Subarachnoid Hemorrhage
Pembimbing :
dr. Hernawan, Sp.S
Disusunoleh :
Dilla Alfinda Risdiana G4A016079
PRESENTASI KASUS
Subarachnoid Hemorrhage
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter di
Bagian Ilmu Kesehatan Saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun Oleh :
Dilla Alfinda Risdiana G4A016079
Mengetahui,
Pembimbing
2
I. Pendahuluan
3
II. Tinjauan Pustaka
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
4
Aneurisma ini terjadi pada titik bifurkasio arteri
intrakranial. Lokasi tersering aneurisma sakular adalah
arteri komunikans anterior (40%), bifurkasio arteri serebri
media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri karotis
interna (pada tempat berasalnya arteri oftalmika atau arteri
komunikans posterior 30%), dan basilar tip (10%).
Aneurisma dapat menimbulkan defisit neurologis dengan
menekan struktur disekitarnya bahkan sebelum ruptur.
Misalnya, aneurisma pada arteri komunikans posterior dapat
menekan nervus okulomotorius, menyebabkan paresis saraf
kranial ketiga (pasien mengalami dipopia)3.
2. Aneurisma fusiformis
5
sakular) yang tidak memberikan kontribusi pada suplai darah
serebral.3
3. Aneurisma mikotik
C. EPIDEMIOLOGI
Perdarahan Subarachnoid menduduki 7-15% dari seluruh kasus
GPDO (Gangguan Peredaran Darah Otak). Prevalensi kejadiannya
sekitar 62% timbul pertama kali pada usia 40-60 tahun. Dan jika
penyebabnya adalah MAV (malformasi arteriovenosa) maka
insidensnya lebih sering pada laki-laki daripada wanita.2
6
D. PATOFISIOLOGI
7
elastis internal dan kandungan kolagen berkurang. Sebaliknya,
aneurisma yang utuh memiliki hampir dua kali kandungan kolagen
dari dinding arteri normal, sehingga peningkatan ketebalan
aneurisma bertanggung jawab atas stabilitas relatif yang diamati
dan untuk resiko ruptur menjadi rendah.4
Meskipun masih terdapat kontroversi mengenai asosiasi ukuran
dan kejadian pecah, 7 mm tampaknya menjadi ukuran minimal
pada saat ruptur. Secara keseluruhan, aneurisma yang ruptur
cenderung lebih besar daripada aneurisma yang tidak rupture.4
Puncak kejadian aneurisma pada PSA terjadi pada dekade
keenam kehidupan. Hanya 20% dari aneurisma berusia antara 15
dan 45 tahun. Tidak ada faktor predisposisi yang dapat dikaitaan
dengan kejadian ini, mulai dari tidur, kegiatan rutin sehari-hari, dan
aktivitas berat.4
Hampir 50% dari pasien yang memiliki PSA, ketika dianamnesis
pasti memiliki riwayat sakit kepala yang sangat berat atau sekitar 2-
3 minggu sebelum perdarahan besar. Hampir setengah dari orang-
orang ini meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Puncak kejadian
perdarahan berikutnya terjadi pada 24 jam pertama, tetapi tetap ada
risiko hari-hari berikutnya dapat mengalami perdarahan. Sekitar
20-25% kembali ruptur dan mengalami perdarahan dalam 2 minggu
pertama setelah kejadian pertama. Kematian terjadi terkait
perdarahan kedua hampir 70%.4
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda klasik PSA, sehubungan dengan pecahnya aneurisma
yang besar, meliputi :
1. Nyeri kepala yang hebat dan mendadak,
2. Hilangnya kesadaran,
3. Fotofobia,
4. Meningismus,
8
5. Mual dan muntah.
9
defiist neurologis berat dan koma. Sementara itu, reflek Babinski
positif bilateral. 5
10
F. DIAGNOSIS
Kejadian misdiagnosis pada perdarahan subarakhnoid berkisar
antara 23% hingga 53%. Karena itu, setiap keluhan nyeri kepala
akut harus selalu dievaluasi lebih cermat. Anamnesis yang cermat
mengarahkan untuk mendiagnosis PSA. Maka dari itu faktor resiko
terjadinya PSA perlu diperhatikan seperti pada tabel berikut.1
Bisa dimodifikasi Tidak bisa dimodifikasi
Hipertensi Riwayat pernah menderita PSA
Perokok (masih/riwayat) Riwayat keluarga dengan PSA atau
aneurisma
Konsumsi alkohol Penderita atau riwayat keluarga
menderita polikistik renal
Tingkat pendidikan rendah
BMI rendah
Konsumsi kokain dan narkoba jenis lainnya
Bekerja keras terlalu ekstrim pada 2 jam
sebelum onset
Pada pemeriksaan fisik dijumpai semua gejala dan tanda seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Untuk menunjang diagnosis, dapat dilakukan
pemeriksan1
1. CT Scan
Pemeriksaan CT scan tanpa kontras adalah pilihan utama karena
sensitivitasnya tinggi dan mampu menentukan lokasi perdarahan
lebih akurat; sensitivitasnya mendekati 100% jika dilakukan dalam
12 jam pertama setelah serangan tetapi akan turun pada 1 minggu
setelah serangan. 1
11
Gambar 2.4. CT scan Perdarahan Subarakhnoid
2. Pungsi Lumbal
3. Angiografi
12
sekitar 15% pasien memiliki aneurisma multiple. Foto
radiologi yang negatif harus diulang 7-14 hari setelah onset
pertama. Jika evaluasi kedua tidak memperlihatkan
aneurisma, MRI harus dilakukan untuk melihat kemungkinan
adanya malformasi vaskular di otak maupun batang otak.1
13
Tabel Skor Fisher1
G. DIAGNOSIS BANDING
Terdapat beberapa penyakit yang dapat didiagnosis banding dengan
stroke hemoragik akibat perdarahan subarakhnoid, yaitu4 :
1. Cerebral venous sinus thrombosis
2. Migrain
3. Meningitis
4. Cluster headache
14
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalakasanaan pertama dari perdarahan
subarakhnoid adalah identifikasi sumber perdarahan dengan
kemungkinan bisa diintervensi dengan pembedahan atau tindakan
intravasKular lain. Jalan napas harus dijamin aman dan
pemantauan invasive terhadap central venous pressure dan atau
pulmonary artery pressure, seperti juga terhadap tekanan darah
arteri, harus terus dilakukan. Untuk mencegah penigkatan tekanan
intrakranial, manipulasi pasien harus dilakukan secara hati-hati
dan pelan-pelan, dapat diberikan analgesik dan pasien harus
istirahat total.1
PSA yang disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial
harus diintubasi dan hiperventilasi. Pemberian ventilasi harus
diatur untuk mencapai PCO2 sekitar 30-35 mmHg. Beberapa obat
yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan intrakranial
seperti6 :
Osmotic agents (mannitol) dapat menurunkan tekanan
intrakranial secara signifikan (50% dalam 30 menit
pemberian).
Loop diuretics (furosemide) dapat juga menurnukan tekanan
intrakranial
Intravenous steroid (dexamethasone) untuk menurunkan
tekanan intrakranial masih kontroversial tapi
direkomendasikan oleh beberapa penulis lain.
Setelah itu tujuan selanjutnya adalah pencegahan perdarahan
ulang, pencegahan dan pengendalian vasospasme, serta
manajemen komplikasi medis dan neurologis lainnya. Tekanan
darah harus dijaga dalam batas normal dan jika perlu diberi obat-
obat antihipertensi intravena, seperti labetalol dan nikardipin.
Akan tetapi, rekomendasi saat ini menganjurkan penggunaan
obat-obat anti hipertensi pada PSA jikalau MABP diatas 130
mmHg. Setelah aneurisma dapat diamankan, sebetulnya
15
hipertensi tidak masalah lagi, tetapi sampai saat ini belum ada
kesepakatan berapa nilai amannya. Analgesik seringkali
diperlukan, obat-obat narkotika dapat diberikan berdasarkan
indikasi. Dua faktor penting yang dihubungkan dengan luaran
buruk adalah hiperglikemia dan hipertermia, karena itu keduanya
harus segera dikoreksi. Profilaksis terhadap thrombosis vena
dalam (deep vein thrombosis) harus dilakukan segera dengan
peralatan kompresif sekunsial, heparin subkutan dapat diberikan
setlah dilakukan penatalaksanaan terhadap aneurisma. Calcium
channel blocker dapat mengurangi risiko komplikasi iskemik,
direkomendasikan nimodipin oral. 1,6
Hasil penelitian terakhir yang dilakukan mengemukakan
bahwa penambahan obat cilostazol oral pada microsurgical
clipping dapat mencegah kejadian vasospasme serebral dengan
menurunkan resiko-resiko yang memperparah kejadian vasospasme
serebral.7
I. KOMPLIKASI
16
vasospasme, tekanan darah sistolik akan meningkat sampai 1200-
220 mmHg. 1
J. PROGNOSIS
17
gejala yang berat memperburuk prognosis. Seseorang dapat
sembuh sempurna setelah pengobatan tapi beberapa orang juga
meninggal walaupun sudah menjalani treatment.8
Sedangkan prognosis yang baik dapat dicapai jika pasien-
pasien ditangani secara agresif seperti resusitasi preoperative yang
agresif, tindakan bedah sedini mungkin, penatalaksanaan tekanan
intrakranial dan vasospasme yang agresif serta perawatan intensif
perioperative dengan fasilitas dan tenaga medis yang
mendukung.9
Adapun beberapa penanganan yang dapat dilakukan sendiri di
rumah pasca pengobatan, seperti10 :
1. Mengkonsumsi obat secara teratur
18
DAFTAR PUSTAKA
19