Bismillah
Bismillah
PENDAHULUAN
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
Parallel flow/co current /flow (aliran searah)
Proses perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Maksudnya ialah :
a. Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam
suatu bejana atau ruangan. Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.
b. Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau
peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater dan lain-
lain.
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung begitu saja. Perpindahan panas pada alat penukar kalor biasanya melibatkan
konveksi masing-masing fluida dan konduksi sepanjang dinding yang memisahkan
kedua fluida. Laju perpindahan panas antara kedua fluida pada alat penukar kalor
bergantung pada besarnya perbedaan temperatur pada lokasi tersebut, dimana
bervariasi sepanjang alat penukar kalor.
Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:
1. Memanaskan fluida
2. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas. Karena luas
perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas
perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar.
a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai
pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan didalam
chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan yang
dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya
digunakan amoniak atau Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas
atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang
mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan
dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari
fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat
yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
e. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang
sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan
sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak (6650F) sebagai media
penguap, minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.
f. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:
1. Memanaskan fluida
Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana
fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang
mengalir adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell.
2.2.1 Berdasarkan kontak dengan fluida, alat penukar kalor tersebut dapat
dibedakan menjadi dua macam, antara lain:
Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida
dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan. Salah satu
contohnya adalah deaerator.
b. Alat penukar kalor kontak tak langsung.
Pada alat ini fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact) dengan
fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu mempunyai media
perantara, seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Salah satu contohnya
adalah kondensor, heater, cooler, dan economizer
2.2.2 Berdasarkan tipe aliran di dalam alat penukar panas ini, ada 4 macam
aliran yaitu :
menempati ruang dalam m3. Jadi dimensi kekompakan penukar kalor adalah m2/m3.
Apabila ditinjau dari kekompakan luas permukaan perpindahan kalor ini, suatu penukar
kalor dikategorikan sebagai penukar kalor kompak bila luas permukaan perpindahan
kalor per volumenya lebih besar dari 700 m2/m3.
Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam pembahasan
akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang banyak dijumpai dalam
industri perminyakan. Heat exchanger ini juga banyak mempunyai jenis jenisnya.
Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminologi yang telah
distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan
oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger
Manufactures Association (TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi
para pemakai dari bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada
temperature dan tekanan yang tinggi.
Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat Exchanger,
yaitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat, misalnya
untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada segi
ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum industri.
Dalam hal ini jenis heat exchanger yang akan dipaparkan dalam industri
perminyakan adalah jenis shell and tube heat exchanger dan double pipe heat
exchanger.
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil.
Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir
dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
a. Diameter pipa
b. Ketebalan tabung
3. Axial kekuatan
c. Panjang tabung
Penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka memiliki diameter shell yang
lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan demikian, biasanya ada tujuan untuk
membuat penukar panas selama mungkin. Namun, ada banyak keterbatasan untuk ini,
termasuk ruang yang tersedia di situs mana akan digunakan dan kebutuhan untuk
memastikan bahwa ada tabung tersedia dalam panjang yang dua kali panjang yang
dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan diganti). Juga, itu harus diingat bahwa
tunggal, tabung tipis yang sulit untuk mengambil dan mengganti.
d. Tabung pitch
Ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk memastikan bahwa tabung pitch
(yaitu jarak pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali diameter luar
tabung.
Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari tabung
berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua berjalan lebih
dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat menyediakan
panas atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut berkas tabung
dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip longitudinal dll Shell dan
penukar panas tabung biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan
tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 °C. Hal ini karena shell
dan penukar panas tabung yang kuat karena bentuknya.
Double Pipe Heat Exchanger berisikan pipa atau beberapa pipa yang
mempunyai shell ( annulus ) sendiri-sendiri. Aliran fluida searah atau lawan arah dapat
digunakan, baik fluida panas maupun dingin dalam shell dan fluida lain dalam pipa.
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis penukar panas
dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau
dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan cairan lainnya dalam pipa.
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri- sendiri.
Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi
U (lihat
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida
yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang
anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat
digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan
untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis shell and tube heat
exchanger.
Bagian-bagian paling penting dalam double pipe heat exchanger terdiri dari 2
sets pipa konsentris, 2 tees yang dihubungkan, sebuah return head, sebuah bend. Inner
pipa dihubungkan dengan outer pipa dengan packing glands dan fluida masuk ke inner
pipa melalui threaded connection yang letaknya diluar bagian section exchanger. Tees
(fitting) memiliki nozzles atau penghubung baut yang mengatur masuk dan keluar dari
annulus fluid dimana aliran berlawanan dari sisi satu ke sisi yang lain melalui return
head. Inner pipa yang panjang diubungkan dengan return bend yang selalu di expose
dan tidak menyediakan permukaan perpindahan panas yang efektif.
Double pipe exchanger sangat berguna karena dapat dipasang dengan berbagai
fitting pipa dari bagian standard dan menyediakan dalam permukaan transfer panas
yang mahal. Ukuran standard dari Tees dan return head dapat dilihat dari tabel dibawah
ini.
2 1,75
2,5 1,75
3 2
4 3
Sumber: Kern,1950
Double pipe exchanger selalu dipasang dalam 12ft, 15ft atau 20ft
panjang efektif. Panjang efektif menjadi jarak setiap lengan dimana heat transfer terjadi
dan memasuki inner pipa yang menjulang dari inner pipe ke bagian exchanger.
Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi, dan
tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil, fleksibel dalam
berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat
diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan
keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi
design mudah dibuat dan akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas
perpindahan panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan
area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil
fluida yang akan dipanaskan atau dikondensasikan.
2. Pendingin (Cooler)
a) Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah
Standard TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).
d) Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat
di literatur (Tabel 8 Kern, 1950).
e) Jika nilai A yang didapat kecil dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar panas
jenis double pipe heat exchanger
f) Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di Annulus dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di Inner Pipe
g) Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan jenis alat penukar
panas jenis shell and tube heat exchanger
h) Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di shell.
i) Data Design yang dipilih tergantung pada flow area yang didapat (Tabel 11
Kern, 1950)
j) Nilai jH pada double pipe heat exchanger ditentukan dari nilai bilangan reynold
yang didapat (Figure 24 Kern, 1950)
k) Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat
l) Tebakan nilai Specific heat panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Tabel 4 Kern, 1950)
m) Double pipe exchanger selalu dipasang dalam 12ft, 15ft atau 20ft panjang
efektif.
n) UD yang didapat dari hasil perhitungan harus berada pada rentang UD asumsi
dan diperbolehkan memiliki selisih ±2 dengan UD koreksi.
o) Tebakan RD diambil pada Tabel 8 Halaman 840 Kern, 1950. Nilai RD tidak
boleh kurang dari 0,003.
p) Tebakan nilai Specific gravity panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Hal 281 Kern, 1950).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Steam
T= 483.15 K
Umpan
Umpan T= 473.15 K
T= 303.15 K
Steam
T=483.15 K
1. Dasar Perhitungan
a. Umpan adalah Gliserol dari Tangki Penyimpanan (ST-01) menuju Reaktor (R-
01).
b. Pada heater, fluida dingin yaitu Gliserol dengan fluida panas yaitu steam.
c. Suhu umpan masuk Gliserol adalah 300C (860F) dengan suhu keluar adalah
200C (392F). Sedangkan steam masuk pada suhu 210C (410F).
d. Umpan masuk sebanyak 489,1734 Kg/jam atau 1078,63 lb/h.
e. Q = (wc∆T)as asetat = 1078,63 × 0,66 × (392 − 86) =
217840,1148 Btu/h
ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 [Table 7, page 816] (interpolasi pada suhu 410 F)
𝑦𝑢− 𝑦𝐿
𝑦𝑖 = 𝑦𝐿 + (𝑥 − 𝑥𝐿 )
𝑥𝑢− 𝑋𝐿 𝑖
825,1−809,0
𝑦𝑖 = 809,0 + (410 − 400,95)= 806,205
417,33−400,95
f. Fluid properties:
Steam di shell side, hot fluid Gliserol di tube side, cold fluid
W (lb/h) 270,204 w (lb/h) 1078,63
T1 (F) 410 t1 (F) 86
T2 (F) 410 t 2 (F) 392
Inlet Pressure (atm) 1 Inlet Pressure (atm) 1
hfg (Btu/lbm.F) 806,205 (tabel 7) 𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 0,66 (Fig.4 hal 804)
h. Menghitung LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Diff.
410 Higher Temp 392 18 t1
410 Lower Temp 86 324 t2
0 Difference 306 306 (t2-t1)
(T1-T2) (t2-t1)
(t 2 − t1 ) (306)
LMTD = = = 105,869℉
ln(t 2 / t1 ) ln(324/ 18)
Karena nilai A > 200 ft 2 , maka dipilih heater jenis shell and tube, dengan
asumsi steam mengalir di shell dan Gliserol mengalir di tube.
Nilai surface per lin ft untuk tube dengan OD 3/4 in pada 1 in square pitch, 16
BWG dan panjang 16 ft adalah 0.1963 inch2 (Tabel 10, hal 843), sehingga
jumlah tube (NT) adalah,
A 205,764 ft 2
NT = = = 65,51 tubes = 66 tubes
L x a′′ 16 ft × 0,1963 ft
Jumlah tube yang dibutuhkan adalah 66 tubes. Berdasarkan data pada Table 9 (Kern,
1965) diperoleh spesifikasi Heat Exchanger sebagai berikut.
Specification of Heat Exchanger (HE)
Type 2-4 Shell and Tube HE
Material Carbon Steel
Shell side Tube side
ID (inch) 12 Number (NT) 66
Baffle (B) Half-circle Length (L) 16
Passes (n) 2 OD, BWG 3/4, 16
Pitch (PT) 1 , square pitch
Passes (n) 4
i. Koreksi UD
W
(5`) Gs = w/as (5) Gt = at
270,204 270,204
= =
0,58262 0,0346
Gs = 463,777 lb/hr. ft 2 Gt = 31170,5 lb/hr. ft 2
(6’) Pada Tc = 410℉, (6) Pada t c = 239℉,
μsteam = 0,016 × 2,42 μa.as = 10,4lb/ft. hr
μsteam = 0,0387 lb/ft. hr [Figure 14, page 825] (Kern, 1965)
[Figure 15, page 825] (Kern, 1965)
OD 0,62
De = 4as /(Nt × π × ) D= = 0,0516 ft
ID 12
[Table 10, page 843] (Kern, 1965)
4(0,58262 ) Ret = DGt /μas
= 0.75
66 × 3,14 × = (0,0516)(31170,5)/10,4
12
1500
= 239 + (410 − 239)
1500 + 14,8663
= 240,678 ℉
Summary
1500 h outside 14,8663
UC 14,72
UD 9,93
Rd Calculated 0,032810
Rd Required 0,003
Pressure Drop
(1’)Specific vol of steam from table 7 at (1)
Re = 154,854
410 ℉
f = 0,0035 (fig 26)
v = 35,09 s = 1,26 (tabel 6)
s = (1/35,09) = 0,0285
OD 𝐼𝐷
De = 4as /(Nt × π × ) +𝐼𝐷 𝜋
ID
4(0,58262) 12
= 0,75 + 3,14 ×
66 × 3,14 × 12
12
= 0,14482 ft
Re′s = De G𝑠 /μsteam
= 0,14482 × (463,777 )/0,03872
= 1735,29
f = 0,0032 (fig 29)
(2’) (2)
fGs2 Ln fGt2 Ln
∆Ps = ∆Pt =
5,22 × 1010 Desϕ
s 5,22 × 1010 Dsϕs
(0,0032 )(463,777 )2 (16)(2) 1 (0,0035)(31170,5 )2 (16)(4)
= ∆Pt =
5,22 × 1010 (0,14482 )( 0,93398 )1 2 5,22 × 1010 (0,0517)( 1,26 )1
∆Pt = 0,0001 psi ∆Pt = 0,03202 psi
Steam
T= 483.15 K
Umpan
Umpan T= 473.15 K
T= 303.15 K
Steam
T=483.15 K
1. Dasar Perhitungan
a. Umpan adalah Asam Asetat dari Tangki Penyimpanan (ST-02)menuju Reaktor
(R-01).
b. Pada heater, fluida dingin yaitu Asam Asetat dengan fluida panas yaitu steam.
c. Suhu umpan masuk Asam Asetat adalah 300C (860F) dengan suhu keluar adalah
200C (392F). Sedangkan steam masuk pada suhu 210C (410F).
d. Umpan masuk sebanyak 2813,403 Kg/jam atau 6203,553 lb/h.
e. Q = (wc∆T)as asetat = 6203,553 × 0,62 × (392 − 86) =
1176938,075 Btu/h
ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 [Table 7, page 816] (interpolasi pada suhu 410 F)
𝑦𝑢− 𝑦𝐿
𝑦𝑖 = 𝑦𝐿 + (𝑥 − 𝑥𝐿 )
𝑥𝑢− 𝑋𝐿 𝑖
825,1−809,0
𝑦𝑖 = 809,0 + (410 − 400,95)= 806,205
417,33−400,95
f. Fluid properties:
Steam di shell side, hot fluid Asam Asetat di tube side, cold fluid
W (lb/h) 1459,85 w (lb/h) 6203,553
T1 (F) 410 t1 (F) 86
T2 (F) 410 t 2 (F) 392
Inlet Pressure (atm) 1 Inlet Pressure (atm) 1
hfg (Btu/lbm.F) 806,205 (tabel 7) 𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 0,62 (Fig.4 hal 804)
h. Menghitung LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Diff.
410 Higher Temp 392 18 t1
410 Lower Temp 86 324 t2
0 Difference 306 306 (t2-t1)
(T1-T2) (t2-t1)
(t 2 − t1 ) (306)
LMTD = = = 105,869℉
ln(t 2 / t1 ) ln(324/ 18)
Karena nilai A > 200 ft 2 , maka dipilih heater jenis shell and tube, dengan
asumsi steam mengalir di shell dan Asam Asetat mengalir di tube.
Nilai surface per lin ft untuk tube dengan OD 3/4 in pada 1 in square pitch, 16
BWG dan panjang 16 ft adalah 0.1963 inch2 (Tabel 10, hal 843), sehingga
jumlah tube (NT) adalah,
A 222,3391 ft 2
NT = = = 70,79 tubes = 71 tubes
L x a′′ 16 ft × 0,1963 ft
Jumlah tube yang dibutuhkan adalah 71 tubes. Berdasarkan data pada Table 9 (Kern,
1965) diperoleh spesifikasi Heat Exchanger sebagai berikut.
