Anda di halaman 1dari 3

KISAH PEMIMPIN YANG BAIK

UMAR BIN KHATTAB

Tepat pukul 09.00 Wib lonceng berbunyi semua anak memasuki ruangan kelas sebelum belajar
biasanya bunda meminta salah satu murid untuk menyiapkan barisan.
Bunda : “ Anak- anak siapa yang mau menyiapkan kedepan ? “
( Terdengar suara teriakan keras dari dua orang anak, yang tidak lain bernama
Alif dan Amin.
Alif : Saya Bunda
Amin : Saya saja kamukan sudah pernah ( sambil bertengkar )
Bunda : Sudah duduk Amin dan Alif anak pintar, tapi untuk menjadi pemimpin tak harus
di lihat orang karena pemimpin yang baik itu harus rela mengalah.
Sekarang Bunda mau bercerita tentang pemimpin yang baik hati bernama Umar
Bin Khattab.
Di malam yang gelap dan dingin Umar Bin Khattab dan Pendampingnya Adjam,
Adjam bertanya kepada umar.
Adjam : Begitu dingin malam ini kamu masih menyempatkan diri berkeliling di kampung
ini untuk apa umar ? Padahal kamu seorang pemimpin
Umar : Saya ingin mengetahui keadaan wargaku dikampung ini Adjam, apakah masih
ada yang kelaparan.
Tak lama kemudian terdenganr tangisan dari dalam rumah, tangisan anak kecil yang sedang
kelaparan.
Anak : Ibu aku lapar (menangis)
Ibu : Iya nak, sebentar kalian tidur dulu ya nak, kalau masakannya sudah siap ibu
Bangunkan.
Anak : Iya bu
Ibu : Y Allah kasihanilah anak hamba, berikanlah hamba pertolonganmu.
Lalu terdenganr ketukan pintu.
Umar & Adjam : Assalamu Alaikum
Ibu : Walaikum Salam, siapa
Umar : kami orang yang sedang dalam perjalanan, bolehkan kami singgah sebentar,
diluar sangat dingin
Ibu : Sebentar (Membuka pintu), siapakah tuan berdua, ada perlu apa?
Umar : Tolonglah kami singgah sebentar, diluar sangat dingin
Ibu : Baiklah silahkan masuk. Tapi maaf, saya sedang sibuk, saya tidak dapat
melayani kalian, kalau kalian mau istirahat silahkan.
Umar : Alhamdulillah makasih ya bu, tadi kami mendengar anak mu menangis, apa
gerangan yang membuat mereka menangis bu.
Ibu : Mereka menangis kelaparan
Umar : Lalu kenapa belum dikasih makanannya bu, apakah makanannya belum matang.
Ibu : iya, dan tidak akan pernah matang
Umar : Ahh.. (Terkejut) memangnya apa yang sedang ibu masak ??
Ibu : Lihatlah sendiri
Ternyata ibu itu sedang memasak batu.
Umar : kenapa ibu berbohong ?
Ibu : Itu kulakukan untuk menenangkan mereka supaya mereka mengira saya sedang
memasak makanan. Ini semua gara-gara Umar, tapi biar Allah yang
menghakiminya nanti.
Umar : memangnya Umar kenapa bu ?
Ibu : Pasti dia sedang bersantai-santai dirumah nya tanpa memikirkan warganya yang
sedang kelaparan dan miskin seperti kami.
Umar berkata didalam hati “ Ya Allah apa yang telah kuperbuat, aku telah menjalimi rakyat, ya
Allah ampunilah hamba mu ini.” Lalu pendampingnya Adjam berkata :
Adjam : Hey ibu jangan bicara sembarangan ya ibu tau tidak !
Namu Umar menahan Adjam untuk tidak mengatakan bahwa yang ada didepan mereka adalah
Umar.
Umar : Baiklah ibu kami mohon pamit dulu, terimakasih kebaikan ibu, semoga Allah
membalasnya. Adjam mari kita pergi. Assalamu Alaikum
Ibu : Walaikum Salam, aneh
Umar dan Adjam pun meninggalkan rumah ibu itu, dan bergegas pergi kegudang penyimpanan
makanan untuk mengabil bahan makanan agar diberikan kepada ibu yang anaknya sedang
kelaparan tersebut.
Umar : Assalamu Alaikum
Ibu : Siapa, ada apa lagi Bapak-bapak datang lagi kerumah saya.
Umar : Aku membawa sedikit makanan bu. Bolehkah aku memasaknya bu ?
Umar pun mulai memasak untuk ibu itu, padahal dia seorang pemimpin. Adjam pun heran dan
merasa terharu.
Adjam : Subhanallah (menangis) padahal dia adalah pemimpin.
Begitu juga dengan ibu itu dia sangat terkejut
Ibu : Subhanallah (menangis)
Umar : Ibu, Insyaallah sebentar lagi masakan ini akan matang, bangunkan anak-anak mu
dan siapkan piring untuk mereka
Adjam : Dibalik ketegasannya Umar sungguh sangat lembut, ya Allah lindungilah Umar
Bin Khattab
Ibu : Ayo nak bangun nak, makanannya sudah matang.
Anak : benarkah bu, benar makanannya sudah matang.
Ibu : Iya nak (menangis)
Anak : Alhamdulillah ibu kita bisa makan, ayo dek kita makan.
Umar : Silahkan bu, nak kalian makan
Ibu : Bismillahirrahmanirrahim
Merekapun merasa senang bisa makan selezat itu, meskipun mereka tidak tahu bahwa yang
memberikan makanan tersebut Umar Bin Khattab, yang mereka anggap pemimpin yang tidak
baik.
Jadi, anak-anak bunda sekalian untuk berbuat baik tak harus selalu dilihat orang, karena Allah
maha melihat, jadi sekarang gimana siapa yang mau menyiapkannya.
Alif : Kamu saja duluan Amin, besok kita gantian
Amin : Ok. Makasih sahabat Umar bin Khattab, ha...ha...ha

Anda mungkin juga menyukai