Anda di halaman 1dari 3

Patogenesis demam tifoid

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang
terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik
maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal
dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman
yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia
pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati
dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di
luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan
bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik,
seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut (Sudoyo A.W., 2010).

Gambar 2. Patogenesis masuknya kuman Salmonella typhi. (Sumber: Marleni, 2012; Rustandi, 2010)

Imunitas humoral pada demam tifoid berperan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan kenaikan
titer antibodi terhadap antigen kuman S.typhi. Imunitas seluler berperan dalam penyembuhan
penyakit, berdasarkan sifat kuman yang hidup intraselluler. Adanya rangsangan antigen kuman akan
memicu respon imunitas humoral melalui sel limfosit B, kemudian berdiderensiasi menjadi sel
plasma yang akan mensintesis immunoglobulin (Ig). Yang terbentuk pertama kali pada infeksi primer
adalah antibodi O (IgM) yang cepat menghilang, kemudian disusul antibodi flagela H (IgG). IgM akan
muncul 48 jam setelah terpapar antigen, namun ada pustaka lain yang menyatakan bahwa IgM akan
muncul pada hari ke 3-4 demam (Marleni, 2012; Rustandi 2010).

Patogenesis dan Patofisiologi


Demam Tifoid Bakteri Salmonella (termasuk serotype Typhi maupun Paratyphi) memasuki
tubuh inang melalui rute fekal-­­oral menuju lokasi infeksi pada usus halus
(ileum).14
Pada usus halus pars ileum ini didapatkan kumpulan limfonoduli submukosa yang memperantarai
system imunologi mukosa dikenal sebagai Plaq Peyeri. Port d’entrée bakteri ke dalam tubuh
adalah melalui sel Mkifrofold (sel M) yang merupakan struktur khusus pada permukaan. Plak
Peyeri, berfungsi menyaring antigen yang akan memasuki plak payeri. Penelitian pada subjek
sukarelawan didapatkan dosis infeksi (infectingdose) sekitar 105-­­106 organisme
dengan Salmonella yang ditangkap oleh sel M akan mentranslokasikannya ke basal sel, lokasi
dimana makrofag yang merupakan Sel Penyaji Antigen berada. Makrofag akan memfagosit
Salmonell untuk dihancurkan dan dikelola antigennya, disajikan pada Sel T helper
maupun Sel B spesifik.1,2,9
Gambar 1. Selayang Pandang Patogenesis Demam Tifoid11

Salmonella memiliki mekanisme evasi fagositik yang baik, yaitu dengan menggagalka fusi fagosom
dengan lisosom. Bakteri yang survive tersebut akan menggandakan diri dan menginfeksi makrofag
makrofag, dan ikut terbawa ke nodus limfatikmesenterium, dan keluar ke aliran darah
menyebabkan bakteremia primer. Setelah itu, Salmonella memasuki organ retikuloendotelial seperti
sumsum tulang, hepar dan lien dan bereplikasi kembali di dalam makrofag organ-­­organ tersebut
sehingga terjadi aktivasi jaringan limfoid maupun makrofag, menyebabkan hepatomegaly dan
splenomegali. Manifestasi klinisnya adalah gejala nyeri perut akibat pendesakan organomegali,
mual dan muntah sebagai manifestasi hepatomegaly yang mendesak saluran pencernaan. Pasca
organomegali, bakteri kembali memasuki aliran darah menyebabkan bakteremia sekunder yang
mengawali munculnya gejala demam akibat dilepaskannya endotoksin ke peredaran darah,
menginduksi pirogen endogen yang mempengaruhi temperature set di hypothalamus sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh.11,12

Salmonella yang berada di dalam hepar akan diekskresikan melalui system bilier, dan mengikuti
siklus enterohepatik, sehingga terjadi reinfeksi kembali. Pada Plak Peyer terjadi fokus-­­
fokus infeksi Salmonella di sepanjang ileum, menyebabkan nekrosis. Apabila nekrosis
ini menembus tunika serosa maka akan terjadi perforasi ileum yang dapat berakibat peritonitis.13
IDAI, 2016. Rekomendasi IDAI mengenai Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid
.REKOMENDASI No.: 018/Rek/PP IDAI/VII/2016

Jong EC Enteric Fever in Netter’sInfectious Diseases.2012. Philadelphia Elsevier


Saunders;394-­­98

Parry CM,Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. Typhoid fever. N Engl J Med 2002; 347:1770--
1782

Bhutta ZA Enteric Fever(Typhoid Fever) in NelsonTextbookof Pediatrics 19th Edition.


2012. Elsevier: 954-­­58

Hadinegoro, Sri. Dkk 2012. Update Management of Infectious Disease and Gastrointestinal Disease.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak

KEPMENKES.2016. Demam Typhoid. Jakarta. Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai