Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN NEKROPSI AMBULATOIR

Senin 19 November 2018

Disusun oleh:
Andi Tifani B94174407
Lieonny Budiarti B94174431

Dosen Penanggungjawab :
Dr Drh Wiwin winarsih, Msi, APVet

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
No. Protokol : U/200/18
Hari/Tanggal : Senin, 19 November 2018
Dosen PJ : Dr Drh Wiwin winarsih, Msi, APVet
Anamnesa : Seekor anakan burung merak (Pavo muticus) Tidak
terdapat anamnesa yang jelas mengenai penyebab
kematiannya.
Signalement
Nama Hewan : nn
Jenis Hewan : Burung
Spesies : Pavo muticus
Jenis Kelamin : betina
Umur : tidak diketahui
Warna Bulu : hitam
Tanggal Nekropsi : 19 November 2018
Tempat : Taman Mini Indonesia Indah

Hasil Pemeriksaan Nekropsi

Organ Epikrise
Keadaan Umum Luar
Kulit dan bulu Tidak ada kelainan
Mukosa Mata Kebengkakan pada bagian wajah
Lubang kumlah Tidak ada kelainan
Lain-lain Tidak ada kelainan

Subkutis
Perlemakan Tidak ada kelainan
Otot kecil
Rongga tubuh
Situs viscerum Tidak ada kelainan
Lain-lain -
Traktus Respiratorius
Kantung hawa Tidak ada kelainan
Sinus hidung Eksudat kaseosa
Koane Eksudat Kataral
Laring Eksudat Kataral
Trakhea Tidak ada Kelainan
Paru-paru Tidak ada kelainan
Pleura Tidak ada kelainan
Traktus Digestivus
Rongga mulut Tidak ada kelainan
Lidah Tidak ada kelainan
Esofagus Tidak ada kelainan
Tembolok Tidak ada kelainan
Proventrikulus Tidak ada kelainan
Gizzard Terdapat pakan
Usus Halus Tidak ada kelainan
Usus Besar Tidak ada kelainan
Sekum Tidak ada kelainan
Seka tonsil Tidak ada kelainan
Empedu Tidak ada kelainan
Pankreas Tidak ada kelainan
Hati Tidak ada kelainan
Traktus Sirkulatorius
Jantung Tidak ada kelainan
Pembuluh darah Tidak ada kelainan
Sistem Limforetikuler
Thymus Tidak ada kelainan
Limpa Tidak ada kelainan
Bursa Faricius Tidak ada kelainan
Traktus Urogenitalia
Ginjal Tidak ada kelainan
Ureter Tidak ada kelainan
Testikel Tidak ada kelainan
Ovarium Tidak ada kelainan
Oviduct Tidak ada kelainan

Sistem syaraf pusat dan


perifer
Otak Autolisa
Korda spinalis -
Saraf perifer Tidak ada kelainan
Sistem lokomosi
Otot Tidak ada kelainan
Tulang Tidak ada kelainan
Sumsum tulang Tidak ada kelainan
Persendian Tidak ada kelainan

Diagnosa : Kolibasilosis, Coryza


Diagnosa banding : ILT, CRD

Pembahasan

Hewan nekropsi merupakan seekor burung merak hijau anakan yang


dimiliki oleh taman burung taman mini indonesia indah. Burung merak hijau
merupaka salah satu burung yang terkenal karena warna dan bentuk yang sangat
indah. Pemeriksaan keadaan umum luar menujukkan tidak ditemukan adanya
kelainan pada kulit dan bulu, dan anus..
Terdapat eksudat kaseosa pada daerah sinus dan konjunktiva, yang
menunjukan bahwa anakan merak tersebut mengalami sinusitis. Pada bagian
khoane dan laring, terdapat eksudat katharalis. Eksudat katharalis pada kedua
bagian tersebut menandakan bahwa telah terjadi rhinitis dan laryngitis. Pada organ
paru-paru tidak terdapat kelainan apapun. Paru-paru dari anakan merak ini
menujukan warna yang masih terang dan saat di uji dengan uji apung, paru-paru
tersebut masih mengapung.
Esophagus dan tembolok tidak mengalami perubahan, kedua organ
memiliki permukaan yang mengkilat dan licin. Pada daerah proventrkulus dapat
dilihat kelenjar dn tebal dinding tidak berubah. Sementara, pada bagian
ventrikulus (gizzard) tidak terdapat adanya kelainan tebal dinding ventrikulus
maupun perubahan terhadap mukosa ventrikulus. Ventrikulus yang di nekropsi
masih menyimpan sisa makanan yang menujukan bahwa ungags masih dapat
makan menjelang kematiannya. Pada bagian usus dan sekum tidak terdapat
makanan yang tidak tercerna. Tidak terdapat pendarahan maupun perubahan
warna yang berbeda pada mukosa seluruh bagian usus. Pada bagian rectum
terdapat feses yang siap untuk dikeluarkan. Otot dan persendian tidak menujukan
adanya perubahan.
Anakan burung merak hijau yang dimiliki Taman Bururng Taman Mini
Indonesia Indah memiliki beberapa kelainan, terutama pada bagian respiratori
bagian atas. Pintu kematian yang diduga menyebabkan kematian pada burung ini
adalah paru-paru walaupun organ paru tidak mengalami perubahan, tetapi sulitnya
pernafasan akibat banyaknya eksudat menutupi jalur pernafan menyebabkan
keadaan hipoksia dan berujung menuju kematian. Beberapa penyakit yang diduga
menjadi diagnosa utama terhadap burung ini adalah coryza dan kolibasilosis.
Menurut Shane (2005), Infectious Coryza atau Snot merupakan penyakit unggas
yang menyerang sistem pernafasan dan disebabkan oleh bakteri Hemophilus sp.
Gejala yang muncul adalah adanya eksudat kataral yang muncul dari hidung dan
sinus infraorbital terlihat membengkak karena akumulasi eksudat, ayam
mengalami kesulitan bernafas, dan kerdil akibat pertumbuhan yang terhambat.
Penyakit lain yang dapat memicu bengkak dan eksudat pada daerah sinus dan
konjuktiva adalah kolibasilosis. Bakteri e.coli merupakan bakteri yang komensal
terdapat dilingkungan dan didalam tubuh akan tetapi, pada saat sistem imun
rendah dapat menjadi bakteri yang cukup patogenik terutama untuk anak-anak
burung. Gejala yang yang diperlihatkan dari bakteri ini sangat bervariasi. Semua
gejala tergantung dari dimana bakteri tersebut mulai menginfeksi. Apabila infeksi
bakteri E. coli dimulai melalui mukosa konjungtiva atau sinus hidung gejala yang
akan tampak terlebih dahulu adalah swollen head syndrome yang disebabkan oleh
peradangan subkutis dii periorbita dan daerah kepala. Terjadi akumulasi cairan
edema dan eksudat peradangan di daerah subkutis yang menyebabkan kepala
terlihat membengkak (Georgiade et al. 2001).
Sementara beberapa diagnosa banding yang dapat dikaitkan dengan gejala
yang mucul pada anakan merak hijau ini adalah CRD (Chronic Respiratory
disease) dan ILT (infectious laryngo tracheitis). Menurut Shankar (2008), CRD
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycoplasma sp. Gejala klinis
yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah sekresi kataral dari hidung, batuk,
terdengar suara saat bernafas, dan sering terjadi kebengkakan pada muka karena
akumulasi eksudat pada sinus hidung. Lesio yang muncul pada penyakit CRD
yakni munculnya kelainan pada saluran pernafasan atas berupa eksudat kataralis
yang ditemukan pada sinus hidung, trakhea, bronkus dan kantung udara (Shane
2005). Sedangkan, ILT adalah penyakit yang hanya bereplikasi pada sistem
rapirasi. Tidak dapat menyebabkan infeksi sistemik, tetapi mampu melmahkan
sistem imun yang menyebabkan terjadinya infeksi sekunder yang justru menjadi
infeksi sitemik. Virus ini dapat bertahan cukup lama di alam. Gejala klinis dari
penyakit ini adalah ngorok, batuk dengan eksudat katharal sampai dengan
hemorraghi. Leleran dapat ditemukan diperalatan kandang, kandang maupun
ayam lain. Menurut Chia SO dan Giambrone JJ (2012) ILT dapat ditularkan oleh
fomit ayam yang terinfeksi melalui sistem respirasi dan konjuktiva mata ayam
yang lain.

Daftar Pustaka
Chia SO dan Giambrone JJ. 2012. Infectious laryngotracheitis virus in chicken.
World J Virol. 1(5): 142-149
Georgiade G, Iordanidis P, Koumbati M. 2001. Cases of swollen head syndrome
in broiler chicken in Greece. Avian Dis. 45(3): 745-750
Shankar, B.P. 2008. Common Respiratory Diseases of Poultry. Veterinary World,
Vol.1(7): 217-219
Shane, S.M. 2005. Handbook of Poultry Diseases. Singapore (SG): American
Soybean Association
Weidner WJ dan Kinnison JR. 2002. Effect of hydrostatic pulmonary edema on
the interparabronchial septum of the chicken lung. Poultry science. 81(2):
1563-1566

Anda mungkin juga menyukai