PENDAHULUAN
Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun begitu, kanker paru ini
meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang
melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
Pada hampir 70% Pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan
tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah
rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan
parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis ) dalam paru. Dugaan meningkat pada mereka yang
merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi yaitu , apakah pasien merokok, apakah pasien
telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya , dan pernakah pasien
menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok
dihilangkan.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang Tumor Paru dengan baik dan
selanjutnya dapat merencanakan dan menerapkan asuhan keperawatan tentang Tumor Paru.
Bab I : Berisikan tentang pendahuluan yang memberikan gambaran tentang latar belakang
penulisan, tujuan penulisan dan sitematika penulisan.
Bab II :Tinjauan teori berisi diantaranya anatomi fisiologi, definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, dx penunjang, komplikasi, dan penatalaksana
Bab iv : Kesimpulan
BAB ll
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Atmanto (1992) menyatakan kanker paru merupakan penyakit dengan keganasan tertinggi
diantara jenis kanker lainnya di Jawa Timur dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar
24,1%. Pada Tahun 1998 di RS Kanker Dharmais, kanker paru menem-pati urutan kedua
terbanyak setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 75 kasus (Nasar, 2000).
Tumor juga di definisikan sebagai berikut :
b. .Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal.
c. Tumor adalah benjolan-benjolan berbentuk bulat atau berbenjol-benjol terdapat pada organ,
berbatas tegas dengan konsistensi yang kenyal.
d. Tumor terjadi dengan adanya masa laten yang sangat panjang dengan titik mulai yang tidak
teridentifikasi. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
2.2 Etiologi
a. Penyebab kimiawi.
Di pembersih cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
Golongan darah A lebih tinggi 20 % berisiko menderita kanker/tumor pada lambung dari pada
golongan darah O.
Selain itu perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh
protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
c. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik
maupun penyinaran.
Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain seperti
sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
d. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada
kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
e. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus. Pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya
hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu
tidak berkembang lanjut pada manusia.
f. Faktor hormon.
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya
belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak
dipengaruhi oleh hormone tersebut.
Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan, parenkim
paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama beberapa decade
) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala
tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase ke tempat
regional atau tempat yang jauh.
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebab kan
oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan dengan merokok.
Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik
dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons terhadap
infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada kenyataannya, kanker
paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas berulang
yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan
metastasis ke tulang.
Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional, pasien dapat
menunjukan nyeri dada dan sesak, serak ( menyerang saraf lariengal )disfagia, edema kapala dan
leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial. Tempat metastase yang paling umum adalah
nodus limfe, tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar adrenal. Gejala umum seperti
kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia tampak pada akhir penyakit.
2.4 Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan pada tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan risiko terjadi tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat initiation yang merangsang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agent biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan beraksi
langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetic(DNA). Keadaan selanjutnya akibat
keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya
formasi tumor. Hal ini dapat berlangsung lama, minggu bahkan sampai tahunan.
2.5 Pathway
Terlampir
a. Foto Thorax:
Suatu diafragma yang meninggi mungkin menunjukkan suatu tumor yang mengenai syaraf
frenikus. Pembesaran bayangan jantung mungkin menunjukkan efusi pericardial yang ganas.
Perhatian kebanyakan tumor perifer tidak dapat dilihat pada rontgen dada sampai ukurannya
lebih besar dari 1 cm.
b. Sitologi sputum:
Pada pemeriksaan sitologi sputum dapat membantu menegakkan kasus hingga 70%.
Sputum untuk sampel sitologi sebaiknya diterima oleh laboratorium dalam 2 jam setelah
ekspectorasi/ pengeluaran. Sampel dinihari tidak diperlukan.
c. Bronchoscopy:
Aspirasi merupakan tindakan yang harus dilakukan jika pasien dengan tumor paru
mempunyai effusi pleura. Effusi tak selalu akibat dari penyebaran tumor ke pleura, tetapi
mungkin akibat dari reaksi pneumonia pada tumor atau obstruksi limfatik.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis tumor perifer yang sulit dibiopsi denag tehnik
transbronchial.
Kelenjar getah bening perifer dapat diaspirasi dengan menggunakan jarum halus dan
bahannya diperiksa secara sitologis.
2.7 Komplikasi
2.8 Penatalaksana
2.9.1 Medis
a. Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor. Dalam
melakukan tindakan bedah ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan :
1). Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor tapi eksisi juga harus dilakukan
terhadap jaringan normal sekitar jaringan tumor. Cara ini akan memberikan hasil operasi yang
lebih baik.
2). Ternyata operasi pertama memberikan harapan sukses yang lebih tinggi. Operasi selanjutnya
akan memberikan hasil yang lebih rendah.
3). Metastase ke kelenjar getah bening umumnya terjadi pada setiap tumor sehingga
pengangkatan kelenjar dianjurkan pada tindakan bedah.
5) Satu hal yang mutlak dilakukan sebelum bedah adalah menentukan stadium tumor dan melihat
pola pertumbuhan (growth pattern) tumor tersebut.
b. Obat-obatan
1). Immunoterapi
2). Kemoterapi
3). Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal.
Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor
dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.
b. Mengarahkan radiasi lebih terfokus pada jaringan tumor saja, misalnya dengan
melakukan penyinaran yang mobile.
4. dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering.
Sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna
respons terhadap pengobatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Distress pernafasan
Bisa didapatkan adanya henti nafas, tachypneu, bradypneu, retraksi dinding dada,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya pergerakkan dinding dada, peningkatan
usaha untuk bernafas. Suara nafas yang mungkin didapatkan antara lain crackless, ronchi,
wheezing, stridor, penurunan suara nafas. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent.
b. Kesadaran
Pucat, cyanosis, diaphoresis, hipotensi, bradycardi, tachycardi, arrytmia pada atrial maupun
ventrikular, penurunan cardiac out put, shock.
d. Pemeriksaan penunjang
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
a. DP I
Tujuan:
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah duduk.
R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya gravitasi yang menarik
diafragma ke arah bawah.
- Kaji suara nafas.
R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan suplai O2 pada
daerah otak.
R/ ETT membantu klien dalam menciptakan jalan nafas, suplai oksigen yang adekuat membantu
proses metabolisme dalam tubuh.
R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk
melakukan tindakan selanjutnya.
- b. DP II
Tujuan:
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengeluarkan sekret.
R/ Pengetahuan keluarga dan klien tentang cara-cara mengeluarkan sekret memungkinkan klien
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
- c. DP III
Tujuan:
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan gas darah.
- d. DP IV
Tujuan:
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untum mengurangi
kecemasan.
3.4 Intervensi
Mandiri :
Mandiri :
Mandiri :
4. Intoleransi aktifitas
Mandiri :
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker paru yang diderita seseorang bisa bersifat benigna atau maligna. Tumor paru terjadi
sering kali karena aliran darah yang membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer
dimana saja didalam tubuh ke paru. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran
ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat di diagnosis. Beragam faktor telah dikaitkan
dengan terjadinya kanker paru-paru :
Asap tembakau, perokok pasif, polusi udara, radon, masukan vitamin A, PPOM, dan
tuberkolosis. Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, nyeri dada, sesak, kelemahan,
anoreksia, penueunan berat badan dan anemia. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika
merokok dihilangkan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bailon S. & Maglaya, 1978, Family Health Nursing, Quenson City, SG Bailon Maglaya, Up
College Nursing.
Kozier, Barbara, et. Al, 1995, Gfundamentals of Nursing: Concepts, Process And Practice,
California, Addison Wesley
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC