Anda di halaman 1dari 12

Laporan Bedah Hari/ Tanggal: Kamis, 31 Agustus 2018

PPDH Gelombang IV Tempat : Laboratorium Bedah FKH IPB


Kelompok J1. TA 2017/2018 Waktu : 07.00-10.00

OPERASI PENGANGKATAN TUMOR PADA DAERAH BUCCALIS

Albert Umbu Ndjandji, SKH B94174406


Ervan Raka Ramdhani, SKH B94174415
Lieonny Budiarti, SKH B94174431

Dibawah bimbingan:
Drh. R. Harry Soehartono, MApScc, PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anjing merupakan hewan yang umum untuk dijadikan peliharaan oleh masyarakat
Indonesia. Dengan banyaknya minat dan permintaan, masyarakat sering mendatangi dokter
hewan untuk memeriksakan keadaan anjingnya. Daerah buccalis adalah daerah yang dengan
mudah dapat diamati dan di periksa oleh pemilik anjing. Sehingga apabila terdapat suatu
kelainan pada daerah buccalis akan langsung menarik perhatian dari pemilik hewan.
Tumor adalah kelompok sel yang dapat menimbulkan infeksi, peradangan dan lain-
lain (Andreasen et al. 1997). Tipe tumor dapat dibedakan menjadi dua yaitu, tumor ganas/
malignant dan tumor jinak/ benign (Kirson ED et al. 2007). Tumor jinak/ benign dapat
berupa timbunan kulit di bagian bawah kulit, penumpukan lemak disuatu bagian tubuh, dan
pertumbuhan daging yang berlebih. Tumor subcutan dapat ditemui disemua bagian tubuh tak
terkecuali daerah buccalis.

Tujuan
Tujuan dari dilakukan operasi ini yaitu untuk pengangkatan tumor, mengetahui cara
penanganan yang dilakukan dengan teknik operasi, dan cara penanganan yang harus
dilakukan pasca-operasi.

MATERI DAN METODE


Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin, 31 Agustus 2018 di Laboratorium Bedah,


Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Operasi berlangsung
dari pukul 08.00 hingga 09.00 WIB.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam operasi ini adalah stetoskop, termometer, alat pencukur,
tali (handling), blade, syringe, underpad, cauter, patient monitor dan satu set alat bedah
minor yang terdiri atas towel clamp, scalpel, pinset sirurgis, pinset anatomis, gunting lurus
runcing-runcing , gunting lurus tumpul-runcing, gunting lurus tumpul-tumpul, gunting
bengkok runcing-runcing, gunting bengkok tumpul-runcing, gunting bengkok tumpul-
tumpul, tang arteri lurus anatomis, tang arteri lurus sirurgis, tang arteri bengkok anatomis,
tang arteri bengkok sirurgis, dan needle holder.
Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, selang steril, iodine tincture 3%, infus
set, infus NaCl, infus ringer laktat, hemostop 4%, tolfenamic acid 4%, gentamicin 100
mg/mL, fufang, cefadroxil 25/mL, amoxillin 2.5%, premedikasi yaitu medetomidine 1
mg/mL dosis 0.01-0.08 mg/kg BB, dan antimedin 1 mg/mL dosis 0.01-0.08 mg/kg.
Anastetikum yaitu ketamine 10% dosis 10 mg/kg BB dan Isoflurane 1-5 %. Antibiotik yaitu
penicilline 50 000 IU/ml dan amoxicillin 2,5% dosis 20 mg/kg BB. Benang catgut chromic
3/0, benang silk 3/0, pembalut, tampon bulat, tampon kotak, dan kapas.
Prosedur Operasi

Pre-operasi

Preparasi Tempat Operasi


Tempat operasi yang digunakan dibersihkan, didisinfeksi, dan difumigasi menggunakan
formalin 10% dan KMnO4 5% dengan perbandingan 2:1 selama 15-24 jam. Penataan wadah
barang bersih dan kotor. Megatur ketinggin meja sesuai kenyamanan operator dan asisten
yang akan melaksanakan operasi dan pengecekan pencahaan dalam ruangan.

Preparasi Peralatan Operasi


Peralatan operasi (alat bedah minor) direndam didalam air sabun, disikat dan dibilas
hingga bersih. Kemudian alat tersebut dikeringkan dengan menggunakan tissue/lap bersih.
Peralatan yang telah dibersihkan dimasukkan kedalam bak instrument dengan susunan
sebagai berikut (atas ke bawah): towel clamp, scalpel, pinset sirurgis, pinset anatomis,
gunting lurus tumpul-tumpul, gunting lurus tumpul-runcing, gunting lurus runcing-runcing,
gunting bengkok tumpul-tumpul, gunting bengkok tumpul-runcing, tang arteri lurus
anatomis, tang arteri lurus sirurgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri bengkok sirurgis,
dan needle holder. Kemudian bak peralatan bedah minor diletakkan di tengah 2 lapis kain.
Bak peralatan dibungkus dengan lapis kain pertama dengan cara sisi kain dilipat dengan
urutan sisi yang paling dekat dengan tubuh, sisi sebaliknya, sisi kanan kemudian sisi kiri.
Pembungkusan dilanjutkan dengan lapis kain kedua (posisi kain berbentuk belah ketupat),
urutan lipatan yaitu sisi yang paling dekat dengan tubuh, sisi kanan, sisi kiri, dan sisi yang
paling jauh. Bagian yang dilipat disisakan untuk memudahkan asisten operator membuka
bungkusan alat. Bak instrument dimasukkan kedalam UV Sterilizer dengan waktu 60 menit.
Pengecekan alat patient monitor dan cauter.
Preparasi Pakaian Operasi
Perlengkapan operator dan asisten disiapkan, disusun di atas dua lapis kain
pembungkus dengan urutan dari atas ke bawah yaitu tutup kepala, masker, sikat, handuk, baju
operasi, dan sarung tangan. Perlengkapan tersebut dibungkus dengan cara yang sama seperti
membungkus peralatan bedah minor, kemudian disterilisasi menggunakan UV Sterilizer
dengan selama 30 menit.

Persiapan Operator dan Asisten Operator


Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun asisten operator harus terlebih
dahulu melepas semua asesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan operator
dan asisten operator harus steril dalam melakukan operasi untuk menghindari adanya infeksi
bawaan dari luar tubuh hewan. Dilakukan pemasangan tutup kepala dan masker, melepas jam
tangan, cincin, dan perhiasan lainnya (kuku harus pendek dan bersih), mencuci tangan
dengan air dan sabun kemudian disikat dengan arah dari ujung kuku ke atas. Kedua tangan
kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak 10 kali kemudian dilap dengan handuk yang
sudah disterilkan hingga kering dan bilas dengan alkohol 70%. Setelah selesai, memakai baju
operasi dan sarung tangan.

Preparasi Hewan
Sebelum dilakukan operasi, hewan diperiksa keadaan fisik secara umum dilakuka
pemeriksaan hematolgi, rontgen, dan ultrasonografi. Hewan dipuasakan selama 12 jam
sebelum operasi dilaksanakan. Premedikasi yang diberikan adalah atropine dengan dosis
anastesi 0.025mg/kg. Setelah 10-15 menit dari pemberian premedikasi, anjing diinjeksikan
anaestetikum berupa ketamin 10% dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular pada M.
Semitendinosus atau M. Semimembranosus. Kemudian hewan di infus menggunakan cairan
infus ringer laktat. Berikut perhitungan dosis obat-obatan yang digunakan untuk preparasi
hewan:
𝑚𝑔
12.540 𝑘𝑔 𝑋 0.025 𝐵𝐵
𝑘𝑔
1. Vol pemberian Atropine (0.25 mg/mL) = 𝑚𝑔 = 1.254 mL
0.25
𝑚𝑙
10 𝑔 𝑋 1000
2. Konsentrasi Ketamin (10%) = = 100 mg/ mL
100 𝑚𝐿
𝑚𝑔
12.540 𝑘𝑔𝑋10 𝐵𝐵
𝑘𝑔
Volume pemberian Ketamin = 𝑚𝑔 = 1.254 mL
100
𝑚𝑙
1
Maintenance = 2 × 1.25 𝑚𝑙 = 0.625 𝑚𝑙 (𝐼𝑀)
𝑚𝑔
12.54 𝑘𝑔 𝑋 20 𝐵𝐵
𝑘𝑔
3. Volume pemberian Xylazine = 𝑚𝑔 = 1.254 mL
200
𝑚𝑙
Setelah keadaan sudah teranestesi selanjutnya hewan dicukur pada bagian area
pembedahan dengan menggunakan alat cukur/clipper. Area operasi di bersihkan dengan
menggunakan sabun, alkohol 70%, dan antiseptik berupa iodine tincture dioleskan pada area
pembedahan setelah area tersebut bersih dari rambut dengan pengolesan dari arah dalam
keluar.

Operasi

Teknik Pembedahan
Pertama yaitu penguakan jaringan kulit disekitar massa tumor dikuakkan dengan
menggunakan gunting runcing-runcing. Selanjutnya, disekitar jaringan yang dikuakkan
tersebut dilakukan penjepitan pada pembuluh darah yang besar yang kemudian diligasi
menggunakan catgut chromic 3/0. Setelah semua buluh darah diligasi, selanjutnya massa
tumor disayat dan dipisahkan dari tubuh anjing. Setelah semua massa tumor terangkat,
dilakukan penetesan antibiotik penicillin 50.000 IU secara topikal sebelum penjahitan kulit.
Bagian kulit yang tidak diperlukan lagi dibuang dan disisakan kulit yang dipakai untuk
menutup bekas tumor. Benang silk 3/0 digunakan untuk menjahit kulit dengan tipe jahitan
simple suture. Pemberian antibiotik penicillin 50 000 IU pada bagian yang dijahit untuk
mencegah infeksi sekunder post operasi. Luka dioles iodin tincture dan selanjutnya dioles
salep perubalsem dan genoint. Selanjutnya luka ditutup dengan kasa dan micropore. Selama
operasi berlangsung, dilakukan monitoring terhadap kondisi pasien meliputi monitoring suhu,
frekuensi napas, dan frekuensi jantung.
Pasca Operasi
Untuk perawatan pasca operasi, hewan ditempatkan pada kandang yang bersih dan
kering. Terapi yang dilakukan setiap hari diantaranya, pemberian amoxicillin syrup selama 3
hari sebanyak 2 kali sehari, pembersihan luka jahitan, dan penggantian perban. Luka jahitan
dibersihkan setiap hari dengan NaCl, dioles salep perubalsem dan genoint agar luka cepat
mengering. Kebersihan kandang perlu diperhatikan dan dijaga untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder. Monitoring yang dilakukan terhadap kondisi fisiologis hewan post operasi
meliputi temperatur, frekuensi napas, frekuensi jantung, nafsu makan dan minum, feses, dan
urin.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anamnesa dan Signalment


Johnson merupakan anjing dengan ras beagle berjenis kelamin betina dengan warna
hitam-coklat-putih. Umur diperkirakan skitar 7-8 tahun. Pemeriksaan status present dilakukan
sebelum pelaksanaan operasi, hasilnya menunjukkan frekuensi napas 32 kali per menit,
frekuensi jantung 132 kali/per menit, sedangkan suhu tubuh 38.8˚C. Nilai normal frekuensi
napas menurut Widodo et al. adalah 15-30 kali per menit, frekuensi normal jantung adalah
90-120 kali per menit, dan suhu tubuh normal anjing adalah 38 oC–38.5. Frekuensi nafas,
jantung dan suhu johnson lebih tinggi dari rentang normal dari literatur, hal ini mungkin
dapat dikarenakan johnson berjalan sendiri ke dalam ruang operasi dan johnson adalah anjing
yang hiperaktif sehingga selalu berusaha berlari kemana-mana. Diagosis adanya tumor di
subkutis buccalis pada anjing Johnson dilakukan berdasarkan anamnesa, gejala klinis, dan
pemeriksaan klinis. Salah satu cara untuk menentukan diagnosis tumor adalah dengan
menggunakan diagnosis pencitraan. Menurut Withow dan Vail (2007), diagnosis pencitraan
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan radiografi, ultrasound, computed
tomography, dan magnetic resonance imaging. Selain itu pengambilan biopsi jaringn dan
hematologi juga dapat mempermudah untuk menentukan jenis dari tumor yang ingin
diidentifikasi.
Pemeriksaan X-ray dilakukan untuk mengetahui sejauh mana metastase dan
mengetahui batas tumor. Hasil menunjukkan adanya massa tumor di bagian buccalis yang
terlihat lebih radioluscent dan terlihat batas yang jelas dengan os mandibula. Selain X-ray
pemeriksaan penunjang yang dilakukan adala Ultrasonography. Hasilnya terlihat massa lebih
anechoic dan memiliki batas dengan yang jelas terhadap jaringan disekitarnya.

Pemeriksaan Hematologi

Sebelum melaksanakan operasi, dilakukan pemeriksaan hematologi untuk mengetahui


keadaan fisiologis maupun kemungkinan kelainan patologis hewan. Hasil pemeriksaan darah
anjing Johnson pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan darah anjing Johnson

Parameter Hasil Nilai Normal Literatur

Hemoglobin 10.1 12.0-18.0


Leukosit 7.2 6.0-17.0
Basofil - 0-1
Eosinofil - 2-10
Neutrofil Batang - 0-3
Neutrofil Segmen 93 60-77
Limfosit 2 12-30
Monosit 5 2-10
Eritrosit 4 5.5-8.5
Trombosit 32000 200000-500000
Hematokrit 30 37.0-55.0
MCV 71 60.0-77.0
MCH 23 19.5-26
MCHC 33 32.0-36.0

(Williams L dan Wilkins DRD, 2000)


Hasil pemeriksaan darah menunjukkan parameter- parameter hematologi johnson
tidak berada di dalam rentang normal. Hal ini diduga dikarenakan alat yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaan darah Johnson bukan alat yang dikhususkan untuk hewan sehingga,
kemungkinan kesalahan dalam pembacaan hasil darah sangat tinggi.
Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan prognosis,


sehingga pemeriksaan radiografi merupakan salah satu pemeriksaan lanjutan yang tepat.
Pengambilan gambar radiografi pada johnson memakai satu buah film dengan posisi latero
lateral. Pengambilan gambar dilakukan pada bagian kepala sampai dengan thorax.
Pengambilan pada bagian kepala bertujuan untuk mengetahui batas dan isi tumor, sedangkan
pada thorax bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya metastase dari tumor tersebut ke
paru-paru.

Gambar 1 Radiografi anjing Johnson posisi hewan right recumbency pada bagian thorax

Hasil radiografi pada gambar 1 menunjukan hasil yang cukup jelas. Terlihat
massa tumor pada bagian ventral buccalis yang lebih radioluscent. Marginasi yang jelas pada
massa tumor menunjukan bahwa tumor terpisah dengan os mandibula dengan jaringan
sekitar, paru-paru dalam keadaan sehat dan belum ada jaringan metastase pada bagian
tersebut
Pemeriksaan Ultrasonografi

Pemeriksaan dilakukan pada tumor daerah thoraks. Pemeriksaan tumor


memperlihatkan adanya massa tumor lebih anechoic dari jaringan sekitarnya yang berupa
tulang. Adanya echogenitas yang anechoic menandakan bahwa kemungkinan isi dari tumor
adalah cairan ataupun lemak. Pada hasil USG dapat terlihat lobulasi yang jelas dan tidak
adanya perlekatan pada jaringan sekitarnya.
Operasi Tumor
Setelah dilakukan physical examination, anjing lalu diberikan premedikasi berupa
atropin. Lima belas menit kemudian anjing disuntikkan campuran ketamine dan xylazine.
Anjing yang sudah teranestesi kemudian dibaringkan tubuhnya dalam posisi laterolateral
untuk dilakukan pencukuran rambut dan pembersihan kotoran-kotoran pada daerah disekitar
bagian tumor. Setelah sekitar bagian tumor hewan dicukur dan dibersihkan, kemudian
Johnson di berikan cairan infus yaitu Natrium Clorida (NaCl) yang dimasukkan melalui
intravena. Selanjutnya dilakukan pengolesan menggunakan alkohol dan iodine.

Tabel 2 Kegiatan saat operasi berlangsung


No Gambar Penjelasan
1. Pemeriksaan fisik pada pasien operasi
sebelum dilakukan pembiusan.
Pemasangan infus kepada pasien

2. Penguakan jaringan tumor dari jaringan


sekitar tumor.

3. Reseksi bagian tumor yang telah


dipreparir.

4. Meligasi pembuluh darah besar dan


pembuluh darah yang terobek akibat
reseksi tumor.
5. Melakukan penjahitan simple suture
untuk menutup jaringan yang terbuka.

6. Hasil dari jahitan simple suture yang


dibuat.

7. Bagian yang sudah dijahit diolesi iodine


tincture, salep perubalsem dan genoint.

8. Selanjutnya ditutup dengan kasa dan


leukoplast.

9 Besar tumor yang berhasil diangkat dari


tubuh pasien (1cm x 1 cm x 1 cm)

Tabel 3 Hasil pengamatan saat operasi berlangsung


Frek.
Frek. Napas Suhu Tubuh
Menit Ke- Jantung CRT (detik) Mukosa
(x/menit) (oC)
(x/menit)

0 140 24 38.6 <2 Rose


5 108 27 38.5 <2 Rose
15 120 24 37.9 <2 Rose
20 120 24 37.6 <2 Rose
25 108 24 37.6 <2 Rose
30 136 28 37.6 <2 Rose
35 128 28 37.3 <2 Rose
40 132 28 37.0 <2 Rose
45 140 28 37.1 <2 Rose
50 140 28 37.1 <2 Rose

Frekuensi jantung
160
140
Frekuensi jantung

120
100
80
60 Frekuensi jantung
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
menit ke-

Gambar 7 Grafik frekuensi jantung selama operasi

Frekuensi Pernafasan
29
28
27
26
25 Frekuensi Pernafasan

24
23
22
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Gambar 8 Grafik frekuensi pernapasan selama operasi


Suhu tubuh
39

38.5

38

37.5
Suhu tubuh
37

36.5

36
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Gambar 9 Grafik suhu tubuh selama operasi

Monitoring terhadap beberapa parameter dilakukan setiap 5 menit menggunakan


patient monitoring. Tabel 3 menunjukkan beberapa parameter pemeriksaan fisik yang diamati
diantaranya frekuensi denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, CRT, dan mukosa.
Gambar 7, gambar 8, dan gambar 9 secara berturut turut menunjukkan hasil pengamatan
frekuensi denyut jantung, frekuensi napas, dan suhu tubuh pasien. Operasi dilakukan dengan
menggunakan campurananestesi ketamine dan xylazine dengan dosis 10mg/ml untuk
ketamine dan 20mg/ml untuk xylazine. Kondisi pasien selama operasi cukup stabil. Selama
proses pembedahan pun tidak terjadi pendarahan yang serius, hanya ada satu pembuluh darah
besar yang harus ligasi. Saat pembuluh darah tersebut di ligasi pendarahan langsung berhenti
dan dapat langsung dilakukan penutupan jaringan. Teknik penjahitan yang dilakukan di
bagian luar adalah simple suture karena sayatan yang harus dilakukan akibat tumorn tiddak
terlalu besar sehinga tidak perlu melakukan matrass suture. Selanjutnya dilakukan pemberian
salep (perubalsem dan genoint), kassa, dan pembalutan.

Pasca Operasi Tumor di Subcutis Abdomen

Tabel 4 Hasil pengamatan post operasi


H+0 H+1 H+2 H+3 H+4 H+5 H+6 H+7
Keterangan
S P S P S P S P S P S P S P S
Frekuensi
jantung 132 136 140 132 132 136 136 132 140 128 132 132 136 136 140
(kali/menit)
Frekuensi
napas 36 40 36 32 36 32 36 32 40 36 40 32 36 32 36
(kali/menit)
Suhu (°C) 38,2 38,2 38,3 38,1 38,3 38,2 38,4 38,1 38,3 38,0 38,4 38,1 38,3 38,2 38,4
CRT
<2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2 <2
(detik)
Mukosa rose rose rose rose rose rose rose Rose rose rose rose rose rose rose Rose
Minum v v v v V V v V v v v V v v v
Makan v v v v V V v V V v v V v v V
Urinasi v v v v V V v V V v v V v v v
Defekasi - v - v - V - V - v - V - v -
Frekuensi Jantung
145

140

135

Frekuensi Jantung
130

125

120
0 (S) 1(p) 1(s) 2(p) 2(s) 3(p) 3(s) 4(p) 4(s) 5(p) 5(s) 6(p) 6(s) 7(p) 7(s)

Gambar 10 Hasil pengamatan frekuensi jantung post operasi

Frekuensi nafas
45
40
35
30
25
20 Frekuensi nafas
15
10
5
0
0(s) 1(p) 1(S) 2(p) 2(s) 3(p) 3(s) 4(p) 4(s) 5(p) 5(s) 6(p) 6(s) 7(p) 7(s)
i
Gambar 11 Hasil pengamatan frekuensi napas post operasi

Suhu
38.5
38.4
38.3
38.2
38.1 Suhu

38
37.9
37.8
0(s) 1(p) 1(s) 2(p) 2(s) 3(p) 3(s) 4(p) 4(s) 5(p) 5(s) 6(p) 6(s) 7(p) 7(s)

Gambar 12 Hasil pengamatan suhu tubuh post operasi


Kondisi anjing Johnson sangat baik keadaannya sehingga pada saat post operasi kami
kesulitan untuk mempertahankan perban pada lukanya. Pergantian kasa dilakukan sampai
dengan hari ke-3. Setelah hari ke-3 diputuskan untuk membiarkan luka tanpa balutan tetapi
dibersihkan setiap pagi dan sore. Pemberian salep (perubalsem dan genoint) dan memberikan
obat secara peroral. Obat yang diberikan secara peroral yaitu antibiotik amoxilin syrup, dan
vitamin byolisin sirup. Data perawatan post operasi disajikan dalam tabel 4. Pasien selalu
menunjukan hasil pemeriksaan fisik yang tidak jauh dari keadaan sebelum operasi.
Johnson sudah menujukkan nafsu makan dan minum yang baik sejak hari pertama post
operasi. Defekasi dan urinasi pada anjing tidak mengalami kelainan. Konsistensi feses terlihat
normal dengan skor 3 dari skali 1-5 dengan satu paling encer dan 5 paling keras. Kondisi
johnson semakin membaik sampai dengan waktu 1 minggu yaitu waktu untuk membuka
jahitan. Saat dibuka jahitan sudah kering dan jaringan dibawahnya sudah menutup dengan
sempurna. Pemberian salep genoint dan perubalsem dihentikan saat luka bekas jahitan yang
dibuka telah kering.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Tingkat keberhasilan dari operasi reseksi tumor dibagian buccalis cukup tinggi.
Dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik pada saat post operasi akan mempercepat
tingkat persembuhan dengan baik.
Saran
Pemberian anti pendarahan seperti vitamin k dapat mempermudah dan mempercepat
jalannya operasi. Penggunaan metode penjahitan kulit subkutis dapat mempermudah
perawatan post operasi dan memberikan nilai estetika yang lebih tinggi terhadap pemilik
hewan.
DAFTAR PUSTAKA

Andreasen PA et al. 1997. The urokinase-type plasminogen activator system in cancer


metastasis: A review. Int J. 97(72):1-22
Kirson ED et al. 2007. Alternating electric fields arrest cellproliferation in animal tumors and
human brain tumor. PNAS. 104(24):1-6
Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2011. Diagnostik
Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): Penerbit IPB Press.
Williams dan Wilkins. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai