Pada tahun 2020 menghasilkan ahli madya keperawatan yang unggul dalam penguasaan
teknologi keperawatan neurosains
Disusun oleh:
Nama : Anisa Pandu Handini
NIM : P3.73.20.1.16.104
Kelas : 3 Reguler C
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul
“Penerapan Prosedur Terapi Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivas Kaki Pada
Pasien Dengan Diabetes Melitus” tepat pada waktunya. Proposal ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Riset Keperawatan.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
namun berkat bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak proposal penelitian ini dapat
diselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yupi Supartini, S.Kp., M.Sc. selaku direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta III dan dosen
mata kuliah Penghantar Riset Keperawatan.
2. Ns. Ulty Desmarnita, S. Kp., M. Kes.,Sp. Mat selaku ketua jurusan keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Ns. Santun Setiawati, M.Kep., Sp. An selaku ketua program studi D III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
4. Suhana Haeriyanto, SKM., M.Kes. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Pengantar Riset Keperawatan.
5. Yeti Resnayati,S.Kp. M. Kes. selaku dosen pembimbing dalam menyusun proposal ini.
6. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dalam penyusunan proposal ini
7. Tak lupa juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberi
dukungan dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penelitian ini masih belum sempurna, oleh
karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Penulis juga berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Bekasi, 23 Januari 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III....................................................................................................................................................... 12
METODE STUDI KASUS ....................................................................................................................... 12
A. Rancangan Studi Kasus ................................................................................................................ 12
B. Subyek Studi Kasus ...................................................................................................................... 12
C. Fokus Studi .................................................................................................................................... 12
D. Definisi Operasional Fokus Studi ................................................................................................ 13
E. Instrument Studi Kasus ................................................................................................................ 13
F. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................................... 13
G. Lokasi & Waktu Studi Kasus .................................................................................................. 14
H. Analisis Data & Penyajian Data .............................................................................................. 14
I. Etika Studi Kasus .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi kasus,
dan manfaat studi kasus.
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu masalah utama kesehatan. Diabetes melitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2002). Sedangkan menurut WHO (2008)
Diabetes melitus merupakan keadaan hiperglikemi kronis yang disebabkan oleh factor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, dan mempunyai karakteristik
hiperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Jumlah penderita diabetes melitus di dunia semakin bertambah setiap tahunnya. Menurut
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017 prevalensi DM di dunia
mencapai 424,9 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai 628,6 juta jiwa pada tahun
2045. Indonesia merupakan negara dengan penderita diabetes melitus terbanyak ke enam
di dunia dengan jumlah penderita DM mencapai 10,3 juta jiwa. Diperkirakan angka
tersebut akan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 16,7 juta jiwa pada tahun 2045.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi diabetes melitus dari tahun 2007-2013 sebanyak 1%. Pada tahun
2007 prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebanyak 1,1% dan meningkat menjadi
2,1% pada tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa.
Dampak dari hiperglikemi yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Komplikasi
diabetes melitus antara lain: penyebab utama gagal ginjal, retinopati diabetacum,
neuropati (kerusakan syaraf) dikaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi
bahkan keharusan untuk amputasi kaki. Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke
dan risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat dibandingkan
1
bukan penderita diabetes melitus (Departemen Kesehatan RI, 2014). Komplikasi yang
paling sering dijumpai adalah perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang sering
disebut dengan kaki diabetik (diabetic foot).
Dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot terdapat dua tindakan yaitu tindakan
pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi diantaranya dengan evaluasi
tukak, pengendalian kondisi metabolic, debridemen luka,biakan kuman, antibiotika tepat
guna, tindakan bedah rehabilitatif dan rehabilitasi medic. Sedangkan pada tindakan
pencegahan meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes, dan senam kaki (Yudhi,
2009).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi para penderita diabetes melitus
ataupun yang bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan melancarkan
peredaran darah pada bagian kaki (Soebagio, 2011). Menurut Soegondo (2009) dalam
Tavip 2013, senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah
bagian kaki. Senam kaki dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot
kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan
kekuatan ototbetis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.
Dalam penilitian Sigit Priyanto (2012), menyebutkan tentang pengaruh senam kaki
terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada anggregat lansia diabetes melitus
menunjukkan hasil bahwa sensitivitas kaki lebih baik pada lansia setelah diberikan
prosedur terapi senam kaki diabetes pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok
kontrol.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
tentang penerapan prosedur terapi senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada
pasien dengan diabetes melitus.
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan prosedur terapi senam kaki dapat meningkatkan sensitivitas
kaki pada pasien dengan diabetes melitus?
1. Tujuan Umum
Menggambarkan penerapan prosedur terapi senam kaki untuk meningkatkan
sensitivitas kaki pada pasien dengan diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan gambaran tentang diabetes melitus.
b. Untuk memberikan gambaran prosedur terapi senam kaki pada pasien dengan
diabetes melitus.
c. Untuk memberikan gambaran hasil sensitivitas kaki pasien setelah diberikan
prosedur senam kaki.
1. Masyarakat
Penulis berharap, penelitian studi kasus ini dapat bermanfaat bagi penderita diabetes
melitus, untuk memahami dan mengaplikasikan bagaimana penerapan prosedur terapi
senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas kaki.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman, khususnya studi kasus tentang penerapan prosedur terapi
senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien dengan diabetes
melitus.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan diuraikan tentang konsep dasar teori meliputi: pengertian diabetes
melitus, etiologi diabetes melitus, manifestasi diabetes melitus, klasifikasi diabetes
melitus, penatalaksanaan diabetes melitus, dan komplikasi diabetes, serta prosedur terapi
senam kaki.
4
2. Etiologi Diabetes Melitus
Menurut Nurarif (2015) Etiologi diabetes melitus meliputi:
a. Diabetes melitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh:
1) Fakktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tatpi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Factor lingkungan yaitu virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. Diabetes melitus tipe II
Disebakan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Factor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II yaitu:
1) Usia
2) Obesitas
3) Riwayat dan keluarga.
5
4. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Black (2009), diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat derajat klinis
berbeda yang terdiri atas tipe 1, tipe 2, gestasional, dan jenis spesifik lain dari
diabetes melitus.
a. Diabetes melitus tipe 1 adalah hasil dari autoimunitas kerusakan sel beta, yang
mengarah kepada defisiensi hormon insulin.
b. Diabetes melitus tipe 2 adalah hasil dari kerusakan pengeluaran insulin secara
pogresif yang disertai dengan resistensi insulin, biasanya berkaitan dengan
obesitas.
d. Diabetes melitus jenis lain, mungkin terjadi sebagai hasil dari kerusakan genetik
di fungsi sel beta, penyakit kelenjar pankreas (misalnya sistik fibrosis), atau
penyakit yang diinduksi penggunaan obat-obatan.
Menurut WHO, diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan perawatan dan
simtoma.
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1 biasa menyerang anak-anak. Merupakan diabetes yang
terjadi karena berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel
beta pada pulau langerhans. Hilangnya sel beta dikarenakan reaksi autoimun yang
salah sehingga menghancurkan sel beta di pankreas. Salah satu gejala DM tipe 1
ini adalah buang air kecil yang terlalu sering.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Merupakan tipe diabetes yang bukan karena berkurangnya rasio insulin dalam
darah, melainkan karena kelainan metabolisme. Terjadi Hiperglisema yaitu
bertambahnya atau melebihnya glukosa darah.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes tipe ini adalah diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang
diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon
insulin yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan.
6
Resiko terjadinya anomali kongenital berkaitan langsung dengan derajat
hiperglikemia pada saat diagnosis ditegakkan. Pada diabetes melitus jenis ini,
insulin sulit bekerja karena beberapa hormon pada ibu hamil memiliki efek
metabolik yang bertoleransi dengan glukosa.
7
c) Memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
serat, seperti sayuran dan serai
d) Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung
banyak kolestrol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning
telur, mentega, saud salad, dan makanan pencuci mulut berlemak
lainnya
e) Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam
2) Latihan
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang
lebih 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval,
Progresiv, endurance training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa
berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling
antara gerak cepat dan lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan
yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu.
Latihan yang dapat dijadikan pilihan adlah jalan kaki, jogging, lari,
renang, bersepeda, dan mendayung.
Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini adalah jangan
memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus
didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus
selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
3) Edukasi
Edukasi, memberikan pendidikan kesehatan mengenai diabetes Melitus
dan pengelolaannya serta mengajarkan klien serta keluarganya untuk
penerapan pola hidup sehat.
4) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dengan pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
dan atau terapi insulin.
8
yaitu timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur
menjadi semakin berat dan membahayakan. Komplikasi ini meliputi: makrovaskuler,
mikrovaskuler dan diabetik retinopati, nephropathy, ulkus kaki diabetes, neuropathy
atau kerusakan saraf (Tjokroprawiro, 2007). Menurut Buchman (2009) Komplikasi
yang paling sering adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak
bawah yang disebut kaki diabetic atau diabetic foot.
9
fisiologis seperti dyspnea atau nyeri dada, subjek dengan status psikologis terganggu,
dan pada subjek yang memiliki penyakit kronis selain diabetes melitus. Menurut
Misnadiarly (2006) senam kaki dapat diberikan kepada pasien diabetes melitus tipe 1
atau 2, namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa diabetes melitus sebagai
tindak pencegahan dini agar tidak terjadinya luka pada kaki maupun gejala awal dari
kesemutan atau hal yang menyebabkan penurunan sensitivitas kaki (Tandra, 2008).
10
e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat pergerakkan memutar
pada pergerakkan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan tersebut.
g. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 sampai 10 yang dilakukan secara bergantian.
Gerakan ini sama dengan posisi tidur.
h. Letakkan sehelai kertas di lantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja, lalu robek
koran menjadi 2 bagan, pisahkan kedua bagian koran. Sebagian koran disobek-
sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan Koran
tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekan kertas yang utuh. Bungkus
semuanya dengan kedua kaki hingga membentuk bola.
Menurut Markam (2008), Syarat pemeriksaan sensitivitas yaitu pasien harus sadar,
cukup cerdas dan cukup kooperatif, perlu diterangkan kepada pasien maksud, cara
dan respon yang diharapkan pada pemeriksaan dan dilakukan secara rileks dan tidak
melelahkan pasien (dalam priyatno, dkk 2013).
11
BAB III
Pada Bab ini akan diuraikan tentang desain/rancangan studi kasus, subyek studi kasus,
focus studi kasus, definisi operasional, instrumen studi kasus, metode pengumpulan data,
waktu dan tempat studi kasus, analisis data dan penyajian data serta etika studi kasus.
C. Fokus Studi
Fokus studi penelitian ini adalah penggambaran penerapan prosedur terapi senam kaki
untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien dengan diabetes melitus.
12
D. Definisi Operasional Fokus Studi
Definisi operasional adalah aspek penulisan yang memberikan informasi kepada kita
tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Dalam penulisan ini, penulis
menggunakan definisi operasional sebagai berikut:
1. Diabetes melitus yaitu dimana kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL.
2. Prosedur terapi senam kaki merupakan kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
klien yang sesuai dengan kriteria. Dilakukan dengan menggerakkan kedua kaki dan
sendi seperti tumit, diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki yang diulangi
sebanyak 10 kali. Dilakukan dengan durasi 30-60 menit, frekuensi 3-5 kali per
minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam.
13
sewaktu, dan pengukuran sensitivitas kaki. Setelah melakukan pengkajian, penulis
kemudian melatih senam kaki pada subyek dan keluarga sesuai dengan standar
operasional prosedur terlampir dan selanjutnya penulis mengobservasi dan mencatat
setiap perkembangan, sebelum dan setelah dilakukannya prosedur senam kaki.
14
2. Memberikan manfaat (beneficience) kepada subyek dengan mengajarkan prosedur
senam kaki yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam
melakukan sena
3. Pada kasus studi kasus ini tidak mengandung resiko fisik pada subyek studi kasus
(Non Maleficience).
4. Justice, yaitu dalam studi kasus ini penulis memperlakukan subyek dengan adil dan
tidak diskriminatif, memperlakuan subjek dengan penuh rasa nyaman, dan setiap
subyek mendapatkan perlakuan yang sama dari penulis, yaitu sama-sama
mendapatkan penjelasan tentang penerapan terapi senam kaki.
5. Privacy, yaitu penulis memperhatikan privasi dan kebebasan subyek dan penulis tidak
menampilkan informasi mengenai identitas subyek.
15
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., & Hawks, J.H. 2009. Medical Surgical Nursing: Clinical Management for
Positive Outcomes, Eight edition. Saunders Elsevier. Singapore
Buchman. 2009. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah, Alih Bahasa : Oscar
H. Simbolon. Dian Rakyat. Jakarta.
________. 2014. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi Kedua.
Salemba Medika. Jakarta
IDF. 2017. Idf diabetes atlas sixth edittion. Diakses pada tanggal 22 Januari 2019 dari
https://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf.
Indah, Lya. S. 2015. Aplikasi Senam Kaki Diabetes melituts Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki
pada Keluarga Tn. S di Desa Tegalrejo KelurahanWonolopo Mijen Semarang.
Universitas Muhammad Semarang. Semarang.
KBBI. 2019. Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses dari
http://kbbi.web.id/pusat pada tanggal 22 januari 2019.
16
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Melitus Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali gejala, Menanggulangi,
dan Mencegah Komplikasi. Pustaka Obor Populer. Jakarta.
Priyanto, S. 2012. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar Gula Darah
pada Aggregat Lansia DM di Magelang. Tesis. Dipublikasikan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia Depok. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20300843-
T30470%20 %20Pengaruh%20senam.pdf. Diakses pada tanggal 22 Januari 2019.
Rachmatul & Siti. 2016. Cara Ampuh Tumpas Diabetes. Medika. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. www.Riskesdas.com. Diakses pada 3 Januari 2017.
Soebagio, Imam. 2011. Senam Kaki Sembuhkan Diabetes Melitus. Diakses dari
http://pakdebagio.blogspot.com/2011/04/senam-kaki-sembuhkan-diabetes-melitus.html,
pada tanggal 22 januari 2019.
Soegondo, S. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Insulin: Farmakoterapi pada Pengendalian
Glikemia Diabetes Melitus Tipe 2, jilid III, Edisi 4. FKUI pp. 1884. Jakarta.
Soegondo, S. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai penerbit FKUI. Jakarta.
Soegondo, Sidartawan, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit
FK UI. Jakarta.
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Psikogeriatrik. Salemba Medika. Jakarta.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Volume 2. Alih Bahasa Andry Hartono.
EGC. Jakarta.
17
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Taylor, R. B. 2010. Managing Diabetes With Exercise 6 Tips for Nerve Pain. Dari
http://www.webmd.com/diabetes/features/6-exercise-tips. Diakses tanggal 22 januari
2019
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesai, Cetakan Ke-2. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Tjokronegoro, A. 2002. Petunjuk Hidup Sehat Untuk Para Diabetis. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
World Health Organization (WHO). 2008. Technical Brief for Policy Maker. Geneva.
Switzerland.
Widianti, A.T. & Proverawati, A. 2010. Senam Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
18