bakteri mungkin awalnya memisahkan diri dari bentuk-bentuk kehidupan
lainnya (kadang-kadang disebut neomura), tapi anggapan ini masih kontroversial. Segera
setelah bakteri memisahkan diri, dalam kurun waktu 2 miliar tahun,[88] neomura terpecah
menjadi arkea dan eukariota. Sel eukariota berukuran lebih besar dan lebih kompleks
dibandingkan sel prokariotik (bakteri dan arkea), dan menjadi awal kehidupan kompleks yang
ada sekarang.

Pada kisaran waktu tersebut, protomitokondria pertama terbentuk. Sel bakteri yang
berkerabat dengan rickettsia yang ada saat ini,[89] telah berevolusi untuk memetabolisme
oksigen, memasuki sel prokariotik lebih besar yang tidak memiliki kemampuan itu.
Kemungkinan sel yang lebih besar berusaha untuk mencerna sel yang lebih kecil tetapi gagal.
Sel yang lebih kecil mungkin telah mencoba untuk menjadi parasit bagi sel yang lebih besar.
Dalam banyak kasus, sel yang lebih kecil dapat menyelamatkan diri di dalam sel yang lebih
besar. Dengan menggunakan oksigen, ia memetabolisme kotoran dari sel yang lebih besar
dan mendapat lebih banyak energi. Sisa energi ini dikembalikan ke sel inangnya. Sel yang
lebih kecil berbiak di dalam sel yang lebih besar. Hal ini menciptakan simbiosis antara sel
yang lebih besar dan sel yang lebih kecil, dan kedua jenis sel tersebut menjadi saling
tergantung satu sama lainnya. Sel yang lebih besar tidak dapat bertahan hidup tanpa energi
yang dihasilkan sel yang lebih kecil, demikian juga sel yang lebih kecil tidak dapat bertahan
hidup tanpa bahan baku yang disediakan oleh sel yang lebih besar. Keseluruhan sel ini
kemudian diklasifikasikan sebagai organisme tunggal, sedangkan sel yang lebih kecil
diklasifikasikan sebagai organel yang disebut mitokondria.[90]
Sebuah fosil Spriggina floundensi berusia 580 juta tahun, binatang dari periode Ediakarium.
Bentuk kehidupan semacam itu bisa saja menjadi nenek moyang berbagai bentuk kehidupan
baru yang berasal dari Letusan Kambrium.

Peristiwa serupa terjadi pada fotosintesis cyanobacteria[91] memasuki sel heterotrof besar dan
menjadi kloroplas.[84]:60–61[92]:536–539 Kemungkinan sebagai hasil dari perubahan ini, sebaris sel
yang mampu melakukan fotosintesis terpisah dari eukariota yang lain pada waktu lebih dari 1
miliar tahun yang lalu. Selain teori endosimbiotik yang sudah dikenal luas mengenai
pembentukan sel mitokondria dan kloroplas, ada teori lain yang mengatakan bahwa sel-sel
tersebut menimbulkan peroksisom, spiroket menimbulkan silia dan flagelum dan
kemungkinan virus DNA menimbulkan inti sel,[93][94] meskipun tidak ada dari teori-teori
tersebut yang dikenal luas.[95]

Arkea, bakteri, dan eukariota terus melakukan diversifikasi dan menjadi lebih kompleks serta
beradaptasi lebih baik terhadap lingkungan. Setiap domain terpecah menjadi garis keturunan
berulang kali, meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang sejarah arkea dan bakteri.
Sekitar 1,1 miliar tahun yang lalu, benua raksasa Rodinia mulai terbentuk.[96][97] Tumbuhan,
hewan, dan fungi telah terpisah, meskipun mereka masih berstatus sebagai sel soliter.
Beberapa tinggal dalam koloni, dan secara bertahap mulai terjadi pembagian kerja, misalnya
sel-sel yang terletak di sisi sebelah luar mengambil peran yang berbeda dari sel-sel yang
terletak di sebelah dalam. Meskipun pembagian antara koloni dengan sel khusus dan
organisme multiseluler tidak selalu jelas, sekitar 1 miliar tahun yang lalu[98] tanaman
multiseluler muncul untuk pertama kalinya, kemungkinan seperti ganggang hijau.
Diperkirakan sekitar 900 juta tahun yang lalu[92]:488 organisme multiseluler sejati juga telah
berevolusi sebagai hewan. Pada awalnya mungkin mirip spons yang ada saat ini, yang
memiliki sel totipotensi yang memungkinkan organisme yang terganggu untuk berkumpul
kembali.[92]:483-487 Setelah pembagian kerja selesai pada semua lini organisme multiseluler,
sel-sel menjadi lebih khusus dan lebih tergantung pada satu sama lain, sel-sel yang terisolasi
akan mati.

Benua raksasa pada Proterozoikum[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Daftar benua raksasa


Rekonstruksi benua raksasa Pannotia (warna kuning) pada masa 550 juta tahun yang lalu.

Rekonstruksi pergerakan lempeng tektonik pada 250 juta tahun terakhir (era Kenozoikum dan
mesozoikum) dapat dilakukan dengan mencocokkan benua, anomali magnetik dasar laut, dan
kutub paleomagnetik. Tidak ditemukan kerak samudera yang terbentuk sebelum waktu
tersebut, sehingga rekonstruksi sebelum waktu tersebut sulit untuk dilakukan. Kutub
paleomagnetik dilengkapi dengan bukti-bukti geologi seperti sabuk orogenik, yang menandai
tepi lempeng kuno, dan distribusi flora dan fauna pada masa lalu.[99]:370

Sepanjang sejarah bumi, ada saat-saat ketika benua bertabrakan dan membentuk benua
raksasa, yang kemudian pecah menjadi benua baru. Sekitar 1000–830 juta tahun, benua yang
paling luas bersatu membentuk benua raksasa Rodinia.[99]:370[100] Sebelum Rodinia terbentuk,
kemungkinan telah terbentuk terlebih dahulu Columbia atau Nuna pada awal sampai
pertengahan Proterozoikum.[99]:374[101][102]

Setelah Rodinia pecah sekitar 800 juta tahun, benua-benua tersebut kemungkinan telah
membentuk benua raksasa lain yang berumur pendek, Pannotia pada 550 juta tahun. Hipotetis
benua raksasa sering kali mengacu pada Pannotia atau Vendia.[103]:321–322 Bukti yang
memperkuat adalah fase tabrakan benua yang dikenal sebagai orogeni Pan-Afrika, yang
bergabung dengan massa benua Afrika saat ini, Amerika Selatan, Antartika dan Australia.
Keberadaan Pannotia ditentukan oleh waktu terjadinya retakan antara Gondwana (yang
termasuk sebagian besar daratan di belahan bumi selatan, serta Semenanjung Arab dan anak
benua India) dan Laurentia (kira-kira setara dengan Amerika Utara sekarang).[99]:374 Hal ini
meyakinkan bahwa pada akhir eon Proterozoikum, sebagian besar massa benua bergabung
dalam posisi di sekitar kutub selatan.[104]

Iklim dan kehidupan Proterozoikum Akhir[sunting | sunting sumber]


Pennatulacea merupakan salah satu ordo animalia tertua di Bumi, yang sudah ada sejak
Ediakarium (k. 635 juta tahun lalu) hingga Holosen (masa kini).

Pada akhir eon Proterozoikum, Bumi setidaknya mengalami dua kali peristiwa Bumi Bola
Salju yang sedemikian parah sehingga permukaan laut benar-benar membeku. Kejadian ini
terjadi sekitar 716,5 dan 635 juta tahun yang lalu, pada periode Kriogenium.[105] Intensitas
dan mekanisme kedua proses glasial tersebut masih dalam penyelidikan dan lebih sulit
dijelaskan dibandingkan peristiwa Bumi bola salju yang terjadi pada eon Proterozoikum.[106]
Kebanyakan Paleoklimatologi berpikir peristiwa Bumi Bola Salju berhubungan dengan
pembentukan benua raksasa Rodinia.[107] Karena Rodinia berada di tengah khatulistiwa,
tingkat pelapukan kimia meningkat dan karbon dioksida (CO2) diambil dari atmosfer. Karena
CO2 merupakan gas rumah kaca yang penting, maka terjadilah pendinginan cuaca secara
global. Dengan cara yang sama selama periode Bumi bola salju sebagian besar permukaan
benua tertutup dengan permafrost yang kembali menurunkan pelapukan kimia, sehingga
meningkatkan pembentukan es. Ada hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa ada cukup
banyak karbon dioksida yang keluar melalui lubang vulkanik menghasilkan efek rumah kaca
yang meningkatkan suhu global.[107] Peningkatan aktivitas vulkanik ini dihasilkan oleh
pecahnya Rodinia pada kisaran waktu yang sama.

Periode Kriogenium diikuti oleh periode Ediakarium yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan bentuk kehidupan multiseluler.[108] Hubungan antara akhir jamas es dan
peningkatan keanekaragaman kehidupan belum bisa ditentukan dengan jelas, meskipun
tampaknya hal itu bukan sesuatu yang kebetulan. Bentuk baru kehidupan, yang disebut biota
Ediakarium, menjadi lebih besar dan lebih beragam dari sebelumnya. Meskipun taksonomi
sebagian besar biota Ediakara tidak jelas, sebagian darinya merupakan nenek moyak
kehidupan modern.[109] Perkembangan yang penting adalah asal mula sel otot dan sel saraf.
Tidak satupun fosil dari periode Ediakarium yang memiliki bagian tubuh yang keras seperti
kerangka. Biota ediakarium muncul pertama kali pada perbatasan eon Proterozoikum dan
Fanerozoikum atau periode Ediakarium dan Kambrium.

Eon Fanerozoikum[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fanerozoikum
Rekonstruksi salah satu tumbuhan berpembuluh pertama di Bumi, dari genus Cookconia,
hidup pada pertengahan Silur hingga Devon Awal, sekitar 433–393 juta tahun lalu. Sejak
periode Devon, daratan dikolonisasi oleh tumbuhan darat.

Fanerozoikum adalah eon yang sedang berjalan saat ini di Bumi. Eon ini dimulai sekitar 542
juta tahun yang lalu. Eon ini dibagi menjadi tiga era—Paleozoikum, Mesozoikum dan
Kenozoikum,[3]—dan merupakan masa ketika kehidupan multiseluler terdiversifikasi sangat
luas ke hampir semua organisme yang dikenal saat ini.[110]

Era Paleozoikum[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Paleozoikum

Era Paleozoikum (yang berarti era bentuk kehidupan lampau) merupakan era pertama dan era
terpanjang eon Fanerozoikum, dimulai dari 542–251 juta tahun yang lalu.[3] Sepanjang era
ini, banyak kelompok kehidupan modern muncul. Kehidupan mengkolonisasi daratan,
diawali dengan tumbuhan, dan diikuti dengan binatang. Kehidupan perlahan-lahan
berevolusi. Pada masa itu, terjadi radiasi adaptif yang membentuk banyak spesies baru,
namun juga terjadi kepunahan massal. Ledakan evolusi ini sering kali disebabkan oleh
perubahan mendadak pada lingkungan yang terjadi akibat bencana alam seperti aktivitas
gunung berapi, tumbukan meteor ataupun perubahan iklim.

Benua-benua yang terbentuk akibat pecahnya Rodinia dan Pannotia pada akhir eon
Proterozoikum perlahan lahan bergerak bersama-sama lagi selama era Paleozoikum.
Pergerakan ini pada akhirnya membetuk benua raksasa Pangea pada akhir era Paleozoikum.

Letusan Kambrium[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Letusan Kambrium

Trilobit muncul pertama kali pada periode Kambrium dan merupakan organisme di era
Paleozoikum yang paling luas menyebar.

Dari catatan fosil yang ditemukan, tingkat evolusi kehidupan dipercepat pada periode
Kambrium (540–488 juta tahun yang lalu).[3] Munculnya banyak spesies, filum, serta bentuk
kehidupan baru secara tiba-tiba pada periode ini disebut letusan Kambrium. Kecepatan
tingkat evolusi ini sangat berbeda dibandingkan masa sebelum dan sesudahnya.[40]:229 Pada
periode Ediakarium bentuk kehidupan masih primitif dan tidak mudah untuk dimasukkan ke
dalam kelompok modern, namun pada akhir periode Kambrium filum yang paling modern
sudah hadir. Perkembangan anggota tubuh yang keras seperti kerang, kerangka, atau binatang
bercangkang luar seperti moluska, echinodermata, lili laut dan artropoda membuat proses
terjadinya fosil lebih mudah dibandingkan nenek moyangnya dari eon Proterozoikum. Hal ini
yang menyebabkan kehidupan pada periode Kambrium lebih banyak diketahui dibandingkan
kehidupan pada periode sebelumnya.

Selama periode Kambrium, muncul vertebrata pertama, di antaranya ikan.[92]:357 Makhluk


yang bisa jadi merupakan nenek moyang dari ikan, atau mungkin berkaitan erat dengan ikan
adalah pikaia. Pikaia memiliki notokorda primitif, sebuah struktur yang bisa berkembang
menjadi tulang punggung. Ikan pertama yang memiliki rahang (Gnathostomata) muncul pada
periode geologi berikutnya, Ordovisium. Kolonisasi relung baru menyebabkan
berkembangnya ukuran tubuh. Dengan cara ini ikan seperti Dunkleosteus dapat tumbuh
sampai sepanjang 7 meter.

Keragaman bentuk kehidupan tidak meningkat terus disebabkan oleh serangkaian kepunahan
massal.[111] Setelah masing-masing tahap kepunahan tersebut, paparan benua kembali
dipenuhi oleh bentuk kehidupan yang mirip yang kemungkinan berkembang perlahan-lahan
di tempat lain.[112] Pada akhir Kambrium, trilobit telah mencapai keragaman terbesar dan
mendominasi hampir seluruh bentuk fosil.[113]:34

Tektonik, paleogeografi, dan iklim Paleozoikum[sunting | sunting sumber]

Pangea adalah benua raksasa terakhir yang ada pada masa 300–180 juta tahun yang lalu.
Garis-garis besar benua modern dan daratan lainnya ditunjukkan pada peta ini.

Pada akhir eon Proterozoikum, benua raksasa Pannotia telah terpisah-pisah menjadi benua
kecil Laurentia, Baltica, Siberia dan Gondwana.[114] Selama periode saat benua-benua
tersebut bergerak memisah, lebih kerak samudera terbentuk oleh aktivitas gunung berapi.
Karena kerak vulkanik muda relatif lebih panas dan kurang padat dibandingkan kerak
samudera tua, dasar laut akan naik selama periode tersebut. Hal ini menyebabkan permukaan
laut naik. Oleh karena itu, pada paruh pertama era Paleozoikum, sebagian besar kawasan
benua berada di bawah permukaan laut.
Suhu pada awal era Paleozoikum lebih hangat dari iklim saat ini, namun pada akhir periode
Ordovisium mengalami zaman es yang singkat saat gletser menutupi kutub selatan, tempat
benua besar Gondwana. Pada akhir zaman es Ordovisium, terjadi beberapa kepunahan
massal, ketika banyak brachiopoda, trilobit, bryozoa, dan karang lenyap dari jejak fosil.
Spesies laut ini mungkin tidak bisa bertahan menghadapi penurunan suhu air laut.[115] Setelah
kepunahan tersebut, spesies baru berevolusi, lebih beragam dan lebih mampu beradaptasi.

Benua Laurentia dan Baltica bertabrakan antara 450–400 juta tahun yang lalu, membentuk
Laurussia (juga dikenal sebagai Euramerika).[116] Jejak dari tabrakan ini dapat ditemukan di
Skandinavia, Skotlandia dan Appalachia Utara. Pada periode Devon (416–359 juta tahun
yang lalu),[3] Gondwana dan Siberia mulai bergerak menuju Laurussia. Tabrakan Siberia
dengan Laurussia menyebabkan orogeni Uralia, tabrakan Gondwana dengan Laurussia
disebut orogeni Varisca atau Hercynia di Eropa, atau orogeni Alleghenia di Amerika Utara.
Tahap kedua berlangsung selama periode Karbon (359–299 juta tahun yang lalu) [3] dan
mengakibatkan pembentukan benua raksasa terakhir, Pangea.[117]

Kolonisasi daratan[sunting | sunting sumber]

Oksigen yang terakumulasi dari proses fotosintesis membentuk lapisan ozon yang menyerap
banyak radiasi sinar ultraviolet matahari. Hal ini membuat organisme uniseluler dapat
bertahan hidup lebih baik, dan prokariota mulai bertambah banyak dan makin mampu
beradaptasi untuk hidup di luar air. Keturunan prokariota[118] kemungkinan sudah mengkoloni
daratan sejak 2,6 miliar tahun yang lalu[119] bahkan sebelum eukariota muncul. Untuk waktu
yang lama, daratan tidak ditempati oleh organisme multiseluler. Benua raksasa Pannotia
terbentuk sekitar 600 juta tahun yang lalu dan kemudian pecah 50 juta tahun kemudian.[120]
Ikan—vertebrata paling awal—berkembang di lautan sekitar 530 juta tahun yang lalu.[92]:354
Sebuah peristiwa kepunahan besar terjadi mendekati akhir periode Kambrium,[121] yang
berakhir 488 juta tahun yang lalu.[122]

Beberapa ratus juta tahun yang lalu, tanaman (mungkin menyerupai ganggang) dan jamur
mulai tumbuh di tepi air, dan kemudian mulai keluar dari air.[123]:138–140 Fosil jamur tanah dan
tanaman tertua yang pernah ditemukan berasal dari masa 480–460 juta tahun yang lalu,
meskipun bukti molekuler menunjukkan jamur mungkin telah hidup di daratan 1000 juta
tahun yang lalu, sedangkan tanaman 700 juta tahun yang lalu.[124] Pada awalnya mereka tetap
dekat dengan tepi air. Akibat mutasi dan variasi, perlahan-lahan mereka mulai mengkoloni
lingkungan baru yang makin jauh dari air. Kapan hewan pertama meninggalkan lautan belum
diketahui secara tepat; bukti tertua yang paling jelas adalah artropoda dari 450 juta tahun
yang lalu.[125] Ada juga bukti lain, namun belum dikonfirmasi bahwa artropoda mungkin telah
muncul di daratan 530 juta tahun yang lalu.[126]

Evolusi tetrapoda[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi Tiktaalik, seekor ikan purba dengan sirip menyerupai anggota badan, leluhur dari
tetrapoda. Rekonstruksi dari fosil berusia sekitar 375 juta tahun.
Pada akhir periode Ordovisium, 443 juta tahun yang lalu,[3] terjadi lagi kepunahan masal,
mungkin disebabkan oleh zaman es.[115] Sekitar 380–375 juta tahun yang lalu, tetrapoda
pertama berevolusi dari ikan.[127] Diperkirakan bahwa sirip berevolusi menjadi anggota badan
yang memungkinkan tetrapoda pertama yang mengangkat kepala mereka keluar dari air
untuk menghirup udara. Hal ini memungkinkan mereka untuk hidup di air yang miskin
oksigen atau mengejar mangsa kecil di perairan dangkal.[127] Kemudian mereka berkelana di
darat untuk waktu yang singkat. Beberapa dari mereka dapat beradaptasi dengan keadaan di
darat dan menghabiskan hidup mereka di darat saat dewasa, meskipun mereka menetas di
dalam air dan kembali untuk bertelur. Inilah asal mula amfibi. Sekitar 365 juta tahun yang
lalu, periode kepunahan massal lainnya terjadi, yang kemungkinan disebabkan oleh
pendinginan global.[128] Tanaman berevolusi dengan menghasilkan biji, yang secara dramatis
mempercepat penyebaran mereka di darat, pada sekitar waktu ini (kira-kira 360 juta tahun
yang lalu).[129][130]

Sekitar 20 juta tahun kemudian (340 juta tahun yang lalu[92]:293–296), telur dengan cangkang
keras mulai berkembang, yang dapat diletakkan di tanah, memberikan manfaat kelangsungan
hidup bagi embrio tetrapoda. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara amniota dengan
amfibi. 30 juta tahun kemudian (310 juta tahun yang lalu[92]:254–256) terlihat perbedaan antara
synapsida (termasuk mamalia) dengan sauropsida (termasuk burung dan reptil). Kelompok-
kelompok lain organisme terus berkembang, dan garis penyimpangan pada ikan, serangga,
bakteri, dan sebagainya, meskipun secara detail tidak dikenali.

Era Mesozoikum[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mesozoikum

Dinosaurus merupakan vertebrata terestrial dominan pada sebagian besar rentang waktu
Mesozoikum.

Era Mesozoikum ("kehidupan pertengahan") berlangsung dari 251 juta tahun lalu hingga
66 juta tahun lalu.[3] Era ini terbagi menjadi periode Trias, Jura, dan Kapur. Era tersebut
diawali oleh peristiwa kepunahan Perm-Trias, peristiwa kepunahan paling parah yang
terekam dalam jejak fosil; 95% spesies di Bumi binasa.[131] Era tersebut diakhiri oleh
peristiwa kepunahan Kapur-Tersier yang membinasakan dinosaurus dari muka Bumi.
Peristiwa kepunahan Perm-Trias dapat disebabkan oleh kombinasi letusan gunung berapi di
Trap Siberia, tumbukan asteroid, gasifikasi metana hidrat, fluktuasi permukaan air laut, dan
peristiwa anoksik besar. Kawah Wilkes[132] di Antarktika atau struktur Bedout di barat daya
pesisir Australia dapat mengindikasikan hubungan antara tumbukan benda langit dengan
kepunahan Perm-Trias. Namun masih belum dapat dipastikan apakah fitur geologis tersebut
dan kawah-kawah lainnya merupakan kawah tumbukan yang sebenarnya atau sezaman
dengan peristiwa kepunahan Perm-Trias. Kehidupan masih bertahan, dan sekitar 230 juta
tahun lalu, dinosaurus diturunkan dari nenek moyang reptil.[133] Peristiwa kepunahan Trias-
Jura saat 200 juta tahun lalu menyisakan banyak dinosaurus,[3][134] dan akhirnya mereka
menjadi yang dominan di antara vertebrata. Meskipun beberapa garis keturunan mamalia
mulai bercabang pada periode ini, mamalia yang ada boleh jadi berukuran kecil menyerupai
tupai.[92]:169

Pada masa 180 juta tahun lalu, Pangea pecah menjadi Laurasia dan Gondwana. Batas antara
dinosaurus avian dan non-avian tidak jelas, namun Archaeopteryx dianggap sebagai salah
satu burung pertama di dunia, hidup sekitar 150 juta tahun lalu.[135] Bukti keberadaan
angiosperma berbunga tertua di dunia berasal dari periode Kapur, sekitar 20 juta tahun
kemudian (132 juta tahun lalu).[136] 66 juta tahun lalu, sebuah asteroid berukuran 10-
kilometre (6.2 mi) menumbuk Bumi, tepatnya di pesisir semenanjung Yucatán, lokasi kawah
Chicxulub yang dikenal saat ini. Tumbukan tersebut menyebabkan materi dan uap air
terhempas ke udara sehingga menutupi cahaya matahari, menghambat fotosintesis. Sebagian
besar hewan raksasa, termasuk dinosaurus non-avian, akhirnya binasa,[137] menandai akhir
periode Kapur dan era Mesozoikum.

Era Kenozoikum[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kenozoikum

Silsilah evolusi mamalia berdasarkan kajian genetika, kesimpulan dari studi morfologi, dan
catatan fosil.

Era Kenozoikum dimulai pada 66 juta tahun yang lalu,[3] dan terbagi ke dalam periode
Paleogen, Neogen, dan Kuarterner. Mamalia dan burung mampu bertahan dari peristiwa
kepunahan Kaput-Tersier yang membunuh dinosaurus dan banyak bentuk kehidupan lainnya,
dan era ini merupakan era ketika mahluk hidup melakukan diversifikasi ke dalam bentuk
kehidupan modern.

Diversifikasi mamalia[sunting | sunting sumber]

Mamalia telah ada sejak akhir periode Trias, tapi sebelum peristiwa kepunahan Kaput-Tersier
mereka berukuran kecil. Selama era Kenozoikum, mamalia cepat terdiversifikasi karena
dinosaurus dan hewan besar lainnya telah punah, sedangkan yang sintas berkembang menjadi
banyak ordo modern. Dengan banyaknya reptil laut yang telah punah, beberapa mamalia
mulai hidup di lautan dan menjadi cetacea. Mamalia lainnya menjadi felidae dan canidae,
predator yang cepat dan tangkas. Iklim global lebih kering pada era Kenozoikum
menyebabkan perluasan padang rumput dan evolusi mamalia yang memakan rumput serta
berkuku seperti equidae dan bovidae. Beberapa mamalia arboreal menjadi primata; salah satu
keturunannya lalu berkembang menjadi manusia modern.

Evolusi manusia[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Evolusi manusia

Kera Afrika kecil yang hidup sekitar 6 juta tahun lalu merupakan animalia yang
keturunannya meliputi manusia modern dan kerabat terdekat mereka, para simpanse.[92]:100–101
Hanya dua garis keturunan dalam silsilahnya yang memiliki keturunan sintas. Tak lama
setelah percabangan keturunan—oleh alasan yang masih belum pasti—para kera pada salah
satu cabang mengembangkan kemampuan untuk berjalan dengan dua kaki.[92]:95–99 Ukuran
otak bertambah secara cepat, dan pada 2 juta tahun lalu, hewan pertama yang
terklasifikasikan dalam genus Homo muncul.[123]:300 Pada sekitar masa yang sama, garis
keturunan lainnya bercabang menuju leluhur simpanse dan leluhur bonobo sebagaimana
evolusi juga berlanjut serentak pada segala bentuk kehidupan.[92]:100–101

Rekonstruksi keadaan Bumi saat glasial maksimum pada Periode Glasial Akhir, ketika umat
manusia sudah ada di Bumi, sekitar 25.000–13.000 tahun yang lalu.[138]

Kemampuan mengontrol api boleh jadi dimulai oleh Homo erectus (atau Homo ergaster),
sekurang-kurangnya sekitar 790.000 tahun lalu[139] namun ada kemungkinan lebih jauh lagi
sekitar 1,5 juta tahun lalu.[92]:67 Penemuan dan penggunaan api bisa jadi mendahului Homo
erectus. Kemungkinan besar api digunakan oleh hominid Paleolitik Hulu (Oldowan) purba
seperti Homo habilis atau australopithecine seperti Paranthropus.[140]

Melacak asal mula bahasa merupakan hal sulit; tidak jelas apakah Homo erectus dapat
berbicara ataukah kemampuannya belum muncul sebelum keberadaan Homo sapiens.[92]:67
Seiring dengan pertambahan ukuran otak, persalinan terjadi lebih dini, sebelum kepala bayi
terlalu besar untuk melewati pelvis. Akibatnya, mereka mengalami neuroplastisitas berlebih,
sehingga memiliki banyak kapasitas untuk belajar dan membutuhkan periode ketergantungan
yang lebih lama. Kecakapan sosial menjadi lebih kompleks, bahasa menjadi lebih
berkembang, dan peralatan kian diperbagus. Hal ini berperan dalam perkembangan hubungan
sosial dan intelektual lebih lanjut.[141]:7 Manusia modern (Homo sapiens) dipercaya mulai ada
sejak 200.000 tahun lalu—atau lebih jauh lagi—di benua Afrika; fosil tertua yang ditemukan
telah terukur berasal dari masa 160.000 tahun lalu.[142]

Manusia pertama yang menunjukkan tanda-tanda spiritualitas adalah manusia Neanderthal


(biasanya diklasifikasikan sebagai spesies berbeda tanpa keturunan sintas); mereka mengubur
rekannya yang meninggal, seringkali dengan jejak makanan atau peralatan.[143]:17 Lain dari
itu, bukti sistem kepercayaan yang lebih maju, seperti lukisan gua oleh manusia Cro-Magnon
(mungkin mengungkapkan signifikansi religius atau bahkan sihir)[143]:17–19 belum ada sebelum
32.000 tahun lalu.[144] Manusia Cro-Magnon juga menciptakan artefak patung batu seperti
Venus dari Willendorf, kemungkinan besar mengungkapkan kepercayaan religius.[143]:17–19
Pada masa 11.000 tahun lalu, Homo sapiens mencapai ujung selatan Amerika Selatan, benua
tak berpenghuni yang terakhir (kecuali Antarktika, yang belum pernah dijamah sebelum
tahun 1820 Masehi).[145] Penggunaan perkakas dan komunikasi terus berkembang, dan
hubungan interpersonal semakin berseluk-beluk.

Peradaban manusia[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah dunia


Informasi lebih lanjut: Sejarah Afrika, Sejarah Amerika, Sejarah Antartika, dan Sejarah
Eurasia

Ilustrasi perburuan glyptodon pada masa Paleolitikum. Paleolitikum adalah zaman awal saat
hominidae (termasuk manusia) mulai memanfaatkan batu sebagai peralatan, sejak keberadaan
australopithecine 2,6 juta tahun lalu, hingga akhir Pleistosen sekitar 10.000 tahun lalu.[146]

Mural yang menggambarkan usaha pertanian, peninggalan zaman Mesir Kuno, dibuat sekitar
1400 SM. Pertanian merupakan aspek penting dalam Revolusi Neolitik. Di tempat yang
menyediakan lahan pertanian, manusia telah meninggalkan gaya hidup nomadis.

Selama lebih dari 90% dari masa keberadaannya di Bumi, Homo sapiens hidup dalam
kelompok kecil sebagai pemburu-pengumpul makanan nomadis.[141]:8 Ketika bahasa menjadi
lebih kompleks, kemampuan mengingat dan menyebarkan informasi menghasilkan replikator
baru: meme.[147] Gagasan-gagasan dapat saling ditukar secara cepat dan diturunkan dari
generasi ke generasi. Evolusi kebudayaan berhasil mendahului evolusi biologis, dan catatan
sejarah pun dimulai. Antara masa 8500 dan 7000 Sebelum Masehi (SM), manusia di kawasan
Hilal Subur di Timur Tengah memulai budi daya tanaman dan hewan yang sistematis; suatu
budaya yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai pertanian.[148] Hal ini menyebar ke daerah-
daerah sekitarnya, serta berkembang secara mandiri di sejumlah kawasan dunia, hingga
akhirnya sebagian besar Homo sapiens hidup menetap di pemukiman permanen sebagai
petani. Tidak semua masyarakat dunia meninggalkan tradisi nomadis, terutama manusia yang
tinggal di kawasan terisolasi yang miskin tanaman pertanian, seperti Australia.[149]
Bagaimanapun, pada peradaban-peradaban yang mengembangkan pertanian, stabilitas relatif
dan pertambahan produktivitas karena bercocok tanam mengakibatkan populasi bertambah.

Pertanian memberi pengaruh yang kuat bagi manusia. Mereka mulai memberi dampak pada
lingkungannya lebih besar daripada sebelumnya. Surplus makanan mengakibatkan
kemunculan golongan rohaniwan dan bangsawan, diikuti oleh bertambahnya pembagian
tenaga kerja. Hal ini mengawali kelahiran peradaban pertama di Bumi, tepatnya di Sumeria
(kawasan Timur Tengah), antara 4000 dan 3000 SM.[141]:15 Peradaban-peradaban lainnya
muncul tak lama kemudian di Mesir, lembah Sungai Indus, dan Cina. Penemuan aksara
mengakibatkan kemunculan masyarakat yang lebih kompleks. Catatan dan perpustakaan
berfungsi sebagai gudang pengetahuan dan menambah transmisi informasi kultural. Umat
manusia tidak lagi menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja, dan pendidikan
mengantarkannya pada upaya pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan.

Periode dari 900–200 SM dinyatakan sebagai Zaman Poros bagi peradaban manusia, yaitu
zaman ketika fondasi spiritualitas umat manusia terjadi serentak dan mandiri di beberapa
belahan dunia. Tradisi filosofis yang berkembang pada zaman tersebut meliputi: monoteisme
di Persia dan Kanaan; Platonisme di Yunani; Buddhisme, Jainisme, dan Hinduisme di India;
Konfusianisme dan Taoisme di Cina. Berbagai adat dan sains (dalam bentuk primitif)
bermunculan, seperti sistem teokrasi dan produksi kereta perang. Di Mediterania dan Timur
Tengah, peradaban-peradaban kuno berkembang dan melakukan perdagangan, serta
bertempur demi wilayah dan sumber daya. Tak lama kemudian sistem imperium mulai
berkembang. Sekitar 500 SM, ada sejumlah peradaban maju di Timur Tengah, Iran, India,
Cina, dan Yunani, yang sedang menuju masa kejayaannya atau menuju masa
keruntuhannya.[141]:3 Beberapa peradaban bertahan hingga abad modern meskipun tidak
sejaya dulu, dan beberapa di antaranya memberi pengaruh atau fondasi bagi Dunia Barat,
seperti Yunani dan Romawi Kuno. Seiring perkembangan peradaban, beberapa agama
didirikan, seperti Kristen (abad ke-1) dan Islam (abad ke-7).

Panorama Tokyo, kota dengan penduduk terpadat di dunia, dan salah satu kota yang
berpengaruh dalam perekonomian dunia.[150]

Pada abad ke-14, zaman Renaisans dimulai di Italia dengan kemajuan dalam bidang agama,
seni, dan sains.[141]:317–319 Pada masa itu, Gereja Kristen sebagai entitas politik kehilangan
sebagian besar kekuasaannya. Tahun 1492, Kristoforus Kolumbus mencapai benua Amerika,
mengawali perubahan besar pada Dunia Baru. Peradaban Eropa mulai berubah sejak 1500-an,
mengantarkannya pada Revolusi Ilmiah dan Industri. Benua tersebut mulai menebarkan
dominansi politis dan budaya pada masyarakat lain di seluruh dunia pada suatu masa yang
dikenal sebagai Era Kolonial.[141]:295–299 Pada abad ke-18, gerakan kultural yang dikenal
sebagai Abad Pencerahan kemudian membentuk mentalitas bangsa Eropa dan berperan
penting dalam sikap sekuler mereka. Dari tahun 1914 sampai 1918, dan dari 1939 sampai
1945, bangsa-bangsa di seluruh dunia berada dalam perang dunia. Liga Bangsa-Bangsa yang
didirikan setelah Perang Dunia I merupakan usaha pertama dalam membangunan lembaga
internasional untuk menyelesaikan permasalahan secara damai. Setelah gagal mencegah
Perang Dunia II—konflik paling berdarah dalam sejarah umat manusia—lembaga tersebut
digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah perang usai, banyak negara menyatakan
kemerdekannya, baik dengan usaha sendiri maupun pemberian bangsa lain dalam suatu
periode dekolonisasi. Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi negara adikuasa untuk
sementara, dan terlibat dalam persaingan yang dikenal sebagai Perang Dingin sampai disolusi
di kemudian hari. Seiring transportasi dan komunikasi yang semakin mutakhir, perkara politis
dan ekonomi antarbangsa menjadi kian berseluk-beluk. Hal ini dikenal sebagai globalisasi
yang dapat mendatangkan konflik atau kerja sama.

Peristiwa terkini[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman modern


Lihat pula: Modernitas dan Masa depan

Pada abad ke-20, organisme yang ber-evolusi di Bumi berhasil menembus atmosfer dan
menatap Bumi dari luar angkasa. Dalam foto tampak astronot Bruce McCandless II sedang
melayang di luar angkasa, dalam misi STS-41-B dengan pesawat ulang-alik Challenger,
tahun 1984.

Perubahan terjadi secara cepat sejak pertengahan 1940-an hingga saat ini. Perkembangan
teknologi meliputi senjata nuklir, komputer, rekayasa genetika, dan nanoteknologi.
Globalisasi ekonomi yang tumbuh subur dalam perkembangan teknologi transportasi dan
komunikasi telah memengaruhi kehidupan sehari-hari di berbagai belahan dunia. Berbagai
bentuk sistem dan budaya seperti demokrasi, kapitalisme, dan environmentalisme melebarkan
pengaruh mereka. Masalah besar seperti penyakit, perang, kemiskinan, radikalisme dengan
kekerasan, dan perubahan iklim akibat manusia semakin parah seiring pertambahan jumlah
penduduk.
Tahun 1957, Uni Soviet meluncurkan satelit buatan pertama ke orbit Bumi, dan tak lama
kemudian, Yuri Gagarin menjadi manusia pertama yang berada di luar angkasa. Neil
Armstrong, seorang warga negara Amerika Serikat, merupakan manusia pertama yang
menjejakkan kaki di benda langit selain Bumi, yaitu Bulan. Sejumlah wahana tak berawak
telah dikirim ke seluruh planet di Tata Surya, sementara beberapa di antaranya (seperti
Voyager) diluncurkan untuk meninggalkan Tata Surya. Uni Soviet dan Amerika Serikat
merupakan perintis dalam eksplorasi luar angkasa pada abad ke-20. Lima agensi luar
angkasa, mewakili lebih dari lima belas negara,[151] telah bekerja sama untuk membangun
Stasiun Luar Angkasa Internasional. Maka dari itu aktivitas manusia di luar angkasa telah
berlangsung sejak tahun 2000.[152] World Wide Web dikembangkan pada tahun 1990-an dan
sejak itu telah terbukti menjadi sumber informasi yang sangat diperlukan di negara maju.

Anda mungkin juga menyukai