0184F
AUDIT ATAS KECURANGAN
Week 10
Resolution of Fraud
Persatuan Jaksa (Persaja) menggunakan ungkapan dalam bahasa Sanksekertanya: “tan hana
dharma manrua” sebagai mottonya.
Asas Peradilan Dilakukanya oleh Hakim karena Jabatannya dan Tetap berarti pengambilan
keputusan mengenai salah tidaknya terdawa dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan
bersifat tetap. Untuk jabatan ini,hakim-hakim yang tetap diangkat oleh kepala Negara. Ini
disebut dalam Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Pasal 31. Dalam system lain,
system juri yang menetukan salah tidaknya terdakwa ialah suat dewan yang mewakili
golongan-golongan dalam masyarakat. Mereka umumnya awam tentang ilmu hukum.
Asas Tersangka/Terdakwa berhak Mendapat Bantuan Hukum terlihat dalam Pasal 69 sampai
Pasal 74 KUHAP.
1. Bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka ditangkap atau ditahan.
2. Bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat pemeriksaan.
3. Penasihat hukum dapat menghubungi tersangka/terdakwa pada semua tingkat
pemeriksaan pada setiap waktu.
4. Pembicaraan antara penasihat hukum dengan tersangka tidak didengar oleh penyidik
dan penuntut umum, kecuali pada delik yang menyangkut keamanan Negara.
SURAT DAKWAAN
Surat dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan dakwaan itulah
pemeriksaan persidangan dilakukan. Hakim tidak dapat menjatuhkan pidana di luar batas-
batas dakwaan.
Berikut syarat-syarat surat dakwaan yang diatur dalam Pasal 143 ayat 2 KUHAP. Surat
dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
b. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan.
Apabila surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka surat
dakwaan tersebut batal demi hukum (Pasal 143 ayat 3 KUHAP).
Bentuk Dakwaan
Dakwaan dapat disusun secara tunggal, kumulatif, alternative, atau subsidair.
Bukti
KUHAP sendiri tidak menjelaskan arti dari istilah “bukti” yang digunakannya. Karena itu,
kita harus menggunakan interprestasi bahasa, misalnya dengan merujuk kepada kamus
bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan dua arti dari “bukti”,
yaitu:8”1.
Menurut KUHAP, Berita Acara Pemeriksaan (Saksi, Tersangka, Ahli), Laporan Ahli, Bukti
Surat, dan Barang Bukti yang diupayakan dengan cara-cara di atas merupakan bukti. Dengan
bukti-bukti ini, penyidik menentukan ada tidaknya tindak pidana, jenis tindak pidana, dan
pelakunya.
Dalam hal tidak terdapat cukup bukti, penyidik menghentikan penyidikan. Apa pengertian
dari bukti yang cukup? Ada kecukupan bukti apabila ada sekurang-kurangnya dua bukti yang
saling bersesuaian, dan dari persesuaian itu diyakini telah terjadi tindak pidana dan siapa
tersangkanya.
Proses serupa dilanjutkan oleh penuntut umum setelah penyidik menyerahkan berkas perkara
(hasil penyidikan) kepadanya. Setelah menerima atau menerima kembali hasil penyidikan
yang lengkap dari penyidik, penuntut umum akan menentukan apakah berkas perkara itu
sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke Pengadilan.
Kalau penuntut umum berpendapat bahwa berkas perkara hasil penyidikan tidak cukup bukti,
maka ia menghentikan penuntutan dalam bentuk surat ketetapan.
Barang Bukti
Barang bukti adalah benda yang bergerak maupun tidak bergerak, yang berwujud maupun
tidak berwujud yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang terjadi. Agar dapat
dijadikan bukti, benda itu harus disita terlebih dahulu oleh penyidik dengan surat izin Ketua
Pengadilan Negeri di dalam daerah hukumnya di mana benda itu berada.
Penyitaan yang dilakukan oleh penyidik KPK tidak memerlukan izin Ketua Pengadilan
Negeri setempat.
Benda-benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah benda-benda yang:
Alat Bukti
Sebagaimana halnya dengan istilah “Bukti”, KUHAP juga tidak menjelaskan makna dari
istilah “Alat Bukti”. Namun, Pasal 183 KUHAP dapat membantu kita menemukan
maknanya. Pasal ini berbunyi:
Rumusan pasal ini menegaskan tiga hal berikut.
1. Alat bukti diperoleh dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan. Ini berbeda dengan
bukti-bukti yang dikumpulkan oleh penyidik dan yang diteliti kembali oleh penuntut
umum, seperti dijelaskan diatas.
2. Hakim mengambil putusan berdasarkan keyakinannya mengenai tindak pidana itu
(bahwa ia memang terjadi) dan mengenai pelaku (bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya). Butir ini menekankan pentingnya integritas hakim. Tanpa ini, Hakim
tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya. sekelompok orang yang bersekongkol bisa mengorbankan orang lain
yang sebenarnya “kambing hitam”.
3. Keyakinan hakim diperoleh dari sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. Ini
mengandung makna bahwa hakim tidak semena-mena menjatuhkan keputusan. Pasal
184 KUHAP memerinci jenis-jenis alat bukti yang sah, yaitu keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Kalau kita cermati jenis-
jenis alat bukti yang sah dan kita perhatikan urutan waktu (kronologi) proses
pengadilan, kita akan melihat bahwa bukti yang dikumpulkan penyidik diuji dalam l
proses pengadilan, kemudian bukti-bukti tersebut baru menjadi alat bukti yang sah.
Berikut tiga cara memperoleh alat bukti keterangan ahli yang sah.
1. Ahli memberikan keterangan di depan penyidik yang dituangkan dalam bentuk BAP.
Sebelum memeberikan keterangan, ia wajib bersumpah/berjanji di hadapan penyidik bahwa
ia akan memberikan keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya. Keterangan
ahli dalam bentuk BAP biasanya merupakan tanggapan atas pertanyaan penyidik. Ahli yang
telah memberikan keterangan atas permintaan penyidik dapat tidak hadir di sidang, cukup
keteangan yang telah diberikan di bawah sumpah dibacakan. Akan tetapi, kalau hakim
mengganggap perlu menjernihkan duduk persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim
ketua sidang dapat meminta agar ahli yang bersangkutan hadir memberikan keterangan di
sidang dan membawa bahan baru yang diperlukan.
2. Ahli memberikan keterangan dalam bentuk laporan yang diminta secara resmi oleh
penyidik, yang disebut laporan ahli yang dibuat dengan mengingat sumpah saat ia menerima
Surat
Surat yang mempunyai nilai pembukitan sebagai alat bukti surat harus dibuatkan atas sumpah
jabatan atau dikuatkan dengan sumpah.
1. Surat yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar dilihat atau
dialaminya sendiri disertai alasan tentang keterangannya itu.
Contoh: Akta Notaris, Akta Pejabat PPAT, Berita Acara Lelang Negara, dan lain-lain.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, BAP Saksi (dan juga BAP Tersangka) tidak merupakan
alat bukti surat.
2. Surat yang dibuat menurut peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan peruntukkan bagi pembuktian suatu hal menjadi tanggung jawabnya dan diperuntukkan
bagi pembukitan suatu hal atau keadaan. Contoh: SIM,Paspor, KTP,IMB, IJasah, Surat
Perintah Perjalanan Dinas, dan lain-lain.
3. Surat yang dibuat oleh ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
suatu peristiwa atau keadaaan yang diminta secara resmi dari padanya, termasuk laporan ahli.
Contoh: Visum et repertum, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, laporan audit KAP.
Surat, dokumen, atau berkas-berkas yang tidak termasuk salah satu dari tiga jenis surat di atas
(termasuk Kertas Kerja Audit) tidak merupakan alat bukti surat karena tidak dibuat
berdasarkan sumpah jabatan oleh pejabat atau ahli yang kompeten. Namun, apabila isi surat
dokumen, atau berkas-berkas lainnya ini ada hubungannya atau persesuaiannya dengan alat
bukti sah yang lain, maka ia dapat mempunyai nilai pembuktian segagai alat bukti petunjuk.
Contoh: surat kuitansi, surat perjanjian di bawah tangan, kertas kerja audit,dan lain-lain.
Lembaga Pemasyarakatan
1. Pungutan bagi pengunjung
2. Uang cuti
3. Menggunakan orang lain yang identitasnya disesuaikan dengan identitas terpidana
4. Perlakuan istimewa
Eksaminasi
Istilah eksaminasi berasal dari bahasa inggris, examination. Dalam konteks produk peradilan
(dakwaan, putusan pengadilan, dan lain-lain ), eksaminasi berari melakukan pengujian atau
pemeriksaan terhadap produk-produk peradilan.
Tujuan eksaminasi publik secara umum adalah mengawasi produk peradilan yang
dikeluarkan oleh aparat peradilan. Asumsinya ialah banyak produk peradilan yang
menyimpang baik secara materiil maupum formil.
Anggota Majelis Eksaminasi harus memiliki keahlian hukum atau keahlian lainnya yang
terkai dengan perkara yang akan dieksamniasi. Mereka tidak mempunyai benturan
kepentingan dalam perkara yang dieksaminasi, tidak aktif lagi di lembaga peradilan (bagi
hakim, jaksa, atau polis), memiliki integritas, serta memiliki komitmen terhadap pembaruan
dan penegakan hukum.
SURAT GUGATAN
Gugatan diajukan dengan surat gugat yang ditandatangani oleh Pengugat atua kuasanya yang
sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri, di mana selanjutnya surat gugatan
tersebut diberi nomor dan didaftarkan dalam buku Register setelah Penggugat membayar
panjar biaya perkara yang besarnya ditentukan oleh Pengadilan Negeri.
ALAT BUKTI
Alat bukti dalam hukum acara perdata terdiri atas bukti dengan surat, bukti dengan saksi,
pengakuan, persangkaan, dan sumpah. Secara singkat, alat-alat bukti ini dibahas di bawah ini:
Saksi
Kalau bukti surat tidak ada, maka dalam perkara perdata diusahakan mendapatkan saksi-saksi
yang dapat membenarkan atau menguatkan dalil-dalil yang diajukan di muka sidang Hakim.
Kriteria saksi adalah yang melihat sendiri, atau mengalami sendiri. Memberikan kesaksian
mengenai apa yang disampaikan oleh orang lain tidak dianggap sebagai kesaksian
(testomonium de auditu).
Seorang saksi tidak boleh memberikan keterangan-keterangan yang berupa kesimpulan-
kesimpulan. Menarik kesimpulan-kesimpulan adalah wewenang Hakim.
Pengakuan
Apabila dalil-dalil yang dikemukakan suatu pihak diakui oleh pihak lawan, maka pihak yang
mengemukan dalil-dalil itu tidak perlu membuktikannya. Pembuktian hanya perlu diadakan
terhadap dalil-dalil yang dibantah atau disangkal.
Persangkaan
Persangkaan ialah kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang dianggap terbukti
kearah suatu peristiwa yang belum terbukti. Untuk suatu peristiwa yang harus dibuktikan
sangat sulit mendapatkan saksi-saksi yang melihat atau mengalami sendiri sehingga
pembuktian dapat diusahakan dengan persangkaan-persangkaan. Yang menarik kesimpulan
adalah Hakim atau undang-undang.
4. Proses silang merupakan kombinasi dari unsure-unsur yang ada dalam litigasi, arbitrase
dan mediasi di mana pihak-pihak yang bersengketa menyepakati prosedur penyelesaian yang
akan ditempuh.
Penyelesaian kasus fraud adalah melalui proses peradilan secara hukum. Hukum dibagi
menjadi dua, yaitu hukum pidana dan hukum perdata.
Hukum pidana dilakukan ketika seorang pelaku fraud melanggar hukum yang berlaku di
negara tersebut, hukum pidana dapat berbentuk delik umum dan delik aduan, dalam delik
aduan ketika pihak pelapor dan terlapor berdamai maka kasus selesai.contohnya adalah
penghinaan, pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan, dan sejenisnya.
Tetapi kasus seperti korupsi, pencurian, penggelapan, termasuk kedalam delik umum,
meskipun pelaku fraud telah mengakui perbuatan dan meminta maaf, tetapi proses hukum
tetap dilanjutkan
Sedangkan kasus perdata lebih kepada persengketaan atau perselisihan antara dua atau lebih
pihak. Contohnya: utang-piutang, jual beli, sewa menyewa, dan sebagainya. Biasanya terjadi
karean salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati terhadap pihak
lainnya, disebut dengan wanprestasi.
3. Tuanakotta, T.M, (2010), Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2, Penerbit
Salemba 4.