Bagian Utama TRIANA
Bagian Utama TRIANA
PENDAHULUAN
1
Penyakit Parkinson dapat berkomplikasi menyebabkan demensia,
aspirasi dan trauma karena jatuh. Atrofi otot, nyeri, lethargi, gangguan
system saraf otonom, dekubitus, kontraktur dan deformitas, osteoporosis
serta gangguan gizi. Sedangkan, Penyakit Parkinson memiliki prognosis
yang tergantung dari etiologi dan adanya Parkinson sekunder, dimana
gejala akan berkurang bila penyakit primer dapat diatasi. Pada Parkinson
primer bersifat progresif sesuai dengan tingkat hilangnya sel-sel
pembentuk dopamine. Sehingga terapi bertujuan untuk mengurangi gejala
motorik dan memperlambat progresivitas penyakit dan fungsi motorik
lainnya dapat dipelihara optimal.2,4,5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
3
merupakan sarana integrasi pada tiga tingkatan:kortikal, striatal, dan
tegmental. Efek utamanya adalah inhibisi. Pada tiap hemisferium serebri
ditemukan ganglia basalis atau nuclei basal yang berpasangan dan
terbentuk dari substansia grisea sentral telensefalon. Yang termasuk
ganglia basalis adalah klaustrum, putamen, globus palidus, nucleus
kaudatus, dan amigdala. Nucleus kaudatus (bagian paling medial dari
ganglia basalis) berbentuk koma dengan ekor menjulur. Nucleus
amigdaloid berbentuk seperti simpul substansia grisea diujung ekor
nucleus kaudatus. Putamen dan globus palidus bersama-sama dikenal
sebagai nucleus lentikularis (berbentuk lensa). Nucleus ini menjulur dari
bagian kepala nucleus kaudatus. Kapsula interna berada didalam ruang
yang dibatasi oleh thalamus, nucleus kaudatus, dan nucleus lentikularis.
Daerah yang penting ini merupakan julur lintas bagi semua serabut saraf
yang menghubungkan serebrum dengan bagian susunan saraf pusat
lainnya. Nucleus lentikularis dan kaudatus bersama dengan bagian
kapsula interna yang berdekatan kadang-kadang disebut korpus striatum.
6,7,8,9
Terdapat tiga masa nucleus dibagian atas otak tengah yang kerjanya
berhubungan erat dengan ganglia basalis dan dianggap sebagai bagian
dari sistem ekstrapiramidalis. Bagian-bagian ini adalah: nucleus rubra,
substansia nigra, dan nucleus subtalamikus atau korpus luysii. 6,7,8,9
Ganglia basalis banyak berhubungan dengan bagian-bagian lain SSP,
termasuk korteks serebri, serebelum, thalamus, dan formasio retikularis.
Ganglia basalis berfungsi sebagai pusat koordinasi yang penting,
terutama untuk mengontrol gerakan-gerakan yang ada kaitannya dengan
gerakan otomatis. Korpus striatum (nucleus kaudatus dan putamen)
dianggap bertanggungjawab atas pengaturan pencetusan dan
penghambatan gerakan-gerakan tubuh yang kasar, tetapi yang dilakukan
tanpa disadari orang normal. Bagian ini juga mengurus tonus otot,
sehingga gerakan-gerakan tertentu dapat dilaksanakan secara cermat,
misalnya: pekerjaan tangan yang halus membutuhkan usaha terkoordinasi
4
dari seluruh lengan dan tubuh supaya tangan sanggup melaksanakan
tugasnnya. 6,7,8,9
Agaknya terdapat system umpan balik yang ebkerja melalui jaras
melingkar dari korteks motorik menuju ganglia basalis, thalamus dan
korteks motorik. Sinyal-sinyal motorik dari korteks serebri ke pons dan
serebelum juga merupakan suatu jaras sirkuit yang kembali ke korteks
melalui nucleus ventraolateralis thalamus, yang juga dilalui sinyal-sinyal
dari ganglia basalis. Kedua sirkuit ini begitu dekat letaknya satu dengan
yang lain sehingga terdapat hipotesis yang mengatakan bahwa pada
daerah ini dapat diintegrasikan sinyal-sinyal umpan balik dari ganglia
basalis dan serebelum. 6,7,8,9
5
sinyal yang menuju daerah fasilitasi bulboretikularis, dan sinyal-sinyal
eksitasi yang menuju kedaerah inhibisi bulboretikularis. Bila ganglia
basalis tidak berfungsi secara adekuat, daerah fasilitasi menjadi terlalu
aktif; daerah inhibisi menjadi kurang aktif. Hal ini mengakibatkan seluruh
tubuh menjadi kaku. Pasien dengan gangguan ekstrapiramidalis
mengalami kesulitan dalam memelihara keseimbanagan sewaktu berdiri
dan kesulitan dalam mempertahankan posisi tubuhnya sewaktu duduk,
kesulitan mengubah posisi dari kedudukan horizontal menjadi sikap
duduk, kesulitan memutar dari posisi terlentang menjadi tengkurap, dan
berjalan. Dalam keadaan ini terjadi gangguan pada refleks righting, refleks
vestibularis dan proprioseptif. Bila medulla spinalis dipotong setinggi
mesensefalon, akan terjadi rigiditas deserebrasi, yang merupakan indikasi
bahwa pengaruh utama ganglia basalis adalah inhibisi. Tremor (gerakan
abnormal) yang ditemukan pada gangguan ekstrapiramidalis terjadi akibat
aktivitas saraf yang berlebihan pada salah satu daerah otak yang tidak
diimbangi oleh aktivitas berlawanan pada daerah lain. Sifat ini dinamakan
fenomena lepas dan sering menyertai keruskan pada system saraf (lesi
pada daerah A menghilangkan control pengatur yang dimiliki A atas B,
sehingga B menjadi terlalu aktif). 6,7,8,9
Korpus striatum maupun korteks motorik merupakan alat pengaturan
gerakan-gerakan bertujuan yang normalnya dilakukan secara tidak sadar.
Pengaturan ini dilaksanakan melalui dua lintasan: (1) globus palidus
melalui thalamus menuju korteks, lalu turun melalui lintasan kortikospinalis
dan ekstrakortikospinalis menuju ke medulla spinalis; (2) berjalan
kebawah melalui globus palidus dan substansia nigra menuju formasio
retikularis dan traktus retikulospinalis menuju medulla spinalis. Globus
palidus tampaknya memberikan tonus otot dasar yang diperlukan untuk
melaksankan gerakan-gerakan yang nyata (terutama dengan tangan).
Perangsangan globus palidus akan menghentikan setiap gerakan tubuh
pada posisi saat itu dan menguncinya selama rangsangan diteruskan.
6,7,8,9
6
D. Epidemiologi
E. Etiologi
a) Parkinson primer
Penyebab tidak diketahui. Diduga kombinasi dari factor genetic dan
lingkungan. Mutasi gen sudah diidentifikasi pada onset awal dan kasus
yang berhubungan dengan keluarga (synuclein dan parkin). Faktor
lingkungan berhubungan penggunaan peptisida, paparan herbisisda dan
kedekatan dengan tanaman industry secara tambang. Merokok dan
konsumsi kafein berkorelasi terbalik dengan resiko penyakit Parkinson. 2,3
1) Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit Parkinson. Yaitu mutasi pada gen α-sinuklein pada lengan
panjang kromosom 4 (PARK 1) pada pasien dengan Parkinsonism
autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson,
ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK 2) di kromosom
6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. 2,3
Adanya riwayat penyakit Parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita penyakit Parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang
dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat
jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonism tampak pada
usia relatif muda.2,3
7
2) Lingkungan
(a) Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan
kerusakan mitokondria. 2,3
(b) Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan
lama. 2,3
(c) Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi, meroko dapat meningkatkan stres
oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit
parkinson. Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif. 2,3
b) Parkinson sekunder
Disebabkan karena adanya suatu penyakit tertentu, obat-obatan,
toxin: 2,3
1) Obat yang Diinduksi: Antipsikotik seperti reseptor dopamin memblokir
obat-obatan, antiemetik seperti metoclopramide, obat penurun
dopamin seperti reserpin, tetrabenzin, alfa-metil-dopa, litium,
flunarizin, cinnarizine.
2) Infectious: Post encephalitic
3) Toxin: MPTP, CO, Mn, Hg, CS2
4) Vaskular: keadaan multi-infark otak
5) Trauma: Encephalopathy pulmonal
6) Hemiatrophy hemi parkinsonism
7) Tumor otak di lokasi tertentu seperti ganglia basalis
8) Hydrocephalus
9) Hipoksia
10) Metabolik
8
F. Patofisiologi
9
11
Gambar 2. Patologi Penurunan Kadar Dopamine Pada Substansi Nigra
10
e. Gambaran Klinis
11
8) Masalah bicara: suara menjadi lembut, bicara cadel karena control
otot berkurang.
9) Kesulitan menelan: dapat menyebabkan aspirasi dan pneumonia
10) Drooling: mengeluarkan air liur, biasanya disebabkan oleh kelemahan,
kesulitan menelan, dan postur tubuh yang membungkuk.
f. Diagnosis
a) Anamnesis
Pertanyaan sesuai gambaran klinis pada pasien Parkinson disease.
b) Pemeriksaan fisik
Gerakan involunter seperti tremor dan dystonia, dapat terlihat pada
aktivitas tertentu, seperti berjalan dan menulis. Pada kondisi lanjut
Parkinson, tanda cardinal (tremor istirahat asimetris, cogwheel rigidity,
stooped posture, dan instabilitas gait termasuk shuffling) terlihat. 2
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada kecurigaan penyakit
Parkinson (PP), prinsipnya kita harus:
1) Melakukan pemeriksaan neurologis lengkap
2) Mengekslusi kondisi lain sebelum mendiagnosis seorang pasien
dengan PP
3) Pemeriksaan sensoris biasanya tidak khas pada pp
4) Diagnosis konfirmasi dari ahli neurologi atau spesialis ahli gangguan
gerak sangat direkomendasikan.
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:2,16
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk memeriksa kadar hormon tiroid
yang abnormal atau kerusakan hati.
1) teknik pencitraan otak, dibagi menjadi 2 yaitu fungsional (SPECT,
PET) dan structural (MRI, CT).
12
- SPECT, PET: dapat mendeteksi kadar dopamin di otak. Tetapi sangat
jarang digunakan untuk mengevaluasi Parkinson karena sangat
mahal, tidak tersedia di banyak rumah sakit,
- CT scan, MRI: dapat digunakan untuk memeriksa tanda-tanda stroke,
tumor otak, infeksi otak, kerusakan otak post trauma capitis,
hydrocephalus dan atrofi otak.
g. Kriteria diagnosis
h. Diagnosis banding
13
2) Rigiditas: lesi system ekstra pyramidal (spastic dengan fenomena
pisau lipat)
3) Bradikinesia: normal pressure hydrocephalus (NPH)
4) Parkinson sekunder
i. Penatalaksanaan
a) Terapi farmakologis:2,17,18
1. Anti-kolinergik: Trihexyphnenidil (artane, hexymer, parkinal) 1mg,
dimulai 1mg saat makan dinaikkan-2mg/hari selama 3-5 hari-
6mg/,3x/hari atau difenhidrinmin (Benadryl)
2. Levodopa yang dikombinasi: cegah agar levodopa tidak diubah menjadi
dopamine diluar otak. Beberapa contoh kombinasi obat:
- Levodopa/benserazide:100/25 mg, dimulai ½ tab 3-4x/hari, dinaikan 1
tab tiap minggu
- C.O.M.T inhibitor (entacapone, tolcapone):
Entacapone: 200mg, 200mg bersama dosis levodopa sampai max
1600mg/hari
Tolcapon: 100ng,100mg atau 200mg 3x/hari selama 6 hari
- Carbidopa: sinemet (levodopa/carbidopa 100/10, 100/25, 200/50)
Levodopa/carbidopa: 100/25 mg, dimulai ½ tab 2x/hari sesudah
makan, dinaikan ½ tab/hari selama 4-7 hari, maximal 10 tab/hari
- M.A.O.B inhibitor: Selegilline: 5mg, 5mg saat makan pagi dan makan
siang 5mg/hari.
Komplikasi pemberian levodopa: fenomena on-off: mendadak penderita
untuk beberapa saat menjadi immobile, gerakan seolah-olah membeku.
Mendadak timbul perubahan dari mobilitas ke imobilitas.2,17,18
3. Agonis dopamine: indikasi jika terapi dengan levodopa tidak berhasil
atau terdapat fenomena on-off:
14
- Bromocryptine (parlodel 2,5 dan 5 mg) adalah agonis dopamine yang
langsung menstimulasi reseptor dopamine: Bromocryptine: 2,5 mg,
dimulai 1,25mg 1x/hari sebelum tidur, dinaikan 2,5mg tiap 3-14 hari
- Apomorphine HCL (apokyn injection 0,02-0,06 ml)
- Rotigotine transdermal system (neupro 2mg, 4mg, 6mg)
- Pramipexole (mirapex): tab sal 2mg, 4mg, 8mg)
4. Glutamate antagonis: amantadine: 100mg, biasa menoterapi atau
kombinasi, 100-200mg/hari
5. Antioksidan (alfa tocoferol, asam ascorbat, beta carotene)
6. Propanolol 10-30mg perhari.2,17,18
15
j. Prognosis
k. Komplikasi
Demensia, aspirasi dan trauma karena jatuh. Atrofi otot, nyeri, lethargi,
gangguan system saraf otonom, dekubitus, kontraktur dan deformitas,
osteoporosis serta gangguan gizi.2,5
16
BAB III
LAPORAN KASUS
II. IDENTITAS
Nama : Tn. M
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Kaili
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Tulo, Kec.Dolo
Agama : Islam
III. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Gemetar pada kedua tangan
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien laki-laki, umur 76 tahun datang ke Poliklinik Saraf RSU
Anutapura Palu pada tanggal 09 April 2018 dengan keluhan gemetar pada
kedua tangan sejak 3 tahun yang dimulai dari tangan kanan kemudian
menyebar ke tangan kiri dan semakin memberat pada satu minggu
terakhir ini, Gemetar pada kedua tangan dirasakan pada saat beraktifivitas
dan juga istirahat, pasien mengeluh tumpah saat minum air, dan rasa
ingin jatuh pada saat berdiri. pusing (-) mual (-) muntah (-) sakit kepala (-)
demam (-) trauma kepala sebelumnya (-), Buang air kecil lancar dan
buang air besar biasa.
Riwayat penyakit sekaragng: tidak ada
Riwayat penyakit terdahulu: TB Paru
Riwayat alergi: makanan (-) obat (-)
Riwayat operasi : tidak pernah
Riwayat pengobatan : pernah minum obat 6 bulan.
17
Riwayat penyakit dalam keluarga: Tidak diketahui
IV. PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan Umum :
Kondisi : Sakit sedang
Gizi : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36oC
Pernapasan :22 kali/menit
Pemeriksaan Leher :
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : Simetris, pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Thorax :
Paru-paru :
- Inspeksi : Ekspansi dada simetris bilateral, bentuk dada
normal, retraksi dinding dada (-)
- Palpasi : Ekspansi dada simetris, taktil fremitus kiri = kanan,
- Perkusi : Batas normal
- Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhoncki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba di ICS V midclavicula
sinistra
- Perkusi : Dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : Tampak datar, jejas (-)
18
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani pada 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-), masaa (-)
V. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
GCS : E4M6V5
1. Kepala:
o Penonjolan: -
o Posisi : normal
o Bentuk/ukuran : normal
2. N. cranialis:
o N. Olfactorius (I): Normosmia
o N.Optikus (II):
Ketajaman penglihatan: DBN
Lapangan penglihatan: DBN
o N. Occulomotoris (N.III), N. Trochlearis (N.IV), N. Abducens (N.VI)
Celah kelopak mata:
Ptosis: tidak ada
Exopthalmus: tidak ada
Pupil: ukuran: 2,5 mm/ bulat 2,5 mm/bulat
Isokor/anisokor: isokor isokor
Reflex cahaya langsung: +/+ +/+
Ref. cahaya tdk langsung: +/+ +/+
Reflex akomodasi: normal normal
Gerakan bola mata:
Parese kearah - -
Nistagmus - -
o N. V (trigeminus):
Sensibilitas: N.V1: normal normal
N.V2: normal normal
N.V3: normal normal
19
Motorik: Inspeksi: istirahat
o N. VII:
Motorik: M. Frontalis M. orbik.okuli M. orbik. Oris
Istirahat: simetris simetris simetris
Gerakan mimic: simetris simetris simetris
Pengecap 2/3 lidah bagian depan: tidak dilakukan pemeriksaan
o N. VIII:
Pendengaran:normal
Tes rinne/weber: tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi vestibularis: tidak dilakukan pemeriksaan
o N. IX/X: (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arkus pharinks: ditengah
Reflex telan/muntah: tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang: tidak dilakukan
pemeriksaan
Fonasi: dalam batas normal
Takikardi/bradikardi: tidak ada
o N. XI:
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan: dalam batas
normal
Angkat bahu: dalam batas normal
o N.XII:
Deviasi lidah: tidak ada
Fasciculasi: tidak ada
Atrofi: tidak ada
Tremor: tidak ada
Ataxia: tidak ada
3. Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk: negatif
Kernig’s sign: negatif
20
Arteri karotis:
Palpasi: teraba
Auskultasi: tidak ada bruit
Kelenjar gondok: dalam batas normal
4. Abdomen:
Reflex kulit dinding perut: +
5. Kolumna vertebralis: dalam batas normal
6. Ekstremitas:
Motorik: Superior Inferior
D S D S
Pergerakan: B B B B
Kekuatan : 5 5 5 5
Tonus otot :hipertoni hipertoni hipertoni hipertoni
Bentuk otot: eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Reflex fisiologi
o Biceps ++ ++ ++ ++
o Triceps ++ ++ ++ ++
o Achiles ++ ++ ++ ++
o Patella ++ ++ ++ ++
Klonus: Lutut: -/-
Kaki: -/-
Reflex patologis:
Hoffman: -/-
Tromner: -/-
Babinski: -/-
Chaddock: -/-
Gordon: -/-
Schaefer: -/-
Oppenheim: -/-
Sensibilitas:
Ekstroseptif
21
Nyeri: dalam batas normal
Suhu: tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa raba halus: dalam batas normal
Propioseptif
Rasa sikap: dalam batas normal
Rasa nyeri dalam: dalam batas normal
Fungsi Kortikal Luhur: dalam batas normal
8. Gangguan koordinasi: positif
9. Gangguan keseimbangan: positif
10. Pemeriksaan fungsi luhur: dalam batas normal
IX. TERAPI
Levazide: 2x½ selama 10 hari lalu dinaikan 2x1 selama 1 bulan
THD: 2x½ selama 10 hari lalu dinaikan 2x1 selama 1 bulan.
Vit B1, B12: 2x½ selama 10 hari lalu dinaikan 2x1 selama 1 bulan
X. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sonationem : dubia ad malam
22
BAB IV
PEMBAHASAN
23
2. Levodopa yang dikombinasi: cegah agar levodopa tidak diubah menjadi
dopamine diluar otak. Beberapa contoh kombinasi obat:
- Levodopa/Benserazide: 100/25 mg, dimulai ½ tab 3-4x/hari, dinaikan 1
tab tiap minggu
- C.O.M.T inhibitor (entacapone, tolcapone):
Entacapone: 200mg, 200mg bersama dosis levodopa sampai max
1600mg/hari
Tolcapon: 100ng,100mg atau 200mg 3x/hari selama 6 hari
- Carbidopa: sinemet (levodopa/carbidopa 100/10, 100/25, 200/50)
Levodopa/carbidopa: 100/25 mg, dimulai ½ tab 2x/hari sesudah
makan, dinaikan ½ tab/hari selama 4-7 hari, maximal 10 tab/hari
- M.A.O.B inhibitor: Selegilline: 5mg, 5mg saat makan pagi dan makan
siang 5mg/hari.
Komplikasi pemberian levodopa: fenomena on-off: mendadak penderita
untuk beberapa saat menjadi immobile, gerakan seolah-olah membeku.
Mendadak timbul perubahan dari mobilitas ke imobilitas.2,16,17
3. Agonis dopamine: indikasi jika terapi dengan levodopa tidak berhasil
atau terdapat fenomena on-off:
- Bromocryptine (parlodel 2,5 dan 5 mg) adalah agonis dopamine yang
langsung menstimulasi reseptor dopamine: Bromocryptine: 2,5 mg,
dimulai 1,25mg 1x/hari sebelum tidur, dinaikan 2,5mg tiap 3-14 hari
- Apomorphine HCL (apokyn injection 0,02-0,06 ml)
- Rotigotine transdermal system (neupro 2mg, 4mg, 6mg)
- Pramipexole (mirapex): tab sal 2mg, 4mg, 8mg)
4. Glutamate antagonis: amantadine: 100mg, biasa menoterapi atau
kombinasi, 100-200mg/hari
5. Antioksidan (alfa tocoferol, asam ascorbat, beta carotene)
Propanolol 10-30mg perhar
24
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
10. Biochemical Pathway. Parkinson’s disease. [online]. [cited 2018 Apr
30]; [3 screens]. Available from:
URL:http://monicanasseri.wixsite.com/biochemical-
pathways/parkinsons-disease
11. Rossiter J. Parkinson’s disease pathology. Slide Player [serial online]
2018 [cited 2018 Apr 30];.
Available from: URL: http://slideplayer.com/slide/9318939/
12. Donato F. The clinical symptoms of parkinson’s disease. JNC [serial
online] 2016 Jul 11 [cited 2018 Apr 30].
Available from:
URL: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/jnc.13691
13. Mayoclinic. Parkinson’s disease. [online]. 2018 [cited 2018 Apr 30]; [2
screens]. Available from:
URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/parkinsons-
disease/symptoms-causes/syc-20376055
14. Heyn SN, Davis CP. Parkinson’s disease symptoms, signs, causes,
stages, and treatment. Medicine [serial online] 2018 Jan 19 [cited
2018 Apr 30]; 35:183-8
Available from:
URL:https://www.medicinenet.com/parkinsons_disease/article.htm#ho
w_can_people_learn_to_cope_with_parkinsons_disease
15. Web MD. Parkinson’s disease-exams and tests. [online]. 2018 [cited
2018 Apr 30]; [3 screens]. Available from:
URL:https://www.webmd.com/parkinsons-disease/tc/parkinsons-
disease-exams-and-tests
16. Hauser RA. Parkinson’s disease treatment and management.
Medscape [serial online] 2018 Feb 08 [cited 2018 Apr 30];.
Available from:
URL: https://emedicine.medscape.com/article/1831191-treatment
27
17. Sellbach A, Silburn P. Management of parkinson’s disease. NPS
Medicinewise [serial online] 2012 Nov 28 [cited 2018 Apr 30]; 35:183-8
Available from:
URL:https://www.nps.org.au/australianprescriber/articles/management
-of-parkinson-s-disease
28