Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan
lebih dari 1 milyar kasus di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai
akibatnya. Diare masih merupakan penyebab kematian penting pada anak-anak di
negara berkembang. Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang
tidak memadai, malnutrisi menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena
diare. Hal itu terjadi lebih dari 1 milyar episode setiap tahun, dengan 2-3 % jatuh
kedalam keadaan dehidrasi1.
Menurut laporan Depkes RI, di Indonesia setiap anak mengalami diare
1,6-2 kali setahun. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare yang
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab kematian adalah karena
dehidrasi sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja2.
Diare masih juga merupakan penyebab penting kekurangan gizi pada bayi
dan balita. Hal ini disebabkan karena adanya anoreksia sehingga makan lebih
sedikit dan biasanya kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal
kebutuhan sari makanan meningkat dengan adanya infeksi serta kebiasaan yang
salah dari orang tua yang menghentikan semua jenis makanan unutk
mengistirahatkan usus sehingga diare akan berkurang2.
Oleh karena masih tingginya angka kematian dan kesakitan pada anak
karena penyakit diare ini, pencegahan harus dilakukan dengan cara hidup sehat
dan penanganan yang cepat dan tepat dalam mengatasi diare ini juga sangat
penting untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit ini2.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga
kali atau lebih dalam satu hari.1 Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila
frekuensinya lebih dari 3 kali. Klasifikasi diare ke dalam jenis akut dan kronis
bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling sedikit 14 hari untuk
dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan kebanyakan kurang
dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah.2

2.2 Epidemiologi
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis
masih merupakan masalah kesehatan utama. Di dunia, diare menyebabkan
kematian sebanyak 5 juta setahun, 75% diantaranya disebabkan oleh diare
akut. Di Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000-250.000 setahun,
80% diantaranya disebabkan oleh diare akut.1,2
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insuden paling tinggi terdapat pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa
diberikan makanan pendamping.1

2.3 Klasifikasi
Secara klinik dibedakan 3 macam diare :1
1.Diare akut, yaitu buang air besar dengan konsistensi lebih encer dari
biasanya, ≥ 3x/hari, yang timbul secara mendadak, berlangsung kurang
dari 14 hari, dan tanpa darah.

2
2.Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 14 hari.
3.Diare kronik, yaitu diare yang intermitten atau yang berlangsung lama
dengan penyebab non infeksi seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun.

2.4 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1,2,3,4
1. Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai
mikroba diantaranya :
o Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus.
o Bakteri : Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio cholera,
Campilobacter jejuni.
o Parasit : protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli ), cacing ( Ascaris, Trichuris,
Strongiloides ) dan jamur ( Candida ).
2. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
4. Imunodefisiensi
5. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare pada
anak yang lebih besar.

2.5 Patogenesis1,4
1. Virus
Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak
dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan

3
pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal
mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus
mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili dapat juga
dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan
berkurangnya absorpsi disakarida terutama laktosa. Penyembuhan
terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi
matang.
2. Bakteri
 Penempelan di mukosa
Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk
mengindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan
pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi
cairan.

 Toksin yang menyebabkan sekresi


Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae mengeluarkan toksin yang
menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorpsi
natrium melalui vili dan meningkatkan sekresi klorida dari kripta,
yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi
bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
 Invasi mukosa
Shigella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan
perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang
dihasilkan kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga
sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan
menyebabkan terjadinya diare karena tubuh mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan yang berbahaya
dapat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat

4
masuk ke dalam sirkulasi sistemik, maka akan terjadi berbagai
reaksi.

2.6 Patofisiologi
1. Penyerapan cairan di usus halus
Dalam keadaan normal usus halus mampu menyerap cairan
sebanyak 7- 8 liter sehari. Penyerapan air ini ditentukan oleh
perbedaan tekanan osmotik di lumen usus dan di dalam sel, terutama
dipengaruhi oleh konsentrasi natrium.3,4,5
Penyerapan natrium ke dalam enterosit dapat melalui 3 cara, yaitu
berpasangan dengan ion klorida, atau bahan non elektrolit seperti
glukosa, asam amino, peptida, dll, pertukaran dengan ion H, pasif
melalui ruang interseluler ( tight junction). Sedangkan klorida diserap
melalui pertukaran dengan bikarbonat.3

2. Sekresi cairan di usus halus


Penyerapan pasangan NaCl akan meningkatkan Cl di dalam sl
kripta dan pada waktu yang bersamaan Na akan dikeluarkan dari sel
kripta dengan bantuan enzim Na-K-ATPase. Sekresi Cl di dalam sel
kripta dapat ditingkatkan dengan adanya intracellular messenger,
misalnya cAMP, dan cGMP yang dapat menyebabkan peninggian
permeabilitas sel kripta sehingga Cl mudah keluar ke lumen usus.
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan
kemampuan penyerapannya sampai 4400 ml/hari. Bila sekresi cairan
berlebih maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya sehingga
terjadi diare. Selain itu diare dapat pula terjadi jika kemampuan
penyerapan usus berkurang, misalnya pada kolitis.3

Sumber lain menyebutkan, mekanisme yang menyebabkan diare adalah


sebagai berikut :
1. gangguan osmotik

5
Makanan yang tidak dapat diserap dengan baik akan menyebabkan
tekanan osmotik rongga usus meninggi, hal ini menyebabkan pergeseran
air dan elektrolit kedalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Adanya rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik usus akan meneyebabkan kesempatan untuk melakukan
penyerapan makanan menurun sehingga timbul diare. Hiperperistaltik usus
menyebabkan perpindahan makanan dalam usus menjadi lambat sehingga
memungkinkan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang tumbuh ini akan
mengeluarkan toksin yang akan merangsang sekresi air dan elektrolit
sehingga timbul diare.
Adapun patofisiologi yang mendasari timbulnya manifestasi klinis dehidrasi
adalah:
1. Intake kurang
- minum kurang
- anoreksia
- hipodipsi karena fungsi hipotalamus terganggu
2. Pengeluaran meningkat
- keringat banyak atau insensible loss meningkat (hiperventilasi,
panas tinggi, dll).
- osmotic diuresis renal loss.1,6

2.7 Manifestasi Klinis


Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna
tinja dapat berubah jadi kehijau-hijauan yang disebabkan
bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena
tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah

6
gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita
jatuh ke dalam dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor dan
tonus ) kulit menurun, bibir dan mukosa kering, mata cekung, air mata
tidak keluar, ubun-ubun besar cekung, oliguri, bahkan dapat anuria,
tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran menurun. 1
Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,6
1. Diare tanpa dehidrasi
Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit
cairan, tetapi hanya kurang dari 5 % BB.

2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang


Dehidrasi ringan-sedang terjadi kehilangan cairan 5-10 % BB.
Dehidrasi ringan kehilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan
meningkatnya rasa haus dan gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit
berkurang. Gejala lain yang berhubungan dengan dehidrasi mungkin tidak
ada. Diare dengan dehidrasi sedang kehilangan cairan sekitar 7-10 % BB,
menyebabkan anak menjadi gelisah atau rewel. Matanya agak cekung serta
mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa haus, anak akan minum
dengan lahap bila ditawarkan minuman. Cubitan kulit kembali agak
lambat. Nadi radialis teraba tetapi cepat, dan ubun-ubun kecil pada bayi
lebih cekung pada biasanya.

3. Diare dengan dehidrasi berat


Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama
dengan atau lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau
bahkan koma. Mata sangat cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat
kering, pernafasan cepat dan dalam. Bila kesadarannya menurun, penderita
mungkin minum hanya sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit
kembali sangat lambat (> 2 detik). Nadi femoral sangat cepat dan nadi
radialis mungkin sangat cepat dan tidak teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil
sangat cekung. Penderita mungkin tidak kencing selama 6 jam atau lebih.

7
Bila ada syok hipovolemik, tekanan darah sistolik rendah atau tidak teraba,
lengan dan kaki dingin, kuku mungkin biru.

2.8 Diagnosis
Berdasarkan definisi diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat
buang air besar encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Pada pasien diare
harus ditentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta
derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi :

Penilaian A B C

Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel * Lesu, lunglai, atau tidak
sadar *

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin minum Malas minum atau tidak
tidak haus banyak * bisa minum *

Periksa turgor Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*


kulit

Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT


DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Bila ada 1tanda * + 1 atau
*
Bila ada 1 tanda + lebih tanda lain
1 atau lebih tanda
lain

Terapi Rencana A Rencana B Rencana C

2.9 Pemeriksaan laboratorium2

8
1. Pemeriksaan tinja
a. Maskroskopis dan miskroskopis
b Biakan kuman dan tes resistensi terhadap antibiotika
c. PH
2. Pemeriksaan darah
a. Darah rutin
b. Elektrolit
c. Analisa gas darah

2.10 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare : 1,2,4
1. Mencegah dehidrasi
2. Rehidrasi
3. Meneruskan makan dan ASI
Tujuan penatalaksanaan diare adalah untuk mengkoreksi
kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan
tubuh yang hilang sampai diarenya berhenti. Pengganti cairan dapat
secara oral atau intravena untuk penderita dengan dehidrasi berat.
Pemberian Cairan
1. Diare akut tanpa dehidrasi ( rencana terapi A )
Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum
lebih banyak dari yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan
dengan sendok dalam posisi anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang
dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula,
garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ;
a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau :
Umur < 12 bulan : 50 – 100 ml setiap mencret
Umur 1 – 5 tahun : 100 – 200 ml tiap mencret
Umur > 5 tahun : 200 – 300 ml tiap mencret

9
b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi
Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah
diserap, tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi
kecil dengan frekuensi sesering mungkin
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( rencana terapi B )
Upaya rehidrasi :
Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 – 4 jam
nilai kembali dengan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih
rencana terapi A,B,C untuk melanjutkan pengobatan. Dapat juga
diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tidak diketahui, yang
sesuai dengan tabel di bawah ini :

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

3. Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C)


Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit
sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi
sbb :

Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB

< 1 tahun 1 jam pertama 5 jam berikutnya

> 1 tahun ½ jam pertama 2 ½ jam berikutnya

a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai,
percepat tetesan intravena.
b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum,
biasanya setelah 3 – 4 jam ( bayi ) atau 1 – 2 jam ( anak )

10
c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita
menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan
selanjutnya.

Dietetik
Memuasakan penderita diare tidak dilakukan lagi karena akan
memperbesar terjadinya hipoglikemia. Makanan yang diberikan sedikit-
sedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan
diberikan terutama pisang.1

Pengobatan medikamentosa
Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah kita
mengetahui penyebab pasti, dengan ditemukan kista/parasit dalam tinja atau
bila ditemukan bakteri usus patogen dalam kultur tinja.1,3
World Gastroenterology Organisation (WGO) merekomendasikan
terapi diare sebagai berikut :

Penyebab Antimikroba pilihan


Kolera Doksisiklin
Dewasa: 300 mg dosis tunggal
Anak-anak: 2 mg/kg BB( (tidak
direkomendasikan)

Azitromisin
Dewasa : 1 gram, dosis tunggal
Anak-anak: 20 mg/kgBB dosis tunggal

Ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg setiap 12 jam selama 3 hari
atau 2 gram dosis tunggal
Anak-anak: 15 mg/kgBB setiap 12 jam selama
3 hari

Shigellosis Ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg 2x sehari selama 3 hari, atau
2 gram dosis tunggal

Pivmecillinam
Dewasa: 400 mg 3 - 4 kali/hari selama 5 hari
Anak-anak: 20 mg/kgBB 4x/hari selama 5

11
hari

Ceftriaxone
Dewasa: 2- 4 gram dosis tunggal
Anak-anak: 50–100 mg/kgBB 1x/hari IM
selama 2–5 hari
Amebiasis Metronidazol
Dewasa: 750 mg 3x/hari selama 5 hari (10 hari
jika berat)
Anak-anak: 10 mg/kgBB 3x/hari selama 5 hari
(10 hari jika berat)

Giardiasis Metronidazol
Adults: 250 mg 3x/hari selama 5 hari
Anak-anak: 5 mg/kgBB 3x/hari selama 5 hari

Tinidazole
Dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal—
50 mg/kgBB per oral, maksimal 2 gram

Campylobacter Azitromisin
Dewasa: 500 mg 1x/hari selama 3 hari
Anak-anak: 30 mg/kgBB segera setelah onset
penyakit

Florokuinolon seperti ciprofloxacin


Dewasa: 500 mg 1x/hari selama 3 hari

Pengobatan dengan zinc pada diare anak merupakan rekomendasi dari


WHO dan UNICEF sejak tahun 2004. Zinc merupakan mikronutrien esensial
untuk proses tumbuh kembang dan pemeliharaan sistem imun. Sesuai
rekomendasi, zinc 20 mg per hari dianjurkan untuk anak di atas usia 6 bulan,
sedangkan untuk anak di bawah usia 6 bulan dianjurkan pemeberrian zionc 10 mg
per hari. Masing-masing diberikan selama 10 hari. Pemakaian obat antidiare
seperti antimotilitas (loperamid, difenoksilat) dan adsorben (kaolin, antapulgit)
tidak dianjurkan pada anak-anak.5,6

2.11 Komplikasi
Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut adalah :1,2,4,7
1. Dehidrasi

12
2. Asidosis metabolik
3. Gangguan elektrolit ( Hipoglikemia, hipokalemi )
4. Gangguan sirkulasi

2.12 Pencegahan
Diare dapat dicegah dengan cara:
a. Mencuci tangan menggunakan sabun pada lima waktu yang penting,
yaitu : sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang
bayi, setelah membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan
makanan
b. Mengkonsumsi makanan sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh
enteropatogen pada tahap produksi, penyajian, atau penyimpanan.
Makanan harus dimasak hingga matang. Pisahkan makanan yang telah
dimasak dengan yang belum dimasak, yang telah dicuci dengan yang
belum dicuci, serta hindari makanan dari vektor serangga seperti lalat.
c. Mengkonsumsi air minum sehat yaitu air minum dari sumber yang
sehat dan yang sudah dimasak hingga mendidih.
d. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, lipas, dan lain-lain)
e. Buang air besar dan kecil pada tempatnya.

13
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA

Identitas pasien

Nama : an. A

Umur : 4 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Minang

ALLOANAMNESA

Seorang anak laki-laki umur 4 tahun masuk bangsal anak RSUD Solok
pada tanggal 11 Maret 2016 dengan :

Keluhan utama : Berak-berak encer sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang :

- Berak-berak encer sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 9-10
kali per hari, jumlahnya lebih kurang 1/2 gelas per kali, tak berdarah dan
tidak berlendir, warna kuning.
- Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak tinggi, hilang timbul,
tidak menggigil dan tidak berkeringat. Saat sampai di rumah sakit anak tidak
demam lagi.
- Muntah sejak 1 hari ini, frekwensi 1 kali dengan jumlah kira kira 2 gelas,
berisi apa yang dimakan.
- Batuk tidak ada, pilek tidak ada.
- Sesak nafas tidak ada
- Nafsu makan anak menurun sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan
minum sedikit.

Riwayat penyakit dahulu

Tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya

14
Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat kehamilan ibu :

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, Pemeriksaan


kehamilan teratur ke bidan, lama hamil cukup bulan.

Riwayat persalinan :

Lahir spontan ditolong oleh Bidan, cukup bulan, saat lahir lansung menangis
kuat, berat badan lahir 3600 gr, panjang badan 50 cm

Riwayat makanan dan minuman :

Anak : makanan utama 3 x sehari

Daging : 3-4 x seminggu

Telur : 1 x seminggu

Sayur mayur : 3 x seminggu

Riwayat imunisasi :
BCG : 2 bln scar (+)
DPT : umur 2,4,6 bulan
Polio : umur 2,4,6 bulan
Hepatitis : umur 2,4,6 bulan
Campak : umur 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur

Pemeriksaan fisik

Tanda vital :

- Keadaan umum : sakit sedang, anak kurang aktif


- Kesadaran : sadar

15
- Frekuensi nadi : 108 x/menit
- Frekuensi nafas : 40 x/menit
- Suhu : 36,40C
- BB : 19 kg sebelum sakit 21 kg
- Tinggi badan : 99 cm
Pemeriksaan sistemik :

Kulit : teraba hangat, sianosis (-), icterik (-), pucat (-), ptekie (-),
turgor lambat
Kepala : bentuk simetris, ubun-ubun besar sudah menutup

Rambut : hitam tak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tak anemi, sclera tak ikterik, pupil isokor,


ukuran 2 mm, reflek cahaya +/+, air mata ada, mata cekung.

Hidung : nafas cuping hidung (-)

Mulut : bibir kering, mukosa basah

Tenggorok : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, detritus (-), kripti tidak


melebar dan faring tidak hiperemis

Gigi : tidak ada kelainan

Leher : kaku kuduk (-), kelenjar getah bening tidak membesar.

Dada :

Paru

- Inspeksi : bentuk dada pigeon chest, pergerakan semetris kiri = kanan


retraksi epigastrium (-), retraksi suprasternal (-) dan intercostal
(-). Simetris kiri kanan
- Palpasi : fremitus normal kiri = kanan
- Perkusi : sonor
- Auskultrasi : suara nafas vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)

Jantung :

- Inspeksi : iktus tak terlihat

16
- Palpasi : iktus teraba satu jari medial LMCS RIC V
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultrasi : irama jantung teratur, bising (-)

Abdomen :

- Inspeksi : tidak membuncit


- Palpasi : turgor kembali lambat, hepar dan limpa tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultrasi : bising usus (+) normal
Punggung : tidak ada kelainan

Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat

Pemeriksaan penunjang

Tinja : Makroskopis : warna kuning, konsistensi cair, darah (-), lendir (-)

Diagnosa kerja :

- Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

Pemeriksaan Anjuran :

- Pemeriksaan miroskopis tinja

- Kultur feses dan parasitologi

- Periksa Eletrolit (Na, K)

Terapi:

Pemberian oralit 75 cc x berat badan anak bila muntah dan tidak bisa diberi
minum, maka diberi IVFD,

IVFD NaCl 0,9% 135 cc/kgBB/ Hari

Zink 1x20 mg selama 10 hari berturut-turut

17
FOLLOW UP :

Tanggal 12 maret 2016


S/ mencret (-), muntah ( - ) ,demam (-), minum dan makan mau, BAK biasa
O/ KU kes nafas nadi suhu BB
Sedang sadar 24x 92x 36.60 19,5 kg
Kepala : Rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata : cekung (-), air mata ada
Mulut : bibir dan mukosa basah
Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis, detritus (-), kripti tak melebar, faring
tidak hiperemis,
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : distensi (-), BU (+) N, turgor baik
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, sianosis (-), ikterik (-)
Kesan : rehidrasi tercapai
A/: - diare akut dehidrasi sedang
Terapi :
- istirahat
- Oralit 190 cc/ berak encer
- Zink 1x20 mg sampai hari ke 10 dari pertamakali minum zinc
P/ : Pasien boleh pulang

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Anak laki-laki, A umur 4 tahun dibawa ke rumah sakit umum Solok
dengan keluhan utama berak berak encer sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Berak encer terjadi lebih kurang 9-10 kali sehari dengan jumlah kira-kira ½ gelas
tiap berak encer. Berak encer tidak berlendir tidak berdarah. Muntah ada 1 kali
sebelum datang ke rumah sakit, sebanyak lebih kurang 2 gelas, berisi apa yang
dimakan. Demam ada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak
tinggi, hilang timbul semenjak minum obat demam yang dibeli sendiri. Nafsu
makan menurun sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, pasien sadar, kurang aktif, telihat
lemas frekuensi nafas 40 kali per menit. Nadi 108 kali per menit, suhu 36,40C dan
berat badan menurun 2 kg dari sebelum sakit. Terlihat mata cekung, bibir kering,
mukosa mulut basah, turgor kulit menurun. Dari pemeriksaan ditegakan diagnosa
pasien mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Pasien ditatalaksana
dengan pemberian IVFD NaCl 0.9% 135/kgBB/jam, pemberian Zinc 20mg
selama 10 hari berturut turut. Dan pemberian oralit 190cc tiap berak encer.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Irwanto, Rahim A, Sudarmo MS. Diare Akut pada Anak. Dalam : Soegeng
S eds. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta,
Salemba Medika, 2002 :73 – 91

2. Staf Pengajar FK- Unpad. Diare Akut Dalam : Pedoman Diagnosis dan
terapi Bandung, bagian IKA FK- Unpad / RS Hasan Sadikin, 2000 : 237 –
44.

3. Markum AH. Saluran Cerna. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 1991 : 448 – 56

4. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi
dan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283-
311

5. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit


Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Buku Ajar Diare.1999.

6. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan


Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta : Depkes RI Ditjen
PPM&PLP ; 1999

7. Bahram RF. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15.


Jakarta : EGC. 2000. hal 1354 – 1361

8. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih, editor. Pedoman diagnosis


dan terapi ilmu kesehatan anak, Ed 3 : diare akut. Bandung : FK
Universitas Padjajaran, 2005 ; hal 271-278

9. Sudaryat S. Gastroementerologi Anak : Diere Akut, Jakarta : Sagung Seto,


2005 ; hal 1-24

10. H.P. Antonius, Hegar Badriul, dkk, Pedoman Pelayanan Medis IDAI :
Diare Akut, Jakarta : IDAI, 2009 ; hal 58-62

11. Departemen Kesehatan RI. Ditjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan


Lingkungan. Lintas Diare. Jakarta : Depkes RI; 2011

20

Anda mungkin juga menyukai