Specification of Heat Exchanger (HE)
Type 2-4 Shell and Tube HE
Material Carbon Steel
Shell side Tube side
ID (inch) 12 Number (NT) 71
Baffle (B) Half-circle Length (L) 16
Passes (n) 2 OD, BWG 3/4, 16
Pitch (PT) 1 , square pitch
Passes (n) 4
i. Koreksi UD
W
(5`) Gs = w/as (5) Gt = at
1459,85 1459,85
= =
0,567285 0,037226
Gs = 2573,397 lb/hr. ft 2 Gt = 166647,1 lb/hr. ft 2
(6) Pada t c = 239℉,
(6’) Pada Tc = 410℉,
μa.as = 0,42 x 2,42 lb/ft. hr
μsteam = 0,016 × 2,42
μa.as = 1,0164 lb/ft. hr
μsteam = 0,0387 lb/ft. hr
[Figure 14, page 825] (Kern, 1965)
[Figure 15, page 825] (Kern, 1965)
OD 0,62
De = 4as /(Nt × π × ) D= = 0,0516 ft
ID 12
[Table 10, page 843] (Kern, 1965)
4(0,567285 ) Ret = DGt /μas
= 0.75
71 × 3,14 × = (0,0516)(166647,1)/1,0164
12
109,8451
= 239 + (410 − 239)
109,8451 + 1500
= 250,6679 ℉
Summary
1500 h outside 109,8451
UC 102,35
UD 49,85
Rd Calculated 0,010289
Rd Required 0,003
Pressure Drop
(1’)Specific vol of steam from table 7 at (2)
Re = 8471,172
410 ℉
f = 0,00028 (fig 26)
v = 35,09 s = 1,05 (tabel 6)
s = (1/35,09) = 0,0285
OD 𝐼𝐷
De = 4as /(Nt × π × ) +𝐼𝐷 𝜋
ID
4(0,567285) 12
= 0,75 + 3,14 ×
71 × 3,14 × 12
12
= 0,132902 ft
Re′s = De G𝑠 /μsteam
= 0,132902 × (2573,397 )/0,038704
= 8836,566
f = 0,0025 (fig 29)
(2’) (2)
fGs2 Ln 1 fGt2 Ln
∆Ps = ∆Pt = 𝑥
5,22 × 1010 Desϕ
s 2 5,22 × 1010 Dsϕs
(0,0025 )(2573,397 )2 (16)(2) 1 (0,00028)(166647,1 )2 (16)(4)
= ∆Pt =
5,22 × 1010 (0,132902 )( 1,029437 )1 2 5,22 × 1010 (0,0517)( 1,05 )1
∆Pt = 0,002603 psi ∆Pt = 0,87868 psi
3. Cooler (HE-101)
Air pendingin
T= 298 K
Umpan Umpan
T= 375,3323 K T= 303 K
Air pendingin
T= 303 K
1. Dasar Perhitungan
a. Umpan adalah Asam Asetat dari Bottom Product Distilasi Azeotrop (MD-02)
b. Pada cooler, fluida dingin yaitu Air Pendingin dengan fluida panas yaitu Asam
Asetat.
c. Suhu umpan masuk Asam Asetat adalah 102,33230C (216,19810F) dengan suhu
keluar adalah 30C (86F). Sedangkan air pendingin masuk pada suhu 30C
(86F) dan suhu air pendingin keluar 250C (770F).
d. Umpan masuk sebanyak 1861,25 Kg/jam atau 4860,821 lb/h.
e. Q = (wc∆T)as asetat = 4860,821 × 0,52 × (216,1981 − 86) =
329092,222 Btu/h
𝑄umpan = Qwater
𝑄 = (wc∆T)water
329092,222 = Wwater × 1 × (86 − 77)
Wwater = 36565,8 lb/h
f. Fluid properties:
Water di shell side, cold fluid Asam Asetat di tube side, hot fluid
W (lb/h) 36565,8 w (lb/h) 4860,821
T1 (F) 86 t1 (F) 216,1981
T2 (F) 77 t 2 (F) 86
Inlet Pressure (atm) 1 Inlet Pressure (atm) 1
𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 1 (Fig.4 hal 804) 𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 0,22 (Fig.4 hal 804)
i. Menghitung LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Diff.
216,1981 Higher Temp 86 130,1981 t1
86 Lower Temp 77 9 t2
130,1981 Difference 9 121,1981 (t2-t1)
(T1-T2) (t2-t1)
Karena nilai A > 200 ft 2 , maka dipilih cooler jenis shell and tube, dengan
asumsi Air pendingin mengalir di shell dan Asam Asetat mengalir di tube.
Nilai surface per lin ft untuk tube dengan OD 3/4 in pada 1 in square pitch, 16
BWG dan panjang 16 ft adalah 0.1963 inch2 (Tabel 10, hal 843), sehingga
jumlah tube (NT) adalah,
A 241,8298 ft 2
NT = = = 76,99 tubes = 77 tubes
L x a′′ 16 ft × 0,1963 ft
Jumlah tube yang dibutuhkan adalah 77 tubes. Berdasarkan data pada Table 9 (Kern,
1965) diperoleh spesifikasi Heat Exchanger sebagai berikut.
Specification of Heat Exchanger (HE)
Type 2-4 Shell and Tube HE
Material Carbon Steel
Shell side Tube side
ID (inch) 13,25 Number (NT) 77
Baffle (B) Half-circle Length (L) 16
Passes (n) 1 OD, BWG 3/4, 16
Pitch (PT) 1 , square pitch
Passes (n) 2
j. Koreksi UD
Q 329092,222 Btu/hr
UD = = 2
= 29,99 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
A∆t 241,8416 ft × 45,36141℉
Cold fluid: shell side, water Hot fluid: tube side, Asam Asetat
(4`) as = area of shell − area of tubes
(4) a′t = 0,302 in2
1 𝜋𝐼𝐷2 𝑂𝐷2
= − 𝑁𝑡 𝜋 [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
144 4 4
at = Nt × a′t /144n
1 3,14 (13,25)2 0,752
= − (77)3,14 0,302
144 4 4 = 77 ×
144 (2)
as = 0,720946 ft 2
at = 0,080743 ft 2
W
(5`) Gs = w/as (5’) Gt = at
36565,8 36565,8
= =
0,720946 0,080743
Gs = 50719,18 lb/hr. ft 2 Gt = 60201,1 lb/hr. ft 2
(6) Pada Tc = 81,5℉, (6`) Pada t c = 151,0991℉,
μwater = 0,95 × 2,42 μa.as = 0,42 x 2,42 lb/ft. hr
μwater = 2,29805 lb/ft. hr μa.as = 1,0164 lb/ft. hr
[Figure 14, page 823] (Kern, 1965) [Figure 14, page 825] (Kern, 1965)
OD
De = 4as /(Nt × π × )
ID 0,62
D= = 0,0516 ft
12
4(0,720946 ) [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
= 0.75
77 × 3,14 × 13,25 Ret = DGt /μas
= (0,21071)(50719,18)/2,29805
ReS = 4650,609
L 16
(7`) 𝑗𝐻 = 40 (7`) = 0,0516 = 310
D
[Figure 28, page 838] (Kern, 1965) 𝑗𝐻 = 9
[Figure 24, page 838] (Kern, 1965)
(8) Pada t C = 81,5℉ (8`) Pada t C = 151,0991℉
C = 1 Btu/(lb)(℉) (fig. 2) C = 0,52 Btu/(lb)(℉) (fig. 2)
k = 0,35298 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 4) k = 0,099 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 4)
(cμ/k)1/3 = (1 × 2,29805/0,35298)1/3 (cμ/k)1/3 = (0,52 × 1,0164/0,099)1/3
1/3
(cμ/k) = 1,867251 (cμ/k)1/3 = 1,747743
30,14011
= 151,0991 + (151,0991
30,14011 + 1500
− 81,5)
= 82,87094 ℉
Summary
1500 h outside 30,14011
UC 29,55
UD 30
Rd Calculated −0,000510
Rd Required 0,003
Pressure Drop
(1) (3)
Re = 8471,172
s=1 (tabel 6)
OD 𝐼𝐷 f = 0,00028 (fig 26)
De = 4as /(Nt × π × ) +𝐼𝐷 𝜋 s = 1,05 (tabel 6)
ID
4(0,567285) 12
= 0,75 + 3,14 ×
71 × 3,14 × 12
12
= 0,132902 ft
Re′s = De G𝑠 /μsteam
= 0,132902 × (2573,397 )/0,038704
= 8836,566
f = 0,0025 (fig 29)
(2) (2`)
fGs2 Ln 1 fGt2 Ln
∆Ps = ∆Pt = 𝑥
5,22 × 1010 Desϕs 2 5,22 × 1010 Dsϕs
(0,0025 )(2573,397 )2 (16)(2) 1 (0,00028)(166647,1 )2 (16)(4)
= ∆Pt =
5,22 × 1010 (0,132902 )( 1,029437 )1 2 5,22 × 1010 (0,0517)( 1,05 )1
∆Pt = 0,002603 psi ∆Pt = 0,87868 psi