Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada periode akhir dalam kehidupan disebut dengan kata atau

panggilan lanjut usia (lansia). Proses menua dan lanjut usia adalah suatu proses

yang di alami oleh semua orang (Kementian Kesehatan RI, 2014) Prof, DR. R.

Boeedhi Darmojo dan DR. H. Hadi Martono di kutip oleh Nugroho 2012

mengatakan, bahwa “menua atau lamjut usia” adalah proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas seperti infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Batas usia atau tingkatan usia menurut WHO meliputi usia pertengahan

(Middle Age) kelompok usia 45 – 59 tahun, lanjut usia tua (Old) diantara 60 – 74

tahun dan usia sangat tua (Very Old) diatas 90. Di dalam buku ajar tentang

mengenal usia lanjut dan perawatannya dikatakan lansia karna sudah mencapai

klasifikasinya salah satunya tentang pra lansia (Prasenilis) seseoramng yang sudah

berusia 45 sampai 59 tahun (Maryam, Dkk 2008). Maka lansia dari perihal di atas

dapat mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk lansia atau lanjut usia yang

akan membawa dampak terhadap sosial, ekonomi, budaya, baik dalam keluarga,

masyarakat maupun dalam pemerintah. Memasuki masatua semua orang mulai

mengalami apa yang disebut kemunduran, baik kemunduran secara fisik, maupun

fisiologis, salah satu kemunduran fisiologis seperti menurunnya tingkat kognitif

yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan pada lansia.

1
Kecemasan mengalami keadaan emosional seperti kecemasan adalah gejala

umum. semua situasi yang akan mengancam kesejahteraan organisme dapat

menimbulkan kecemasan, konflik, ancaman fisik, anacaman terhadap harga diri,

dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan individual yang akan

menimbulkan kecemasan, istilah kecemasan menunjukkan kepad keadaan emosi

yang menentang atau tg meliputi inter pretasi subyektif dan arousal atau

rangsangan fisiologis. Kecemasan juga sebagai suatu perasaan tidak tenang, rasa

khawatir, atau ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. (Susanto, 2018).

Dalam buku lain juga di jelaskan kecemasan yang di alami lansia dengan

gejala sebagai berikut perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan

kejadian yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat

marah, sering mengeluh akan gejalan yang ringan atau takut\khawatir terhadap

penyakit yang berat, misalnya penyakit kangker dan penyakit jantung yang

sebenarnya tidak dideritanya, sering membayangkan hal-hal yang

menakutkannya, dan rasa panik terhadap masalah yang ringan (M aryam, Dkk.

2008). Hal di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya kecemasan yang sering di

derita oleh lansia denganbeberapa tanda gejala yang berasal dari fikiran atau

koknitif salah satunya penyebabnya lemahnya ekonomi keluarga, rasatakut akan

hari esok apa yang terjadi apakah baik atau buruk dan kejadian penyakit yang

akan dideritanya seperti penyakit yang mengancam jiwa dan fikiran tentang

bahwa lansia juga di sebut dengan kehidupan yang terakhir lebih dekat dengan

kematian.

Populasi lanjut usia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan

dengan pertambahnya lanjut usia menjadi semakin mendominasi apabila di

2
bandingkan dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lain .

pada tahun 2050, satu dari lima orang di dunia akan berusia 60 th dan lebih tua,

pada tahun 2015 dan dan tahun 2030 jumlah orang lanjut usia diseluruh dunia

meningkat menjadi meningkat 56 persen, dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4

miliar. Pada tahun 2030, jumlah orang berusia 60 ke atas akan melebihi usia

mudah yang berusia 15 sampai 24 tahun (Unidop, 2017).

Data dari Badan Pusat Statistik (2015), saat ini Indonesia termasuk lima

besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia, yakni

mencapai 7,6%, tahun 2015 adalah 8,5%, tshun 2020 adalah 10,0%, tahun 2025

adalah 11,8%. Peningkatan lanjut usia menunjukan bahwa usia harapan hidup

penduduk di Indonesia semakin tinggi dari tahun ketahun. Di Sulawesi Utara

jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2010 meningkat 5,5% dari jumlah total

lanjut usia, tahun 2015 meningkat 6,0%, tahun 2020 meningkat 7,2%, 2025

meningkat 8,7%, tahun 2030 akan meningkat sampai 10,4% (Kementrian

Kesehatan RI, 2015). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep

pada tahun 2018 di Kecamatan Manding jumlah lansia sebanyak 3.735 jiwa. Di

Desa Gunung kembar lansia terbanyak ke empat (4) dari 12 desa lainnya dengan

jumlah sebayak 434 jiwa lansia yang masih hidup. Akibat adanya jumlah lansia

yang begitu banyak dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yang begitu

tinggi.dimana setiap manusia pasti akan mengalami proses menjadi tua yang

merupakan masa terakhir kehidupan yang di alami setiap individu, dimana di

masa ini seseorang akan mengalami tingkat kecemasan yang di sebabkan karena

adanya kemunduran fisik, fisiologis, mental dan sosial.

3
Berdasakan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Gunung

Kembar Kecamatan Manding dengan menggunakan HARS (HAMILTON

ANXIETY RATING SCALE) di dapatkan dari 10 orang lansia, diantaranya 1

orang (3%) lansia mengalami tingkat kecemasan sangat berat, dan 2 orang

(28,6%) lansia mengalami tingkat kecemasan berat, 5 orang (62,4%) lansia

mengalami tingkat kecemasan sedang, juga 1 orang (3%) lansia mengalami

tingkat kecemasan ringan, sedangkan 1 orang (3%) lansia lainnya tidak

mengalami kecemasan.

Gangguan kecemasan yang sering di alami oleh lansia adalah kemunduran

fisik bagaimana saat sudah berada di fase lansia sistem tubuh sudah tidak bekerja

semaksimal mungkin penyakit ataupun sistem tubuh sudah banyak tidak bekerja

lagi dan mudah terserang penyakit, bangun malam, dengan perasaan tegang, cepat

marah dan panic yang dirasakan merasakan ketakutan yang sangat tentang apa

yang belum terjadi atau menimpanya, serta terdapat beberapa factor pendukung

terjadinya keceemasan seperti kesehatan fisik yag bururk, perpisahan dengan

pasangan, perumahan dan transportasi yang tdidakmemadai, sumber finnsial

berkurang dan dukungan sosial berkurang (Maryam setiap lansia yang mengalami

kecemasan dimulai dari 3aspek yaitu aspek fisik, emosional dan mental.

Sebagai lansia sudah wajar mengalami tingkat kecemasan berat ataupun

ringan karena sudah berada di fase terakhir di sebut dengan fase akhir dari

kehidupan dari permasalahan di atas dapat kita anjurkan atau diberikan arahan

melakuakn dzikir lebih tepatnya yaitu tentang dzikir istighfar setidaknya dzikir

istighfar ini dapat mengurangi tingkat kecemasan yang di alami oleh setiap lansia

dhikir istigfar it sendiri adalah memiimta kepada Allah SWT agar dosanya di

4
tutupi dhingga tidak ada orang lain yang mengetahuinya: sekaligus dimanfaatkan

sehinga pelakunya terbebas dari sangsi. Kata istighfar serig di gunakan dalam

pengertian ’taubat’ keduanya sama-sama memiliki pengertian kembali kepada

Allah SWT dan harapan agar Allah SWT mengilangkan apa-apa yang tidak baik.

Hanya saja istighfar berupa permohonan lisan dari seorang hamba. Sedangkan

taobat berupa usaha dari hamba yang bersangkutan.

Ketika istighfar di sebutkan dalam independen, maka ia juga di sebut taubat.

Namun saat di sebutkan secara beriringan seperti dala surat Hud Ayat 3 dan 52:

dalm artian “permintaan agar Allah SWT melindungi kita dari kejahatan yang

sudah lalu akibat dosa-dosa kita (Taslim, Baswedan dkk, 2015).

Seseorang selalau melakukan dzikir hatinya akan selalu senantiasa merasa

senang seperti ada hubungan dengan Allah SWT. Dhikir bisa di jadikan sebagai

rangsangan dari hati dan fikiran seseorang untuk mengurangi terjadinya

kecemasan pada lansia dimana sudah kita ketahui zdikir adalah salah satu jalan

berhubungan langsung dengan Allah SWT melalui hati dan fikiran, dengan

menganjurkan lansia untuk melakukan zhikir istighfar sebagai pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman pada lansia yang mengalami kecemasan, sehingga peneliti

merasa perlu dan tertarik untuk mengetahui bahwa dzikir istigfar dapat

menurunkan tingkat kecemasan yang di alami lansia di desa gunung kembar

Kecamatan manding Kabuten sumenep.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetauhi adakah

pengaruh dzikir istighfar terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

lansia ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui pengaruh dzikir istighfar terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengedintifikasi dzikir istighfar.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia.

3. Menganalisis pengaruh dzkir istighfar terhadap tingkat penurunan

kecemasan pada lansia.

1.3 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

pengetahuan terhadap lansia tentang pentingnya dzikir istighfar

terhadap tingkat kecemasan dengan menggunkan beberapa metode.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Lansia

Membeikan informasi tentang bagaimana pentingnya dzikir

istighfar sehingga dapat mengembangkannya dalam mengatasi

masalah kecemasan yang di alami setiap lansia.

6
2. Bagi Masyarakat

Sebagai sala satu masukan bagi masyakat tentang dzikir

istighfar supaya dapat memberikan arahan terhadap keluarga atau

penderita tentang pentingnya dzikir khafi.

3. Bagi Peneliti lain

Sebagai salah satu masukan bagi peneliti lain mengenai dzikir

khafi sehingga dapat mengembangkan penelitian lain yang sejenis

mengenai pengaruh dzikir khafi terhadap tingkat kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai