Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN

DENGAN KENAIKKAN BERAT BADAN PADA

WANITA USIA SUBUR

OLEH : SULIYA YUMITA

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan Rahmad dan

Hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan karya proposal ini

berjudul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Implan Dengan Kenaikkan Berat Badan

pada Wanita Usia Subur”.

Dalam menyelesaikan proposal ini peneliti telah mendapatkan bantuan dan

bimbingan dari pembimbing serta motivasi moril dan materil dari berbagai pihak oleh

sebab itu peneliti sangat mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang mana berkat rahmat dan hidayah-NYA saya dapat enyelesaikan

proposal ini.

2. Keluarga yang selalu mendukung saya.

3. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penulisan ini, yang

tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan

kritik, saran dan masukan demi kesempurnaan proposal ini, sehingga proposal ini

dapat diterima, serta bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan semua pihak yang

membaca.

Pekanbaru, Oktober 2018

Peneliti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Keluarga Berencana ( KB ) ...............................
2.2 Kontrasepsi ....................................................................
2.3 Alat Kontrasepsi Implan ............................................
2.3.1 Pengertian Implan ................................................
2.3.2 Jenis-jenis Implan .................................................
2.3.3 Cara Kerja Implan .................................................
2.3.4 Keuntungan/kerugian Implan ................................
2.3.5 Klien yang boleh dan tidak boleh menggunakan implan
.............................................................................
2.3.6 Waktu Pemasangan ............................................
2.3.7 Prosedur Pemasangan .........................................
2.3.8 Pencabutan Implan ...............................................
2.3.9 Efek samping dan penanganannya ......................
2.4.1 Hubungan kenaikkan berat badan .......................
2.5 Kerangka Konsep ...........................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................
3.2.1 Tempat Penelitian ..................................................
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................

3
3.3 Populasi dan Sampel.......................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai program untuk

menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu programnya dengan

keluarga berencana nasional sebagai integral dari pembangunan nasional yang

mempunyai tujuan ganda yaitu mewujudkan pembangunan yang berwawasan

kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Keadaan ini

dapat dicapai dengan menganjurkan pasangan usia subur (PUS) untuk mengikuti

Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi, yaitu: faktor

pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman

dengan kontrasepsi sebelumnya, sikap dan dukungan suami), faktor kesehatan

(status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektifitas, efek samping,

kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial dan biaya) (Hartanto, 2004).

Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis

kontrasepsi. Hal ini tidak hanya terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh

ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi

tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek

samping, potensi, konsekuensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan, besar

keluarga yang diinginkan/direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma

budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB. Alasan-alasan

4
lain yang berkaitan dengan kondisi sosial pemilihan yaitu biaya terlalu mahal

(Hapsari, 2009).

Data jumlah pasangan usia subur di Provinsi Riau desember 2013 sebanyak

168.167 peserta, yang menjadi akseptor KB sebanyak 41.187 (24,4%). Program

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada tahun 2013 metode kontrasepsi

implan menduduki peringkat terendah nomor 2 setelah metode kontrasepsi mantap

(Kontap) MOP. Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) seperti implan, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan

jumlah pengguna implan lebih sedikit dari program metode kontrasepsi mantap

(Kontap) MOW, padahal target program MKJP KB implan tahun 2014 adalah 70%

dari cakupan target pencapaian (Dinkes Riau, 2013).

Kebijakan pemerintah tentang KB saat ini mengarah pada pemakaian metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Alat kontrasepsi implan merupakan salah satu

cara efektif yang diprioritaskan pemakaiannya dengan efektifitas (kegagalan 0,2-1

kehamilan per 100 perempuan). Keuntungan implan yakni memiliki daya guna

tinggi, perlindungan jangka panjang, dan tidak mengganggu kegiatan senggama

serta tidak mempengaruhi produksi ASI. (BKKBN, 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Deni Juli Ujianti Tahun 2007 tentang studi

deskriptif faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya alat kontrasepsi bawah kulit

pada akseptor usia subur di Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten

Boyolali mendapatkan hasil bahwa dari 112 akseptor/responden yang

menggunakan alat kontrasepsi bawah kulit sebagian besar adalah yang berusia >

35 tahun, pernah melahirkan, status ekonomi cukup, tingkat pengetahuan kurang,

dukungan suami, pendidikan dan pekerjaan mempengaruhi penggunaan alat

kontrasepsi bawah kulit.

1.2. Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diteliti adalah:

Apakah ada hubunan penggunaan kb implan dengan kenaikan berat badan pada

wanita usia subur.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Implan dengan

Kenaikkan Berat Badan pada Wanita Usia Subur.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan tentang penggunaan

kontrasepsi implan dengan kenaikkan berat badan pada wanita usia

subur.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan suami tentang

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implan pada Akseptor KB

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan kepada pihak lokasi penelitian mengenai hubungan

penggunaan kontrasepsi implan dengan kenaikkan berat badan pada wanita

usia subur. Selain itu, diharapkan kepada tenaga kesehatan yang ada di

lokasi penelitian agar dapat memberikan informasi kepada pasangan usia

subur mengenai KB implan.

1.4.2. Bagi Responden

Hasil penelitian sebagai bentuk informasi dan masukan kepada ibu

akseptor KB supaya tidak merasa cemas dalam pengawasan KB Implan

sebagai kontrasepsi jangka panjang.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

6
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang

pengetahuan, kecemasan dan dukungan suami tentang KB implan,

sehingga dapat dipakai sebagai tambahan informasi dan referensi terutama

dalam bidang perpustakaan.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya pada bidang keluarga

berencana khususnya KB Implan. Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya

menggunakan variabel yang berbeda dalam meneliti tentang rendahnya

penggunaan KB Implan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keluarga Berencana ( KB )

Menurut WHO (World Health Organization) Program Keluarga Berencana

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2004).

Akses terhadap pelayanan keluarga berencana yang bermutu merupakan

suatu unsur penting dalam upaya pencapaian pelayanan kesehatan Reproduksi.

Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh

informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif,

terjangkau dan akseptabel. (Saifuddin, 2010).

2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan.

Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah

menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur

yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk

mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat

juga bersifat permanen (Prawirihardjo, 2008)

8
Bahwa sampai saat ini kita mengetahui belumlah tersedia satu metode

kontrasepsi yang benar 100% ideal/ sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa

saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk supermarket/

toko, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang

diinginkannya (Hartanto, 2004).

2.3 Alat Kontrasepsi Implan

2.3.1 Pengertian Implan

Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang

terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan

atas (Handayani, 2010).

Susuk adalah kapsul sebesar korek api yag mengandung hormon sintesis

(progestin) yang dimasukkan di bawah kulit lengan atas. Kapsul secara

perlahan melepaskan hormon ke dalam aliran darah selama periode 3 tahun

(Dewi, 2010).

2.3.2 Jenis-jenis Implan

Menurut Handayani (2010), Ada 2 jenis implan yakni:

1. Non biodegradable implant

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1.1 Norplant (6 kasul) berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5 tahun

1.2 Norplant -2 (2 batang) berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 3 tahun

1.3 Satu batang berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Rencana siap

pakai: tahun 2000

1.4 Satu batang berisi hormon 3-keto desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun

2. Biodegradable implant

Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan

pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringa

9
tubuh. Jadi bahan pembawanya sama sekali tidak diperlukan untuk

dikeluarkan lagi seperti pada norplant.

Menurut Sulistyawati (2011), ada 3 jenis implan yaitu:

1. Norplant. Terdiri atas enam batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg

levonorgestrel. Lama kerjanya lima tahun.

2. Implanon. Terdiri atas satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40

mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan

lama kerja tiga tahun

3. Jadena dan indoplant. Terdiri atas dua batang yang berisi 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja tiga tahun.

Tingkat keefektifan dari alat kontrasepsi implan ini sangat tinggi, angka

kegagalan norplant <1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama

(Handayani, 2010). Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan

pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil. Sumber lain

menyebutkan bahwa tingkat keefektifan dari alat kontrasepsi impan ini sangat

efektif yakni 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (Sulistyawati, 2011).

2.3.3 Cara Kerja Implan

Menurut Handayani (2010), cara kerja implan adalah:

1. Menghambat ovulasi

2. Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit

3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium

Menurut Sulistyawati (2011), cara kerja implan adalah:

1. Lendir serviks menjadi kental

2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi

3. Mengurangi transportasi sperma

10
4. Menekan ovulasi

2.3.4 Keuntungan/kerugian Implan

Menurut Handayani (2010), keuntungan penggunaan implan adalah

sebagai berikut:

1. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang

mengandung progesteron

2. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat

reversibel

3. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implannya dikeluarkan

4. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah

5. Resiko terjadinya kehamilan ektropik lebih kecil jika dibandingkan dengan

pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim

Adapun keterbatasan yang dimiliki implan menurut Sulistyawati (2011)

adalah sebagai berikut:

1. Nyeri kepala

2. Peningkatan/penurunan berat badan

3. Nyeri payudara

4. Perasaan mual

5. Pening/pusing kepala

6. Perubahan perasaan atau kegelisahan

7. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan

8. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termasuk AIDS

9. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai

dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan

11
10. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis atau

obat epilepsi

11. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun)

Sedangkan kerugian menggunakan implan menurut Handayani (2010)

adalah:

1. Susuk KB/implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan

yang terlatih

2. Lebih mahal

3. Sering timbul perubahan pola haid

4. Akseptor tidak dapat menghentikan implan sekehendaknya sendiri

5. Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena

kurang mengenalnya.

2.3.5 Klien yang boleh dan tidak boleh menggunakan implan

Klien yang boleh menggunakan implan menurut Sulistyawati (2011)

adalah:

1. Perempuan pada usia reproduksi

2. Telah memiliki anak ataupun belum

3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

5. Pascapersalinan dan tidak menyusui

6. Pasca keguguran

7. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi

8. Riwayat kehamilan ektopik

9. Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan

darah atau anemia bulan sabit

12
10. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen.

11. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.

Sedangkan klien yang tidak boleh menggunakan implan menurut

Sulistyawati (2011) adalah:

1. Hamil atau diduga hamil

2. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

3. Memiliki benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5. Memiliki miom uterus dan kanker payudara

6. Mengalami gangguan toleransi glukosa

2.3.6 Waktu Pemasangan

Waktu pemasangan yang baik dalam Handayani (2010) adalah:

1. Sewaktu haid berlangsung

2. Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil

3. Bila menyusui : 6 minggu - bulan pasca salin

4. Saat ganti cara dari metode yang lain

5. Pasca keguguran

2.3.7 Prosedur Pemasangan

Prosedur Pemasangan yang baik dalam Handayani (2010) adalah:

1. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling selengkap mungkin

mengenai implan sehingga calon akseptor mengerti dan berikan informed

consent untuk ditandatangani oleh suami istri.

2. Persiapan alat yang diperlukan:

1) Sabun antiseptik

13
2) Kasa steri

3) Cairan antiseptik (betadine)

4) Kain steril yang mempunyai lubang

5) Obat anestesi lokal

6) Semprit dan jarum suntik

7) Trokar no. 10

8) Sepasang sarung tangan steril

9) Satu set kapsul norplant (6 buah)

10) Scalpel yang tajam

3. Teknik pemasangan

1) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun

2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan

sabun antiseptik

3) Calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan kiri

diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor

4) Gunakan hand scoon steril dengan benar

5) Lengan kiri pasien yang akan dipasangan diolesi dengan cairan

antiseptik/betadine

6) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang

berlubang

7) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm diatas lipatan siku

8) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan skalpel

yang tajam

9) Trocard dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada

jaringan bawah kulit

10) Kemudian kapsul dimasukkan didalam trokar

11) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai

keenam, kapsul dibawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga

susunannya seperti kipas.

14
12) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik pelan-pelan

keluar.

13) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak

14) Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban untuk

mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi haematom

15) Nasihat pada akseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang 3

hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang

mengganggu.

2.3.8 Pencabutan Implan

Implan dicabut atas dasar indikasi berikut (Handayani, 2010):

1. Atas permintaan akseptor (apabila menginginkan hamil lagi)

2. Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi

dengan pengobatan biasa

3. Sudah habis masa pakainya

4. Terjadi kehamilan

2.3.9 Efek samping dan penanganannya

Penanganan efek samping atau masalah yang sering ditemukan dari

penggunaan implan (Handayani, 2010):

1. Amenorrhea

Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping

yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilah, terutama

jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak

ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang perdarahan dengan

kontrasepsi oral kombinasi.

2. Perdarahan bercak (spotting) ringan

15
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan. Bila

tidak ada masalah dan klien tidka hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.

Bila klien mengeluh dapat diberikan kontrasepsi oral kombinasi (30-50 g

EE) selama 1 siklus, atau ibuprofen (hingga 800 mg 3 kli sehari x 5 hari).

Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis

Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil

kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil

kombinasi.

3. Pertambahan atau kehilangan berat badan

Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg

dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu

mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan

metode kontrasepsi yang lain.

4. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih

ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila

tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang

kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi

cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang

lain atau ganti cara

5. Infeksi pada daerah insersi

Bila infeksi tanpa nanah: bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik,

berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan

minta klien control 1 minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan

pasang yang baru dilengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses:

16
bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant,

lakukan peraatan luka, beri antibiotika oral 7 hari.

3.Kenaikkan Berat Badan

Perubahan atau peningkatan berat badan merupakan efek samping dari

pemakaian kontrasepsi implan. Efek penambahan berat badan disebabkan

karena hormon yang terkandung dapat merangsang pusat pengendali nafsu

makan di hipotalamus yang menyebabkan makan lebih banyak dari biasanya,

(Prawiraharjo, 2007)

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain desktriptif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Penggunaan Kontrasepsi

Implan dengan Kenaikkan Berat Badan pada Wanita Usia Subur.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di ........................

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada ...................

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Agus, 2011). Dalam penelitian ini, yang

dijadikan populasi adalah seluruh akseptor KB di ...............Kriteria sampel

meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut

menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

18
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2005). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Akseptor KB kecuali implan.

b. Sehat jasmani dan rohani.

c. Bersedia diwawancarai.

d. Mempunyai pasangan hidup.

e. Bisa baca dan tulis

f. Berdomisili di Kecamatan Harapan Raya.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2005). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah akseptor KB

yang dalam keadaan sakit fisik dan kejiwaan.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representatif populasi (Agus, 2011).

n = N .
1+ N (d) 2

Keterangan:

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat Penyimpangan yang diinginkan

n = 3.929 .
1+ 3.929 (0,1)2

n = 3.929 .
1+ 40,29

n = 3.929 .
41,29

19
n = 97,51

n = 98 orang dibulatkan menjadi 100 orang

Teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan adalah accidental

sampling. Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan kurun waktu yang

telah ditentukan yaitu pada bulan Februari – Maret 2015.

20
3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1
Variabel dan Definisi Operasional
Definisi Cara Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Mengisi 1. Tinggi, skor Ordinal
tentang yang diketahui kuesioner ≥ Mean
Penggunaan tentang implan (11,74)
Implan 2. Rendah,
skor <
Mean
(11,74)
Kecemasan Segala Kuesioner Mengisi 1. < 6 = tidak Ordinal
tentang kekhawatiran kuesioner ada
Penggunaan yang timbul dari kecemasan
Implan penggunaan 2. 6-14 =
implan kecemasan
ringan
3. 15-27 =
kecemasan
sedang
4. > 27
kecemasan
berat
Hubungan Kesinambungan Kuesioner Mengisi 1. Mendukung Ordinal
dengan Kenaikkan berat kuesioner bila
kenaikkan badan pada menjawab
berat badan penggunaan Ya > 3
implan 2. Tidak
mendukung
bila
menjawab
Ya ≤ 3

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi

sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu

pertanyaan mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi implan dengan

kenaikkan berat badan pada wanita usia subur.

21
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner

No. Pertanyaan
No Variabel Jumlah
Favorable Unfavorable
Hubungan tentang
Penggunaan Implan
1
dan kenaikkan berat
badan
Kecemasan tentang
2
Penggunaan Implan
Keseimbangan
kenaikkan berat
3
badan tentang
Penggunaan Implan
Total

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang akan dikumpulkan peneliti adalah data primer, yaitu data

yang diperoleh langsung dari responden tentang pengetahuan, kecemasan dan

dukungan suami terhadap rendahnya penggunaan implan.

Data tentang pengetahuan, kecemasan dan dukungan suami responden akan

dikumpulkan untuk menggambarkan kuesioner. skala yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah skala Guttman dan skala Hars.

Skala Guttman ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: ya

dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala

Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian,

apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2007).

Peneliti mengukur tingkat kecemasan seseorang apakah tidak cemas, ringan,

sedang, berat peneliti menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton

Rating Scale for Anxiety (HARS). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing dirinci lagi dengna gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing

(score) antara 0-4, yang artinya adalah (Hawari, 2011 dan Hamilton Anxiety SKALA

RATING):

22
3.7 Teknik Pengolahan Data

Cara pengolahan data yang dilakukan oleh penulis adalah setelah data

dikumpulkan, kemudian data diolah secara manual dengan tahapan dan langkah-

langkah yaitu:

3.7.1 Editing

Editing adalah pemeriksaan tiap kolam tabel yang di checklist, bila terdapat

kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data yang akan dilakukan

pengecekan ulang.

3.7.2 Coding

Data yang terkumpul dan sudah dilakukan editing tersebut diklasifikasikan

dan diberi kode untuk masing-masing kelas dan kategori yang sama dengan

menggunakan tanda checklist.

3.7.3 Tabulating

Setelah semua data dikumpulkan kemudian dilakukan pembulatan data

dengan membuat tabel distribusi frekuensi setiap masing-masing variabel.

(HIdayat, 2007)

3.8 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca, diinteraksikan untuk mencari makna luas. Dalam penelitian ini

analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Dimana dilakukan pada

tiap-tiap variabel hasil penelitian analisis ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel

distribusi dan dipersentasikan dari tiap tabel. Analisis dalam penelitian ini

menggunakan rumus sebagai berikut:

F = X x100%
N

Keterangan:

F = Persentasi

23
X = jumlah variabel yang dicatat

N = jumlah sampel

3.9 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan

rnanusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

3.9.1 lnformed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan.

3.9.2 Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2007).

24
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2013. Konseling Kesehatan Mental. Bandung: Yrama Widya.

Az-zahroni, Musfir Said. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.

BKKBN. 2011. Kebijakan Teknis Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi


Melalui Program KB Nasional. Jakarta.

Chulsum, Umi dan Novia, Widi. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya:
Kashiko.

Dewi, Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama

Hapsari. 2009. Analisa Deskriptif Penggunaan KB Implan di Kecamatan Tugurejo Kota


Semarang. UNIMUS.

Hartanto, Hanafi. 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS)

Hidayat A, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Empat.

Poerwadarminta W. J. S. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka

Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Saifuddin A.B, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Empat.

Tim MGBK. 2010. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan
Menengah Jilid I. Jakarta: PT.Grasindo.

Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Mutia Medika.

25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai