Anda di halaman 1dari 27

PENTINGNYA MENGETAHUI PENYAKIT HIDROSEFALUS

DAN PENYAKIT STROKE

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi
yang dibimbing oleh Bapak Ns. Tanto Hariyanto, M.Biomed

Kelas 1B
Oleh: KELOMPOK 10
Yulela (1601100052)
Diah Febianty (1601100063)
Yudiansyah (1601100066)
Ardiansyah Ainur F (1601100068)
Tesalonika Liontinia C (1601100080)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
Mei 2017
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Selama pembuatan makalah pun kami juga mendapat
banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami
hanturkan banyak terima kasih kepada :
1. Tanto Hariyanto S.Kep, M.Biomed, selaku dosen mata kuliah
Patofisologi Poltekkes Kemenkes Malang, yang memberikan materi
pendukung serta bimbingan yang bermanfaat.
2. Roni Yuliwar, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku dosen mata kuliah
Patofisologi Poltekkes Kemenkes Malang, yang memberikan materi
pendukung serta bimbingan yang bermanfaat.
3. Budi Susatia, S.Kp, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Patofisologi
Poltekkes Kemenkes Malang, yang memberikan materi pendukung
serta bimbingan yang bermanfaat.
4. Sri Mudayatiningsih, S.Kp, M.Kes, selaku dosen mata kuliah
Patofisologi Poltekkes Kemenkes Malang, yang memberikan materi
pendukung serta bimbingan yang bermanfaat.
5. Dr. Ekowati Retnaningtyas, M.Kes, selaku dosen mata kuliah
Patofisologi Poltekkes Kemenkes Malang, yang memberikan materi
pendukung serta bimbingan yang bermanfaat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca yang budiman sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya terima kasih.

Malang, 07 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
PENYAKIT HIDROSEFALUS

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1.2 Tujuan ........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian ...................................................................................................
2.2 Etiologi .......................................................................................................
2.3 Patogenesis .................................................................................................
2.4 Patofisiologi ...............................................................................................
2.5 Gejala Klinis...............................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal
dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan
Yuliani, 2001). Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi
paling banyak pada bayi yang ditandai dengan membesarnya kepala
melebihi ukuran normal.Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan
anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada orang dewasa,
hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih
mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-
ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang- tulang tengkorak.Sedang pada
orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu
hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan.Di saat ini
dengan teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi
didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi faktor
penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan
yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi
janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus.Saat ini secara umum
insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan
hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit
yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar
karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai
pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.Mahasiswa
keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi
masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan
makalah dan diskusi antar teman di kelas.
1.2 Tujuan
1 Untuk memahami dan mengetahui pengertian dari hidrosefalus
2. Untuk memahami dan mengetahui penyebab dari penyakit
hidrosefalus
3. Untuk memahami dan mengetahui patogenesis dari penyakit
hidrosefalus
4. Untuk memahami dan mengetahui gejala klinis dari penyakit
hidrosefalus
5. Untuk memahami dan mengetahui gambaran mikro dan makro pada
penyakit hidrosefal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Menurut Tamara, (2012). Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman
Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan.Di saat
ini dengan teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi
didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab
suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan
terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus.Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga
kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus
merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang
khusus.
Suriadi dan Yuliani, (2001). Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi
cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural.
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal.Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa
terjadi pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih
jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada
bayi ubun- ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak
dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Sedang pada
orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.
Darsono (2005). Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal. Hidrosepalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat
penyakit atau kerusakan otak.Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan
kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun
(DeVito EE et al,2007).
Sedangkan menurut Ngastiyah (2003) hidrosepalus adalah keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CCS)
dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan
tempat mengalirnya cairan serebrospinalis (CCS).
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
hidrosefalus adalah bertambahnya cairan serebrospinalis (CCS) dalam otak
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinalis
(CCS) yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal.

2.2 Etiologi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani:"hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala. Hidrosefalus sudah
ditemukan di jaman Mesir Kuno, sekitar 2500 SM-500 M. Hippocrates sudah
menulis tentang hidrosepalus, dan bahasan tentang hidrosepalus lebih jelas ditulis
oleh Galen pada abad ke-2. Tindakan operatif pada bayi hidrosepalus pertama
kali ditulis oleh Abulkassim al Zahrowi (1000 M).
Kondisi sering dikenal dengan "kepala air" adalah penyakit yang terjadi
akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya
akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital, (Suharso,2009).
Kasus hydrocephalus terjadi 2 per 1.000 kelahiran. Kondisi ini bisa di
deteksi sejak masih dalam kandungan (Congenital Hydrocephalus) sehingga
tindakan lanjut dari kondisi ini sudah bisa disiapkan seja k sebelum persalinan.
(Darsono, 2005)
Hydrocephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan
serebrospinalis (CCS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan
serebrospinalis (CCS) dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
sub arachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan cairan
serebrospinalis (CCS) diatasnya.
1. Kelainan Bawaan
a. Stenosisaquaduktussylvii
Stenosisaquaduktussylvii adalah penyumbatan aliran cairan
serebrospinalis (CCS) pada tingkat saluran air dari sylvii (antara ventrikel
ketiga dan keempat diotak). Merupakan penyebab yang terbanyak pada
hydrocephalus bayi dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan
saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya
gejala hydrocephalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir. Stenosis aquaduktus juga
merupakan penyebab yang sangat umum dari hydrocephalus
kongenital.Dengan kejadian hydrocephalus 5 sampai 10 per 10.000
kelahiran hidup,stenosis aquaduktus menyumbang sekitar 20% dari kasus
hydrocephalus. (Darsono, 2005)
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hydrocephalus pada kelainan ini biasanya berhubunga n dengan
sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula
oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. Kasus
hydrocephalus karena spinabifida terjadi pada20–50 per 10.000 kelahiran
hidup.
c. Sindrom Dandy-Walker
Dandy-Walker juga merupakan penyebab penting Hydrocephalus
Kongenital, meskipun terjadi lebih jarang. Merupakan atresia kongenital
foramen Luschka dan Magendie dengan akibat Hydrocephalus Obstruktif
dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah
fosa posterior. Sindrom tersebut terjadi pada sekitar 1 per 30.000 kelahiran
hidup.Meskipun cacat yang hadir pada saat lahir, hydrocephalus tidak
selalu hadir dalam periode neonatal. Sekitar 80% dari semua Dandy-
Walkerakan di diagnosis pada usia satu tahun, meskipun beberapa diagnosa
mungkin tertunda hingga remaja atau dewasa.
d. Kistaaraknoid
Dapat terjadi congenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
e. Anomali Pembuluh Darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hydrocephalus akibat
aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan
vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.

2. Infeksi
Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan
meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid.Pelebaran
ventrik elpadafase akut meningitis spurulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulenta diaquaduktus silviisis
ternabasalis.
Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi, infeksi
ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi. Seperti:
a. CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa
Amerika pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus
yang paling sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran.Virus ini
bertanggungjawab untuk demam kelenjar.
b. Campak Jerman (rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virusrubella.Virus ditularkan dari orang keorang melalui udara yang
ditularkan ketika orang terinfeksi batuk atau bersin,virus juga dapat
ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari
beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.
c. Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut dimana kelenjar
ludah, terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah
utama) membengkak.
d. Sifilis
Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh
bakteri Treponemapallidum.
e. Toksoplasmosis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal yaitu
Toxoplasmagondii. (Ropper,2005).

3. Neoplasma
Hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap
tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat
dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan cairan
serebrospinalis(CCS) melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang
terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus
sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan
suatu kraniofaringioma.(Ropper,2005).

4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah
lahir dalam otak,dapatmenyebabkan fibrosis lepto meningen terutama
pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi
dari darah itu sendiri.(Darsono, 2005).
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya
hydrocephalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi
gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan
didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka,
sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter
kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya
tumpukan CSS.Sedangkan pada orang dewasa tulang tengkorak tidak
lagi mampu melebar. Akibatnya berapa pun banyaknya CSS yang
tertumpuk, tidak akan mampu menambah besar diameter kepala.
2.3 Patogenesis
Patogenesis hidrosefalus dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu sebagai
berikut:
a. Bentuk hidrosefalus akut, didasari oleh faktor mekanik. Perdarahan
otak, tumor/infeksi/abses otak, stenosis akuaduktus cerebri Sylvii,
hematoma ekstradural dan edema otak akut akan mengganggu aliran
dan absorbsi CSS sehingga terjadi peningkatan TIK. Akibatnya
tekanan intraventrikular meningkat, sehingga kornu anterior
ventrikulus lateral melebar.
b. Kemudian diikuti oleh pelebaran seluruh ventrikulus lateralis.Dalam
waktu singkat diikuti penipisan lapisan ependim ventrikulus. Hal ini
akan mengakibatkan permeabilitas ventrikulus meningkat sehingga
memungkinkan absorbsi CSS dan akan menimbulkan edema
substantia alba di dekatnya.
c. Apabila peningkatan absorbsi ini dapat mengimbangi produksinya
yang berlebihan maka tekanannya secara bertahap akan menurun
sampai normal, meskipun penderita masih memeperlihatkan tanda-
tanda hidrosefalus. Keadaan demikian ini disebut hidrosefalus
tekanan normal.Namun biasanya peningkatan absorbsi ini gagal
mengimbangi kapasitas produksinya. Sehingga terjadi pelebaran
ventrikulus berkelanjutan dengan tekanan yang juga tetap meningkat.
d. Hidrosefalus kronik terjadi beberapa minggu setelah aliaran CSS
mengalami sumbatan atau mengalami gangguan absorbsi, apabila
sumbatan dapat dikendalikan atau dihilangkan, tekanan
intraventrikular akan menjadi progresif normotensif karena adanya
resorbsi transependimal parenkim paraventrikular. Akibat dari
peningkatan tekanan CSS intraventrikular mengakibatkan sistem
venosa menjadi kolaps dan penurunan volume aliaran darah, sehingga
terjadi hipoksia dan perubahan metabolisme parenkim (kehilangan
lipid dan protein). Akibat lebih jauh adalah terjadinya dilatasi
ventrikulus karena jaringan periventrikular menjadi atrofi.
e. Patogenesis hidrosefalus komunikans dan non-komunikas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada hidrosefalus komunikans terjadi hubungan langsung antara
CSS sistem ventrikulus dan CSS di ruang subaraknoid. Hambatan
aliran CSS pada tipe ini biasanya pada bagian distal dari sistem
ventrikulus ini, yaitu pada ruang subaraknoid (sebagai akibat
fibrosis dari infeksi sebelumnya) atau pada granulatio arachnoidea
( sebagai akibat kelainan bentuk struktur ini). Hal ini
mengakibatkan akumulasi CSS dan pembesaran ruang
ventrikulus.
2. Pada hidrosefalus nonkomunikans, CSS pada ruang ventrikulus
tidak bisamencapai ruang subaraknoid karena adanya hambatan
aliran CSS pada foramen Monroe, aquaductus cerebri Sylvii atau
pada foramen Magendi dan Luschka. Obstruksi pada foramen
Monroe misalnya diakibatkan oleh tumor, menghalangi aliran
CSS dari ventrikulus lateralis ke ventrikulus tertius,
mengakibatkan akumulasi cairan dan pembesaran pada
ventrikulus lateralis pada sisi yang mengalami sumbatan.
Obstruksi aquaductus cerebri Sylvii oleh tumor, peradangan atau
atresia kongenital mengakibatkan akumulasi cairan dan
pembesaran pada ventrikulus tertius dan kedua ventrikulus
lateralis. Obstruksi pada foramen Magendi dan Luschka oleh
tumor, inflamasi atau atresia Kongenital mengakibatkan
akumulasi dan pembesaran pada ventrikulus quartus, ventrikulus
tertius dan kedua ventrikulus lateralis.

2.4 Patofisiologi

Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari


tiga mekanisme yaitu; produksi liquor yang berlebihan,
peningkatan resistensi aliran liquor, peningkatan tekanan sinus
venosa. Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah
peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun
hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi
akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbs.
Produksi liquor yang berlebihan hampir semua
disebabkan oleh tumor pleksus khoroid (papiloma dan
karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan
menyebabkan tekanan intrakranial meningkat dalam
mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan absorbsi
liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula
beberapa laporan mengenai produksi liquor yang berlebihan
tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid.
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan
dari kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan
oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan liquor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang
seimbang. Derajat peningkatan resistensi aliran cairan liquor ada
kecepatan perkembangan gangguan hidrodinamik berpengaruh
pada penampilan klinis.

2.5 Gejala Klinis


Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita. Gejala
yang tampak berupa gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi.
Pada pasien hidrosefalus berusia di bawah 2 tahun gejala yang paling
umum tampak adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran
kepala. Makrokrani mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standart di atas ukuran
normal, atau persentil 98 dari kelompok usianya. . Selain itu
menentukan telah terjadinya makrokrania juga dapat dipastikan
dengan mengukur lingkaran kepala suboksipito-bregmatikus
dibandingkan dengan lingkaran dada dan angka normal pada usia
yang sama.Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala lingkaran kepala
yaitu untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat
dari normal.
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran, motoris atau kejang, kadang-kadang gangguan
pusat vital, bergantung kepada kemampuan kepala untuk membesar
dalam mengatasi tekanan intracranial yang meninggi. Bila proses
berlangsung lambat, maka mungkin tidak terdapat gejala neurologis
walaupun telah terdapat pelebaran ventrikel yang belum begitu
melebar.
Gejala lainnya yang dapat terjadi ialah spastisistas yang biasanya
melibatkan ekstremitas inferior (sebagai konsekuensi peregangan
traktus pyramidal sekitar ventrikel lateral yang dilatasi) dan
berlanjut sebagai gangguan berjalan, gangguan endoktrin (karena
distraksi hipotalamus dan ‘pituitari stalk’ oleh dilatasi ventrikel III).

2.6 Gambaran Mikro dan Makro


2.6.1 Gambar Mikro

(www.google.com)
2.6.2 Gambar Makro
(lifestyle.kompas.com)
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hidrosefalus adalah bertambahnya cairan serebrospinalis(CCS) dalam otak
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinalis
(CCS) yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara produksi dan absorbs cairan
serebrospinal.
Hidrosefalus sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kelainan
bawaan, infeksi, neoplasma, dan pendarahan. Hydrocephalus terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran cairan serebrospinalis (CCS) pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan cairan serebrospinalis (CCS) dalam system ventrikel dan
tempat absorpsi dalam ruang sub arachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi
ruangan cairan serebrospinalis (CCS) diatasnya.
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu; produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liquor,
peningkatan tekanan sinusvenosa. Produksi liquor yang berlebihan hampir semua
disebabkan oleh tumor pleksuskhoroid (papiloma dan karsinoma). Gangguan
aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus.
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita. Kerusakan saraf
yang member gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran, motoris atau
kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital, bergantung kepada kemampuan
kepala untuk membesar dalam mengatasi tekanan intracranial yang meninggi.
Pada pasien hidrosefalus berusia dibawah 2 tahun gejala yang paling umum
tampak adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.

3.2 SARAN
Tindakan alternatif selain operasi di terapkan khususnya bagi kasus-kasus
yang mengalami sumbatan di dalam system ventrikel. Dalam hal ini maka
tindakan terapeutik semacam ini diperlukan.
Daftar Rujukan

Andriati, Riris. 2014. Studi Literatur Mengenai Hidrosefalus Konginetal.Pdf,


2014, (Daring) Diakses 25 April 2017.
Fitriani, Nabilah. 2013. Hidrosefalus, 2013, (Daring) Diakses 25 April 2017.
Kompas.Com. 2016. Bisakah Bayi Hidrosefalus Sembuh Dan Tumbuh Normal ,
(Daring) Diakses 25 April 2017.
Yahya, Rachmanuddin. 2007. Hidrosefalus, (Daring),
(https://www.jevuska.com/2007/03/20/hidrosefalus/), diakses 07
Mei 2017.
DAFTAR ISI
PENYAKIT STROKE

BAB I PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang ...........................................................................................
1.4 Tujuan ........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian ...................................................................................................
2.2 Etiologi .......................................................................................................
2.3 Patogenesis .................................................................................................
2.4 Patofisiologi ...............................................................................................
2.5 Gejala Klinis...............................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit
jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang.
Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (Ennen, 2004;
Marsh&Keyrouz, 2010; American Heart Association, 2014; Stroke forum,
2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu
pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke
forum, 2015). Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat
dicegah (American Heart Association,2014).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami
kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau
mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang
berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga
sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Nabyl, 2012).
Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke
(WHO, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal
dikarenakan penyakit stroke ini (Misbach, 2010).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,
prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes)
atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke
telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis
nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%),
Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan
Sumatera Barat 7,4 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes
dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta
(16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil
sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil.

1.2 Tujuan
2 Untuk memahami dan mengetahui pengertian dari stroke
2. Untuk memahami dan mengetahui penyebab dari penyakit stroke
3. Untuk memahami dan mengetahui patogenesis dari penyakit stroke
4. Untuk memahami dan mengetahui gejala klinis dari penyakit stroke
5. Untuk memahami dan mengetahui gambaran mikro dan makro pada
penyakit stroke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Stroke


Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukan trombus di suatu arteri serebrum.
Akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh,atau ajubat
pendarahan otak. Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan
cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak karena stoke, terjadi sebagai
akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalam 24-72 jam pertama setelah
kematian sel neuron.

2.2 Etiologi
Stroke terjadi melalui dua penyebab utama, aitu penyumbatan pada
pembuluh darah atau pembuluh darah otak pecah. Ketika anda berusia lanjut,
keadaan dinding arteri(pembuluh darah dari jantung) mengeras,tebal,dan kurang
lentur. Hal itu terjadi karena zat-zat lemak (kolesterol), produk-produk sampah sel
mati,kalsium,dan lain-lainnya mengumpal dan menempel pada bagian dinding
arteri. Biasanya terjadi pada tikungan atau bagian-bagian arteri yang bercabang.
Tumpukan atau plak terbentuk, sel-sel yang berbeda pada lapisan arteri
akan memproduksi zat-zat kimia sehingga plak tersebut menebal. Akibatnya,
saluran darah menjadi semopit sehingga menghambat laju aliran darah. Selain itu,
plak bisa pecah,hanyut bersama aliran darah, dan menyebabkan penggumpalan
darah.

2.3 Patogenesis
Stroke terdiri atas dua macam yaitu:
Stroke Iskemik
Stroke Iskemik disebabkan oleh penyumbatan aliran darah. Penyumbatan
dapat terjadi karena penumpkan lemak yang mengandung kolestrol(disebut plak)
dalam pembuluh darah besar (arteri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri
serebri) atau pembuluh darah kecil. Penyumbatan pada pembuluh darah tidak
memberikan dampak stroke yang parah. Biasanya disebut Infarction
lacunar.Darah yang kental akan tertahan dan mengumpal (Trombosit), senhingga
alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan mengalami kekurangan
pasokan oksigen.
Ditinjau dari lokasi terbentuknya gumpalan, stroke iskemik dibedakan lagi
menjadi Stroke Embolik (Stroke embolic). Terjadi pada arteri diluar otak dan
Stroke Trombosit (stroke thrombitc) terjadi pada arteri otak. Stroke embolik
seringkali terjadi di jantung dan kemudian terbawa oleh aliran darah hingga ke
pembuluh darah di otak. Pada stroke tombotik, gumpalan darah baru terbentuknya
dalam pembuluh tersebut akan membesar hingga akhirnya menyumbat aliran
darah.
A).Stroke Trombosit
 TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akkibat
hipoksia serebrum. TIA.
 terjadi akibat suatu pembuluh aterosklerotik yang mengalami
spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis yang
berat.
 TIA berlangsung kurang dari 24 jam.
 TIA yang berulang-ulang mengisyaratkan akan terjadinya stroke
trombotik sejati
B). Stroke Embolik
 Stroke embolik berkembang sebagai akibat adanya oklusi oleh
sesuatu embolus yang terbentuk di luar otak.
 Sumber-sumber embolus yang menyebabkan penyakit ini adalah
termasuk jantung setelah suatu infark miokardium atau fibrilasi
atrium, arteri karotis komunis, atau aorta.
Stroke Hemoragik
Sekitar 20% kasus stroke lainnya terjadi karena salah satu pembuluh darah
di otak bocor atau pecah sehingga darah mengisi ruang-ruang pada sel-sel otak
serta merusak jaringan otak di sekitarnya (intracerebral hemorrhage). Salah satu
penyebab stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah
yang rapuh (aneurisme), mudah menggelembung, dan rawan pecah, yang
umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena faktor keturunan (genetik). Terapi,
yang paling umum, kerapuhan terjadi karena dinding pembuluh darah akibat
tertimbun plak atau dikenal sebagai arteriosklerosis. Penyebab lain stroke
hemoragik adalah akibat kekusutan pembuluh-pembuluh darah (arteriovenous
malformation) atau adanya pembuluh kapiler yang kurang berfgungsi, yaitu tidak
lentur lagi dan mudah pecah.

2.4 Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan.
Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark
di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi
kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit
pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau
robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi
akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah,
gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan
ruptur vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)

2.5 Gejala Klinis


Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
 Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
 Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
 Kesulitan menelan.
 Kesulitan menulis atau membaca.
 Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
 Kehilangan koordinasi.
 Kehilangan keseimbangan.
 Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
 Mual atau muntah.
 Kejang.
 Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
 Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

Stroke Hemoragik
Sekitar 20% kasus stroke lainnya terjadi karena salah satu pembuluh darah
di otak bocor atau pecah sehingga darah mengisi ruang-ruang pada sel-sel otak
serta merusak jaringan otak di sekitarnya (intracerebral hemorrhage). Salah satu
penyebab stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah
yang rapuh (aneurisme), mudah menggelembung, dan rawan pecah, yang
umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena faktor keturunan (genetik). Terapi,
yang paling umum, kerapuhan terjadi karena dinding pembuluh darah akibat
tertimbun plak atau dikenal sebagai arteriosklerosis. Penyebab lain stroke
hemoragik adalah akibat kekusutan pembuluh-pembuluh darah (arteriovenous
malformation) atau adanya pembuluh kapiler yang kurang berfgungsi, yaitu tidak
lentur lagi dan mudah pecah.
2.6 Gambaran Mikro dan Makro
2.6.1 Gambar Mikro

Gambar 1. Gambar Mikro Penyakit Jantung


(www.obatjantungstroke.com)

2.6.2 Gambar Makro


BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukan trombus di suatu
arteri serebrum. Akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat
lain di tubuh,atau ajubat pendarahan otak. Pada stroke, terjadi hipoksia
serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron.
Kerusakan otak karena stoke, terjadi sebagai akibat pembengkakan dan
edema yang timbul dalam 24-72 jam pertama setelah kematian sel
neuron.
Stroke terjadi melalui dua penyebab utama, aitu penyumbatan pada
pembuluh darah atau pembuluh darah otak pecah. Srtoke pun dibagi
menjadi dua yaitu stroke iskemik dan Stroke Hemoragik. Gejala
biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama
aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau
perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.

2.2 Saran
Jika stroke ditangani secara efektif, selain dapat
menyelamatkan nyawa, cacat jangka panjang juga dapat dicegah.
Daftar Rujukan

Leila Henderson,stroke: paduan perawatan, ahli bahasa indiano dari judulk


aslinya Stroke: Survival guide, penerbit Arcan, Jakarta, 2002

Matthew Hoffman, William LeGro, dari para editor Prevention Magazine


Health Books, Bebas dari penyakit: Mencegah, Mengobati, dan menyembuhkan
lebih dari 100 penyakit dan idapan, alih bahasa T.Hermaya dari judul aslinya
Diseasa Free: How to prevent, treat and cure more than 150 illness, and condition,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996.
Kesehatan keluarga 1999, PT Mediaprom, Jakarta, 1999

Prima, Nutra Jaya. “Perbedaan Antara Penyakit Stroke Iskemik dan Stroke
hemoragik. http://www.obatjantungstroke.com/stroke-iskemik-hemoragik/.
Daring. Diakses 5 Mei 2017

Http://scholar.unand.ac.id. Daring. Diakses 25 April 2017

Anda mungkin juga menyukai