PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 2.1 : Anatomi Mata
3
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju kebelakang
mengelilingi kanalis Schlem untuk berinsesi pada sklera.
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke sklera spur
(insersi dari M.Ciliaris ) dan sebagian ke M.Ciliaris meridional
3. Serabut yang berasal dari akhir membrane descemet ( garis schwalbe )
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat M.Ciliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pegtinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh
endotel. Keseluruhannya merupakan sponge yang tembus pandang, sehingga bila ada
darah didalam kanalis schlem, dapat terlihat dari luar.
Kanalis schlem merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5mm pada dinding
sebelah dalam, terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung antar
trabekula dan kanalis schlem. Dari kanalis schlem keluar saluran kolektor sebanyak
20-30 buah, yang menuju ke plexus vena didalam jaringan sklera dan episklera dan
vena Ciliaris anterior di badan siliar.1
4
pertukaran differential komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau
trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini
disebut humor aqueous plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastis yang
dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-
pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis schlemm. Kontraksi otot
siliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori
dijalinan tersebut sehingga kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat. Aliran
aqueous humor kedalam kanalis schlemm bergantung pada pembentukan saluran-
saluran transeluler siklik di lapisan endotel. Saluran efferens dari kanalis schlemm
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aquous) menyalurkan cairan kedalam
sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveo skleral).1
2.5 Epidemiologi
Insiden Glaukoma kongenital adalah sekitar 1 dari 10.000-18.000 kelahiran
hidup dan sangat tergantung pada asal etnis. Di Amerika Serikat, insidensi glaukoma
kongenital primer kira-kira 1 dari 10.000 kelahiran hidup. Di seluruh dunia, insiden
berkisar dari yang terendah 1: 22.000 di Irlandia Utara hingga tertinggi 1: 2,500 di
Arab Saudi dan 1: 1.250 di antara orang-orang Gipsi di Rumania.2,3
Berdasarkan klasifikasi dari munculnya gejala, insiden yang terbanyak adalah
glaukoma infantil, yaitu sebanyak 50 % dari kasus, dan yang paling sedikit adalah
5
glaukoma juvenil yaitu hanya 10 % dari Glaukoma primer kongenital.2,3
Dalam 75% kasus atau sekitar dua pertiga kasus kedua mata terkena glaucoma
(glaukoma kongenital bilateral). Secara umum, laki-laki lebih banyak terkena
dibanding perempuan, tetapi terdapat perbedaan pada daerah sebarannya. Di
Amerika Utara dan Eropa hal ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki, sedangkan di
Jepang lebih sering terjadi pada anak perempuan.2,3
Sembilan puluh persen kasus terjadi secara sporadis, dan hanya 10% hingga 40
% dari kasus yang berhubungan dengan genetik. Sebagian besar diwariskan dengan
pola autosomal resesif.2,4
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan World Glaucoma Association, klasifikasi glaukoma pada anak,
dibagi atas glaukoma primer dan glaukoma sekunder. Glaukoma primer pada anak
terdiri dari glaukoma primer kongenital dan glaukoma juvenil sudut terbuka, seperti
yang tercantum pada tabel 2.1.2
Table 2.1. Classification of Childhood Glaucoma
Primary childhood glaucoma
Primary congenital glaucoma (PCG)
Neonatal or newborn onset (age 0-1 month)
Infantile onset (age 1-24 months)
Late-onset or late-recognized (age ~24 months)
Juvenile open-angle glaucoma (JOAG)
Secondary childhood glaucoma
Glaucoma associated with nonacquired ocular anomalies
Glaucoma associated with nonacquired systemic disease or syndrome
Glaucoma associated with acquired condition
Glaucoma following cataract surgery
6
2.7 Patofisiologi
Glaukoma jenis ini terjadi sejak lahir, atau pada tahun pertama setelah lahir.
Kelainan ini terjadi karena terhentinya pertumbuhan struktur sudut iridokorneal sejak
dalam kandungan kira-kira saat janin berumur 7 bulan. Pada glaukoma ini, sejak lahir
penderita memiliki bola mata besar yang disebut buftalmos. Buftalmos disebabkan
oleh kenaikan TIO saat masih dalam kandungan dan mendesak dinding bola mata
bayi yang masih lentur, akibatnya sklera menipis dan kornea akan membesar dan
keruh. Bayi akan takut melihat cahaya karena kornea yang keruh akan memecah sinar
yang datang sehingga bayi merasa silau. Bayi cenderung rewel, karena peningkatan
TIO menyebabkan rasa tegang dan sakit pada mata.2,8
Barkan berhipotesis bahwa terdapat membran yang menutupi sudut ruang
anterior sehingga menghalangi aliran keluar aquos humor. Meskipun membran ini
belum teridentifikasi, tampaknya ada anomali perkembangan jaringan neural crest -
derived dari sudut ruang anterior, disgenesis dan kompresi dari trabekular merhwork.
Peneliti lain menegaskan suatu kelainan segmen anterior yang lebih meluas.
Termasuk kelainan insersi muskulus siliaris.1
7
Rubinstein-Taybi syndrome
Persistent hyperplastic primary vitreous
Stickler syndrome (hereditary progressive arthro-
ophthalmopathy)
Zellweger (cerebrohepatorenal syndrome)
Hallermann-Streiff syndrome (dyscephalic mandibulo-
oculofacial syndrome)
Oculodentodigital dysplasia
Prader-Willi syndrome
Cockayne syndrome
Iridotrabeculodysgenesis: aniridia
Phakomatoses:
Iridocorneal trabeculodysgenesis:
8
syndrome with bilateral disciform cataracts, renal tubular
dysfunction, developmental delay and glaucoma
Homocystinuria
Congenital rubella
Herpes simplex iridocyclitis
Maternal use of topiramate
Fetal alcohol syndrome
9
disertai pembesaran generalisata segmen anterior mata), serta edema dan kekeruhan
stroma kornea.10
Pemeriksaan klinis pada glaukoma kongenital akut sebaiknya dilakukan
dalam anestesi umum. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :1,9
1. Pemeriksaan mata luar.
Pada pemeriksaan mata luar akan ditemukan buphtalmos yaitu pembesaran
diameter kornea lebih dari 12 mm pada tahun pertama kelahiran. Diameter kornea
normal adalah 9,5-10,5 mm pada bayi cukup bulan dan lebih kecil pada bayi
prematur. Edema kornea dapat terjadi mulai dari agak kabur sampai keruh pada
stroma kornea karena kenaikan TIO. Edema kornea terjadi pada 25% bayi baru lahir
dan lebih dari 60% pada umur 6 bulan. Robekan pada membrane Descemet disebut
Haab’s striae dapat terjadi karena regangan kornea.
10
2. Tajam penglihatan
Tajam penglihatan dapat berkurang karena atrofi nervus optikus, kekeruhan
kornea, astigmat, ambliopia, katarak, dislokasi lensa, atau ablasio retina. Ambliopia
dapat disebabkan oleh kekeruhan kornea atau kesalahan refraktif. Pembesaran mata
dapat menyebabkan miopia, dimana robekan pada membran Descemet dapat
menyebabkan astigmat yang besar. Penilaian yang tepat dapat mencegah atau
mengobati ambliopia seharusnya dilakukan sedini mungkin.
3. Tonometri
Tonometri merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tekanan
intraokular. Pengukuran TIO pada beberapa bayi berumur di bawah 6 bulan dapat
dilakukan tanpa menggunakan anastesi umum atau sedatif, yaitu dengan melakukan
pengukuran ketika bayi itu tidur atau makan. Bagaimanapun evaluasi yang kritis pada
bayi memerlukan pemeriksaan dalam anastesi. Banyak bahan anastesi umum dan
sedatif yang dapat menurunkan TIO, kecuali ketamin yang menaikkan TIO. Sebagai
tambahan, bayi dapat mengalami dehidrasi dalam persiapan untuk anastesi umum,
yang juga menurunkan TIO. Semakin dalam anastesi, semakin turun TIO. Nilai
normal TIO pada bayi dalam anastesi sekitar 10-15 mmHg, tergantung dari
tonometernya.
4. Gonioskopi
Suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui sudut drainase mata. Tes ini
penting untuk menentukan apakah sudut terbuka, tertutup, atau sempit dan
menyingkirkan penyebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Gonioskopi sebaiknya dilakukan dalam anastesi. Pada glaukoma kongenital
primer, bilik anteriornya dalam dengan struktur iris yang normal, insersi iris yang
tinggi dan datar, kehilangan sudut, hipoplasia iris perifer, penebalan uveal trabekula
meshwork. Sudut biasanya terbuka, dengan insersi yang tinggi dari akar iris seperti
garis yang berlekuk sebagai hasil dari jaringan yang abnormal dengan penampilan
yang berkilauan. Jaringan ini menahan iris perifer anterior. Sudut ini biasanya
avaskular, tapi putaran pembuluh dari lingkaran arteri mayor dapat dilihat di atas akar
iris.
11
5. Oftalmoskopi
Merupakan metode yang digunakan untuk memeriksa berbagai kerusakan dan
kelainan serat optik. Pada glaukoma kongenital biasanya serat optik abnormal.
Variasi cup bisa diperlihatkan, biasanya bentuk anular. Visualisasi dari optik disk
dapat difasilitasi dengan menggunakan optalmoskop direk dan gonioskop direk atau
fundus lensa pada kornea. Papil nervus optikus pada bayi berwarna pink dengan cup
kecil yang fisiologis. Cupping glaucoma pada masa kanak-kanak menyerupai
cupping pada dewasa, dengan hilangnya jaringan neural pada kutub anterior dan
posterior. Pada masa kanak-kanak, kanal sklera membesar sebagai respon kenaikan
TIO, menyebabkan pembesaran dari cup. Cupping dapat reversibel bila TIO rendah,
dan cupping yang progresif menunjukkan kontrol yang jelek terhadap TIO. Perlu
dilakukan fotografik pada disc optic.
6. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat berguna dalam pemantauan progresivitas glaukoma
dengan merekam peningkatan panjang axial. Peningkatan panjang axial dapat
reversibel seiring penurunan TIO, tapi pembesaran kornea tidak dapat menurun
seiring penurunan TIO.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Glaucoma. In: Basic and Clinical Science Course. Last Major Revision 2000‐
2001. Section 10. American Academy of Ophthalmology, The Eye M.D
Association. United States of America.
2. American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophtalmology and strabismus.
In: Basic and Clinical Science Course. Last Major Revision. Section 6, The Eye
M.D Association. United States of America. 2014-2015. Pg: 277-290
3. American Academy of Ophthalmology. Congenital Glaucoma- Europe. 2015,
Available On: https://www.aao.org/topic-detail/congenital-glaucoma-europe
4. American Academy of Ophthalmology. Diagnosis and Treatment of Primary
Congenital Glaucoma. EyeNet Magazine. August 2018
5. Chan J Y Y, Choy B, Alex LK, and Jennifer WH . Review on the Management
of Primary Congenital Glaucoma. J Curr Glaucoma Pract, 2015 Sep-Dec; 9(3):
92–99.
6. Lewis CJ, Hedberg-Buenz A, DeLuca A P. , Stone E M., Alward WL.M,
and Finger J H.t. Primary congenital and developmental glaucomas. Hum Mol
Genet- oxford Journal. 2017 Aug 1; 26(R1): R28–R36.
7. Girgis N M, Frantz K A, Metrics P X. A case of primary congenital glaucoma:
A diagnostic dilemma. American Academy of Ophthalmology Journal..April
2007 78(4): 167–175
8. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, 2007.
9. Urban, Robert C. Primary Congenital Glaucoma. [diakses 04 Agustus 2018].
Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com.
10. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Ed 14th. Jakarta: Widya
Medika, 2000.
11.
13