Anda di halaman 1dari 9

46 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 2, Tahun 2016

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO


DI BENGKEL KONSTRUKSI BODI KENDARAAN JURUSAN TEKNIK
OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY

HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT, AND RISK CONTROLAT


VEHICLE BODY CONSTRUCTION AUTOMOTIVE WORKSHOPENGINEERING
FACULTYUNY
Oleh:
Feris Hanafi dan Agus Partawibawa
Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY
ferishanafi@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetrahui bahaya apa saja yang ada; (2) Mengetahui tentang
penilaian risiko bahaya; (3) Mengetahui upaya pengedalian risiko yang harus dilakukan oleh manajemen bengkel di
Bengkel Konstruksi Bodi Kendaraan Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian adalah
seluruh area bengkel, serta obyek penelitian adalah bahaya yang ada di area Bengkel. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi langsung, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian diketahui bahwa: (1)
Bahaya yang terdapat di area Bengkel Konstruksi Bodi KendaraanJurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta sebanyak 41 bahaya. (2) Dari penilaian risiko yang diberikan pada bahaya yang
teridentifikasi di area Bengkel dapat dikategorikan dalam bahaya dengan kategori Extreme dengan rentang skor
risiko 15-25 sebanyak 4 bahaya, kategori bahaya High dengan rentang skor risiko 8-14 sebanyak 16 bahaya,
kategori Moderate dengan rentang skor risiko 4-7 sebanyak 18 bahaya, dan kategori Low dengan rentang skor
risiko 1-3 sebanyak 3 bahaya. (3) Pengendalian risiko dilakukan pada bahaya kategori Extreme, jika sudah
dilakukan pengendalian dan dinyatakan aman dapat dilanjutkan pengendalian risiko pada bahaya kategori high,
moderate dan low.
Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko

Abstract
The purpose of this research is to: 1) Know the hazard, 2) Know the risk assessment, 3) Know the risk
control in Vehicle Construction Body Automotive Workshop Engineering Faculty Yogyakarta State University.This
research included in descriptive research with qualitative approach. The subject of this study were all area in
Workshop, and the object were hazards in Workshop. Data collection technique used direct observation,
documentation, and interview.The results of this research showed that: 1) There were 41 hazards in Vehicle
Construction Body Workshop Engineering Faculty Yogyakarta State University, 2) Risk assessment was given to
hazards identified in workshop it showed that there are 4 hazards that could be categorized in Extreme category
with a score range 15-25, there were 16 hazards that could be categorized in High category with a score range 8-
14, there were 18 hazards that could be categorized in Moderate category with a score range 4-7, and there were 3
hazards that could be categorized in Low moderate, 3) Risk Control can be carried on Extreme category hazards
first, if they have been safe, it can be proceed to High, Moderate, and Low category hazards.
Keywords : Identified Hazards, Risk Assessment, Risk Control

PENDAHULUAN budaya termasuk dalam dunia pendidikan.


Sebagai konsekuensinya, terjadi persaingan yang
Era golbalisasi membawa pengaruh yang
sangat ketat diantara bangsa-bangsa di dunia ini
sangat signifikan dalam berbagai aspek
agar dapat mempertahankan eksistensi dan jati
kehidupan, baik kehidupan bidang ekonomi,
dirinya. Sudah tentu Negara yang memiliki
politik, hukum, pertahanan, keamanan, sosial
Identifikasi Bahaya, Penilaian.... (Feris Hanafi) 47
sumberdaya manusia yang unggul dan mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota
berkarakter hebat, akan memenangkan persaingan masyarakat yang memiliki kompetensi
dalam era globalisasi. Sebaliknnya Negara yang kemampuan profesional yang bertanggung jawab.
tidak memiliki sumber daya manusia yang Harapanya lulusan dapat menerapkan,
tangguh dan kompetitif akan menjadi “penonton” mengembangkan, budaya profesional dalam
bahkan menjadi Negara terbelakang. bekerja.
Menurut Sukamto (2001) hampir semua Teknik otomotif adalah salah satu
Negara di dunia dihadapkan pada permasalahan cabang ilmu teknik mesin yang mempelajari
pelik untuk mempersiapkan angkatan kerja yang tentang bagaimana merancang, membuat dan
sesuai dengan tuntutan jaman dalam menghadapi mengembangkan alat-alat transportasi darat yang
perubahan yang terjadi, karena semakin menggunakan mesin, terutama sepeda motor,
kompleknya percaturan ekonomi global dan mobil, bis dan truk. Teknik otomotif
semakin majunya perkembangan teknologi. menggabungkan elemen-elemen pengetahuan
Beberapa tahun yang lalu pemerintah Indonesia mekanika, listrik, elektronik, keselamatan dan
telah meratifikasi General Agreement on Trade in lingkungan serta matematika, fisika, kimia,
Services (GATS) dan Asean Free Trade Area biologi dan manajemen (http//:Wikipedia.org)
(AFTA). Sebagai konsekuensinya bangsa ini Dari penjabaran tentang jurusan teknik
sudah memasuki masa perdagangan bebas antar otomotif tersebut dapat disimpulkan bahwa
Negara. Jika bangsa Indonesia tidak berusaha jurusan teknik otomotif merupakan jurusan
keras menyiapkan dan meningkatkan kualitas dengan beberapa unsur ilmu. Selain itu dalam
sumber daya manusia yang kompeten secara praktik pembelajarannya terdapat banyak potensi
sungguh-sungguh, maka bangsa Indonesia tidak bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan
akan memiliki daya saing yang tinggi baik kerja yang mengancam keselamatan dan
didalam negeri sendiri maupun di dunia kesehatan manusia, lingkugan, maupun peralatan
internasional. yang digunakan.
Universitas merupakan perguruan tinggi Bengkel sebagai tempat mahasiswa
yang menyelenggarakan pendidikan akademik melaksanakan praktek juga harus memenuhi
dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi aspek keselamatan dan kesehatan kerja
dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan (K3).Aspek K3 perlu diperhatikan dalam
dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat, penyelenggaraan bengkel karena menyangkut
universitas dapat menyelenggarakan pendidikan nyawa manusia. Penyelenggaraan bengkel yang
profesi (Undang-undang Pendidikan Tinggi tidak memenuhi aspek K3 dapat menimbulkan
No.12 Tahun 2012). Undang-undang tersebut potensi bahaya. Potensi bahaya yang tidak dapat
mengisyaratkan dalam kedudukanya sebagai dikendalikan mengakibatkan terjadinya
perguruan tinggi, merupakan bagian dari sistem kecelakaan kerja. hal ini tentunya tidak
pendidikan nasional yang bertujuan
48 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 2, Tahun 2016
diharapkan oleh mahasiswa, dosen maupun dunia industri. Manajemen yang tidak baik juga
manajemen bengkel. menghambat pemenuhan aspek K3 di bengkel.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan Aspek K3 yang belum terpenuhi
kerja yang terjadi di Perguruan Tinggi menimbulkan berbagai permasalahan baik
memberikan konsekuensi penerapan K3 permasalahan kesehatan juga permasalahan
(Keselamatan dan Kesehatan kerja) secara total di lainnya seperti manajemen bengkel. Jika hal
Perguruan Tinggi seperti halnya di dunia industri. tersebut dibiarkan dapat menimbulkan potensi
Penerapan K3 di industri merupakan hal penting bahaya yang selanjutnya dapat mengakibatkan
yang harus dipenuhi dalam melakukan pekerjaan. kecelakaan kerja. Risiko kecelakaan kerja yang
Oleh karena itu, aspek K3 di Perguruan Tinggi terjadi di bengkel akan semakin tinggi bagi para
perlu diterapkan dengan baik dan benar agar pengguna bengkel tersebut serta juga akan
tujuan dari K3 dapat terpenuhi. Penerapan K3 berdampak kepada para pengunjung bengkel
merupakan upaya mencegah, atau paling tidak Konstruksi Bodi Kendaraan Jurusan Teknik
meminimalisir risiko yang terjadi akibat suatu Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri
pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Yogyakarta.
Penyelenggaraan bengkel Konstruksi Dari penjabaran permasalahan diatas,
Bodi Kendaraan di Jurusan Teknik Otomotif cukup penting untuk dilakukan penelitian
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mengenai bahaya, penilaian risiko dan
belum sepenuhnya memenuhi aspek K3. Hal ini pengendalian risiko di bengkel Konstruksi Bodi
dibuktikan dengan observasi beberapa fasilitas Kendaraan Jurusan Teknik Otomotif Fakultas
yang masih belum mencukupi untuk seluruh Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Dari hasil
mahasiswa praktek, seperti luas area praktek, penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan
fasilitas cuci tangan, jumlah peralatan. Beberapa bahan dalam memperbaiki dan meningkatkan
peralatan praktek yang digunakan juga dalam kesehatan dan keselamatan di bengkel tersebut.
kondisi kurang aman untuk digunakan, seperti
mesin gerinda yang pengaman nya sudah rusak, METODE PENELITIAN
kepala palu yang sudah tidak rata, kacamata las Jenis Penelitian
yang sudah kotor. Selain itu kondisi lingkungan Penelitian ini termasuk penelitian
bengkel juga kurang memenuhi kriteria aman Deskriptif. Dilihat dari jenis datanya merupakan
seperti penataan alat belum teratur, lantai tidak penelitian kualitatif.
terdapat tanda area transportasi, beberapa dalam
Tempat dan Waktu Penelitian
kondisi rusak atau berlubang. Faktor biaya dan
Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel
manajemen yang belum maksimal menjadi faktor
Konstruksi Bodi Kendaraan Jurusan Teknik
penghambat pemenuhan aspek K3 di bengkel
Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri
tersebut. Biaya yang diperlukan cukup besar
Yogyakarta yang beralamat diJalan Colombo No.
untuk menemuni standar aspek K3 seperti di
1 Karangmalang Daerah Istimewa
Identifikasi Bahaya, Penilaian.... (Feris Hanafi) 49
Yogyakarta.Waktu pelaksanaan penelitian yaitu Teknik analisis data menggunakan teknik
pada bulanSeptember 2016 analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan
Target/Subjek Penelitian
menarik kesimpulan atau verifikasi.
Subjek penelitian ini adalah : (a)
Manajemen Bengkel , yaitu orang yang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

bertanggung jawab mengelola bengkel seperti Kondisi Bengkel


Bengkel konstruksi bodi yang ada di
kepala bengkel dan teknisi. (b) Instruktur, yaitu
Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
dosen yang mengajar praktik di bengkel
Universitas Negeri Yogyakarta beralamatkan di
konstruksi bodi kendaraan
Karangmalang, Jalan Colombo No. 1, Daerah
Pemilihan subjek dalam penelitian ini
Istimewa Yogyakarta 55281, digunakan untuk
mempertimbangkan bahwa informasi yang akan
kegiatan praktik pengelasan, pengecatan,
diperoleh akan lebih detail dan valid apabila dari
teknologi bodi kendaraan maupun pembentukan
sumber yang bersangkutan dengan bengkel
dasar.
konstruksi bodi kendaraan itu sendiri.
Setelah dilakukan analisis dan pengkajian

Prosedur mendalam terhadap data observasi, dokumentasi


maupun hasil wawancara, dapat diperoleh
Pengumpulan data yang dilakukan adalah
gambaran kondisi bengkel yang meliputi 9 aspek
dengan metode observasi non partisipan dibantu
dengan 72 indikatorchecklist dan 9 item
dengan lembar Checklist dan kamera sebagai alat
pertanyaan wawancara yang ditampilkan dalam
dokumentasi di lapangan, sedangkan wawancara
bentuk diagram.
dilakukan dengan Bpk Afri Yudantoko, M.Pd
12
selaku dosen praktek pengecatan dengan bantuan
10
alat perekam suara. 8
6
Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data 4
2
Teknik pengumpulan data primeryang 0 Bahaya
Penanganan dan…

Fasilitas…
Zat Berbahaya dan…
Pencahayaan

Organisasi Kerja
Desain Tempat Kerja

Lingkungan kerja

Tidak Bahaya
Pengaman Mesin
Peralatan Tangan

digunakan dalam penelitian ini


yaitumenggunakan metode observasi dan
wawancara. Sedangkan data sekunder
menggunakan teknik dokumentasi dan studi
literatur.

Gambar 1. Diagram Jumlah Kasus di Bengkel


Instrumen yang digunakan adalah lembar
Konstruksi Bodi
Checklist dan pedoman wawancara.
Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa
Teknik Analisis Data kondisi Bengkel Konstruksi Bodi Kendaraan
Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
50 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 2, Tahun 2016
Universitas Negeri Yogyakarta ditinjau dari 9 Sejumlah 41 potensi bahaya yang
aspek, terdapat 41 indikator bahaya dan 40 teridentifikasi di bengkel konstruksi bodi
indikator tidak berpotensi bahaya. kendaraan Jurusan Teknik Otomotif Fakultas
Bahaya yang Teridentifikasi Teknik Universitas Negeri Yogyakarta kemudian
Setelah kondisi bengkel diketahui, dilakukan penilaian terhadap tingkat keseringan
kemudian dilakukan identifikasi bahaya dan tingkat keparahan untuk mendapatkan skor
berdasarkan pengamatan dilapangan maupun risiko. Skor risiko digunakan untuk menentukan
dokumentasi dan wawancara dengan pihak kriteria atau ranking bahaya yang teridentifikasi
bengkel. Dari 9 aspek yang diteliti terdapat 41 sehingga dapat dilakukan prioritas pengendalian
indikator dengan kondisi berbahaya yang risiko bahaya.
berpotensi menyebabkan risiko kecelakaan kerja Dari hasil penilaian risiko yang dilakukan
dan 40 indikator dengan kondisi tidak berbahaya terdapat tingkat keseringan dan keparahan bahaya
maupun sudah mendapat pengendalian bahaya, yang berbeda-beda. Rentang untuk tingkat
sehingga dihasilkan data sebagai berikut. keseringan antara 1-5 tingkatan. Sedangkan
tingkatan keparahan antara 1-5 tingkatan, Risk
Persentase Bahaya Pada Setiap
Aspek Rangking atautingkat risiko potensi bahaya
berkisar 2-20 tingkatan. Data lengkap
3 4
5
(7%) (12%)
(10%) penilaian risiko dapat dilihat di lampiran 6.
8
(20%) Data tingkatan risiko di tampilkan dalam
3
(7%) bentuk diagram sebagai berikut :

9 Tingkat Keseringan
(22%)
2
0 1
(5%) 4
(0%) (2%)
(10%) 13
3 4
(10%) (32%) Tingkat 1
(7%)
Tingkat 2
Penanganan dan penyimpanan Material
Tingkat 3
Peralatan Tangan 23
(56%) Tingkat 4
Pengaman Mesin Tingkat 5
Desain Tempat Kerja
Pencahayaan
Lingkungan Kerja
Zat Berbahaya dan Beracun
Gambar 3. Diagram Tingkat Keseringan
Fasilitas Kesejahteraan
Organisasi Kerja

Gambar 2. Diagram Persentase Bahaya Pada


Setiap Aspek

Penilaiain Risiko Bahaya


Identifikasi Bahaya, Penilaian.... (Feris Hanafi) 51
2. Alat pemadam kebakaran sulit diakses
Tingkat Keparahan
karena terhalang peralatan dan mesin
5; 2; 3. Penyimpanan bahan dan peralatan tidak
4 (2%) (5%)
14; Tingkat 1 diberi label dan tidak tersusun rapi
(10%)
(34%) Tingkat 2
4. Peralatan pelindung diri kurang memadai
Tingkat 3
16 dan dalam kondisi kurang baik
Tingkat 4
(39%)
Tingkat 5 5. Tidak terdapat rencana evakuasi
6. Tidak terdapat tanda dimana area yang
membutuhkan perlindungan perorangan
Gambar 4. Diagram Tingkat Keparahan 7. Lantai tidak rata dan terdapat perbedaan
ketinggian pada jalur transportasi
8. Pegangan pada peralatan tangan kurang
Risk Ranking panjang dan kurang sesuai untuk pekerja
(Tingkat Bahaya) dengan tangan besar
4 3
(10%) (7%) 9. Pemeliharaan peralatan kurang

Low (1-3) 10. Penempatan kontrol alat sulit dijangkau


Moderate (4-7) oleh pekerja
High (8-14)
11. Koridor maupun tangga tidak terdapat
Extreme (15-25)
16 penerangan dengan lampu
(39%) 18
(44%) 12. Tidak terdapat lampu lokal atau lampu
setempat untuk pekerjaan dengan tingkat
Gambar 5. Diagram Tingkat Bahaya
kepresisian tinggi
Bahaya yang teridentifikasi
13. Jalur evakuasi sempit dan terhalang
dikelompokkan berdasarkan katergori atau
benda-benda
tingkatan bahaya dari yang paling berbahaya ke
14. Area yang berisiko menimbulkan paparan
tingkat yang lebih rendah sebagai berikut :
biologi tidak terisolasi (area pengelasan,
a. Kategori Extreme
penggerindaan)
1. Kabel listrik tidak terawat
15. Tidak terdapat pemanasan sebelum
2. Tidak adanya sistem pembuangan asap
memulai kegiatan praktek
pengelasan
16. Mahasiswa tidak terlindung dari radiasi
3. Peralatan angkat hidrolik/mekanis kurang
panas pada area pengelasan
terawat
c. Kategori Moderate
4. Kotak P3K tidak terawat dan tidak
1. Rute transportasi terhalang benda-benda
tersedia cukup obat
dan rak peralatan
b. Kategori High
2. Getaran dan kebisingan Power Tool masih
1. Pelindung otomatis tidak terawat dan
cukup tinggi
kondisinya rusak pada peralatan gerinda
52 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 2, Tahun 2016
3. Tampilan tanda atau peringatan sulit 3. Ventilasi udara di ruang las kurang
untuk dilihat maksimal
4. Area kerja kurang luas untuk dapat
melakukan gerakan duduk dan berdiri Pengendalian Bahaya
5. Ketersediaan kursi tidak mencukupi untuk Pengendalian risiko terhadap bahaya yang
semua pekerja teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan
6. Kursi yang tersedia tidak dapat diatur penilaian sebelumnya, sehingga pengendalian
ketinggianya risiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan
7. Tidak terdapat sekat atau pelindung visual kategori paling tinggi ke rendah.
antar area kerja Adapun dalam penelitian ini kategori
8. Ventilasi dalam kondisi berdebu dan tidak risiko bahaya tertinggi adalah kategori Extreme,
terawat dimana pada kategori ini risiko bahaya tidak
9. Tidak terdapat ruang ganti dan loker yang dapat ditoleransi dan segera perlu dilakukan
aman tindakan pengendalian. Tindakan pengendalian
10. Tidak terdapat fasilitas minum di area tersebut dapat berupa penghentian segera
kerja kegiatan produksi atau melarang dilakukanya
11. Peralatan pelindung diri sebagian dalam kegiatan produksi pada risiko bahaya tersebut
kondisi tidak terawat dan kotor hingga risiko bahaya dikendalikan. Langkah
12. Alat pelindung diri tidak tersimpan pengendalian ini juga harus melibatkan
dengan baik manajemen tertinggi untuk segera menerapkan
13. Kegiatan praktek antara laki-laki dengan kontrol pengendalian bahaya lebih lanjut.
perempuan tidak dibedakan Pengendalian risiko pada kategori High
14. Tidak dilakukan sosialisasi titik evakuasi, dapat dilakukan dengan mengurangi risiko
Apar, Kotak P3K maupun jalur evakuasi bahaya serendah mungkin sehingga risiko bahaya
15. Rak penyimpanan material dan peralatan dapat diterima. Pengendalian pada tingkat ini
jauh dari area kerja dilakukan dengan kontrol dari teknisi serta isolasi
16. Penempatan beberapa peralatan masih terhadap sumber bahaya.
dicampur dengan alat lain Risiko bahaya pada kategori Moderate,
17. Limbah logam dibiarkan menumpuk di dimana risiko bahaya pada kategori ini dapat
penampungan ditoleransi. Pengendalian risiko pada kategori
18. Tidak terdapat fasilitas istirahat untuk Moderate dapat dilakukan dengan mengatur
memulihkan dari kelelahan manajemen, misalnya degan program berupa
d. Kategori Low tindakan dan referensi dari HSE (Health Safety
1. Sumber panas area kerja las tidak Executive), JSEA (Job Safety Environment
terisolasi dengan baik Analysis).
2. Tanda atau jalur transportasi tidak jelas
Identifikasi Bahaya, Penilaian.... (Feris Hanafi) 53
Risiko bahaya kategori Low yaitu kategori Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri
bahaya paling rendah dan dapat ditoleransi. Yogyakarta yaitu kategori bahaya Extreme
Pengendalian risiko pada kategori ini dapat (Ekstrim) sejumlah 4 bahaya, kategori High
dilakukan dengan manajemen risiko harian (Tinggi) sejumlah 16 bahaya, kategori
maupun dengan referensi JSEA (Job Safety Moderate (Sedang) 18 bahaya dan kategori
Environment Analysis). Low (Rendah) sejumlah 3 bahaya.
Pengendalian risiko bahaya tidak hanya 3. Pengendalian risiko terhadap bahaya yang ada
dilakukan satu kali, namun selalu dilakukan di Bengkel Konstruksi Bodi Kendaraan
evaluasi untuk menghilangkan jika terdapat risiko Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
bahaya residual maupun risiko bahaya baru yang Universitas Negeri Yogyakarta diprioritaskan
sebelumnya tidak teridentifikasi. pada bahaya yang masuk dalam kategori
Saran pengendalian risiko terhadap Extreme terlebih dahulu. Potensi bahaya
bahaya yang teridentidikasi di Bengkel kategori Extreme jika sudah di lakukan
Konstruksi Bodi Kendaraan Jurusan Teknik pengendalian secara keseluruhan dan
Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri dinyatakan aman, pengendalian risiko bahaya
Yogyakarta dapat dilihat pada subbab dapat dilanjutkan pada bahaya kategori High,
pembahasan. Moderate, dan Low pada tahap paling akhir.

Saran
SIMPULAN DAN SARAN
Saran yang disampaikan adalah sebagai
Simpulan
berikut:
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai
1. Manajemen bengkel hendaknya
berikut:
memprioritaskan pencegahan atau
1. Bahaya yang teridentifikasi di Bengkel
meminimalkan bahaya dari bahaya kategori
Konstruksi Bodi Kendaraan Jurusan Teknik
extreme dan kemudian dilanjutkan ke
Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri
kategori bahaya dibawahnya. Jika sudah
Yogyakarta sejumlah 41 bahaya. Bahaya
dilakukan pencegahan terhadap semua
tersebut meliputi 5 bahaya pada penanganan
bahaya yang ada, kemudian dilakukan
material, 4 bahaya pada peralatan tangan, 3
evaluasi secara berkala untuk menjamin tidak
bahaya pada pengamanan mesin, 4 bahaya
terdapat bahaya lain yang muncul serta dapat
pada desain tempat kerja, 3 bahaya pada
digunakan untuk meningkatkan efisiensi
pencahayaan, 9 bahaya pada lingkungan kerja,
kerja di Bengkel Konstruksi Bodi Kendaraan
2 bahaya pada zat berbahaya dan beracun, 8
Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
bahaya pada fasilitas kesejahteraan dan 3
Universitas Negeri Yogyakarta.
bahaya pada organisasi kerja.
2. Dosen maupun mahasiswa dapat
2. Penilaian risiko atau bahaya di Bengkel
memberikan masukan maupun saran ke
Konstruksi Bodi Kendaraan Jurusan Teknik
manajemen Bengkel Konstruksi Bodi
54 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 2, Tahun 2016
Kendaraan Jurusan Teknik Otomotif Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
tentang bahaya maupun temuan baru yang DAFTAR PUSTAKA
Murdiyono. (2016). Identifikasi Bahaya,
dapat meningkatkan kesehatan dan
Penilaian dan Pengendalian Risiko di
keselamatan pengguna bengkel. Selain itu Bengkel Pengelasan SMK N 2 Pengasih.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
dengan menjaga peralatan tetap bersih dan
Sukamto. (2001). Perubahan Karekteristik Dunia
berhati-hati serta selalu melaporkan Kerja dan Revitalisasi Pembelajaran
Dalam Kurikulum Pendidikan Kejuruan.
kerusakan alat pada toolman saat melakukan
Yogyakarta : UNY
praktek dengan peralatan yang ada di Undang-undang Negara Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012. Pendidikan
bengkel dapat membantu mengurangi risiko
Tinggi.
kerusakan pada alat dan kecelakaan kerja. Wikipedia. (2016). Teknik Otomotif. Diakses dari
http://id.Wikipedia.org/wiki/Teknik_Oto
motif. pada tanggal 4 Juli 2016, jam
20.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai