Anda di halaman 1dari 15

Hindawi Publishing Corporation

The Scientific World Journal


Volume 2014, Article ID 965096, 6 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/965096

Artikel Penelitian
Amoksisilin Dosis Tinggi dengan Klavulanat untuk Tatalaksana Otitis
Media Akut pada Anak-anak

Chia-Huei Chu,1,2 Mao-Che Wang,1,2 Liang-Yu Lin,3,4,5 Tzong-Yang Tu,1,2


Chii-Yuan Huang,1,2 Wen-Huei Liao,1,2 Ching-Yin Ho,1,2 dan An-Suey Shiao1,2
1
Department of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery, Taipei Veterans General
Hospital, No. 201, Section 2, Shih-Pai Road, Taipei 11217, Taiwan
2
Department of Otorhinolaryngology, National Yang-Ming University School of Medicine, No.
155, Section 2, Li Nong Street, Taipei 11217, Taiwan
3
Division of Endocrinology and Metabolism, Department of Medicine, Taipei Veterans General
Hospital, No. 201, Section 2, Shih-Pai Road, Taipei 11217, Taiwan
4
Department of Medicine, National Yang-Ming University School of Medicine, No. 155, Section
2, Li-Nong Street, Taipei 11172, Taiwan
5
Institute of Pharmacology, National Yang-Ming University School of Medicine, No. 155,
Section 2, Li-Nong Street, Taipei 11172, Taiwan

Correspondence shold be addressed to An-Suey Shiao; asshiao@gmail.com

Received 23 Novermber 2013; Accepted 22 December 2013; Published 6 January 2014

Academic Editors: J.M. Coticchia, R. Malaton, C. O’Morain, dan P.A. Schachern

Copyright © 2014 Chia-Huei Chu et al. This is an open access article distributed under the
Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Objektif. Penelitian ini menggunakan pedoman praktik klinis otitis media akut
yang diajui tahun 2004 sebagai referensi untuk evaluasi apakah dosis antibiotik
yang direkomendasikan memberikan prognosis yang lebih baik. Penelitian ini
juga berusaha mengklarifikasi kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil akhir. Desain Penelitian. Studi kohort retrospektif. Subjek dan Metode.
Total 400 anak-anak dengan otitis media akut dilibatkan. Dosis amoksisilin
dianggap layak sesuai dengan pedoman praktik klinik, yaitu 80-90 mg/kg/hari.
Hasil akhir adalah berdasarkan deskripsi membran timpani pada rekam medik.
Regresi logistik multivariat digunakan untuk menganalisis hubungan dosis
antibiotik dengan prognosis setelah menyesuikan dengan faktor-faktor dasar.
Hasil. Mayoritas resep yang diberikan adalah di bawah dosis (89,1%) namun
2 The Scientific World Journal

tidak jelas terlihat berhubungan dengan hasil akhir (P = 0,41). Korelasi antara
kurangnya dosis dan prognosis buruk signifikan pada anak-anak dibawah 20 kg
dengan otitis media akut bilateral (odds ratio 1,63, 95% CI 1,02-2,59, P = 0,04).
Kesimpulan. Tatalaksana otitis media akut pada anak-anak, amoksisilin dosis
tinggi dengan klavulanat seperti disarankan dalam pedoman praktik klinik lebih
baik dibandingkan dosis konvensional hanya pada anak-anak dengan berat di
bawah 20 kg dengan gangguan bilateral.

1. Pendahuluan
Otitis media akut (OMA) adalah salah satu infeksi pada anak-anak paling umum, sering
terjadi setelah infeksi saluran pernafasan akut. OMA juga merupakan penyebab utama
kunjungan anak-anak ke klinik dan penyebab paling sering dokter-dokter meresepkan
antibiotik [1-3]. Berdasarkan statistik insuransi, pelayanan rawat jalan berhubungan
dengan OMA di Amerika Serikat berjumlah setinggi 16 juta pada tahun 2000, dan 80%
kasus tersebut mendapatkan resep antibiotik. Telah dilaporkan bahwa estimasi
pengeluaran medis yang berkaitan dengan OMA adalah sebesar sekitar 3,8 juta sampai
5,3 juta dollar di Amerika Serikat [4, 5]. Total biaya per episode OMA berkisar dari 332
Euro sampai 752.49 Euro di beberapa negara Eropa [6]. Selain pengeluaran medis dari
konsultasi dan pengobatan oleh dokter, OMA secara tidak langsung menyebabkan
hilangnya waktu sekolah anak-anak dan waktu kerja serta pendapatan pengasuhnya [7].
Untuk mengurangi biaya medis sambil mempertahankan standar kualitas medis
yang tinggi, Akademi Pediatri Amerika, Akademi Otolaringologi-Bedah Kepala dan
Leher Amerika, dan Akademi Dokter Keluarga Amerika mendukung sebuah tinjauan
komprehensif berbasis bukti, Pedoman Praktik Klinik OMA: Diagnosis dan
Pengelolaan OMA, yang diterbitkan pada bulan Mei 2004 [8]. Pedoman tersebut
menekankan pentingnya diagnosis yang benar dan memberikan anjuran tatalaksana
awal untuk anak-anak antara usia 2 bulan sampai 12 tahun dengan OMA tanpa
komplikasi.
Amoksisilin dengan atau tanpa inhibitor β-laktamase adalah pilihan utama
dalam pengobatan OMA, namun informasi tentang perbandingan dosis antibiotik dan
penelitian tentang hasil klinis sebenarnya terbatas [9-11]. Di masa lalu, sebagian besar
penelitian tentang OMA berfokus pada survei epidemiologi, laporan bakteriologis
3 The Scientific World Journal

laboratorium, dan efek terapeutik dari antibiotik yang berbeda [12, 13]. Para ahli telah
menerbitkan beberapa sudut pandang yang berbeda mengenai saran dalam pedoman
praktik klinik, seperti kapan memberikan pengobatan antibiotik, bagaimana cara
memberi dosis yang adekuat, dan durasi pengobatan yang tepat. Karena sebagian besar
bukti berasal dari penelitian bakteriologis di laboratorium dan sejumlah kecil sampel
dalam studi klinis, bukti tingkat yang lebih tinggi kurang [14-17]. Oleh karena itu,
dokter masih belum memiliki konsensus mengenai isu-isu ini [18].
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah resep dokter sesuai dengan
pedoman dosis dan apakah amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat dikaitkan dengan
hasil yang lebih baik pada OMA pada anak-anak.

2. Subjek dan Metode


2.1 Subjek. Kami melakukan penelitian kohort retrospektif mulai 1 Januari 2005 sampai
31 Desember 2008. Anak-anak berusia 2 bulan sampai 12 tahun yang didiagnosis
dengan otitis media akut sesuai dengan kode diagnosis (382.00) dalam Klasifikasi
Penyakit Internasional, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM), terdaftar.
Anak-anak yang telah dikodekan dengan kelainan anatomis atau genetik, seperti
anomali kraniofasial atau sindrom Down, atau kekebalan tubuh dikeluarkan. Anak-anak
dengan riwayat OMA yang berulang (tiga atau lebih episode OMA sebelumnya dalam
12 bulan), mereka yang telah menjalani prosedur telinga tengah atau telinga, mereka
yang hanya melakukan satu kunjungan, atau catatan yang hilang tidak disertakan. Usia,
jenis kelamin, berat badan, tanggal diagnosis, penyakit unilateral atau bilateral, dan
rincian resep antibiotik ditinjau ulang.

2.2 Metode. Resep antibiotik yang mengandung amoksisilin dengan klavulanat


(amoksisilin 400 mg dengan klavulanat 57 mg/5 mL) ditinjau secara rinci. Dosis
dianggap benar, yaitu dosis tinggi, jika komponen amoksisilin berada dalam ±10% dari
saran panduan. Jika dosisnya berada di luar kisaran ±10%, itu dianggap terlalu banyak
atau di bawah dosis. Dosis yang dianjurkan dari komponen amoksisilin adalah 80-90
mg/kg/hari. Namun, untuk anak-anak di atas 20 kg, ini mungkin sesuai dengan dosis
yang melampaui dosis klinis umum untuk orang dewasa yaitu 1500 mg/hari. Oleh
karena itu, dosis harian 1500 mg amoksisilin untuk anak-anak di atas 20 kg dianggap
4 The Scientific World Journal

dapat diterima.
Untuk mengevaluasi hubungan antara dosis amoksisilin dan prognosis OMA,
analisis penelitian difokuskan pada perbandingan dua kelompok: mereka yang diberi
resep dengan dosis amoksisilin yang sesuai dengan rekomendasi pedoman (80-90
mg/kg/hari) yang mereka yang tidak.
Penilaian hasil pengobatan didasarkan pada catatan medis dalam 14 hari
sebelum kadaluarsa resep antibiotik. Di institut kami, status telinga tengah pada anak-
anak terutama dievaluasi oleh pemeriksaan teleskop oleh spesialis otologi berlisensi
yang telah ditunjukkan memiliki sensitivitas tertinggi (97,8%) dan spesifisitas tertinggi
(100,0%) [19]. Pengendalian yang berhasil didefinisikan sebagai rekam medik gendang
telinga yang normal atau menunjukkan otitis media dengan efusi (OME). Kontrol gagal
adalah jika perbaikan pada hanya satu dari dua telinga yang sakit atau adanya perubahan
antibiotik sebelum akhir periode pengobatan (dengan alasan mengganti antibiotik
menjadi kegagalan untuk mengendalikan penyakit daripada efek samping).

3. Analisis Statistik
Variabel kontinyu seperti umur dan berat badan dipresentasikan sebagai rata-rata dan
standar deviasi. Jenis kelamin, penyakit telinga tunggal atau bilateral, dan musim
penyakit adalah variabel kategoris dan dipresentasikan dalam angka dan persentase.
Untuk menganalisis kemungkinan faktor prognostik, kami menggunakan t-test dan chi-
square test untuk analisis univariat. Semua kovariat dalam analisis univariat bersamaan
dengan dua variabel demografis dasar (jenis kelamin dan berat) kemudian dimasukkan
dalam model regresi logistik biner. Semua analisis statistik dilakukan dengan software
statistik IBM SPSS versi 14.0 untuk Windows (IBM Corp., New York, AS).
Signifikansi Statistik ditentukan sebagai nilai P kurang dari 0,05.

4. Hasil
4.1. Karakteristik Klinis Populasi Studi. Sebanyak 400 rekam medik dengan kode
diagnosis 382.00 ditinjau. Ada 94 anak dengan OMA dengan komplikasi (yaitu,
kekambuhan klinis OMA dalam 30 hari, riwayat OMA berulang, OMA dengan otitis
media kronis yang mendasari dengan efusi, anomali yang dapat mengubah jalannya
OMA seperti cleft palate, masalah genetika seperti sindrom Down, imunodefisiensi, dan
5 The Scientific World Journal

status setelah operasi telinga tengah atau dalam); 59 hanya memiliki satu kunjungan, 40
memiliki catatan yang tidak lengkap, 15 diresepkan sefalosporin atau sulfa, dan 27
diresepkan dengan amoksisilin. Seratus enam puluh lima anak yang diobati dengan
amoksisilin dengan klavulanat dimasukkan ke dalam analisis. Usia rata-rata dari 165
pasien yang terdaftar adalah 4,91 tahun (0,28-11,72 tahun), berat rata-rata adalah 19,36
kg (7,50-48,0 kg), dan 94 adalah anak laki-laki (57%). Sebagian besar penyakit terjadi
pada musim semi (31,5%) dan musim gugur (28,5%). OMA tunggal telinga terjadi pada
81 peserta (49,1%) (Tabel 1).

Tabel 1. Data demografi 165 anak-anak.

4.2. Dosis antibiotik. Delapan belas dari 165 (10,9%) resep sesuai dengan rekomendasi
pedoman praktik klinik. Kekurangan dosis sangat umum terjadi (89,1%). Tidak ada
resep yang melebihi batas atas 90 mg/kg/hari. Secara keseluruhan, dosis rata-rata
komponen amoksisilin adalah 45,5 mg/kg/hari, yang jauh lebih rendah dari pada saran
pedoman. Namun, 86 (52,1%) resep berada dalam kisaran 40-50mg/kg/hari,
penggunaan tradisional untuk amoksisilin. Dengan kata lain, separuh dokter memang
mengikuti dosis konvensional.
6 The Scientific World Journal

4.3. Dosis Antibiotik dan Hasil Terapi. Pengobatan sukses berhasil dicapai pada 121
pasien (73,3%) sedangkan sisanya 26,7% gagal pengobatan. Lebih sedikit pasien yang
diberi dosis yang benar (yaitu amoksisilin dosis tinggi) memiliki prognosis OMA yang
buruk (16,7% berbanding 27,9%), namun hasil ini tidak signifikan (Fisher exact test, 𝑃
= 0,41) (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil tatalaksana otitis media akut

4.4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pengobatan. Pada analisis univariat, hanya
penyakit pada musim gugur/musim dingin dikaitkan dengan prognosis buruk (𝑃 = 0,03).
Usia (𝑃 = 0,22), jenis kelamin (𝑃 = 0,07), dan berat badan (𝑃 = 0,25) tidak dikaitkan
dengan hasil pengobatan. OMA bilateral secara garis besar ditandai berkorelasi dengan
pengendalian penyakit yang buruk (𝑃 = 0,05).

Tabel 3. Faktor-faktor yang relevan untuk hasil yang buruk dari otitis media akut (𝑛 =
165) oleh analisis multivariat (model regresi logistik biner).
7 The Scientific World Journal

Karena antibiotik yang diberikan pada anak didasarkan pada berat badan, usia
dan berat badan sangat berkorelasi (Spearman's rho = 0,88, 𝑃 <0,001); Dengan
demikian bobot tubuh dipilih dibandingkan usia dalam analisis berikut. Dengan
menggunakan analisis multivariat, kami menganalisis faktor-faktor yang relevan yang
mempengaruhi prognosis OMA (Tabel 3); Ditemukan bahwa, dibandingkan dengan
pasien dengan OMA pada musim semi/musim panas, odds ratio (OR) pada pasien
musim gugur/musim dingin yang gagal kontrol adalah 2,47 (95% confidence interval
(CI): 1,17-5,23, 𝑃 = 0,02).

4.5. Analisis Subgrup. Menurut standar pertumbuhan internasional terbaru untuk bayi
dan anak-anak dari World Health Organization (2007) [20], dengan estimasi persentil
50%, anak-anak memiliki berat badan sekitar 20 kg pada usia 6 tahun. Karena dosis
harian untuk anak-anak di atas 20 kg bisa melampaui dosis klinis setara umum untuk
orang dewasa 1500 mg/hari, kami melakukan analisis subgrup untuk 110 anak yang
beratnya kurang dari 20 kg (rincian tidak ditunjukkan). Diantara subgrup ini, penyakit
pada musim gugur/musim dingin secara konsisten merupakan faktor kuat untuk
prognosis buruk (OR 4,80; 95% CI 1,82-12,67, 𝑃 = 0,002). Selain itu, risiko kontrol
gagal pada pasien OMA bilateral adalah 2,43 kali lebih banyak dibandingkan dengan
anak OMA satu sisi meskipun tidak signifikan secara statistik (95% CI 0,90-6,53, 𝑃 =
0,08). Tidak ada hubungan yang jelas antara dosis terlalu rendah dan prognosis OMA
(OR 2,18; 95% CI 0,38-12,48, 𝑃 = 0,38).
8 The Scientific World Journal

Tabel 4. Faktor yang relevan untuk hasil yang buruk dari otitis media akut: analisis
subkelompok anak-anak <20 kg (𝑛 = 110) dan model regresi logistik biner II.

Bila "OMA bilateral" dan "di bawah dosis" digabungkan, korelasi mereka
dengan kegagalan pengobatan terbukti (OR 1,63; 95% CI 1,02-2,59, 𝑃 = 0,04). Sekali
lagi, OMA di musim gugur/musim dingin secara konsisten dikaitkan dengan prognosis
buruk (OR 4,90; 95% CI 1,87-12,89, 𝑃 = 0,001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
manfaat amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat seperti yang dianjurkan dalam
pedoman lebih terlihat pada anak di bawah 20 kg dengan OMA bilateral (Tabel 4).

5. Pembahasan
Studi kami menemukan tidak ada korelasi yang signifikan antara amoksisilin dosis
tinggi dan pengendalian penyakit yang lebih baik saat merawat OMA dengan kombinasi
amoksisilin-klavulanat. Meskipun lebih sedikit pasien yang diberi dosis tinggi gagal
mengendalikan OMA (16,7% untuk dosis tinggi versus 27,9% untuk dosis terlalu
rendah), korelasi tersebut tidak terbukti. Sebuah asosiasi yang signifikan hanya bisa
dilihat pada anak-anak di bawah 20 kg dengan OMA bilateral saat mereka diberi dosis
amoksisilin yang tidak sesuai. OR untuk anak-anak ini yang memiliki prognosis buruk
adalah 1,63 (95% CI 1,02-2,59, 𝑃 = 0,04) berbeda dengan mereka yang beratnya lebih
dari 20 kg atau dengan penyakit telinga tunggal. Penyakit di musim gugur dan musim
dingin memiliki dampak yang sangat negatif pada pemulihan OMA. Untuk perilaku
dokter, dosis terlalu rendah sangat umum terjadi (89,1%), mengingat bahwa perdebatan
tentang dosis memang ada bahkan beberapa tahun setelah diluncurkannya pedoman
9 The Scientific World Journal

praktik klinik. Sampai batas tertentu, hasil kami konsisten dengan revisi pedoman
terakhir [21].
Banyak ilmuwan mempertanyakan tentang rekomendasi-rekomendasi
berdasarkan laporan resistensi oat antibakteri. Karena studi bakteriologis laboratorium
mungkin berbeda dari uji klinis dengan pasien yang mengevaluasi obat kuratif, peneliti
menyarankan lebih banyak penelitian untuk mengevaluasi hasil klinis harus
dipertimbangkan [14-17]. Bukti terbatas hanya didasarkan pada "dosis." Studi ini
adalah satu dari sedikit laporan yang hanya menyelidiki hubungan antara dosis
amoksisilin dan hasil klinis. Kekuatan tambahan penelitian kami adalah penentuan yang
tepat dari terapi. Hasil pengobatan (didokumentasikan pada catatan medis) mengenai
status gendang telinga dievaluasi oleh spesialis otologi yang menggunakan teleskop
video yang digabungkan dengan sumber cahaya terang xenon yang telah ditunjukkan
memiliki sensitivitas tertinggi (97,8%) dan spesifisitas tertinggi (100,0%) [19].
Studi Schrag di Amerika Selatan pada tahun 2001 menyimpulkan bahwa
pengobatan dengan amoksisilin dosis tinggi jangka pendek (5 hari, 90 mg/kg/hari)
mengurangi pneumonia Streptococcus (S. pneumoniae) yang resisten terhadap obat
dengan probabilitas 8% dan risiko relatif (RR) 0,8 (0,60-0,97) dibandingkan dengan
jangka waktu lebih lama dengan dosis rendah (10 hari, 40 mg/kg/hari). Amoksisilin
dosis tinggi jangka pendek sangat membantu keluarga dengan 3 anak atau lebih [10].
Garrison membandingkan dosis kuratif amoksisilin dosis tinggi (80-90 mg/kg/hari)
dosis standar (40-45 mg/kg/hari), menunjukkan bahwa kedua perlakuan memiliki
tingkat kegagalan yang dekat (11% berbanding 12 %, 𝑃 = 0,78). Selain itu, efek
samping obat, jumlah panggilan orang tua yang bertanya, penilaian subyektif orang tua
terhadap hari pengobatan, dan jumlah kejadian berulang OMA tidak berbeda signifikan
untuk kedua perawatan tersebut [9]. Hasil kami relatif dekat dengan penelitian Garrison.
Namun, anak-anak yang terdaftar di sini lebih tua dari dua laporan di atas dan hanya
resep dengan amoksisilin dengan klavulanat dimasukkan ke dalam analisis.
Rekomendasi pedoman praktik klinis tentang dosis amoksisilin adalah
kontroversial. Alasan utama untuk dosis yang lebih tinggi (80-90 mg/kg/hari) dalam
pedoman ini adalah laporan S. pneumoniae resisten penisilin. Sebelum tahun 2004,
tingkat prevalensi S. pneumoniae peka terhadap penisilin (termasuk strain intermediat
dan resisten) di AS telah meningkat [22-24]. Tingkat resistensi meningkat dari 21%
10 The Scientific World Journal

pada tahun 1995 menjadi 25% pada tahun 1998 dengan tingkat tertinggi yang
dilaporkan sebesar 33%. Strain resisten terhadap tiga atau lebih antibiotik juga
meningkat dari 10% menjadi 14%. Oleh karena itu, dosis amoksisilin konvensional
yang umum digunakan (40-50 mg/kg/hari) dianggap tidak memadai untuk
mengendalikan infeksi oleh bakteri yang resistan terhadap obat. Oleh karena itu, panitia
menyarankan agar dokter memberi dosis amoksisilin lebih tinggi kepada pasien OMA.
Penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa 30% (15-50%) S. pneumonia
yang terdisosiasi dari saluran pernapasan bagian atas tidak rentan terhadap penisilin,
dengan tingkat resistensi obat sedang atau tinggi. Hanya S. pneumoniae yang sangat
resisten terhadap penisilin tidak memiliki respon terhadap dosis amoksisilin
konvensional (40-50 mg/kg/hari). Sekitar setengah dari S. pneumoniae tidak rentan
memiliki tingkat resistensi obat sedang terhadap penisilin (konsentrasi hambat minimal
(MIC): 0,1 - 1,0μg / mL), dan separuh lainnya memiliki tingkat resistensi obat yang
tinggi terhadap penisilin (MIC ≥ 2.0 Μg / mL). Peningkatan dosis yang tepat
meningkatkan konsentrasi obat di cairan telinga tengah; secara teori, jika konsentrasi ini
melampaui MIC S. pneumoniae dengan tingkat resistensi medium terhadap penisilin,
kebanyakan kasus OMA terkait S. pneumoniae responsif terhadap pengobatan
amoksisilin [25, 26].
Seperti patogen umum lainnya di OMA, sekitar 50% Haemophilus influenza (H.
influenza) dan 100% dari Moraxella catarrhalis (M. catarrhalis) adalah β-laktamase
positif [25, 26]. Berbeda dengan S. pneumoniae resisten penisilin, OMA yang
disebabkan oleh H. influenza atau M. catarrhalis memerlukan penghambat β-laktamase
seperti asam klavulanat, sefalosporin generasi kedua atau ketiga, atau jenis antibiotik
lainnya. Dosis amoksisilin yang sesuai dikombinasikan dengan asam klavulanat efektif
untuk S. pneumonia yang peka sampai resisten sedang terhadap bakteri β-laktamase.
Untuk alasan ini, pilihan pertama dari mayoritas dokter adalah amoksisilin oral dengan
atau tanpa inhibitor β-laktamase (kecuali pasien alergi terhadap penisilin). Di rumah
sakit kami, pusat rujukan tersier dan juga rumah sakit pendidikan, beberapa spesialis
memberi amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat pada kunjungan pertama anak
kecuali pasien alergi terhadap penisilin pada era vaksinasi konjugasi pneumokokus.
Faktor penting lain yang mempengaruhi prognosis adalah "musim". Penyakit
pada musim gugur dan musim dingin sangat terkait erat dengan prognosis buruk dalam
11 The Scientific World Journal

studi kohort retrospektif ini. Analisis univariat dan multivariat menunjukkan bahwa
hasil pada pasien musim gugur/musim dingin lebih buruk daripada pasien musim
semi/musim panas (OR 2,47; 95% CI 1,17-5,23, 𝑃 = 0,02). Hasilnya bahkan lebih jelas
pada anak-anak < 20 kg (OR 4,80; 95% CI 1,82-12,67, 𝑃 = 0,002). Hasilnya dapat
dijelaskan dengan prevalensi tinggi untuk infeksi saluran pernapasan bagian atas yang
terlihat pada musim gugur dan musim dingin, dan orang biasanya memiliki beberapa
episode flu. Seorang anak yang ada di pusat penitipan anak atau dengan saudara
kandung kemungkinan memiliki beberapa infeksi saluran pernapasan bagian atas
sebelum sembuh dari OMA sebelumnya, yang menyebabkan penyakit yang lebih rumit
dan prognosis yang lebih buruk.
Mengkaji literatur Inggris, beberapa melaporkan bahwa anak laki-laki memiliki
prognosis OMA yang lebih buruk daripada anak perempuan [27]. Dalam penelitian
kami, rasio anak laki-laki yang gagal kontrol utama OMA lebih rendah daripada anak
perempuan (21,3% berbanding 33,8%) namun tidak signifikan (𝑃 = 0,07). Jenis kelamin
wanita bukan merupakan faktor risiko independen untuk pengendalian OMA yang
buruk baik dalam analisis univariat atau multivariat (OR 1,61; 95% CI 0,77-3,36, 𝑃 =
0,21). Telah dilaporkan bahwa infeksi bilateral meningkatkan prognosis buruk [27].
Studi kami menyimpulkan bahwa pasien yang memiliki OMA telinga tunggal pada
awalnya memiliki gagal kontrol 19,8%, dibandingkan dengan 33,3% untuk pasien
infeksi bilateral, walaupun itu adalah tanda garis batas (𝑃 = 0,05). Dapat dijelaskan
dengan sampel yang tidak memadai (𝑛 = 165) dalam penelitian ini. Parameter lain yang
terkait dengan tingkat keparahan penyakit seperti suhu tubuh dan nyeri telinga, atau
tangisan bayi, tidak dapat dikumpulkan secara komprehensif selama proses peninjauan
grafik dan karenanya tidak dimasukkan ke dalam analisis hasil.
Pasien di pusat kesehatan mungkin memiliki patogen yang berbeda atau rumit
yang menyebabkan OMA lebih banyak daripada pasien dari kelompok masyarakat, dan
kemungkinan bakteri yang resisten terhadap obat bisa lebih tinggi. Anak-anak yang
terdaftar dalam penelitian ini berasal dari Departemen THT di rumah sakit kami, sebuah
pusat medis. Selain itu, usia rata-rata dalam kelompok kami adalah 4,88 tahun, yang
sedikit lebih tua dari usia OMA yang umum terlihat. Anak-anak yang lebih tua
seharusnya memiliki kemungkinan lebih rendah terhadap OMA karena kematangan
sistem ventilasi tuba Eustachius telinga tengah; namun sebaliknya, pasien yang berusia
12 The Scientific World Journal

lanjut dan memiliki infeksi telinga tengah mungkin memiliki penyakit yang lebih
kompleks. Dua perspektif ini dapat menyebabkan hasil kuratif yang sebanding antara
amoksisilin dosis reguler dengan amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat.
Di dunia nyata, dokter meresepkan antibiotik berdasarkan pemahaman mereka
tentang patogenesis, perjalanan penyakit, tingkat keparahan penyakit, patogen yang
menyebabkan penyakit, dan pengetahuan farmakologis. Faktor lain termasuk preferensi
pribadi dokter, laporan resistansi obat bakteri dari daerah yang berbeda atau asosiasi
medis, perilaku perawat, dan manfaat asuransi juga dapat berperan.
Studi kami memiliki keterbatasan. Studi ini adalah sebuah studi kohort
retrospektif; beberapa faktor risiko yang mungkin terjadi seperti riwayat OMA masa
lalu, kunjungan sebelumnya ke dokter primer, pengobatan yang telah digunakan,
kehadiran di tempat penitipan anak, jumlah saudara kandung, merokok di dalam rumah
tangga, dan pemberian ASI tidak dapat dikumpulkan sepenuhnya saat melakukan
tinjauan bagan. Kepatuhan terhadap antibiotik juga tidak diketahui dengan jelas.

6. Kesimpulan
Studi kami menunjukkan bahwa amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat seperti yang
direkomendasikan dalam pedoman praktik klinis OMA memberi manfaat hanya pada
anak-anak di bawah 20 kg dengan penyakit bilateral. Pertanyaan tentang bagaimana
dosis amoksisilin (kombinasi amoksisilin-kalium klavulanat) mempengaruhi prognosis
OMA memerlukan lebih banyak penelitian terkontrol prospektif yang secara
komprehensif mengumpulkan faktor prognostik umum dengan sejumlah besar sampel
dan analisis bakteriologis laboratorium.
Singkatan
OMA: Otitis media akut
CI: Confidence interval
H. influenza: Haemophilus influenza
M. catarrhalis: Moraxella catarrhalis
MIC: Minimal inhibitory concentration
OME: Otitis media dengan efusi
OR: Odds ratio
S. pneumonia: Streptococcus pneumonia
13 The Scientific World Journal

Konflik Kepentingan
Semua penulis tidak memiliki hubungan keuangan yang relevan dengan makalah ini
untuk diungkapkan. Semua penulis tidak melaporkan adanya kepentingan.

Penghargaan
Proyek studi ini disetujui oleh Institutional Review Board of Taipei Veterans General
Hospital (VGHIRB no. 2012-09- 027B).

Referensi
[1] V.M.Freid, D.M.Makuc, and R.N.Rooks, “Ambulatory health care visits by
children: principal diagnosis and place of visit,” Vital and Health Statistics, no. 137, pp.
1–23, 1998.
[2] M. M. Rovers, A. G. M. Schilder, G. A. Zielhuis, and R. M. Rosenfeld, “Otitis
media,” e Lancet, vol. 363, no. 9407, pp. 465–473, 2004.
[3] P. S. Mattila, “Antibiotics in childhood acute otitis media,” e Lancet, vol. 368, no.
9545, pp. 1397–1398, 2006.
[4] F. Zhou, A. Shefer, Y. Kong, and J. P. Nuorti, “Trends in acute otitis media-related
health care utilization by privately insured young children in the United States, 1997–
2004,” Pediatrics, vol. 121, no. 2, pp. 253–260, 2008.
[5] D. K. Cherry and D. A. Woodwell, “National ambulatory medical care survey: 2000
summary,” Advance Data, no. 328, pp. 1–32, 2002.
[6] J. H. Wolleswinkel-van den Bosch, E. A. Stolk, M. Francois, R. Gasparini, and M.
Brosa, “ e health care burden and societal impact of acute otitis media in seven
European countries: results of an Internet survey,” Vaccine, vol. 28, no. 6, pp. G39–
G52, 2010.
[7] R.Alsarraf, C.J.Jung, J.Perkins, C.Crowley, N.W.Alsarraf, and G. A. Gates,
“Measuring the indirect and direct costs of acute otitis media,” Archives of
Otolaryngology, vol. 125, no. 1, pp. 12– 18, 1999.
[8] “Diagnosis and management of acute otitis media,” Pediatrics, vol. 113, no. 5, pp.
1451–1465, 2004.
[9] G. D. Garrison, P. C. Sorum, W. Hioe, and M. M. Miller, “High- dose versus
standard-dose Amoxicillin for acute otitis media,” Annals of Pharmacotherapy, vol. 38,
no. 1, pp. 15–19, 2004.
[10] S. J. Schrag, C. Pen ̃a, J. Ferna ́ndez et al., “E ect of short-course, high-dose
amoxicillin therapy on resistant pneumococcal car- riage: a randomized trial,” Journal
of the American Medical Association, vol. 286, no. 1, pp. 49–56, 2001.
[11] I. Brook and A. E. Gober, “ e e ects of treatment of acute otitis media with a low
dose vs a high dose of amoxicillin on the nasopharyngeal ora,” Archives of
Otolaryngology, vol. 135, no. 5, pp. 458–461, 2009.
14 The Scientific World Journal

[12] J. R. Casey, S. L. Block, J. Hedrick, A. Almudevar, and M. E. Pichichero,


“Comparison of amoxicillin/clavulanic acid high dose with cefdinir in the treatment of
acute otitis media,” Drugs, vol. 72, no. 15, pp. 1991–1997, 2012.
[13] A. Arguedas, C. Soley, B. J. Kamicker, and D. M. Jorgensen, “Single-dose
extended-release azithromycin versus a 10-day regimen of amoxicillin/clavulanate for
the treatment of children with acute otitis media,” International Journal of Infectious
Diseases, vol. 15, no. 4, pp. e240–e248, 2011.
[14] E.R.Wald,“Acuteotitismedia:moretroublewiththeevidence,” Pediatric Infectious
Disease Journal, vol. 22, no. 2, pp. 103–104, 2003.
[15] S. L. Woolley and D. R. K. Smith, “Acute otitis media in children—there are
guidelines but are they followed?” Journal of Laryngology and Otology, vol. 119, no. 7,
pp. 524–528, 2005.
[16] E.K.Vouloumanou,D.E.Karageorgopoulos,M.S.Kazantzi,A. M. Kapaskelis, and
M. E. Falagas, “Antibiotics versus placebo or watchful waiting for acute otitis media: a
meta-analysis of ran- domized controlled trials,” Journal of Antimicrobial Chemother-
apy, vol. 64, no. 1, pp. 16–24, 2009.
[17] L. Vernacchio, R. M. Vezina, and A. A. Mitchell, “Knowledge and practices
relating to the 2004 acute otitis media clinical practice guideline: a survey of practicing
physicians,” Pediatric Infectious Disease Journal, vol. 25, no. 5, pp. 385–389, 2006.
[18] S. anaviratananich, M.Laopaiboon, and P.Vatanasapt, “Once or twice daily versus
three times daily amoxicillin with or without clavulanate for the treatment of acute otitis
media,” Cochrane Database of Systematic Reviews, no. 4, p. CD004975, 2008.
[19] A.-S. Shiao and Y.-C. Guo, “A comparison assessment of videotelescopy for
diagnosis of pediatric otitis media with e u- sion,” International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology, vol. 69, no. 11, pp. 1497–1502, 2005.
[20] Organization WH, “ e WHO child growth standards,” 2007, http://www.who.int/
growthref/who2007 weight for age/en /index.html.
[21] A. S. Lieberthal, A. E. Carroll, T. Chonmaitree et al., “ e diagnosis and
management of acute otitis media,” Pediatrics, vol. 131, no. 3, pp. e964–e999, 2013.
[22] S. F. Dowell, J. C. Butler, and G. S. Giebink, “Acute otitis media: management
and surveillance in an era of pneumococcal resis- tance. Drug-Resistant Streptococcus
pneumoniae erapeutic Working Group,” e Pediatric Infectious Disease Journal, vol. 18,
no. 1, pp. 1–9, 1999.
[23] C. G. Whitney, M. M. Farley, J. Hadler et al., “Increasing prevalence of
multidrug-resistant Streptococcus pneumoniae in the United States,” e New England
Journal of Medicine, vol. 343, no. 26, pp. 1917–1924, 2000. 

[24] J. R. Casey and M. E. Pichichero, “Changes in frequency and pathogens causing
acute otitis media in 1995–2003,” Pediatric Infectious Disease Journal, vol. 23, no. 9,
pp. 824–828, 2004.
[25] M. R. Jacobs, S. Bajaksouzian, A. Zilles, G. Lin, G. A. Pankuch, and P. C.
Appelbaum, “Susceptibilities of Streptococcus pneu- moniae and Haemophilus in
15 The Scientific World Journal

uenzae to 10 oral antimicro- bial agents based on pharmacodynamic parameters: 1997


U.S. surveillance study,” Antimicrobial Agents and Chemotherapy, vol. 43, no. 8, pp.
1901–1908, 1999.
[26] M. R. Jacobs, D. Felmingham, P. C. Appelbaum et al., “ e Alexander project
1998-2000: susceptibility of pathogens iso- lated from community-acquired respiratory
tract infection to commonly used antimicrobial agents,” Journal of Antimicrobial
Chemotherapy, vol. 52, no. 2, pp. 229–246, 2003. 

[27] M. E. Pichichero and J. R. Casey, “Acute otitis media: making sense of recent
guidelines on antimicrobial treatment,” Journal of Family Practice, vol. 54, no. 4, pp.
313–322, 2005.
[28] K. Revai, L. A. Dobbs, S. Nair, J. A. Patel, J. J. Grady, and T. Chonmaitree,
“Incidence of acute otitis media and sinusitis complicating upper respiratory tract
infection: the e ect of age,” Pediatrics, vol. 119, no. 6, pp. e1408–e1412, 2007.

Anda mungkin juga menyukai