Anda di halaman 1dari 5

GERD ( Gastroesophageal Reflux Disease)

DEFINISI keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam


esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu
(troublesome) di esofagus maupun ekstra-esofagus.

EPIDEMIOLOGI
- Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun 2005-2010)

- Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%

- Asia Barat 20%

- Asia Tenggara 10,5%

- Indonesia 22,8% untuk kasus esofagitis

ETIOLOGI & - Esofagitis


FAKTOR RESIKO 1). Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan
refluksat dengan mukosa esofagus
2). Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus
- Aliran balik dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi
apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3 mmHg)
- Refleks spontan pada saat relaksasi LES tidak adekuat
- Aliran retrograd yang mendahului kembalinya tonus LES setelah
menelan
- Meningkatnya tekanan intra abdomen
- kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks
fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan
delayed gastric emptying
- infeksi H. pylori terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dari
gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam lambung
- Dalam keadaan di mana bahan refluksat bukan bersifat asam atau
gas (non acid reflux), timbulnya gejala GERD diduga karena hipersensitivitas
viseral

PATOFISIOLOGI Sederhana nya, patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan


& antara faktor defensif dari esofagus (pemisah anti refluks, bersihan asam
PATOGENESIS dari lumen esofagus, ketahanan epitel esofagus) dan faktor ofensif dari
bahan refluksat.
3 mekanisme :
1. Mekanisme anti refluks
Perbedaan tekanan antara abdomen dan thorax  tidak ada
pertahanan  peningkatan tekanan abdomen( bentuk anatomi LES
yang melipat dan kekuatan menutup)  tek esofagus lebih rendah
 karena pengaruh saraf (koligernik), hormonal, miogenik
transient LER

2. Faktor lambung
Peningkatan isi lambung refluksat banyak  tekanan lambung
meningkat  refluksat mengandung asam lambung tinggi 
denaturasi protein dan difusi balik H+ ke lapisan dalam mukosa
esofagus  mukosa esofagus rusak  mudah terjadi difusi balik.
Peningkatan isi lambung menyebabkan nerkurangnya kemampuan
engosongan lambung, gangguan fungsi pilorus, dan kelian
duodenum.

3. Esophageal clearance
Kemampuan esofagus untuk membersihkan diri dari bahan
refluksat, berlangsung karena peristaltik esofagus dan produksi
saliva yang optimal
Penyakit penyerta atau obat-obatan yang mempengaruhi produksi
saliva  menurun kan clearance  mudah teriritasi

MANIFESTASI - Paling khas : heartburn


KLINIS - Regusgitasi asam atau pahit ketika posisi membungkuk
- Disfagia
- Odinophagia : esofagitis refluks
- Hematemesis : perdarahan akibat esofagitis
- Keluhan ekstra gastrointestinal : batuk kronis, suara serak, asma,
pneumonia berulang, laringitis
- Keluhan gangguan tidur

DIAGNOSIS 1. Anamnesis
Berdasarkan gejala tipikal, atipiksl, komplikasi)
2. Pemeriksaan fisik
3. Tes PPI
4. Endoskopi ( gold standard)
Paling akurat, untuk melihat adanya lesi, esofagitis, stiktur keganasan
atau Barret esofagus
5. Pemeriksaan pH metri
Adanya paparan asam berlebih, sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi, penggunaan elektroda untuk menentukan lokasi LES
6. Pemantauan ambulatoar (ambulatory monitoring)
esofagus membantu untuk konfirmasi reluks gastroesofageal pada
pasien dengan gejala menetap ( baik khas maupun tidak khas)
tanpa adanya kerusakan mukosa, juga dapat digunakan untuk
memantau pengendalian refluks pada pasien tersebut di atas yang
sedang menjalani terapi
7. Manometri
dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan dugaan gejala GERD
yang tidak berespon terhadap terapi empiris berupa PPI 2 kali
sehari dan gambaran endoskopinya normal
8. GERD-Q (kuisioner)
GerdQ adalah sebuah alat penilaian dibuat untuk praktisi medis
dalam identifikasi dan manajemen pasien GERD :
1. Diagnosis berdasarkan gejala
2. Menilai dampak dari gejala
3. Memonitor respon terapi
Aplikasi GerdQ mendukung definisi Montreal untuk GERD yang
menyarankan pendekatan terapi berbasis pasien

Jika skor <13 : tidak GERD


Jika skor >13 : GERD

DIAGNOSIS - Gastritis
BANDING - Gastroenteritis
- Gastropati NSAID
- Ulkus lambung
- Tukak peptik
- Pankreatitis
- Penyakit kandung empedu

TATALAKSANA Algoritma penatalaksanaan


1. Preventif
- Makan teratur
- Porsi kecil, seimbang
- Hindari makan terlalu asam, asin, pedas
- Hindari rokok, alkohol, kafein
- Gunakan bantal yang agak tinggi ketika tidur
- Tidur sedikit duduk (fleksi)

2. Kuratif
- Modifikasi gaya hidup
- Medika mentosa
Antasida
H2 reseptor antagonist ( simetidin, ranitidin, famotidin)
PPI
Obat yang memperbaiki motilitas (gol. Prokinetik)

3. Rehabilitatif (pemeliharaan)
Prinsip: Mengontrol gejala dan mencegah komplikasi

4. Tindakan operatif
Invasif minimal dengan laparoskopi, lebih efektif apabila pada usia <50
tahun
Dengan indikasi :
- kasus refrakter tehadap terapi medis
- telah terjadi striktur
- sering mengalami regusrgitasi dimalam hari

KOMPLIKASI 1. Striktur
Terjadi penyempitan akibat proses fibrosis, bila imflamasi mencapai
lebih dalam mukosa
2. Pendarahan
Terjadi apabila ulserasi bersifat dalam sampai lapisan muskularis
Tidak jarang disertai perforasi
Dapat diatasi dengan medikamentosa
3. Barrets esophagus
Terjadi perubahan pola mukosa esofagus yang bersifat squamosa
menjadi kolumnar pada esofagus refluks kronis
4. Dapat mengalami displasia dan timbulnya adenokarsinoma

PROGNOSIS 1. Beberapa kasus tanpa komplikasi dan ditangani dengan tepat : Dubia
at Bonam
2. Semakin dini tatalaksana dan pencegahan akan semakin baik
3. Baik jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan
benar
4. Pada kasus berat dapat menyebabkan ca esofagus
INDIKASI 1. Kompetensi 4a (mendiagnosis, melakukan pelaksanaan secara mandiri
RUJUKAN dan tuntas)
2. Lesi posisi terbuka (open)
Status reflux yang tidak bisa dikendalikan dengan bantuan obat-obatan

Anda mungkin juga menyukai