Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis)​. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat
TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi
pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari
pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak ​(droplet nuclei)​. Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang
terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru
dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan ​Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI) ​yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap
tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS ​(Directly observed Treatment
Short-course) ​dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling
efektif (​cost-efective)​. Strategi ini dikembangkan dari berbagi studi, ​clinical trials, best practices,​
dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan
strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat merubah kasus menular menjadi tidak
menular, juga mencegah berkembangnya MDR-TB.
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan
kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan
demkian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien
merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.
Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam
penanggulangan TB. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi
kesehatan yang paling efektif. Integrasi strategi DOTS ke dalam pelayanan kesehatan dasar
sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Satu studi ​cost benefit ​yang dilakukan oleh
WHO di Indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, setiap dolar
yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB, akan menghemat sebesar US$
55 selama 20 tahun.
Sejak tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai melaksanakan strategi
DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai tahun 2000, hampir seluruh
Puskesmas telah komitmen dan melaksanakan strategi DOTS yang diintegrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar.
.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelaksanaan strategi DOTS di Rumah Sakit Siaga Almunawwarah disesuaikan dengan


visi, misi, tujuan dan target yang ditetapkan oleh Depkes RI tahun 2006 melalui Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
VISI DAN MISI
Visi :
“MENUJU MASYARAKAT BEBAS MASALAH TB, SEHAT, MANDIRI DAN
BERKEADILAN”
Misi :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani dalam
pengendalian TB.
2. Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya pengendalian TB.
4. Menciptakan tata kelola program TB yang baik.
TUJUAN
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

SASARAN
mengacu pada rencana strategis kementerian kesehatan dari 2010 sampai dengan tahun 2014
yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000
penduduk. Sasaran keluaran adalah: (1) meningkatkan persentase kasus baru TB paru (BTA
positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan persentase keberhasilan
pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif) mencapai 88%; (3) meningkatkan persentase
provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai 50%; (4) meningkatkan persentase provinsi dengan
keberhasilan pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.
STRATEGI
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci:
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus
yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

KEGIATAN
Tatalaksana pasien TB
Penemuan tatalaksana pasien TB
Diagnosis
Pengobatan
Manajemen Program
Perencanaan
Pelaksanaan
Pencatatan dan pelaporan
Pelatihan
Bimbingan teknis (supervisi)
Pemantapan mutu laboratorium
Pengelolaan logistic
Pemantauan dan evaluasi ( Surveliance)
Kegiatan Penunjang
Promosi
Kemitraan
CAKUPAN DAN KUALITAS PELAYANAN DOTS
1. Jejaring Laboratorium
Selama dekade terakhir telah terjadi peningkatan dalam kapasitas diagnosis program pengendalian TB
nasional. Meskipun demikian mutu pelayanan diagnosis masih menjadi tantangan. Sistem
jaminan mutu eksternal masih terbatas oleh karena masih banyak laboratorium yang belum
mengikuti ​cross-check ​secara rutin akibat keterbatasan kapasitas BLK dalam melakukan
supervisi, umpan balik yang tidak tepat waktu dan belum tersedianya laboratorium rujukan di
tujuh provinsi baru. Rencana penguatan laboratorium telah disusun sebagai arahan bagi subdit
TB dan BPPM. Laboratorium rujukan nasional dan provinsi harus segera ditetapkan secara
formal dengan garis wewenang yang jelas. Pengurangan kesenjangan (kuantitas dan kualitas)
dalam SDM laboratorium perlu diupayakan secara terus menerus.

2. Logistik Obat
Secara keseluruhan, sistem logistik obat belum berjalan dengan optimal dalam menjamin ketersediaan
obat TB secara berkesinambungan di FPK. Data nasional stock-out obat kategori 1 menunjukkan
tingkat ketersediaan obat yang tidak stabil pada bulan-bulan tertentu. Demikian pula halnya
dengan ​buffer stock y​ ang tidak memadai berdasarkan situasi ketersediaan obat pada awal tahun
2010. Sementara ketersediaan obat lini kedua/pengobatan untuk kasus MDR sedang diupayakan
untuk mendapat persetujuan dari GLC (​Green Light Committee​). Dengan
demikian, FPK untuk pengobatan kasus MDR harus dipersiapkan sedini mungkin. Perbaikan dalam
manajemen obat TB harus dilakukan secara kontinyu untuk mencegah stock-out.
BAB III
KEBIJAKAN

Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania mendukung pelaksanaan TB dengan Strategi DOTS.
Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania melaksanakan pelayanan TB DOTS hanya sebatas
proses skrining.
Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania melakukan system rujukan ke UPK yang mempunyai
pelayanan TB DOTS untuk pasien – pasien terdiagnosa TB.
BAB IV
TATALAKSANA PASIEN TUBERCULOSIS

Penemuan Pasien Tuberculosis


Penemuan pasien bertujuan untuk mednapatkan pasien TB melalui serangkaian kegiatan mulai
dari penjaringan terhadpa terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris ,
menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, sehingga dapat
dilakukan pengobatan agar sembuh sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada orang
lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga psien, diagnosis, penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala
TB , akses terhadap fasilitas kesehatan dan adnya tenga kesehtana yang kompeten untuk
melakukan pemriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut.
Penemuan pasien merupakam langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus merupakan kegiatan pencegahan
penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Keikutsertaan pasien merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya pengendalian TB.
Strategi Penemuan
Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok populasui terdampak TB
dan populasi rentan.
Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif,
sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
Penjaringan terduga pasien TB dilakukan difasilitas kesehatan didukung dengan promosi
secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat.
Pelibatan semua fasilitas kesehtan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan
mengurangi keterlambatan pengobatan.
Penemuan secara aktif dapat dilakukanb terhadap :
Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan HIV,
Diabetes Melitus dan malnutrisi.
Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang beresiko tinggi terjadinya penularan
TB, seperti : Lapas/Rutan, tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempat
kerja, asrama dan panti jompo.
Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan psin TB.
Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resisten obat.
Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan tandyang sama
dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach to
Lung Health = PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS), manajemen terpadu
dewasa sakit= MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan pasien TB di faskes,
mengurangi terjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
Tahap awal penemuan dialkukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala:
Gejala utama psien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah , batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Pemeriksaan Dahak
Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dhak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
S (sewaktu) : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjumg
petama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot
dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua
P ( Pagi) : dahak ditamppung di rumah pada hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
S (sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dimaksudkan
untuk mengakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu., misal :
Pasien TB ekstrak Paru.
Pasien TB anak.
Pasien TB dengan hasil pemerikaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya. Apabila
dimubngkinkan opemeriksaan dengan menggunakan tes cepat yang direkomendasikan
WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat
tersebut.
Diagnosa Tuberkolosis
Diagnosa TB Paru ;
Dalam upaya mengendalikan TB secara Nasional, maka diagnose TB paru pada orang dewasa
harus ditegakkan terlebi dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan
bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan dan
tes cepat.
Apabila pemeriksaan secarabakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan diagnose TB dapat
dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang (setidak
– tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang
telah terlatih TB.
Pada sarana terbatas penegakan diagnose secara klinis dilakukan setelah pemberian terapi
antibiotic spectrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak memberikan
perbaikan klinis.
Tidak mebenarkan mendiagnosa TB denga pemeriksaan serologis.
Tidak dibenarkan mendiagnosa TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks
tidak selalu memeberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat
menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan uji tuberculin.

Pemeriksaan Dahak Mokroskopi Langsung :


Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung,
terduga pasien TB diperiksa contoh uji dahak SPS (Sewaktu – Pagi – Sewaktu).
Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS
hasilnya BTA positif.
Diagnose TB ekstra paru :
Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada manigitis
TB, nyeri dada pada pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada spodilitis TB dan
Lain – lainnya.
Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis
dan atau histopatologis dari contoh uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena
Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukan keluhan dan gejala yang sesuai,
untuk menemukan kemungkinan adanya TB paru.
Mekanisme Rujukan
Prinsip : memastikan pasien TB yang dirujuk atau pindah akan menyelesaikan pengobatanya
dengan benar ditempat lain.
Mekanisme Rujukan Pasien Ke UPK Lain:
Pasien yang sudah melakukan pemeriksaan dahak dan dinyatakn positif TB dihubungi kembali
untuk mengambil hasil BTA.
RS. Memberikan surat rujukan ke UPK yang ditujuh dan menmyertakan hasil pemeriksaan BTA.
RS. Memberikan informasi langsung melalui telpon / sms ke UPK terkait.

BAB V
DOKUMENTASI

Pedoman Nasional Penanggulangan ​Tuberkulosis,​ Departemen Kesehatan RI, 2006


Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014, Kementerian Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM SIAGA RAMANIA
NOMOR: /RSPKTSR/ /DIR/XII/2016
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN TB
DIREKTUR RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM SIAGA RAMANIA

Menimbang :
Bahwa dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit PKT Siaga
Ramania maka diperlukan adanya panduan pelayanan TB di Rumah Sakit
PKT Siaga Ramania.
Bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut diatas, maka perlu ditetapkan dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit PKT Siaga Ramania.
Mengingat :
Keputusan Kementerian Kesehatan 364/2009,Tentang Pedoman Penanggulangan
Tuberkolosis (TB).
PMK 1438/2010, Tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
International Standard for Tuberculosis Care 2009
Pedoman Nasional pengendalian TB 2011
Pedoman Mangerial pelayanan TB dengan strategi DOTS di RS 2011.
Keputusan Direktur Perseroan Terbatas Kaltim Medika Utama Nomor: /KMU/
/DIR/2016. Tentang Pelayanan TB di Rumah Sakit PKT Siaga Ramania
Keputusan Direktur Perseroan Terbatas Kaltim Medika Utama Nomor: /KMU/
/DIR/IV/2016 Tentang Pengangkatan Direktur rumah Sakit PKT Siaga
Ramania.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKT SIAGA RAMANIA
TENTANG PANDUAN PELAYANAN TB ​(Tuberculosis)
Kedua : Panduan Pelayanan TB (Tuberculosis) sebagaimana dimaksud Diktum pertama
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketiga : Panduan Pelayanan TB(​Tuberculosis)​ digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan Pelayanan TB (​Tuberculosis )​ di Rumah Sakit PKT Siaga Ramania.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai